Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 24 Agustus 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Pamong itu Ternyata Bermental Sapi

Posted: 24 Aug 2012 11:37 AM PDT

Suatu saat saya pernah diminta untuk memberikan sebuah materi yang berkaitan dengan kepemimpinan (Leadership) dalam sebuah kegiatan perkaderan yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi yang ada di Provinsi tempat saya tinggal. Pada awalnya saya bingung juga untuk menentukan esensi dari materi yang akan saya angkat di dalam penyampaian materi ini. Saya angkat dari sisi teori-teori kepemimpinan berdasarkan disiplin ilmu yang ada, sepertinya tidak mengena karena organisasi ini adalah sebuah organisasi keagamaan. Saya ambilkan dari literatur-literatur yang islami, jujur saja ilmu saya tentang teori kepemimpinan Islam tidak begitu bagus. Akhirnya saya ambilkan saja teori Kepempimpinan yang bersumber dari filosofi kepemimpinan jawa yang bersumber dari ajaran ki Hajar Dewantoro.

Saya katakan bahwa dalam literatur jawa, seorang pemimpin itu disebut dengan "Pamong" yang merupakan kependekan dari kata Pangemong yang artinya adalah "pengasuh". Sebagai seorang pengasuh, maka seorang pamong haruslah dekat dengan masyarakat yang diasuhnya. Baik atau tidak baiknya seorang Pamong dapat dilihat dari seberapa dekat dia dengan masyarakat yang dipimpinnya. Apabila dia dekat dengan masyarakat yang dipimpinnya, maka baiklah pamong tersebut. Apabila tidak, maka sebaliknya.

Untuk menjadi seorang pamong yang baik, maka pamong tersebut harus memahami filosofi kepamongan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Ada 3 (tiga) hal yang diajarkan oleh beliau yaitu :

1. Ing Ngarso sung tulodo (Ketika berada di depan dia harus menjadi teladan);

2. Ing Madyo mangun karso (Ketika berada di tengah dia harus membangun karsa/ide-ide/pemikiran kreatif untuk kemajuan masyarakat dan merealisasikannya);

3. Tut wuri handayani (Ketika di belakang menyemangati dan mengarahkan).

kenyataan yang ada sekarang justru bertentangan dengan filosofi kepamongan yang diajarkan tadi. Fenomena yang ada justru berbanding terbalik.

1. Pada saat ini kebanyakan seorang pamong tidak lah "Ing ngarso sung tulodo, melainkan mempraktekkan ing ngarso sung kuoso"

2. Seorang pamong tidak lagi mengamalkan "Ing madyo mangun karso, akan tetapi telah merubahnya menjadi Ing Madyo mangun Nggriyo"

3. Tidak lagi Tut Wuri Handayani, melainkan Tut Wuri Ngerecoki.

Apabila ada pamong yang seperti ini, maka pamong tersebut adalah seorang pamong yang bermental sapi. Kita semua tahu bagaimana sosok hewan yang bernama sapi. Seekor sapi ketika kita taruh didepan, maka dia akan menendang belakangnya (Ndupak = bahasa jawa). Ketika di taruh di belakang, dia akan menanduk depannya (nyeruduk = bahasa jawa) dan ketika dibawa berdampingan, maka dia akan ndusel-ndusel… Maka janganlah menjadi pamong mental sapi.

I Love Green “Surat untuk Perempuan Hijau”

Posted: 24 Aug 2012 11:37 AM PDT

Sepi, Teman Terbaikku.

Posted: 24 Aug 2012 11:37 AM PDT

Mimpi Tetaplah Mimpi dalam Impian

Posted: 24 Aug 2012 11:37 AM PDT

REP | 25 August 2012 | 01:18 Dibaca: 2   Komentar: 0   Nihil

Mengapa tidak pernah terangkum sebuah kepuasan diri, ketika gelar yang dicari itu teraih menghadirkan mereka lengkap dalam satu momen gambar tertangkap alangkah beratnya, lahir dan tumbuh dalam keluarga bercurah keringat. Uang begitu berharga, apakah aku akan kembali mengulih seperti dulu ? mengejar waktu dalam balutan kertas informasi yang harus ku bagikan kepada semua pelanggan, mimpi, mimpi oh mimpi aku hanya hidup dalam lingkaran mimpi, curah geta hina bukan lagi balutan tapi sudah menjadi makanan. Cambuk hidup yang begitu keras, haruska aku mengeluh akan itu semua, tapi aku bahagi.

Mimpi, mimpi oh mimpi kadar otak yang takseberapa dengan impian yang mewah, wujut kesempurnaan yang berada dalam ketiadaan, tersesal itu tiada, bangga ku akan ibu yang begitu tanggu, yang buta akan kata tapi tidak untuk anaknya, guratan-guratan menuah membuatku bercita-cita hanya untuknya, melihat ke atas hanya membuatku semakin rendah. Tidak aku tinggi ! aku dengan semua mimpi harus kuraih dengan keringat sendiri. Setidaknya ku penikmat rasa, bukan ! masin keringat bunda, ada tapi pasti akan kugantikan semua, walau tak setara mimpiku bisa. hidup terinjak itu sudahkan saja tuhan, tapi aku masih siap menatap dan juga bergerak, dengan tidak untuk meminta.

Perofesi apa lagi setelah ini ?

Melihat mereka yang masih mengeluh dengan perofesi yang banyak dimimpi

Aku masih mananyakan apa kabar uang hari ini, masihka aku harus mengkonsumsi Mie, sudalah lupakan, perut masih berisi pastinya. walaupun sekali disuap

Keluh kesah hati

1345832546409420748

Siapa yang menilai tulisan ini?

Uang Bukanlah Solusi Masalah Keuangan (Part 1)

Posted: 24 Aug 2012 11:37 AM PDT

Begitu membaca pernyataan diatas, sebagian orang langsung bertanya. Lantas, apa solusinya?. Sebelum membahas lebih lanjut tentang "apa solusinya?", perkenankan saya sekali lagi bertanya, "Apa Uang Membuat Anda Kaya?", bisa YA bisa juga TIDAK, tapi saya lebih setuju TIDAK, karena sekedar uang tidak akan membuat seseorang kaya. Kita semua kenal dengan beberapa orang yang rumahnya besar, mobilnya beberapa, setiap hari bekerja menghasilkan uang tapi selalu saja mengeluh karena lebih dari separuh penghasilannya digunakan untuk membayar hutang beban cicilan. Kita juga tahu seorang artis apan atas yang ketika muda berkelimpahan harta, tapi harus bekerja keras dan berjuang mempertahankan hidup dan gaya hidup setelah karirnya pudar dengan hutang dimana-mana. Kita juga tahu kisah seorang olahragawan kaya raya yang harus menghabiskan masa tuanya sebagai orang yang perlu disantuni. Kita juga mengenal dengan beberapa pengusaha yang usahanya dimana-mana tapi uangnya tidak pernah utuh, yang selalu dibicarakannya hutang dalam jumlah besar yang harus dibayar dalam tempo singkat. Kita juga pernah mendengar beberapa orang yang punya uang, menginvestasikannya ke bisnis, saham, koperasi dan sejenisnya  kemudian habis seketika tanpa sisa malah meninggalkan hutang.  Kita juga pernah mendengar orang yang menginvestasikan uangnya ke emas sebagai "uang yang sebenarnya", tapi kemudian malah menyatakan mengalami kerugian karena harganya turun. Tapi, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa banyak orang yang menjadi kaya karena uang yang dikelolanya, karena emas, karena property, investasi, bisnis, dll.

Uang memang bisa menjadikan kita kaya ataupun miskin, keyakinan yang menghantui kita bahwa untuk menghasilkan uang harus punya uang dan mengeluarkan uang terlebih dahulu membuat kita seringkali beranggapan bahwa uang dapat menyelesaikan segala masalah yang berhubungan dengan keuangan.

Pernahkah anda mendengar cerita tentang seseorang yang mengalami depresi karena masalah keuangan, dia yang terbiasa hidup dengan gaya hidup glamour kemudian harus hidup dengan keadaan serba pas-pasan, apakah dengan uang memberinya uang dapat mengobati depresinya?, atau malah jadi tambah sakit jiwa?.

Pernahkah anda mendengar seseorang yang kekurangan uang, kemudian menang judi lantas jadi kecanduan berjudi. Apakah dengan memberinya lebih banyak uang membuat dia tidak berjudi lagi atau malah digunakannya untuk berjudi dengan lebih gila lagi?.

Pernahkah anda mendengar kisah tentangsebuah keluarga yang hidup untuk melayani usahanya, bukan usahanya yang melayani keluarga tersebut. Demi mempertahankan menjalankan usahanya, perhatian kepada keluarga jadi nomor sekian, demi mempertahankan menjalankan usaha tugas mendidik anak dan menanamkan nilai-nilai keagamaan, kehidupan dan kekeluargaan jadi terbengkalai, ketika usahanya merugi keluarga harus ikut menanggung kesulitan, karyawan tetap menikmati gajinya sementara jatah keluarga dipotong dan dikurangi. Apakah dengan memiliki lebih banyak uang dapat menjamin seseorang dapat membangun usaha yang sehat dan melayani keluarganya?

Pernahkah anda mendengar kisah tentang seseorang yang bangkrut dari bisnisnya kemudian meninggalkan cukup banyak hutang?. Apakah dengan memiliki lebih banyak uang untuk melunasi hutang-hutangnya dapat menjamin dia tidak akan bangkrut dan meninggalkan hutang lagi?

Pernahkah anda mendengar kisah tentang seseorang yang tergiur tawaran investasi dengan hasil besar dan cepat, kemudian akhirnya dia tertipu dan uangnya dibawa kabur?, apakah dengan memiliki lebih banyak uang akan dapat menjamin dia tidak akan tertipu lagi?.

Uang ibarat candu yang membuat seseorang terikat pada cara mendapatkan dan menghabiskannya, begitu kita terbiasa dengan bagaimana cara mendapatkannya dan menghabiskannya akan sulit bagi kita untuk melepaskan diri dari kebiasaan tersebut. Menjadi kaya atau miskin bukanlah soal seberapa banyak uang yang dimiliki, seberapa banyak harta kelihatan yang dimiliki, dan seberapa besar penghasilan yang diperoleh. Menjadi kaya atau miskin adalah soal membangun mentalitas dan membangun kebiasaan, anda bisa memilih mentalitas dan kebiasaan apa yang yang hendak anda bangun dari sekarang,  bukan asal bisa membeli mobil bagus keluaran terbaru lantas anda pantas disebut kaya, bukan karena bisa membeli gadget canggih keluaran terbaru yang sebenarnya tidak anda butuhkan lantas kemudian pantas disebut kaya, bukan karena bisa membeli pakaian mahal ditempat-tempat mahal lantas anda pantas disebut kaya, bukan karena anda sanggup makan di restoran-restoran mahal lantas anda pantas disebut kaya, bukan karena anda sering nongkrong menghabiskan waktu dan uang membayar kopi seharga belanja 2 hari untuk makan 1 keluarga lantas anda pantas disebut kaya.

Salah satu hal yang cukup mengenaskan adalah golongan ini menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup untuk kelihatan kaya,  karena sangat ingin dianggap orang kaya yang punya investasi dan bisnis dimana-mana, mereka menginvestasikan uang yang didapatkan dan dikumpulkannya dengan susah payah kedalam investasi dan bisnis yang sebenarnya mereka tidak tahu apa yang dipilih dan dijalankannya. Dengan harapan mendapat untung besar dan cepat, mereka berpikir dari uang yang ditanamkannya dapat otomatis menghasilkan keuntungan buat mereka tanpa mereka mengerti cara kerjanya seperti piara tuyul, alih-alih mendapatkan keuntungan malah tertipu atau bahkan ludes uang yang mereka tanam tersebut. Kalau itu mentalitas dan gaya hidup yang anda alami atau rasakan sekarang, segeralah kembali ke jalan yang benar. Berapapun uang yang  dimiliki oleh golongan ini tidak akan pernah terasa cukup, gaya hidup yang mahal adalah satu-satunya senjata untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungannya dan kehidupan sosialnya, akhirnya mereka akan matia-matian mempertahankannya.

Membangun kekayaan bukanlah sekedar melakukan apa yang orang-orang kaya lakukan, membeli barang-barang mahal ini dan itu lantas supaya terlihat kaya, kemudian harus bekerja keras seperti sapi perah yang membiayai gaya hidup anda sendiri entah itu membayar cicilan atau membeli gengsi. Menjadi kaya adalah membangun mentalitas dan kebiasaan, meramu kekayaan dan kebahagiaan adalah sebuah proses perjalanan spiritual. Pada akhirnya bukanlah uang, emas, investasi atau bisnis yang akan membuat anda menjadi kaya yang sebenarnya (bukan terlihat kaya), tapi sikap, kebijaksanaan, informasi, keterampilan dan pengetahuan tentang uang, emas, investasi dan bisnislah yang membuat anda kaya dan bahagia, bukan seperti sapi perah yang hidup hanya untuk membiayai gaya hidup dan gengsinya.

Ibarat anak sekolah yang sibuk fokus memilih mau masuk sekolah favorit terkenal yang mana dengan mempersiapkan perlengkapan nanti kalau sekolah pakai kendaraan ini, baju seperti ini, sepatu seperti ini, gadget seperti ini, dan blaa,, blaa,,, blaa,, supaya kelihatan keren intelek, tapi tidak memikiran kualitas belajar mengajar dan ilmu yang bisa diperoleh dan diaplikaskannya, yang penting keliatan pinter. Banyak orang menghabiskan banyak uang mereka untuk membeli bermacam-macam instrumen investasi dan barang-barang mahal yang pudar nilainya supaya kelihatan kaya, tapi tidak mau mengeluarkan uangnya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang uang, emas, investasi dan bagaimana membangun bisnis yang sehat, carinya yang gratisan terus.

Semoga Bermanfaat, salam @AldiTheGreat

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar