Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 12 Agustus 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


(Padahal) Ahok Butuh Suara Umat Islam, Kenapa Pendukungnya Malah Menghina ?

Posted: 12 Aug 2012 11:32 AM PDT

Pilkada DKI akan dilanjutkan pada putaran kedua yang menghadirkan Cagub Foke bertarung dengan Jokowi. Sedangkan Ahok yang kita tahu merupakan keturunan cina dan beragama kristen membonceng kepada Jokowi untuk menjadi Cawagub. Entah kenapa isu sara sangat kental pada putaran kedua ini.

Banyak sekali artikel membahas tentang Pilkada DKI putaran kedua di Kompasiana yang sebagian besar mendukung Ahok agar dapat menjadi Wakil Gubernur DKI. Saya pribadi tidak membenci Ahok dan tidak mendukung Foke, karena mereka memang bukan pilihan saya.

Saya memaklumi bagaimana rindunya kaum cina dan kristen untuk mempunyai pemimpin yang berasal dari kaumnya. Apalagi DKI merupakan Ibukota Indonesia yang pasti memiliki nilai strategis baik dari segi ekonomi, sosial ataupun budaya. Menjadi rahasia umum bagaimana sulitnya mereka Tionghoa untuk dapat bekerja di Pemerintahan baik di PNS, Polisi ataupun TNI. Satu-satunya jalan untuk bertahan hidup adalah dengan wiraswasta atau berdagang.

Tapi dengan alasan tidak jelas justru para pendukung Ahok yang menulis artikel di Kompasiana cenderung menuduh Foke, bahkan menghina umat Islam. Entah karena kecerobohan atau kebodohan mereka berbuat itu. Ada yang beralasan demokrasi, ada juga yang beralasan ketinggalan jaman. Apa karena demokrasi kristen membolehkan menghina ajaran agama lain? Atau apa karena jaman semakin modern sehingga orang cina dan kristiani boleh menghina betawi?? Saya rasa tidak, kalau pun iya itu tidak lain merupakan ajaran sesat.

Mereka terus berteriak Black campaign.. black campaign..black campaign, mereka selalu mengeluh isu sara, isu sara..isu sara..  Padahal itu ketakutan mereka sendiri. Tanpa ada bukti mereka menuduh Foke seenak hati. Dengan membalikkan fakta mereka menghina Ustadz dan Ulama Islam. Pada awalnya saya ingin ikut mendukung Jokowi agar menjadi Gubernur DKI, tapi kemudian saya memutuskan tidak mendukung Jokowi yang disebabkan justru karena tulisan para pendukung Ahok yang selalu membalikkan fakta dan tampak sekali sangat membenci semua tentang Islam. Mereka menganggap apabila ada Umat Islam yang mendukung Foke itu SARA, sedangkan bila umat kristen yang sudah jelas pasti memilih Ahok itu ngga apa-apa… GILE BENERRR,,,

Agama adalah merupakan keyakinan. Jadi apabila Umat Islam memilih Foke itu adalah hak mereka untuk menjalankan keyakinannya memilih pemimpin yang seiman sesuai ajaran Islam, begitupun sebaliknya bila umat kristen dan tionghoa memilih ahok untuk menjadi Wakil Gubernur.

Walaupun saya tidak mendukung Foke, tapi saya masih lebih memilih Foke jadi Gubernur DKI daripada Ahok menjadi Wakil Gubernur.

Selamat Menjalankan Ibadah Untuk Seluruh Umat Islam

Siapkah Dirimu Dua Pekan Tanpa Pembantu?

Posted: 12 Aug 2012 11:32 AM PDT

1344795183813762301

Gak ada pembantu,om….(dokumentasiku dewe)

"Wah, kacau deh. Terpaksa cuci kiloan dua minggu ini."Kata temanku dokter mengeluhkan mudiknya sekaligus 2 pembantunya ke kampung.

"Kenapa sampai dua minggu?"Tanyaku.

"Ya, perjanjiannya begitu dengan orang tuanya. Lebaran boleh mudik dua minggu, seminggu sebelum dan sesudah. Karena itulah mereka 3 tahun ini betah."

Dia menjelaskan lebih suka yang langsung bertemu keluarganya di kampung dan negosiasi soal kerja dan libur si pembantu daripada memakai yayasan.

"Yayasan di Palembang banyak yang suka nipu. Sudah nebusnya mahal, 600 ribu sampai 1 juta, eh 3 bulan minta berhenti. Ngakunya neneknya matilah, bapaknya sakitlah, ternyata karena si yayasan ada permintaan pembantu yang darurat dan berani bayar mahal, jadi pembantu kita disuruh pura-pura berhenti. Lalu yayasan itu janjikan pengganti tapi baru datang 2 bulan dan kerja 3-6 bulan minta berhenti lagi, lalu janjiin ganti lagi."Katanya lalu dia pun memutuskan mengikuti cara lama, yaitu mencari sendiri ke kampung tempat mantan pembantunya yang sudah menikah.

Pekerjaan terberat di rumah bagi temanku cewek ini adalah mencuci dan menggosok. Selama tidak ada pembantu anak-anaknya malah senang karena mereka selalu beli makanan di luar. Urusan beres-beres rumah, anaknya yang sudah SMP dan SD kelas 4 telah diajarin nyapu dan cuci piring, tetapi mengepel lantai masih dilakukannya sendiri.

"Tidak cari pembantu 'part timer' yang pulang-pergi?"Tanyaku.

"Pernah coba dua kali. Wah, sendok, gelas, baju sering hilang. Malah yang terakhir wajahnya lugu dan jujur taunya 'nilep' handpone yang sedang dicharge."Katanya lagi.

Nah, bagi yang 'cadangan devisanya' banyak, lebih memilih ikut mudik ke Singapura atau Hongkong selama dua minggu atau di hotel dan baru pulang sehari sebelum pembantunya mengabarkan mau balik lagi.

Bagaimana dengan anda?

Nikmatnya Berbuka Puasa ditengah Perbedaan

Posted: 12 Aug 2012 11:32 AM PDT

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Seperti yang telah kita ketahui bersama, di televisi terdapat sebuah jingle iklan sebuah produk yang berbunyi "Berbukalah dengan yang manis". Namun, hari Jum'at, 10 Agustus 2012 yang lalu, saya justru berbuka puasa dengan yang khas. Mengapa saya sebutkan khas? Karena makanan tersebut berasal dari kampung halaman saya, Nanggroe Aceh Darussalam.

Mie Aceh? Bukan, ini sudah biasa. Tentunya sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Kali ini saya berbuka puasa dengan sesuatu yang beda. Masyarakat Aceh memberinya nama Kanji Rumbi.

Pembaca pernah mendengar tentang Kanji Rumbi? Kanji Rumbi adalah bubur "hangat" yang dipercaya orang dapat mengobati masuk angin. Bubur ini terdiri dari campuran beras dan daging yang ditambahi bumbu-bumbu lainnya. Dan untuk di kota Medan, bubur ini saya dapatkan di Mesjid Raya Aceh Sepakat, sekaligus tempat berbuka puasa saya kali ini.

Sekilas Tentang Mesjid Raya Aceh Sepakat

13447953351740140084

foto dok. pribadi

Mesjid Raya dan Balai Raya Aceh Sepakat ini diresmikan sejak  tahun 2001 oleh Bapak Drs. H. Abdillah Ak. MBA selaku walikota Medan saat itu.  Mengapa saya sebutkan balai raya? Memang disitulah terdapat sebuah gedung yang biasanya digunakan untuk acara resepsi perkawinan atau hajatan besar lainnya.

13447958291419681669

foto dok. pribadi

Di sebelah kiri mesjid berbatasan langsung dengan pemakaman kristen. Di samping pemakaman itu terdapat sebuah sekolah multi etnis (kebanyakan India) dan diseberang sekolah terdapat sebuah wihara yang kebetulan pernah saya masuki ketika imlek januari lalu. Sepengetahuan saya, tidak pernah terjadi masalah yang berkenaan dengan agama tertentu. Disitu sudah jelas bahwa terdapat  kerukunan dan menghargai sesama umat beragama.

***

Untuk semakin melihat keragaman itu, tahun 2011 yang lalu saya membawa ibu untuk berbuka puasa disini supaya ibu dapat melihat indahnya keberagaman ini dan saya menceritakan hal ini pada seorang teman.

Sejak hari kamis, saya mengajak seorang teman untuk berbuka puasa di Mesjid Raya Aceh Sepakat. Kebetulan teman saya ingin tahu lokasi mesjid ini. Setelah kami sepakati, Pada hari Jum'at 10 Agustus 2012 kami memutuskan untuk berbuka puasa di mesjid ini.

Bagi saya pribadi, mengunjungi mesjid ini mengingatkan saya akan Mesjid Megah di kota kelahiran saya yaitu Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Semakin terasa khasnya, karena bubur kanji rumbi itu saya dapatkan disini, terlebih untuk saya yang rindu kampung halaman tapi belum bisa pulang kesana.

Pukul 18.30 Wib pengunjung yang berkumpul di halaman samping mesjid ini cukup ramai. Di tiap meja, sudah tersedia semangkuk bubur kanji rumbi dan segelas teh hangat, tak lupa juga dengan beberapa potong kue basah.

1344795922484372803

kanji rumbi, foto dari http://melayuonline.com

Sesudah berbuka puasa, piring dan gelas yang kami gunakan tadi kami bawa ke tempat cuci piring dan kami pun mengambil air wudhu untuk shalat magrib berjama'ah. Usai berdo'a setelah sholat magrib, kami kembali ke tenda di halaman samping mesjid untuk menikmati makan malam yang juga telah disediakan. Menunya yaitu nasi putih, gulai daging masak kari (masakan khas aceh) dan telur rebus serta segelas air putih.

13447960122129878209

nasi, gulai kari khas aceh dan telur rebus, foto dok. pribadi

Sepiring nasi pun selesai kami santap dan kami membawanya ke tempat cuci piring lagi. Setelah mengantarkan piring, kami segera berwudhu dan kembali ke dalam mesjid untuk menunaikan shalat Isya dan Tarawih.

Menurut pekerja disana yang sempat saya wawancarai, buka puasa bersama ini ada sejak 8 tahun yang lalu dari hari kedua puasa sampai dua hari menjelang hari raya Idul Fitri. Bubur kanji rumbi sangat diminati oleh masyarakat Aceh disini. Terbukti dengan ramainya pengunjung, baik tua, muda atau bahkan anak-anak. Tak ketinggalan, banyak warga kota medan (bukan suku Aceh) yang ikut menikmati penganan khas ini. Tingginya minat pengunjung membuat Badan Kenaziran Mesjid menyediakan sekitar 600 mangkuk bubur kanji rumbi dan juga nasi ini setiap harinya. Tak lupa juga, semua makanan yang kami santap tadi adalah gratis. Biaya untuk menyiapkan penganan khas ini didapatkan dari sumbangan para donatur muslim melalui Dewan Pimpian Cabang (DPC) Aceh Sepakat.

Berbuka puasa di mesjid ini terbuka untuk seluruh kalangan, tanpa ada perbedaan. Seperti yang dilansir oleh http://www.analisadaily.com, Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah telah menyempatkan hadir untuk berbuka puasa di mesjid ini, selasa (7/8) yang lalu. Sementara wakil gubernur, Teungku Muzakir Manaf sudah terlebih dahulu hadir di mesjid ini pada selasa (24/7). Beliau menyatakan kekagumannya melihat begitu ramai jamaah berbuka puasa bersama di halaman Masjid Raya Aceh Sepakat.

***

Bagi saya pribadi yang berasal dari Aceh, untuk tinggal di kota terbesar ketiga di Indonesia ini bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagaimana yang kita tahu, banyak perbedaan yang tersaji disini. Sebagai pendatang, saya dituntut untuk tetap tegar berdiri ditengah perbedaan agama maupun suku. Dari teman-teman yang berbeda dengan saya, saya belajar bagaimana caranya mereka menghargai saya sebagai muslim dan begitu juga sebaliknya.

Termasuk untuk berbuka puasa di mesjid ini. Seorang teman yang berbeda agama dengan saya yang menyebutkan tempat ini, kalau tidak mungkin sampai sekarang saya tidak tahu tempat ini.

Untuk kami yang masih anak-anak saja, kami mengetahui bagaimana menghargai perbedaan tanpa pernah ada yang mencampuri agama temannya.  Bagi kami, lebih baik mempelajari dan benar-benar mengimana agama masing-masing sebaik-baiknya, dari pada ikut campur membahas terlalu dalam terhadap suatu agama yang tidak diketahui.

Selamat Pagi

Auda Zaschkya

Siapa yang menilai tulisan ini?

Berbagi kebahagiaan

Posted: 12 Aug 2012 11:32 AM PDT

OPINI | 13 August 2012 | 01:31 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

"Bahagia itu relatif"
Bagi keluarga kaya, sudah bahagia kalau makannya di Restoran
Bagi keluarga sederhana, sudah bahagia kalau makannya di warung
Bagi keluarga miskin, sudah bahagia kalau makannya di rumah keluarga kaya

Tempat-tempat Kebahagiaan juga relatif….
Bagi para pejabat mungkin lebih bahagia jika bercanda di tempat-tempat yang eksklusif….
Bagi para pengabdi kecil mungkin sudah bahagia jika bercanda di tempat-tempat yang lebih sederhana….
Dan bagi para pemulung sudah bahagia jika bercanda di tempat-tempat sampah, tempat mereka mencari rezeki demi sesuap nasi.

"Jika rezekimu berlebih untuk keperluanmu, bagilah kebahagianmu kepada orang yang ingin bahagia sepertimu"


Siapa yang menilai tulisan ini?

-masih belum ada judul-

Posted: 12 Aug 2012 11:32 AM PDT

aku hanyalah manusia biasa yang ingin menjadi Luar Biasa dengan Tajamnya kata dan tulisan ku sebab aku sadar aku bukanlah anak Raja ataupun Ulama besar

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar