Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 19 Agustus 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Konsistensi Megawati Soekarnoputri: Upacara bersama warga PDI Perjuangan

Posted: 19 Aug 2012 10:58 AM PDT

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Penulis, peneliti, pencinta budaya Nuswantara (Nusantara Raya- Semesta Dunia). Sekarang sangat bersemangat menemukan kembali Jejak Leluhur dan mempelajari sejarah Ilmu, Teknologi dan Pengetahuan Leluhur, jika mungkin menuliskannya. Leluhur yang meninggalkan jejak bahwa Nusantara adalah Asal Mula Peradaban Dunia.

REP | 20 August 2012 | 00:56 Dibaca: 2   Komentar: 0   Nihil

Bila media massa cetak maupun elektronik memberitakan ketidak hadiran ibu Megawati pada Pidato Kenegaraan SBY&Upacara di Istana Negara dengan "nada" negatif. Saya menyebutnya Megawati Adalah Negarawan Yang Konsisten dan Tegas.

Bila Ibu Megawati yang sejak SBY jadi presiden tidak menghadiri Undangan Istana (17 Agustus ) dan Pidato Kenegaraan 16 Agustus menunjukkan bahwa

Ibu Megawati konsisten. Konsistensi ini berdasarkan pada pegangan proses politik yang diyakini kebenarannya. Yaitu Pemilu Pilpres 2004 yang curang (Ketua KPU dipenjara, namun Anggota KPU-Anas Urbaningrum malah jadi ketua Umum Partai Demokrat (2010), dan Pemilu 2009 yang super curang (jutaan WNI kehilangan Hak Pilih) anggota KPU-Andi Nurpati jadi pengurus Partai Demokrat.

Apa hubungannya dengan ketidakhadiran Ibu Megawati ke Istana, ada. Sampai detik ini (saya juga setuju),Pemerintahan Presiden SBY adalah hasil kecurangan/kejahatan politik tingkat tinggi. Sehingga apabila Ibu Megawati hadir dalam Undangan ke Istana Negara untuk Upacara ataupun ke DPR/MPR untuj pidato, berarti Ibu Megawati mengakui SBY sah dan tidak curang.

Mengakui Kejahatan/mafia Pemilu-Pilpres.

Siapa yang menilai tulisan ini?

9 Alasan Memakai Blackberry PlayBook

Posted: 19 Aug 2012 10:58 AM PDT

PlayBook, sebuah tablet besutan RIM, vendor blackberry asal waterlo Kanada. Awalnya diprediksi sebagai tablet yang akan menjadi saingan serius iPad, namun kenyataan berbicara lain. Playbook menjadi produk yang bisa dibilang sampai saat ini gagal, dari segi penjualan.

Kegagalan Playbook bisa dimengerti, karena sejatinya PB sendiri dibuat bukan sebagai tablet mandiri, namun sebagai pelengkap smartphone blackberry. Mungkin sudah menjadi rahasia umum, bahwa OS pada device blackberry sangat tertinggal dibanding iOS pada iPhone dan juga OS Android.

PB inilah yang diharapkan menjadi jawaban dari RIM, dengan OS yang berbeda jauh dari BB. Namun harapan tak berjalan, konsep PB malah menjadi kunci kegagalan. PB generasi awal memang dibuat tanpa slot sim card. Karena konsep dasarnya bagi kita yang sudah punya BB, memiliki PB adalah sebuah keuntungan luar biasa. Berikut akan saya jelaskan beberapa keuntungan memakai Playbook bagi para pemilik BlackBerry:

Tampilan Playbook

Tampilan Playbook

1. TAK PERLU BELI PULSA. Yup, inilah alasan utama saya berpindah dari Huawei Ideos Slim Android ke Playbook 64 GB. Playbook generasi pertama ini memang tidak dilengkapi sim card, seperti Playbook terbaru yang didukung 4G LTE. Namun RIM telah menyiapkan blackberry bridge. Bridge ini gunya menghubungkan BB dengan PB. Tak hanya itu, koneksi internet BB bisa di share ke PB. Selama BB kita support 3G, pastilah PB ngacir saat browsing. Apalagi kalo BB kita support 4G (seumpama di Indo udah ada LTE), otomatis kecepatan PB juga makin kenceng. Ane sendiri pakai Torch 9810, overall lancar dan download file besar juga bisa. Tapi kalo ratusan MB seringnya gagal, cman kalo pake wifi pasti bisa.

2. OS MANTAP. OS pada playbook berbeda dengan OS pada device BB yang beredar saat ini. OS PB ini berbasis QNX, diklaim sangat aman sejauh ini. User face nya juga mudah dan enak, pengoperasiannya tidaklah sulit. OS ini juga sama dengan BB10 yang akan muncul pada awal 2013.

3. BISA MAIN GAME HD. Yang sering dikeluhkan para maniak gadget adalah bahwa BB sangat kuno, aplikasi berat tak bisa masuk. PB ini bisa dibilang cikal bakal BB10. Di PB agan bisa install game HD. Di PB ane ada beberapa game HD, bisa dilihat di gambar spoiler.

4. TAK ADA MEMORY KHUSUS APLIKASI. Yang menjadi lucu di BB adalah memory aplikasi yang terbatas maksimal hanya 512 MB. Di PB, tak ada pembatasan. Bila memory bawaan 64 GB, ya bisa install aplikasi sampai mendekati memory tersebut.

5. SUPPORT KE BB10. RIM telah mengumumkan bahwa PB generasi awal akan mendapat support untuk migrasi ke BB10.

6. HARGA SEMAKIN TERJANGKAU. Awalnya saat PB 64GB pertama keluar dihargai 699 dollar US. Namun karena kurang tidak dilirik pemilik BB, maka terus diturunkan. Saat ini PB 64GB bisa didapat dengan harga kisaran 3 juta rupiah, bahkan bisa lebih murah. PB 32GB bisa dapat di kisaran 2,3-2,5 juta. Yang PB 16GB bisa dapet baru 1,9 juta. Hanya agak susah sekarang carinya. Di Canada versi 16 GB sedang cuci gudang, dihargai hanya 149 dollar AS.

7. APLIKASI TERUS BERTAMBAH. Walau tak sebanyak android dan iOS, RIM sudah berkomitmen menambah dan meyakinkan developer untuk masuk ke BB10. Kita bisa lihat bagaimana RIM terus keliling dunia bertemu developer aplikasi dari berbagai negara, membagikan playbook gratis dan device BB10 alpha.

8. BISA RUNNING APLIKASI ANDROID. Yup secara resmi memang RIM memberikan jalan bagi aplikasi android untuk running di PB, namun saat ini belum sepenuhnya sempurna. RIM menjanjikan android akan running sempurna di PB saat update OS 2.1 non-beta.

9. SPECH YANG MANTAP. Mending agan cek aja sendiri di berbagai web yang ada. Dengan harga PB saat ini, rasanya patut dipertimbangkan, khususnya bagi para pemakai BB yang belum memakai PB.

*Tulisan ini pertama saya posting di forum kaskus

Koran Lebaran Terobosan Hebat dari Jawa Pos

Posted: 19 Aug 2012 10:58 AM PDT

134539829480048163

KORAN LEBARAN edisi Minggu, 19 Agustus 2012, dari Jawa Pos

Sepengetahuan saya, sampai hari ini, koran Jawa Pos adalah satu-satunya koran yang tetap terbit di hari libur Nasional (tanggal merah). Bahkan, sebenarnya, termasuk di Hari Lebaran/Idul Fitri seperti sekarang ini. Cuma bedanya, di setiap Hari Lebaran seperti sekarang ini, korannya bukan bernama Jawa Pos, tetapi diberi nama KORAN LEBARAN, dengan logo "Jawa Pos" kecil di bawahnya., dan beredar secara terbatas di kota Surabaya dan sekitarnya saja. Sedangkan isinya meskipun secara rubrikasi tidak seperti koran Jawa Pos seperti biasanya, tetapi pada intinya sama saja dengan koran pada umumnya. Terdiri dari 24 halaman, sedangkan Jawa Pos terdiri dari 36 halaman.

Diberi nama Koran Lebaran karena memang hanya terbit khusus di Hari Lebaran, yakni selama dua hari libur Lebaran, yang tahun ini jatuh pada tanggal 19 dan 20 Agustus 2012. Hebatnya lagi, disediakan pula layanan pengiriman ke rumah. Syaratnya hanya harus memesannya terlebih dahulu melalui telepon, dengan harga @Rp. 4.500.

Dengan tetap terbitnya koran dari Jawa Pos ini, pelanggan/pembaca Jawa Pos yang tidak mudik, tetap bisa membaca koran dari Jawa Pos. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa koran Jawa Pos + Koran Lebaran dari Jawa Pos hadir menyapa pembaca setianya benar-benar nonstop dalam arti sebenarnya selama setahun. Tidak ada satu hari pun absen!

Inilah salah satu inovasi hebat dari Jawa Pos yang ketika pertama kali diadakan masih di bawah kepimpinan langsung CEO-nya, Dahlan Iskan. Inovasi dan terobosan hebat ini merupakan satu-satunya yang belum diikuti oleh koran lainnya. Sedangkan setidaknya dua inovasi lainnya sudah diikuti oleh koran lain.

Di bawah kepimpinan langsung Dahlan Iskan, selain perubahan layout, dan lain-lain, sedikitnya ada tiga terobosan/inovasi besar yang mengdobrak kelaziman lama yang seolah pantang dilanggar oleh koran-koran di Indonesia selama puluhan tahun, termasuk Kompas. Yakni, perubahan ukuran koran yang menjadi lebih kecil daripada sebelumnya, seperti yang saat ini sudah menjadi standar semua koran di Indonesia, koran dengan foto-foto berwarna ditambah dengan gambar-gambar grafis yang juga berwarna, dan yang ketiga adalah koran yang tetap terbit di hari libur Nasional, seperti yang saya singgung di atas.

Ketiga inovasi besar ini menjadi tiga faktor utama di sampaing faktor-faktor lain yang membuat Jawa Pos menjadi sebesar sekarang. Karena inovasi-inovasi ini ternyata sangat disukai pembaca.

Mengenai koran dengan foto-foto berwarna, pernah disinggung Dahlan Iskan di dalam bukunya Warisan Go! Eric Samola (Jaring Pena, 2009). Menurut dia, ketika inisiatifnya untuk membuat koran Jawa Pos dengan foto-foto berwarna muncul, di kalangan media, termasuk pemilik koran di Indonesia masih ada anggapan bahwa koran berwarna adalah tabu, karena akan membuat koran tersebut turun gengsi, karena terkesan koran murahan. Padahal, kata Dahlan, ketika dia berkunjung di Amerika Serikat, dia menyaksikan sendiri bahwa koran-koran di sana sudah mulai terbit berwarna. Maka, sepulangnya dari Amerika, dia pun mulai menuangkan idenya dari melihat fenomena koran di sana, ke Jawa Pos. Maka, di awal tahun 1980-an koran Jawa Pos adalah koran yang pertamakali terbit berwarna, yang kemudian ditambah dengan gambar-gambar grafis berwarna yang menarik.

Ilmu lain yang diambil dari pengalaman lawatannya di Amerika pada waktu itu adalah ketertarikannya dan kekagetannya ketika mengetahui bahwa ternyata di sana bukan hanya ada koran-koran raksasa semacam USA Today, dan Washington Post, tetapi juga ada banyak sekali koran-koran kecil lainnya. Hampir di setiap kota di Amerika Serikat punya koran sendiri.

Dari pengalamannya itulah seiring dengan era reformasi tiba, termasuk reformasi di bidang persuratkabaran, Dahlan Iskan pun mulai menerbitkan berbagai macam koran di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Yang sekarang sudah mencapai lebih dari 120 koran, baik yang diterbitkan sendiri, maupun dari hasil akuisisi, mulai dari Aceh di Sumatera sampai dengan Jayapura di Papua.

Terobosan-terobosan luar biasa hebatnya inilah yang banyak diikuti oleh perusahaan koran lainnya, termasuk Grup Kompas dengan koran-koran "Tribun"-nya, yang mulai merambah pula berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Hanya satu inovasi orisinil dari Jawa Pos yang sampai saat ini belum diikuti oleh koran lainnya, yakni tetap terbit di hari libur Nasional (tanggal merah), termasuk di Hari Lebaran, dengan Koran Lebaran­-nya itu. ***

Lho Yah, Nggak Sholat Ied Tho?

Posted: 19 Aug 2012 10:58 AM PDT

Ibadah puasa dan sholat Idul Fitri seolah seperti rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.Walaupun hukumnya sunah, namun melaksanan puasa tanpa melaksanakan sholat Ied seperti memakai kemeja bagus tanpa kancing baju. Jelas kecewa, serasa ada yang kurang lengkap.

" Lho Yah, nggak sholat Ied tho?" terdengar sayup suara istri berteriak

Saya pun terbangun dari tidur dan serta merta melihat ke arah jendela. Hari sudah nampak terang dengan suara takbir yang keras menggema dari Masjid Agung Ungaran yang terletak seratus meter dari rumah.

Bergegas saya melihat waktu di telepon seluler yang lagi diisi. Waktu menunjukkan pukul 6.05 pagi. Kami yang tidur di lantai atas pun tergopoh gopoh menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Istri membopong putri saya Adel yang sedang pulas tertidur.

Karena dibangunkan mendadak dan terlalu pagi, Adel menangis keras. Kami pun segera membangunkan ibu mertua yang juga sedang pulas tertidur kamar lantai bawah.

" Bu bangun bu, sholat Id" kata kami berdua. Istri saya langsung meletakkan Adel yang setengah terbangun di kursi. Sementara itu ibu mertua langsung berlari ke arah kamar mandi utama. Sesaat kemudian istri saya berteriak," Ayo yah cepat mandi sekalian "

" Bagaimana mau mandi, sabunnya masih di dalam dipakai ibu " jawab saya. Sementara itu Adel yang ditinggal di kursi menangis keras, mungkin karena suara gedebugan yang berasal dari kaki kaki kami yang berlarian ke sana kemari.

Istri segera mengetuk pintu kamar mandi yang sedang dipakai ibu mertua. Belum sempat mengetuk pintunya, ibu mertua keluar dari dalam kamar mandi.

" Sudah mas " kata ibu saya sambil berlari ke arah kamar.

Saya pun segera berlari ke kamar mandi utama untuk mengambil sabun dan peralatan gosok gigi . Secepatnya saya menuju kamar mandi kedua yang hampir tidak pernah dipakai mandi. Karena tidak pernah dipakai mandi inilah saya perlu alat-alat mandi kalau memang ingin mandi di sana.

Melihat saya keluar dari kamar mandi utama, istri bergegas sambil membopong Adel yang menangis keras menuju kamar mandi utama.

Di dalam kamar mandi kedua, saya segera gosok gigi secepatnya. Setelah itu segera mengguyur badan dan menyabunnya sambil cemas memikirkan anak saya yang menangis keras sekali karena dipaksa mandi pagi dalam keadaan mengantuk.

Segera setelah saya selesai mandi dan keluar dari kamar mandi kedua, istri berteriak," Cepat-cepat ayah segera berangkat sholat Ied, aku dan Adel ditinggal saja, daripada telat semuanya karena sudah jam 6.30"

Istri saya begitu panik melihat jam dinding yang terpasang di kamar bawah. Saya lah yang menyetel jam dinding itu dengan memprogramnya lima belas menit lebih cepat dari waktu aslinya.

" Ini masih jam 6.15, jam dibawah itu terlalu cepat lima belas menit " kata saya sambil berganti pakaian yang sudah disiapkan malam sebelumnya.

" Cepat-cepat ayah ..ibu..tunggu apa lagi, segera berangkat" kata istri saya sambil membopong Adel keluar kamar mandi."

" Ok aku dan ibu berangkat duluan, nanti aku carikan tempat kalau kalian bisa ngejar waktunya" jawab saya sambil menyambar sajadah.

Lokasi lapangan tempat sholat Ied hanya seratus meter dan kami pun berlari-lari kecil,meninggalkan Adel dan ibunya yang masih berganti baju.

Jam 6.20 kami sampai di pinggiran lapangan tempat sholat Ied. Ibu dan saya berpisah mencari tempat.

Saya sengaja mencari tempat paling pinggir , agar bebas memantau jarak pandang ke jalan yang akan dilalui istri-anak saya. Saya pun sudah menyiapkan satu tempat seandainya istri-anak saya dapat mengejar waktu sholat Ied.

Menit demi menit berlalu. Sampai pukul 6.40 saya belum melihat Adel dan ibunya nampak menyusul sholat. Kemudian muadzin pun mengumandangkan Iqamat tanda dimulainya sholat Ied. Saya pun pasrah kalau Adel dan ibunya tidak dapat mengejar sholat Ied.

Sesaat setelah Iqamat selesai, dari kejauhan sekitar dua puluh meter saya melihat Istri menggendong Adel sambil berlari lari. Tanpa pikir panjang saya pun berlari menuju ke arah Adel sambil melompati beberapa jamaah yang duduk di depan saya. Saya tidak berpikir tentang orang-orang yang sajadahnya saya injak-injak. Saya pun harus melompati rantai pembatas pagar setinggi sekitar empat puluh centimeter ketika kemudian saya rengkuh Adel dari gendongan ibunya.

" Ayo cepat, tempatnya saya sudah siapkan" kata saya ketika Imam sudah membaca takbiratul Ihram tanda sholat sudah dimulai.

Beberapa detik setelah itu saya istri menggelar dua sajadah dan Adel pun saya dudukkan di sajadah itu. Saya kembali ke tempat saya menggelar sajadah, hanya sekitar sepuluh meter dari Adel dan ibunya.

Demi masa, sesungguhnya memang kita tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah berjalan.

Gara-gara bangun kesiangan kemarin kami nyaris gagal melaksanakan sholat Ied. Namun kami akhirnya bisa melaksanakan sholat Iedul Fitri. Alhamduliah.

13453972032121406531

Alhamdulilah Adel dan Ibu akhirnya bisa melaksanakan sholat Ied di Alun-Alun Mini Ungaran 19 Agustus 2012

Ditulis Rikho Kusworo 20 Agustus 2012 jam 00.10

Refleksi Pendidikan di Indonesia: Ayam Mati di Lumbung Padi

Posted: 19 Aug 2012 10:58 AM PDT

Saya belum lupa betapa sekitar hampir dua dasawarsa lalu Malaysia sering bertandang untuk studi banding dalam hal dunia pendidikan, khususnya pendidikan perguruan tinggi.  Saya yang belum cukup lama melepas seragam abu-abu waktu itu merasa bangga sekali dengan negeri saya ini.  Betapa hebat Indonesia, sampai negeri malaka seberang bertandang untuk belajar di sini.  Saya waktu itu belum berkesempatan kuliah karena keterbatasan dana & harus bekerja di toko besi.  So, waktu itu saya memang bukan mahasiswa, jauh dari pemahaman yang memadai mengenai bidang akademis PT di nusantara ini, tapi toh rasa kebanggaan nasionalis itu mampu menyulut kebanggaan saya mengenai Malaysia yang belajar dari Indonesia.

Sekarang, orang kita merasa bangga klo bisa mengirim anaknya studi di Malaysia.  Saat ini,  negeri yang dulu bertunduk sikap untuk sudi diajar, sudah bisa bertegak gagah merendahkan 'mantan guru'nya.  Dan negeri ini semakin tidak punya kebanggan diri lagi.  Sudah larut dalam maraknya korupsi dan kehilangan hati nurani akan nilai-nilai kejujuran & kerja keras.

Sekali waktu, kepada beberapa anak muda yang ingin kuliah tapi kesulitan dana, saya mendorong mereka kuliah di Universitas Terbuka.  Bobot akademis baik, terakreditasi, ijazah negeri … murah meriah betulan pokoknya.

Tapi responnya dingin. "Ah, klo gak pergi ke kampus, kayak gak kuliah!"  "Waduh, kuliah macam apa begitu?"  "Kalo yang model gitu, nggak dulu dech … mending kuliah yang 'beneran' aja …"

Saya sebelum masuk Seminari, hanya lulusan SMEA.

Tapi saya punya hati seorang murid terhadap beberapa bidang pengetahuan.  Internet waktu itu masih gagap.  Tapi perpustakaan kan ada.  Jadilah saya menekuni semampu saya & seada bahan-bahan bacaan berkenaan dengan bidang yang ingin saya ketahui.  Bertahun lewat, ketekunan dari orang yang tidak terlalu pandai macam saya ini cukuplah untuk memampukan saya menikmati pemikiran para tokoh nasional, khususnya Gus Dur, Cak Nur, hampir separuh lusin romo Katolik dg pemikiran mereka yang dalam & luas, dll  (nah, ternyata negeri ini punya banyak pemikiran nasional yang hebat kan?). Saya bisa cukup menikmati gagasan ekonomi yang tajam dan kadang nyeleneh dari Kwik Kian Gwee, evaluasi kritis Sri Mulyani (sebelum jd menteri) … tulisan reflektif namun padat dari Gunawan Moh, Moh Sobary, serta sederet pemikir Islam yang moderat, kritis & filosofis (mulai dari yang cendekiawan nan nyeleneh seperti Gus Dur, sampai yang intelek nan serius  seperti Quraish Shihab).

Kesimpulannya, negeri ini adalah lumbung padi bagi keilmuan.

Tapi realitanya: dunia pendidikan di negeri ini masih carut marut;  masih seperti negeri ayam mati di lumbung padi.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar