Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 02 Agustus 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Menjadi “Aktris” dan “Aktor” dalam Kehidupan Kita Sendiri

Posted: 02 Aug 2012 10:55 AM PDT

REP | 03 August 2012 | 00:52 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Kehidupan orang itu berbeda-beda, yang di mulai dari latar belakangnya, kehidupan pribadinya bahkan kehidupan cintanya. Namun, di balik kehidupan seseoarang pasti ada "artis" atau "aktor" untuk menjadi pemeran utamanya, siapakah artisnya? Ya, siapa lagi kalo bukan kita sendiri? Yg dimana kita yg menjalani kehidupan kita tersendiri dan orang yg di sekitar kita adalah penontonnya.
Cukup susah memang menjadi artis atau aktor di dalam kehiduapn kita sendiri, kenapa? Karena kita tidak mengetahui skenario yg akan terjadi, berbeda dengan halnya artis atau aktor yg sedang berperan dalam film yg di atur oleh sutradaranya. Kita adalah kita, kita yang menjalani kehidupan kita sendiri. Lalu siapa yang mengatur cara "akting"kita untuk bisa yang lebih bagus? Jawabannya kita sendiri. Akting yang bagus disini adalah perilaku kita yang bagus untuk menghasilkan orang lain puas atas perilaku kita yang baik. Sama halnya dengan para aktris yang melakukan akting yang baik pasti dapet penghargaan atau award, namun kalo dalam kehidupan yang nyata yaitu apabila kita berakting (berpilaku) yang baik akan mendapatkan award (pahala) dari Yang Maha Kuasa.
Bisa kita lihat dari semua hiburan yang ada di dunia, semua aktris/aktor berlomba-lomba berakting yang baik agar mendapatkan penghargaan. Namun, kenapa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak berlomba-lomba seperti halnya seorang aktris/aktor untuk dapat penghargaan? Yang dimana penghargaan kita itu datangnya langsung dari sang maha kuasa.
Seperti halnya kalimat ini : "Dunia adalah panggung sandiwara" Ya, sangat setuju sekali dengan kata-kata tersebut. Dunia adalah panggungnya, dan kita sebagai manusia menjadi aktor/aktris untuk menjadikan dunia lebih berwarna.
Selamat menjadi "aktris" dan "aktor" terbaik! - Rizka Sucianty Gunawan


Siapa yang menilai tulisan ini?

Menulis bukan Menu-List

Posted: 02 Aug 2012 10:55 AM PDT

REP | 03 August 2012 | 00:52 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Sudah selayaknya menulis itu dijadikan kebutuhan pokok semua orang dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, bahkan orang yang menginjak usia tua pun harus tetap menulis. Menulis merupakan cara yang sederhana untuk mengasah otak tetap bekerja dan mengembangkan pola pikir manusia.  Selain itu, menulis juga sebagai media yang mampu meyimpan memori-memori yang tidak bisa diingat oleh pikiran kita. karena, pada dasarnya, kapasitas pikiran seseorang terbatas dan belum tentu mampu mengingat semua hal-hal pernah didapatkan.

sebuah pribahasa yang berbunyi "ikatlah ilmu dengan menulis" secara tidak langsung menuntun manusia untuk membudayakan menulis. Menulis bukanlah pilihan yang harus dipilah-pilah bak menu makanan. Dengan kebiasaan menulis, manusia akan melatih cara berfikir mereka secara teratur dan tertib. Memberdayakan otak kita supaya selalu terasah.

Sejak dini, anak-anak harus diperkenalkan dengan budaya menulis untuk perkembangan pertumbuhan mereka. Saat ini, kesadaran diri anak-anak bahkan remaja untuk membiasakan menulis sangatlah minim, kebanyakan dari mereka sangat malas untuk membaca dan menulis. Mereka lebih bersemangat jika disuruh bermain atau sekedar jalan-jalan ke mal.

Disinilah peran orang tua, selain guru, sangat penting untuk mengajarkan anak-anak pentingnya menulis. Orang tua harus mempunyai kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang lebih bermanfaat dan penuh wawasan bagi anak-anak mereka. Orang tua maupun guru merupakan peran utama untuk mengajarkan anak-anak didiknya tentang pentingnya menulis karena lingkungan yang baik akan menciptakan sesuatu yang baik pula.


Siapa yang menilai tulisan ini?

Walaupun Sekejap Namun Berarti

Posted: 02 Aug 2012 10:55 AM PDT

REP | 03 August 2012 | 00:51 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Semua orang pasti merasakan hal yang muncul hanya sekejap namun berarti, apkah itu? Cinta Kasih sayang atau apa? Sebenarnya bukan tentang cinta atau cerita romansa yang akan saya bahas dalam tulisan saya kali ini, namun tentang rasa nasionalisme rakyat Indonesia.

Sudah lama rasanya negara kita ini merdeka, namun sudah banyak pula rakyat ini melupakan akan rasa nasionalismenya. Kenapa? Karena mungkin rakyat sudah bosan akan menunggu kesejahteraan yang hanya sebuah angan-angan saja. Pemerintah sudah berusaha merancang rencana untuk memajukan negara ini, namun hal tersebut di hapuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, ya seperti para koruptor dan para pejabat yang hanya ingin memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan nasib rakyat.

Namun hal tersebut berubah semenjak adanya acara olahraga yang paling bergengsi di ASEAN pada November kemarin. Semangat Indonesia kembali lagi, dan rasa nasionalismenya pun kembali lagi. Senang rasanya melihat rakyat ini bersatu lagi, dan bersuara tentang serunya dan bahagia menjadi rakyat Indonesia. Serentak rakyat Indonesia melupakan semua masalah yang ada di dalam tubuh kepemerintahan ini yang sedang bobrok, melupakan semua tentang rasa benci terhadap pemerintah, dan pemerintah pun senang bahwa pada saat itu mereka bisa mengalihkan issue sejenak. Saya sebagai rakyat yang terbawa dengan euphoria pada saat itu sejenak melihat senyuman lebar di wajah semua rakyat Indonesia. Bisa di katakan juga, acara tersebut bisa membawa berkah bagi negara kita tersendiri. Berkah bagi para pedagang kaki lima, berkah bagi para pembuat baju timnas dan bahkan berkah bagi para pejabat yang tidak bertanggung jawab untuk mencari kesempatan dalam pengalihan issue.

Dengan acara tersebut, saya bisa ngambil kesimpulan bahwa rakyat Indonesia masih punya rasa nasionalisme yang tinggi walaupun hanya sekejap namun hal tersebut sangat berarti sekali bagi negara ini. Lebih baik sementara daripada kita selamanya tidak mempunyai rasa nasionalisme tersebut. Kdang saya berfikir, bagaimana kalo acara olahraga ini di adakan setiap hari agar rakyat Indonesia bisa mengeluarkan rasa nasionalismenya itu? Namun hal tersebut tidak mungkin dan sangat tidak mungkin.

Baiklah, yang jelas saya disini ikut berbahagia bahwa rakyat kita ini masih di beri rasa nasionalismenya walaupun hanya sementara. Walaupun sekejap namun berarti .

"Jayalah selalu negaraku! Terus dukung selalu negara kita ini, nasionalisme bukanlah digunakan hanya untuk sementara.. tapi digunakan dan dirasakan untuk selamanya demi kemajuan NEGARA REPUBLIK INDONESIA!" - Rizka Sucianty Gunawan

Siapa yang menilai tulisan ini?

Catatan Seorang Programmer

Posted: 02 Aug 2012 10:55 AM PDT

Sebuah Puisi karya seorang sahabat, ditengah kalang-kabutnya hari-hari sebelum sidang Skripsi

Catatan Seorang Programmer

Masygul jiwaku
Memandang keruh pada layarku
Menyelisik setiap baris pada tulisanku

bukan cinta yang aku cari
hanyalah sebuah bug yang tertanam!
menusuk programku, memacetkan sistemku

Adakah kau merajuk padaku Database?
marahkah engkau padaku setelah berulang kali ku tambah tabelmu?
gemukkan datamu

atau engkau javascript….
juga saudaramu PHP
engkau yang marah karena kau hanya ku selip-selipkan diantara HTML
hingga kau muak tak mau kerjakan tugasmu

ilmu yang kusadur dari berbagai halaman web tak mampu menjawabmu
beribu buku kubaca hanya untuk menemukanmu
dimana engkau berada………

kulakukan semua yang aku mampu
yakinkan diriku bahwa tak ada yang salah dalam dirimu

Tunjukkan dirimu dan berhenti bersembunyi!

riak-riak dirimu sudah mulai tampak
akan ku bongkar semua dan kau akan terkuak
aku berjanji akan menyingkirkanmu kelak

Jaka Felani Muis
Jakarta 15-2-2010

ditulis saat mulai hilang akal akan skripsi

Penjara

Posted: 02 Aug 2012 10:55 AM PDT

Bukankah di bulan puasa ini semua setan dipenjara?.

Aku ada di dalam sel penjara. Itu artinya aku adalah setan dan teman-temanku dipenjara, mereka juga setan.

Seandainya anggota KPK itu bisa disuap, tentu saja aku masih menikmati status sebagai manusia "terhormat". Seandainya setan-setan itu kompak untuk tutup mulut walaupun apa yang terjadi. Seandainya, ya seandainya. Karena aku telah bekerja sama dengan para setan untuk merugikan uang negara (baca : uang rakyat), ya tentu saja sesama setan akan saling serang, saling menjatuhkan satu sama lainnya, berlagak sok bersih padahal semuanya ikut menikmati hasil "rampasan" itu.

Dalam malam-malam heningku dipenjara, aku jadi lebih sering bercakap-cakap dengan Tuhan. Tuhan, bagaimana dengan setan-setan lainnya yang masih bebas berkeliaran mengapa tidak jua kau jebloskan dalam penjara?.

Sabarlah semua kan butuh proses. Lagi pula kalau semua setan dipenjara, bukankah penjara nanti akan penuh?. Kata Tuhan menghiburku.

Hahaha, kalau semua setan jadi dipenjara semuanya. Lantas jadi apa negeri ini?. Negeri tanpa pejabat publik. Bagaikan rumah tanpa majikan. Akan terjadi kesemrawutan jika semua para pembantu berebut mau jadi majikan.

"Hei, Hotma!. Berapa lama lagi aku harus mendekam dipenjara?." Bentakku pada pengacaraku.

"Sabarlah Boss, kita sedang "kondisikan" semuanya."

"Alah, kalau gak becus, aku ganti kamu sama si Tompul!."

"Tenang, Boss jangan panik… rest and relax saja disini (maksudnya: dipenjara) yang penting ini nya kan sudah kita amankan (sambil si Hotma memainkan jempol dan telunjuknya sebagai tanda yang menunjukkan : uang).

"Kemana?."

"Sudah kita transfer ke Cayman island, Boss."

"Boss duduk manis saja disini, paling lama tiga sampai lima bulan, setelah itu Boss bisa jadi milliarder."

"Setan kau, Hotma!. Kalau masalah ini berlarut-larut, aku gantung kau!."

"Tenang, Boss. Hakim, Kepala Lapas dan polisi yang menangani kasus ini semua sudah kebagian jatah preman, Boss!."

"Honormu yang mahal itu tidak akan aku cairkan kalau sampai aku dipontang-panting."

"Pengadilan cuma sandiwara saja Boss. Dipengadilan nanti, Boss pakai baju koko lengkap dengan kopiahnya mumpung masih bulan puasa. Berlagak jadi orang alim yang pesakitan. Kalau perlu, waktu Boss ditanya. Boss jawab dengan suara parau yang nyaris tak terdengar. Bahasanya harus "ngambang" dan tetap tenang." Kata Hotma mengguruiku.

Kalau ingat tingkah polah nya Hotma, aku miris sekali. Bagiku cuma Hotma yang manusia dengan segala sifat tamak dan serakahnya sedangkan hakim, kepala Lapas dan petugas polisi itu semuanya setan.

Besok aku bebas, Tuhan. Berkat kelicikan Hotma, semua proses hukumku terasa seperti aku sedang tour ke tempat Mu, Tuhan.

Dimana lagi bisa kudengar jernih bisik Mu, Tuhan kalau bukan dipenjara ini?.

Di luar sana, seperti pesta pora di kepalaku. Tak puas-puasnya kami merampas, merampok dan menjarah kekayaan negara (baca: rakyat). Aku sendiri sering tak habis pikir, akan aku kemanakan uang sebanyak ini?. Tak habis dimakan tujuh turunan.

Sering Kau bilang, Tuhan. Semua tak akan ku bawa ketika aku kembali pada-Mu.

Tenanglah Tuhan, aku akan membangun mesjid berkubah emas, menyantuni fakir miskin dan anak-anak terlantar. Paling hanya berapa persen sih yang akan aku keluarkan dari uang hasil korup?. Gak akan membuatku bangkrutkan, Tuhan?.

Jujur!, aku tak betah di penjara ini, Tuhan. Seringai senyum Mu seperti mengejekku. Sapaan Mu lebih tajam dari pertanyaan para hakim.

Di keheningan ku selalu saja Kau yang datang, Tuhan. Tak bosan-bosannya Kau menjengukku. Sementara para setan sebangsaku cuma ramai dimeja makan saja. Saatku dipenjara, semua lari terbirit-birit bersembunyi di lubang tikus.

Mungkin malam ini, malam terakhir kita saling bertegur sapa, Tuhan. Besok aku akan menghirup udara bebas. Aku akan kembali ke habitatku, habitat para setan. Suka atau tidak memang itu habitatku tempat kembaliku. Daripada dipenjara ini, selalu bertemu dengan Mu, aku seperti si pandir kelana dihadapan kuasa-Mu.

Hehehe, kalau Kau kangen denganku, jebloskan saja aku ke penjara lagi!, Tuhan. Aku siap menjadi pendengar yang baik saat bercakap-cakap denganMu, Tuhan.

Oh, iya ada oleh-oleh dari Mu, Tuhan sebagai kata kenangan yang harus selalu ku ingat dalam hidup ini. Begitu pesan Mu padaku. Akan aku tulis kata-kata itu pada status face book ku, itu yang akan ku lakukan pertama kali saat ku bebas besok.

Di ke-esaan Ku tempat kembali semua zat.

Di kuasa Ku, segala hikmah dijernihkan.

Di rahmah Ku, diagungkan segala mahabbah.

Sampai bertemu kembali, sampai ketika sifat Rahman dan Rahiim Ku tunaikan.

Begitu pesan terakhir Mu, Tuhan.

Hehehehe, sampai bertemu kembali Tuhan, sampai aku tak ada daya dan upaya tanpa se-izin Mu, Tuhan.

*****

Kutu Kata, Penjara, 02072012

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar