Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 24 Juni 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Hairi Raya Duan Wu, Hari Makan Bacang

Posted: 24 Jun 2012 11:23 AM PDT

REP | 25 June 2012 | 01:22 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan imlek jatuh pada hari Sabtu kemarin. Hari itu diperingati sebagai Hari Raya Duan Wu atau Hari Raya Peh Cun oleh seluruh warga keturunan Cina di seluruh dunia. Begitu juga di Taiwan, membuat bacang sudah mulai dikerjakan sejak satu minggu yang lalu, mereka saling membagi-bagikan bacang kepada keluarga dan teman dekat. Kemudian pada hari H, seluruh keluarga berkumpul untuk sembahyang dan makan bacang.  Perayaan ini juga identik dengan perlombaan mendayung perahu naga.

1340559814969354341

My bacang

13405619811619722864

Bacang buatan kami

13405620511121316914

Bahan-bahan untuk membuat bacang

Menurut sejarah, tradisi makan bacang di rayakan untuk memperingati wafatnya Qu Yuan yang meninggal karena terjun ke sungai Mi Luo. Beribu tahun silam Qu Yuan adalah seorang Menteri Besar yang sangat cerdas dan sangat setia pada kerajaan Chu. Konon pada masa negara saling berperang ( 403-221 SM) Raja Chu Huai menolak prakarsa Qu Yuan untuk berkoaliasi  dengan negara Qi dan berperang melawan Qin. Raja yang tidak mendengarkan nasehat Sang Menteri akhirnya mengalami kekalahan dan harus merelakan daerah kekuasaannya jatuh ke tangan musuh. Sang Raja akhirnya jatuh sakit dan kemudian meninggal.

Keadaan semakin parah saat raja baru naik tahta, karena Qu Yuan justru diasingkan ke suatu tempat. Qu Yuan yang sangat mencintai rakyatnya tak kuasa melihat negara yang tercerai berai dan akhirnya mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai.

Rakyat yang juga sangat mencintai Sang Menteri kemudian berusaha mencari jenazahnya dengan mendayung menyusuri sungai. Namun jenazah Qu Yuan tidak ditemukan. Rakyat kemudian berbondon-bondong membuang makanan kedalam sungai agar ikan-ikan yang lapar tak memakan jenazah menteri mereka, melainkan memakan makanan yang mereka buang ke sungai. Salah satu dari makanan yang mereka buang adalah nasi yang dibungkus daun bambu.

Maka hingga sekarang tradisi makan bacang selalu diperingati dan legendanya diceritakan secara turun-temurun. Perlombaan mendayung juga diadakan untuk memperingati peristiwa saat rakyat mencari Jenazah Qu Yuan di sungai Mi Luo.

Menarik bila dilihat dari sisi sejarah, bagaimana masyarakat China begitu menjaga tradisi leluhur mereka agar tetap lestari. Di jaman sekarang perayaan Hari Raya Duan Wu bukan hanya sekedar melestarikan budaya tetapi juga merayakan kebersamaan dengan keluarga. Dan lomba mendayung diadakan untuk mengajak masyarakat mencintai olah raga. Karena dengan raga yang sehat rakyat lebih bisa berkarya dan menjaga negeri dengan baik.


Siapa yang menilai tulisan ini?

Ketabahan Hati Ni Sulasih

Posted: 24 Jun 2012 11:23 AM PDT

Tergantung Dukungan SMS Bukan Karena Bakat

Posted: 24 Jun 2012 11:23 AM PDT

1340561860453620016

Ilustrasi/Admin(Shutterstock)

Sebut saja Namanya Briando,dia berlatar belakang dari keluarga miskin. Sejak dibuka pendaftaran sebuah audisi ajang mencari bakat yang disiarkan salah satu stasiun televisi negeri ini. Semula dia sangat berharap untuk dapat menjadi seorang bintang. Sehingga Ketika lolos audisi, sungguh, semalaman dia dan keluarga bergembira, hingga tak mampu memejamkan mata. Ternyata semua ini, awal dari kesengsaraan.

Setelah sekian bulan lamanya mereka melalui proses yang melelahkan. Akhirnya ajang pencari bakat itu pun tiba pada tahap akhir,tahap yang ditunggu-tunggu yaitu final penentuan sang juara yang hanya menyisahkan 2 kontestan. Diantara 2 kontestan itu Briando salah satunya. Sejak masuk final Briando bukan mengincar posisi juara. Bukan lagi itu yang dia inginkan. Bagaimana pun juga, dia harus menjadi juara pada malam ini. Dia memikul tanggung jawab yang besar. Demi keluarga, demi orangtua, Briando harus juara!

Suasana di studio malam itu terasa tegang, Briando memandang sekelilingnya dengan detak jantungnya yg berdetak kencang sedangkan mata penonton mengarah pada pembawa acara yang sedang membacakan siapa pemenangnya yang sukanya membuat penonton jantungan. Mengapa tidak,Si pembawa acara berulang kali hendak menyampaikan siapa pemenangnya. Begitu disebut nama salah satu kontestan, lalu dengan gaya berlama-lama hendak mengumumkan, eh tiba tiba dilanjutkan tetapi dialihkan ke topik lain, dengan menanyakan apa tanggapan Anda kalau nanti tidak juara? Dan bukan menyebutkan siapa pemenangnya! Mungkin ini trik si pembawa acara supaya para pendukung sedikit jantungan.

Dan akhirnya Seketika Briando terbodoh. Jantungnya seakan terbanting dari ketinggian lantai tiga. Dia melihat mulut kontestan yang menjadi saingannya di final terbuka lebar menjeritkan sesuatu yang tak terdengar jelas olehnya lagi. Para pendukung saingannya pun melompat girang. Briando kalah,dia tidak menjadi pemenang pada ajang pencari bakat itu.

Berhari-hari selepas malam itu, Briando hanya bisa merenung dan murung sendirian di kamarnya. Dan bahkan terkadang dia sering mematung di tempat dimana pun dia berada. Ya ada yang tak beres pada Briando. "Motor sudah dijual… Rumah juga sudah digadai..Utang disana-sini Demi meraih cita-cita Briando di atas panggung glamor".

Briando baru sadar bahwa dia dan teman-temannya selama menjadi kontestan ajang pencari bakat tersebut adalah orang-orang yang dijadikan kedok dari sebuah bisnis yang sangat menggiurkan. " Rp. 2.000 untuk satu kali SMS, 60% untuk operator, 40% untuk penyelenggara. Bila hanya sejumlah 3% penduduk Indonesia yang mengirimkan SMS dukungan, keuntungan yang diperoleh penyelenggara pun sudah mencapai empat puluh milyar lebih…"

Demi meraih cita-cita di atas panggung glamor, keluarga para kontestan seakan telah terhipnotis untuk melakukan hal-hal di luar akal sehat. Sama halnya dengan keluarga Briando menjual hartanya,mengadaikan rumah dan meminjan uang untuk membeli pulsa dan membiayai jari-jari orang yang bukan merupakan pendukung Briando untuk mengirimkan SMS dukungan!

Briando tahu bahwa dia bisa bertahan sampai di final bukan karena dia berbakat. Semuanya tergantung pada SMS dukungan. Dan kini orang tuanya berhutang, hingga ratusan juta, rumah sudah tergadai dan ahrta sudah habis terjual karena Briando tidak menang.

Briando hanya bercita-cita menjadi seorang penyanyi, kenyataannya dia berbakat. Mengapa pada akhirnya dia tetap harus terhina dan terluka oleh karena dia tidak menang? Apa karena karirnya tidak bergantung pada bakat, melainkan SMS dukungan yang semakin banyak semakin baik? Oh, Tuhan…! Inikah dunia yang selalu dikatakan adil?

Cinta Kilat Antara Aku dan Maya

Posted: 24 Jun 2012 11:23 AM PDT

Kompasianer dan Peluang Wartawan Gadungan

Posted: 24 Jun 2012 11:23 AM PDT

Tulisan ini hanyalah catatan opini pribadi saja,namun semoga ada hikmah dan manfaat bagi teman semua,yaitu ketika kalangan awam terutama orang-orang dekat saya yang nota bene kebanyakan kaum menengah ke bawah baik secara ekonomi maupun pendidikan.Menyangka saya sebagai kompasianer itu adalah sebagai wartawan.

Sebelumnya mohon maaf bagi keluarga kerabat dan orang-orang dekatku dengan catatan ringan ini,saya menulis karena  ingin berbagi informasi saja dengan niat tidak mau saya yang hanya sebagai kompasianer atau hanya sebagai blogger amatir lalu orang-orang yang mengenal saya menyangka sebagai wartawan.

Sekedar pengayaan, saya membuka wikipedia mencari definisi tentang wartawan,disana ditulis wartawan adalah seseorang yang melakukan jurnalisme,yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan yang dikirimkan dan lalu dimuat oleh media massa secara teratur.

Lebih jauh, seorang wartawan sebagai profesi yaitu orang yang menulis berita secara teratur dikirim dan dimuat di perusahaan media tempatnya bekerja sebagai jalan mencari nafkah dan tentu mendapatkan uang dari profesinya itu.

Lalu,tentu saja saya tidak bisa disebut sebagai wartawan,karena saya tidak bekerja dan mendapatkan uang dari menulis secara maksud definisi di atas.Saya tidak terikat pekerjaan apapun dengan kompasiana,saya tidak menulis teratur mengirim berita dan lain sebagainya,pokoknya saya bukan wartawan di media massa manapun.

Namun pandangan "awam" keluarga dan orang dekat saya lain,atau bisa juga pandangan sebagian besar orang awam yang mengenal saya di tanah air tidak tahu benar membedakan antara saya sebagai kompasianer dan seorang wartawan.

***

Kadang saya ketika masih di tanah air dahulu , suka heran dengan ada banyak orang hanya lulusan SMP dan ijazah penyetaraan SLTA atau mungkin dengan ijazah palsu sebuah PT, lalu aktif di organisasi masa atau LSM tertentu tetapi bisa mengaku-ngaku sebagai wartawan,punya kartu anggota dan surat tugas,kartu pengenal yang menggantung di leher hehe..,dan tertulis di sana sebagai reporter harian anu dan anu ,kebanyakan dari media lokal atau yang palsu banyak juga mencatut nama harian terkemuka.

Atau banyak WTS ,Wartawan Tanpa Surat Kabar yang kerjaannya tukang nakut-nakutin dan minta jatah sana-sini atau minta uang rokok dan bensin ke berbagai pihak,tidak jarang yang menipu janda kaya atau gadis-gadis kampung untuk di nikah dan di kuras hartanya.

Atau beberapa bulan yang lalu media jurnalisme warga Kompasiana juga pernah geger dengan oknum kompasiner yang mengaku wartawan lalu meminta memeras sejumlah uang ke panitia sebuah event di Jakarta.Lha…di Jakarta saja mereka sudah berani mau ngibul publik ya hehe..?apalagi di kampung-kampung bisa untuk nakut-nakutin pejabat daerah atau kontaraktor kecil di pedalaman sana.

Sebagai tulisan catatan saja,saya melihat bahwa di kalangan "awam" Indonesia profesi yang paling gampang dipalsukan apalagi saat ini banyak bermunculan jurnalis warga dan komunitas media massa lainnya,adalah profesi wartawan.

Dan sayangnya mereka mengaku wartawan bukan untuk menyalurkan hoby menulis atau berkarya tulis lainnya tetapi layaknya yang palsu-palsu banyak dijadikan sebagai alat penipuan dan pemerasan kepada para pejabat yang memang sedang dirundung masalah atau sebagai alat menipu dengan berbagai modus kriminal lainnya.

***

Kembali ke saya sebagai kompasianer,seorang TKI Saudi yang hanya anggota komunitas jurnalis warga,saya masuk kompasiana berawal dari sekedar hoby membaca dan suka menulis curat-coret ngikut ala "wartawan" entah di buku diary ketika masih smp jadul sampai sma dan ketika ada musim blog membuka blog pribadi,atau ketika ada facebook saya suka iseng membuat status yang agak panjang.

Setelah ketemu kompasiana masuklah jadi anggotanya,dan sesekali membuat coretan ala saya,(belepotan suka di edit ulang setelah di publish dan menulis langsung di kolom buat entry hehe),sesekali membuat laporan berita setahu saya,seaktual mungkin dan sebagainya

Dari itulah nama saya ikut narsis di Kompasiana yang tentu saja lebih populer dan lebih Nasional daripada media lokal semacam ini,lalu karena saya memakai akun nama asli jadi tahulah semua kelurga dan orang sekampung di tanah air.

Hehe lucu juga orang dekat di sekitar kabupaten yang suka membuka kompasiana jadi tahu saya suka nulis di kompasana dan ini yang paling saya tidak nyaman dengan mereka menyangka saya "wartawan" …hiks..

Karena ke "awaman" mereka itulah tidak bisa membedakan mana yang blogger,mana yang hanya jurnalis warga saja dan yang mana wartawan.

Dengan begitu tidak heran ketika di kampung saya banyak gadis tertipu dinikahi siri oleh wartawan gadungan,banyak TKW yang di tipu uangnya oleh wartawan gadungan,banyak Kepala Desa terkencing-kencing lalu memberi duit ke wartawan gadungan karena ditakuti-takuti kasus pribadinya hehe.. dan banyak sekali bahkan ada anggota polisi yang "awam" juga bisa ditipu oleh wartawan gadungan.

Karena masih gampangnya profesi wartawan ditiru oleh para oknum masayarakat kita  untuk dipalsukan dan dimanfaatkan untuk berbuat kriminal.Semoga teman yang berkepentingan dengan dunia ini bisa lebih menertibkan segala aturan main tentang wartawan ini,dengan harapan supaya jangan banyak masayarakat  yang terus menjdai korban penipuan para wartawan palsu termaksud.

Karena selama ini bagi yang "awam" blogger saja suka disangka sebagai wartawan,atau profesi wartawan.Kecuali bagi yang memang sudah wartwan asli dan blogger juga.

Lalu ketika bibi saya yang TKI PRT menanyakan, saya wartawan atau bukan ?,saya jawab," saya bukan wartawan bi,saya hanya TKI saja yang suka nulis di Kompasiana untuk belajar dan menambah teman,silaturahmi dan mengusir "sepi" nya suasana di perantauan,"

Salam.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar