Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 07 Juni 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Balapan Liar Yang sangat Menggangu !!

Posted: 07 Jun 2012 11:17 AM PDT

Aksi ugal-ugalan geng motor ternyata tidak hanya terjadi di Ibukota saja. Di kawasan eks Karesidenan Surakarta fenomena ini mulai merebak. Akses vital yang menghubungkan Solo dan Jogja kini digunakan sebagai ajang balapan liar.

Hampir di setiap malam dapat dijumpai aksi kebut-kebutan yang melibatkan beberapa kelompok pengendara motor di sepanjang Jalan Raya Solo-Jogja. Di beberapa titik antara lain Sawit, Boyolali, dan Ceper, Klaten rutin digelar trek-trekan.

Tak hanya membahayakan para pengguna jalan, aksi menantang maut ini juga mengganggu lalu lintas. Beberapa kali sejumlah kendaraan besar maupun kecil terpaksa berhenti lantaran ruas jalan dipakai untuk balapan liar. Ironisnya, beberapa ratus meter dari lokasi trek-trekan adalah markas kepolisian.

Saya sendiri juga terganggu pada saat saya mau pulang ke Jogja dari arah Solo. Dengan menggunakan motor, saya sengaja membawa motor ngebut karena memang sudah larut malam dan jalan pun sepi. Tetapi tiba-tiba Di tengah pekatnya malam, puluhan pengendara tampak berjajar di tepian jalan. Sementara dua pengendara mengambil posisi di badan jalan. Sayapun mengerem mendadak karena jalan sudah ditutupi motor yang sedamg akan balapan. Bus-bus, mobil, truck pun ikut berenti karena jalan mereka tutupi. Sangat merugikan pengguna jalan lainnya yang sedang melintas.

Kebanyakan balapan liar ini diadakan pada waktu akhir pekan atau hari libur. Biasanya digelar selepas pukul 24.00 WIB. Aksi kedua pembalap yang masih muda usia ini terbilang nekat. Betapa tidak, saat menggeber kuda besi itu, mereka sama sekali tidak mengenakan alat pengaman, baik helm ataupun jaket. Yang melekat di tubuh hanyalah kaus atau baju ala kadarnya.

Balap liar sudah mengakar sangat cepat di kota maupun di pedesaan yang bisa membahayakan nyawa pengguna jalan, masyarakat dan mereka yang melakukan aksi balap liar. Seharusnya bila hobi anda balap, gabunglah bersama balapan yang resmi supaya tidak merugikan orang lain.

Jalan raya tempat atau media berkendara semua orang menuju tempat yang diinginkan. Dalam berkendara di jalan raya ada aturan-aturan yang harus dipatuhi, yang disebut dengan rambu-rambu lalu lintas. Selain ada rambu-rambu lalu lintas, ada juga aturan yang tidak tertulis ketika berkendara di jalan raya, yaitu etika berkendara.Rambu-rambu lalu lintas yang harus dipatuhi ketika berkendara di jalan raya diantaranya, supaya tidak terjadi kecelakan sesama pengguna jalan raya.

Semoga para pembalap-pembalap liar ini mendapatkan kesadaraan bahwa aksinya sangat merugikan orang banyak. SEMOGA!!

Semua ingin menjadi “Agent of Change”

Posted: 07 Jun 2012 11:17 AM PDT

13390921671555752846

Jika diibaratkan sebuah suara, maka dunia tak ubahnya suara yang monoton. Notasi dan iramanya seragam, temponya datar seperti tanpa greget. Katakanlah pendapat ini bukan sebuah konsepsi dari seorang musikolog tetapi majas yang keluar dari seorang awam. Dunia memang monoton, selalu dirasa statis, ini penyebab dimana masyarakat selalu memelihara hasrat untuk berubah. Bukankah fenomena lazim bilamana setiap orang ingin merubah sesuatu menjadi lebih sesuatu yang lebih baik lagi? Upaya-upaya masyarakat yang selalu berhasrat tadi selanjutnya merujuk menjadi suatu sifat humanis, sifat kemakluman dimana manusia selalu memikirkan tentang kemanusiaannya. Seorang humanis acap kali menyadari hidupnya harus berubah lebih baik lagi untuk masa depannya. Untuk merubahnya diperlukan sosok teladan, sosok yang pantas ditiru. Disinilah tiap anggota masyarakat tersebut slalu menuntut sesuatu untuk menjadi figur teladan dan ditiru tadi, dan masyarakat awam figur tersebut secara popular menyebutnya sebagai "agent of change", satu istilah bule, berarti agen yang (diklaim) bisa merubah tatanan masyarakat yang ada. Ibarat sebuah gugusan gerigi mesin maka agen ini dianalogikan sebagai gerigi yang terbesar, dimana ia merupakan bagian dari gugusan tersebut tetapi mampu menggerakan gerigi-geirigi lain yang lebih kecil.

Agent of change, dalam tanda kutip untuk perubahan positif, dari kondisi masyarakat yang sudah mulai dianggap usang menjadi kondisi masyarakat pembaharuan, begitu seterusnya secara kontinyu sampai akhir zaman. Mereka berlomba-lomba menjadi agen itu, agen yang kemungkinan dapat dikenang dan dicatat di"buku" peradaban. Berbagai cara tiap orang melakukan amal demi meraih gelar tersebut, gelar yang memberi dampak kemaslahatan dalam sistem masyarakat. Inovator kemanusiaan, inovator perdamaian, inovator iptek, inovator kebudayaan, dan masih banyak lagi (kecuali untuk inovator militer sendiri penulis pribadi agak keberatan mengakuinya).

Menjadi agen perubahan pun bisa berorientasikan untuk diri pribadi, sebagai agen untuk merubah diri sendiri menjadi lebih baik menjadi lebih berarti untuk diri sendiri dan pencipta-Nya. Pun bisa untuk organisasi keluarga, menjadi figur perubah untuk sanak famili menjadi lebih mulia dan bermartabat. Tetapi tentunya perlombaan semakin sengit, cobalah amati dinamika masyarakat dewasa ini, dimana orang dan sekelompok masyarakat bahkan suatu bangsa pun ikut dalam ajang "pertarungan" ideologi. Tujuannya hanya ingin menjadi agen perubah tatanan masyarakat yang sudah ada, memang relatif jika dari segi aspek "sebar pengaruh" yang ingin mereka angkat. Dimulai mengangkat masalah A sampai ke Z. Tetapi kembali pada awal tadi, pertarungan sengit ini berasal dari sifat humanis yang selalu ingin berubah dunia menjadi lebih baik sebab alam selalu menjadi tantangan bagi masyarakat.

Para penulis juga agen perubahan, setidak-tidaknya untuk penulis tersebut melalui tulisan yang diyakini tidak berangkat tanpa hasrat. Pada prosesnya, ada yang menawarkan hasratnya tersebut dengan progresif, ada yang berirama sedang-sedang saja, dan ada pula yang beralur lambat serta normatif alias penuh kehati-hatian. Sebagai contoh, ketika para kompasioner bertarung diajang (katakanlah) persaingan gagasan, disitulah menjadi fenomena yang wajar dan tidak perlu diangkat menjadi suatu polemik. Mohon maklum isi kepala seseorang tidak persis sama dengan seseorang yang lainnya. Namun Kompasioner juga humanis sehingga yakinlah bahwa karya-karyanya dibagi-bagikan itu satu kat yakni KEBAIKAN. Maka teruslah mencoba berbagi, jangan menyerah untuk jadi figur itu. Jikalau saja bisa lebih cepat lagi maka  rubahlah kami secepatnya menjadi lebih berarti.

Salam dinamis…..Arba080612

Bid’ah dan Nyaudi

Posted: 07 Jun 2012 11:17 AM PDT

REP | 08 June 2012 | 01:07 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Baca tulisan Arab Kere terus baca komentar2nya dan ada yg ngasih tahu kalo ada hajatan di lapak Black Horse, saya langsung liat hajatannya. Eh, bener ramai lagi ngomongin Wahabi.  Jadi mau nulis juga soal sesuatu yang sering lupa untuk dituliskan. Sesuatu tentang kebenaran di pelupuk mata tapi terlupakan.

Sodara2, aneh gak dengan fatwa2 orang Wahabi di Nyaudi yang menganggap ini bid'ah, itu bid'ah. Seperti nyang dikatakan Black Horse di komentarnya soal artikel Wahabi Nyaudi itu. Kalau dipikir2, bukan aneh lagi tapi sangat aneh karena televisi yang banyaknya menayangkan hal2 yang berlawanan dengan hadis dan sunah yang mereka agungkan tapi kok dipiara.

Klub2 sepak bola, bank2,  pengiriman tkw tanpa muhrim, pembiaran penguasa semena2, dsbnya diantepin aja tapi kok yang diributkan dan dibid'ahkan soal2 yang seharusnya jadi masalah antara Tuhannya manusia dengan manusia itu sendiri.

Maaf sodara2, lagi ngitung duit jadi nulisnya pendek2 saja.


Siapa yang menilai tulisan ini?

ARTIKEL TERKAIT

Bangku Kayu Paling Hangat (I)

Posted: 07 Jun 2012 11:17 AM PDT

Sekalipun engkau tak lagi menghuni kamar apartemen di lantai ke berapa — karena memang aku belum sempat menanyai letak kamar apartemenmu —. aku tetap menunggumu di halte depan pagar apartemen bercat biru langit itu.

biasanya aku menunggumu dengan durasi 2 batang rokok. alasannya adalah rute kita untuk menuju bangku kayu paling hangat di tepi sungai nam. Rute itu pula yang bisa menghindarkanku dari incaran rekan-rekan sepermabukan. meski mereka penganut paham susah-senang kita terbang bersama, demi sabtu malam yang akan menghangatkan bangku kayu itu, aku membelot dan mangkir dari konferensi meja bundar berhiaskan soju yang selalu mereka gelar di malam akhir pekan.

Begitupun engkau, setia dengan berpura-pura sakit sedari sabtu pagi atau sekedar berucap " mianhaeyo " untuk mengurungkan niatan pria berkulit kuning yang akan mengajakmu bertamasya malam bertemakan lampu kota yang serba terang. engkau akan muncul dari balik pintu utama apartemen yang jumlah lantainya selalu gagal ku hitung. aku yang sengaja tak mengalihkan pandanganku dari pintu itu ketika menantimu dengan durasi 2 batang rokok; akan melihatmu datang mendekat dan terus mendekat sampai engkau hidangkan senyuman bibir bergincu untuk menghilangkan sepah lidahku yang mengecap 2 batang waktu untuk menunggumu.

Setelahnya engkau langsung mengajakku menyusuri rute favori kita. selalu seperti itu, tanpa memberi kesempatan bokongmu duduk di kursi halte barang sebentar untuk kemudian menanyakan berapa lama waktu aku menunggumu. tanpa pula engkau memulai mengajakku dengan panggilan 'dik', meskipun sudah terlampau sering aku melayangkan protes atas panggilan 'dik' untukku.

Minimarket yang terhimpit toko roti dan kedai minuman akan menjadi persinggahan pertama kita . dua botol soju untukku, 2 kaleng orange juice untukmu dan 5 bungkus snack bergambar bunga matahari menjadi kesepakatan untuk kita kunyah bersama di sela-sela percakapan kita di tepi sungai nam nanti.

koreatravelpost.blogspot.com

Halte bus dan penantian, rute dan perjalanan, mini market dan perbekalan. serta bangku kayu hangat dan riak sungai nam menjadi bagian dari jodohmu di bulan Juni. Sedang aku adalah penghulu yang mempertemukanmu dengan jodoh-jodoh paling menyenangkan setelah april dan mei yang penuh ketidak-pastian. Kerja, belajar bahasa korea, akhir pekan bisu bersama pria korea yang engkau sebut sebagai ketidak-pastian yang menjemukan itu.

Di bangku hangat kita, aku akan membiarkan tubuhku tak berbaju ketika sebotol soju membuatku berkeringat. Membiarkan angin malam membagi aroma tubuhku yang beraroma parfum sakura. Mengajakmu menertawai tulang-belulang igaku yang transparan karena tak ada daging yang bisa menyembunyikannya. Seusai tawamu redam, engkau menginginkanku bercerita tentang alasan paling sederhana aku meninggalkan rumah. Dengan menyamar sebagai seorang kakak perempuan, engkau benar-benar memaksaku untuk mengudar kata.

Enaknya dibikin berkabung eh….bersambung aja yah…..

Catatan sikil :

1.Sungai nam : ada di Kota jinju ( gak tau jinju ? ). Jinju ada di korea kidul

2. mianhaeyo : maaf

3. soju : arak

1339091068707168882

*Kota tua sacheon (Korea Kidul ) : 2012-o6-4 hari 4 malam jelang kepulangan

Buku Teks Amerika, India dan Indonesia untuk Mahasiswa

Posted: 07 Jun 2012 11:17 AM PDT

Mengajar 'memaksa' saya juga terus belajar. Tanpa dibekali kemampuan mengajar, sebenarnya beda dosen dan mahasiswa hanya siapa duluan yang memahami buku referensinya. Untuk itulah seorang dosen harus terus memperbarui wawasannya dengan membaca buku berkualitas yang paling baru.

Perkenalan saya dengan buku teks dimulai saat menjadi mahasiswa S1. Pada awal pertemuan dosen pasti akan menuliskan buku referensi yang digunakan, bisa dua atau tiga buku dalam Bahasa Inggris. Begitu mendapatkan judul buku dan pengarangnya, saya dan teman-teman pasti langsung mencarinya di perpustakaan untuk meminjamnya. Kalau tidak dapat karena keterbatasan jumlah buku, kami berusaha meminjam dari angkatan atas, atau dengan terpaksa memfotokopinya karena sebagai mahasiswa perantauan, memfotokopi satu buku merupakan hal yang mahal, apalagi membelinya.

Buku-buku tersebut berasal dari Amerika Serikat. Penerbit besar seperti McGraw-Hill, Pearson, dan Prentice Hall menerbitkan berbagai buku teks untuk berbagai jurusan. Bukunya tebal-tebal, komplit, tulisan kecil-kecil, dan isinya dilengkapi dengan studi kasus. Buku tersbut dicetak dengan kualitas yang prima, di atas kertas yang mengkilat (glossy) dan kaya warna. Hal ini dibutuhkan untuk menunjang ilustrasi yang bertebaran dalam buku. 

Bahasa Inggris yang digunakan bisa dibagi dalam dua kelompok, yang mudah dimengerti dan tidak. Untuk yang mudah dimengerti biasanya vocabulary lebih sederhana, narasi lebih mengalir dan kaya ilustrasi. Saya bisa menerapkan konsep membaca cepat disini. Baca sekilas satu paragraf, ambil poinnya, dan perhatikan ilustrasi, tabel atau grafik yang menyertai. Sedangkan yang tidak, biasanya ilustrasi hanya sedikit dan vocabulary sangat spesifik. Kalau yang ini biasanya saya baca kata per kata, dan rajin membuka kamus untuk melihat arti kata-kata yang saya duga sebagai poinnya.

Buku teks dari India juga mempergunakan bahasa Inggris. Orang India memang terkenal pintar dan senang merantau. Sebelum mengenal buku teks dari India, beberapa buku teks Amerika yang menjadi referensi ditulis oleh orang India. Beberapa yang saya temui memiliki pemahaman yang sangat luas dan detil, dengan bahasa Inggris yang sulit dimengerti. Mereka juga senang sekali memasukkan paper penelitian terbaru, sehingga isinya lebih advance. Meskipun buku teks tersebut untuk mahasiswa S1, bisa digunakan juga untuk mahasiswa S2.

India sendiri berusaha meningkatkan taraf pendidikan bagi warganya dengan cara menciptakan sekolah yang murah. Saya pernah membaca di Kompas, sekolah-sekolah di India secara fasilitas lebih buruk dari di Indonesia. Jika kelas-kelas di universitas di Indonesia sudah beralih dari OHP ke multi media, menggunakan spidol dan whiteboard, di India mereka tetap mempertahankan papan tulis dan kapur. Rasanya suasananya sama seperti saat saya kuliah dulu. Tanpa AC, meja kayu, dan lantai yang kusam. Namun soal kualitas pendidikan, saya rasa kita mesti belajar dari India.

Selain sekolah yang murah, mereka juga menjual bukunya secara murah. Tetapi isinya sungguh tidak murahan. Saat suami berkesempatan menjalani pelatihan di India, saya dibelikan buku teks yang berkaitan dengan bidang yang sedang saya tekuni.  Bukunya kecil, kertasnya kuning, tulisan kecil-kecil, tidak ada ilustrasi, dan semua hitam putih, kecuali sampul buku. Bahasa Inggris yang digunakan mudah dimengerti. Yang paling penting, harganya benar-benar terjangkau. Mungkin ada subsidi dari pemerintah atau regulasi yang lain. 

Selanjutnya buku-buku yang lainnya pun begitu. Penulis India cirinya adalah detil, semuanya dibahas dan semuanya penting. Agak sulit juga memilah mana yang disampaikan dan mana yang tidak karena keterbatasan jam mengajar. Sayang sekali sulit mendapatkan buku teks India di Indonesia, karena distributornya belum ada.

Buku teks dari Indonesia juga diperkenalkan oleh dosen saya, biasanya karena dosen tersebut penulisnya. Ciri selain bahasa, jika bukan kumpulan dari berbagai referensi buku teks  Amerika, bisa jadi hanya mengambil satu buku teks Amerika sebagai referensi utama. Kesannya seperti buku terjemahan. Sejauh yang saya tahu, sangat jarang penulis yang memaparkan alur pemikirannya sendiri, sehingga antara satu bab dengan bab lain terkesan loncat. Selain itu miskin ilustrasi, miskin studi kasus dan miskin penelitian terbaru.

Namun buku teks Indonesia tetap menjadi juara di negeri sendiri. Mahasiswa yang saya sarankan untuk mencari buku referensi, pertanyaan pertamanya pasti 'bahasa Inggris ngga Bu?'. Keterbatasan penguasaan bahasa asing menjadi penghalang, dan mereka cenderung memilih buku berbahasa Indonesia, meskipun isinya tidak serelevan dan sekomplit yang saya sarankan.

Potensi ini seharusnya dilihat oleh para penulis di Indonesia, entah dosen, peneliti atau praktisi, untuk membuat buku teks dengan standar yang lebih tinggi, menarik untuk dibaca, dan selalu diperbarui isinya. Saya yakin banyak orang Indonesia yang wawasan keilmuannya sama dengan penulis dari Amerika dan India, hanya tinggal menuangkan pemikirannya dalam buku.  Selain bahasa, kekuatan lain dari buku teks Indonesia adalah harganya yang lebih murah dan distribusi yang lebih mudah. Tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkannya, dan tidak  perlu fotokopi karena jatuhnya malah lebih mahal dari aslinya.

Mohon maaf jika ternyata ada buku teks Indonesia yang secara kualitas sudah bagus. Hal ini tidak lebih karena saya belum berkesempatan membaca buku tersebut. Semoga semakin banyak penulis Indonesia, termasuk saya, yang menulis buku teks untuk mahasiswa.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar