Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 23 Juni 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Pagi Di Batas Kota

Posted: 23 Jun 2012 11:29 AM PDT

Aku duduk sendiri memandang kejauhan dari bingkai  jendela yang kacanya   tertutup rapat, sebab jika dibiarkan terbuka angin malam demikian menusuk tubuhku dan beberapa orang disekelilingku. Tanpa ada yang dapat kulakukan dalam kesendirian, malah lamunanku menerawang  jauh ke masa 30 tahun lalu ketika  masih berstatus mahasiswa di Kota Bandung, aku duduk dalam posisi yang sama,  dekat  jendela yang tertutup rapat  hanya keremangan malam yang sebisa mungkin untuk kunikmati.

-=oOo=-

Entah darimana mereka berasal dan apa yang ada dibenak masing-masing, nampaknya mereka juga tidak ingin terusik akan hal-hal yang teramat sangat pribadi baginya, mereka asyik dengan nuansa yang berkecamuk dibenaknya masing-masing, tidak banyak bicara, tanpa menoleh ke kiri maupun kekanan, fokus terhadap apa yang mesti dilakukannya sendiri-sendiri padahal  keduanya duduk sangat berdekatan, kedekatan seolah  ingin mengusir dinginnya malam.

Yang lelaki tampaknya berumur 60 tahunan lebih waktu itu, terlihat beberapa bagian yang ditumbuhi rambut sudah berubah warna, kumis tipisnya sudah nyaris putih semua,  pun rambut yang menyusun alis matanya, mereka duduk santai tanpa menghiraukan yang lain.

Sedang yang perempuan berumur sekitar lima puluh tahunan,  dari sosoknya  keduanya sudah menunjukan betapa pengalaman hidup sudah terlalu banyak direguk, namun sikapnya demikian acuh tak acuh  ketika keduanya saling bersua maklum mereka baru bertemu hanya pada saat itu saja, karena yang aku tau mereka datang tidak bersamaan ada jeda waktu demikian lama,  juga jika menilik sikap keduanya tidak memperlihatkan keakraban satu sama lain duduk santai  seolah terhanyut dengan persoalan hidup masing-masing  yang  demikian menyita perhatiannya.

Sambil membaca buku kesukaanku, semakin lama hurup-hurupnya  yang berjajar rapi menyusun lembar demi lembar buku tersebut kini tampak tidak beraturan lagi, hurup-hurup nya lama kelamaan seperti saling berdansa, naik - turun dan mataku menjadi lelah dibuatnya, ku alihkan saja melirik mencuri pandang  ke ke-dua sosok berlainan jenis tersebut  tetapi sebisa mungkin mencoba untuk tidak menarik perhatiannya, betapa rasanya kurang sopan kalau perhatianku terlalu menyolok dipandangannya, tetapi rasa penasaranku semakin menggoda maklum kemarin pagi aku baru saja bertemu bercengkrama dengan kedua orang tuaku dan rasa itu kini terimbas kembali setelah memperhatikan mereka.

Hampir seluruh lampu yang ada sudah padam tinggal keremangan saja yang tersisa dalam dinginnya malam. Tidak kuduga bisa secepat itu, sekilas setelah kulirik dalam keremangan,  mereka  sudah beranjak untuk  tidur bersama,  keduanya tanpa basa-basi tanpa ribut-ribut kini telah bersampan terlalu  jauh, sudah sibuk menenun mimpinya di keremangan malam.

Kuperhatikan kembali yang ada di genggamanku untuk sekedar melihat sampul  buku yang tadi sempat kubaca isinya sekedar ingin mengusir kebosananku, tetapi sia-sia semuanya tidak terlihat jelas, dalam dudukku tidak ada teman untuk diajak bercakap ringan, aku hanya bisa menatap kejauhan yang begitu cepat berlalu-lalang dari balik jendela, kemudian kantukku menghadang, aku tertidur dalam posisi terduduk.

Terbangun secara tiba-tiba ketika suara-suara disekelilingku telah ramai,  seberkas  sinar mentari yang baru muncul di ufuk timur  mencuri perhatianku,  berkasnya menembus dari kisi-kisi  gordeng penghias jendela, menyapa makhluk yang baru beranjak dari tidur nyenyak menuju aktivitas pagi.

"Kau Tau kan Jeng Sri, Desember 1945, Tentara Rakyat  Indonesia dibantu oleh Laskar Pemuda Pejuang yang waktu itu berbasis di Tegalega, ketika tiba-tiba saja pertempuran pecah di suatu subuh yang masih gelap di JL. Foker,  Tentara Belanda yang membonceng Pasukan Sekutu   waktu itu datang dari arah Jakarta menuju Kota Bandung membawa persenjataan lengkap  dihadang oleh para pejuang di Jl. Foker,  Sekutu dengan senjata modern yang pernah  digunakan dalam perang dunia ke II,  pesawat tempur yang mem bom markas kita di Daerah Tegalega telah disambut oleh para Pejuang,  Sekutu yang bergerak dari Jakarta dengan gencar disambut oleh TRI dan Laskar Pemuda Pejuang, banyak yang meregang nyawa tetapi tidak membuat nyali rekan-rekan pejuang ciut, dengan senjata seadanya hasil rampasan dari tentara Jepang menjawab tantangan itu berusaha sekuat tenaga mempertahankan Kota Bandung dari bangsa yang hendak menjajah kembali yang berikutnya diakhiri dengan peristiwa Bandung Lautan Api". Celoteh bapak yang tadi duduk berdekatan dengan seorang  perempuan paruh baya yang baru kutahu bernama Ibu Sri meramaikan pagi yang baru saja beranjak dari peraduan.

Saya ingat Bung Karta, posisi saya waktu itu sebagai petugas palang merah pelajar sibuk mengobati yang terluka, yang dipapah oleh temannya bahkan banyak diantaranya yang sudah meninggal dunia.

Rupanya setelah semalaman hening karena membawa persoalan masing-masing ternyata di pagi buta mereka sudah demikian akrab, suasana demikian ceria berkisah tentang pengalaman masing-masing ketika melawan Sekutu yang di bonceng Tentara Belanda yang membombardir basis perjuangan TRI dan laskar pemuda pejuang.

Di Terminal Kebon Kelapa ketika Bis yang ditumpangi sudah berhenti, seluruh penumpang  menghambur keluar  bergegas menuju tujuannya masing-masing di  Kota Bandung, terlihat keduanya berpisah berjabat tangan erat, kemudian berjalan ke arah yang berlainan disambut oleh penjemput masing masing.

Kali inipun di pagi hari ketika Bis yang membawaku dari Semarang  memasuki terminal Leuwi Panjang Kota Bandung,  saya mulai melupakan kisah dua orang paruh baya yang masih semangat tersebut ketika kisah tersebut berlangsung  30 tahun yang lalu dalam Bis yang membawaku dari arah yang sama Semarang menuju Kota Bandung, kini di terminal Leuwi Panjang saya  disambut  oleh keramaian dan sapaan para kenek kendaraan umum menanyakan arah tujuan pulang. Saya bergegas naik Bis Kota menuju arah rumahku.

Kompas.com, Alternatif Saat Ide Menulis Macet

Posted: 23 Jun 2012 11:29 AM PDT

REP | 24 June 2012 | 01:26

1 0 Nihil

ayespiranza.blogspot.com

ayespiranza.blogspot.com

Saya tidak tahu apakah hal ini benar, tepat, salah, atau biasa saja dalam mencari "ilham" untuk  menulis. Namun itulah hal yang sering saya lakukan. Jika ide di kepala membahas sesuatu hanya samar-samar, atau cenderung tidak ada. Maka saya mulai mengambil 'selancar maya", lalu melesat meluncur dari satu situs ke situs lainnya. Dan yang paling sering saya kunjungi adalah, Kompas.com

Saya bukan seseorang yang kaya ide dalam menulis. Saya juga tidak banyak literatur keilmuan. Maka sering kali hasrat untuk menulis akhirnya tidak tersalurkan karena ide macet. Namun dengan melihat informasi-informasi di kompas.com, kadang ide menulis mulai mengalir. Bahkan tidak jarang malah membanjiri kepala dan sampai pusing harus mengangkat topik yang mana.

Selain itu, keuntungan lain melihat berita di Kompas.com adalah, bisa mengetahui isu kekinian lebih cepat dan lebih praktis.

Bagi seseorang yang selalu menggiati aktivitas di dunia maya, untuk mengejar informasi terbaru secara praktis dan simpel, tentu saja dengan cara mengintip laju berita yang mengalir di halaman website news semacam kompas.com, vivanews, detik.com, republika.com, dll. Semua merupakan pilihan terbaik ketimbang Televisi apalagi Surat Kabar cetak bagi penggiat maya.

Perhatian melihat laju informasi yang terus mengalir ternyata, khusus buat saya, bisa melahirkan ide-ide untuk menulis. Apalagi jika tulisan ingin diarahkan sesuai dengan isu-isu yang tengah berkembang saat ini. Maka sudah barang tentu sumber data atau sumber berita sangat diperlukan. Dan situs news itulah solusinya, sebab situs itu tidak pernah berhenti melahirkan berita-berita yang super cepat diupdate.

Tidak mesti di kompas.com, tentu saja, untuk melihat laju informasi yang tebaru, banyak website berita di jagat maya ini. Dan semuanya, bisa dijadikan bahan tulisan, atau hanya sekedar dicuri idenya (bukan plagiat atau copy-paste).

Selain itu, blog-blog yang ada di dunia maya pun tidak bisa dinafikan manfaatnya dalam memicu ide untuk menulis.

Jadi, jangan mudah menyerah kalau mau berusaha menulis. Internet adalah lautan informasi dimana kita bisa mencari informasi, dan juga dengan bebas bisa melempar tulisan.

Buat saya pribadi, kompas.com selalu jadi lirikan yang pertama jika mau melihat informasi yang terbaru. Kenapa jadi favorit saya? Saya kira karena kebetulan saja kompas.com nempel di kompasiana, atau kompasiana nempel di kompas.com. Hihihi..

Dasam Syamsudin

Cintaku Adalah ….

Posted: 23 Jun 2012 11:29 AM PDT

Cintaku sedalam luasnya samudera
Cintaku setinggi cakrawala mayapada
Cintaku seluas mesra pelukan erat dunia
Cintaku semenarik cantiknya cleopatra
Cintaku seindah tujuh rupa pelangi berwarna
Cintaku takkan pernah padam selamanya
Cintaku bermekaran laksana mawar jingga
Cintaku berkibar-kibar seperti bendera
Cintaku berdebar bila mendengar nama dia
Cintaku tidak mengenal benci hanya rindu adanya
Cintaku bagai api yang berkobar membakar jiwa
Cintaku pun dapat menyejukkan seperti es kutub utara
Cintaku akan selalu bahagia bila bersamanya
Cintaku padanya tidak pernah berakhir selamanya

* Dedicated to someone out there, who's always say ' I Love You' *

Sama-sama tidak dijagokan Perempat Final Besok

Posted: 23 Jun 2012 11:29 AM PDT

OPINI | 24 June 2012 | 01:25 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Inggris vs Italia. Euro 2012 kali ini memang sangat menarik sekali, banyak sekali pertandingan-pertandingan yang mempertemukan tim-tim raksasa sepakbola, meski turnamen benua biru tersebut kini baru memasuki babak perempat final. Dan kali ini akan kita bahas peluang di perempat final, yaitu prediksi Inggris vs Italia.

Inggris dan Italia adalah dua tim raksasa eropa, bahkan kedua negara ini kini bisa dianggap sebagai kiblatnya sepakbola selain tentunya Spanyol, Prancis dan tentu saja Jerman. Sudah barang tentu kedua negara ini selain memiliki pendukung dari warga negaranya masing-masing, banyak para penggemar bola di seluruh dunia yang mengidolakan kedua negara ini. Dan keduanya kini akan melakoni pertandingan hidup mati yang penuh gengsi, guna meraih tiket lolos ke babak semifinal euro 2012.

Sejarah pertemuan Inggris vs Italia tentu sudah seringkali mereka bertemu. Rekor pertemuan Inggris vs Italia tercatat sudah 22 kali kedua negara ini bertemu, dan 9 pertandingan diantaranya dimenangkan oleh Italia, sedang 7 pertemuan Inggris vs Italia lainnya berhasil di menangkan oleh Inggris, dan 6 pertemuan Inggris vs Italia sisanya berakhir dengan hasil imbang. Tidak terlalu jauh memang dominasi Italia jika dilihat dari statistik diatas.

Dan berikut adalah hasil 5 pertemuan terakhir Inggris vs Italia:

27/03/02     Persahabatan                   Inggris     1 - 2     Italia

15/11/00     Persahabatan                    Italia     1 - 0     Inggris

12/10/97     Kualifikasi Piala Dunia      Italia     0 - 0     Inggris

04/06/97     Persahabatan                    Italia     0 - 2     Inggris

13/02/97     Kualifikasi Piala Dunia      Inggris     0 - 1     Italia

Prediksi Inggris vs Italia di Euro ini, saya menjagokan Inggris menang tipis dan sulit: 1:0


Siapa yang menilai tulisan ini?

Selamat Tinggal Indonesia

Posted: 23 Jun 2012 11:29 AM PDT

Judul di atas sedikit lucu. Ucapan selamat tinggal biasanya diucapkan bila seseorang bepergian jauh, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara, ucapan "Selamat Tinggal Indonesia" di atas ditulis oleh seorang yang masih menginjak bumi Indonesia ini. Tidak menjadi soal. Sebelum melanjutkan menghentakan jari di atas papan tuts keyboard ini, saya menjelaskan sepintas tentang judul ini.

Indonesia dalam konteks ini adalah Indonesia yang menjadi impian para pendahulu kita, yang dulu terlibat secara langsung memperjuangkan kemerdekaannya. Indonesia yang mereka idam-idamkan adalah Indonesia yang ber-Tuhan, Indonesia yang berbudaya khas, Indonesia yang bermoral, Indonesia yang bertanggung jawab, dan banyak lagi. Dalam perjalanan waktu, Indonesia yang dimaksud semakin jauh dari apa yang diharapkan. Degradasi moral, kemerosotan nilai dan bahkan kehilangan jati diri, justru itu yang lambat laun menonjol.

***

Media cetak, media online, forum diskusi dan pertemuan-pertemuan khusus dihebohkan dengan berbagai fenomena yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. Percakapan-percakapan di warung kopi sampai pada forum ILC yang bergengsi itu, turut membicarakan hal-hal yang menggelikan sekaligus menyayat hati para pejuang Indonesia di masa lalu. Apa hal yang sedang dibicarakan?

Korupsi berekor panjang. Korupsi yang tidak pernah tuntas. Korupsi yang semakin lama semakin membawa para pembicara dan pendengar ke dalam dunia dongeng. Ini menduduki tingkat teratas penggunaannya sebagai topik diskusi di sana-sini.

Hal baru menyusul. Boleh dikatakan, menyentuh moral dan juga ideologi. Solusi penanggulangan penyakit HIV/AIDS dengan Usulan Penggunaan Kondom dari Menkes tidak kalah juga. Pelan-pelan menduduki peringkat teratas sebagai topik pembicaraan para pakar hingga ke kaum pinggiran. Ada yang mengatakan ini solusi, adapula yang mengatakan ini bukan solusi.

Banyak topik lain yang muncul, tapi tidak berhasil menduduki peringkat teratas. Hal itu terutama disebabkan karena tergusur dalam pengalihan isu atau pengalihan topik. Dan inilah sebuah strategi yang dimiliki oleh Indonesia yang sekarang, bukan Indonesia yang dulu. Ketika semua orang mulai ribut bertanya MENGAPA? Jawaban tidak ditemukan seolah segala sesuatunya buntu.

***

Saya pernah menulis di Kompasiana ini tentang ributnya rakyat ketika pemerintah menggagaskan ide "Kenaikan Harga BBM" tempo hari. Dalam tulisan itu, saya mengatakan bahwa "Kenaikan BBM hanyalah sebuah akibat, dan bukanlah sebab. Kali ini pun saya menambahkan bahwa Korupsi berekor panjang itu adalah sebuah akibat dan bukan sebagai sebab.

Khusus untuk topik heboh akhir-akhir ini, yakni respon terhadap "Sosialisasi Kondom oleh Menkes" yang memenuhi hampir setiap media online, termasuk kompasiana ini. Mengapa hal ini diributkan? Salah satu jawaban yang hampir dapat dipastikan benar adalah karena Indonesia masuk dalam kategori "hidup dalam tradisi/budaya timur". Dan segala sesuatu yang bertentangan dengan tradisi, kebiasaan, pasti menuai pergolakan dan pendapat-pendapat pro-kontra. Bagi saya itu sah-sah saja. Tetapi ketika setiap orang ditantang untuk menemukan solusi, daripada hanya ribut saja, bersamaan pula orang-orang tersebut bungkam, diam seribu bahasa, larut dalam ketiadaan solusi.

***

Satu istilah yang tepat digunakan untuk seluruh kalangan yang hidup di negeri ini adalah "PUTUS ASA". Boleh dikatakan, akibat dari ke-putus-asa-an ini, secara menyeluruh menggiring rakyat Indonesia pada penyakit frustrasi tingkat tinggi. Dan dalam keadaan jiwa yang sedang galau itu, solusi apa pun ditawarkan dianggap sebagai jalan buntu.

Bila semua ini merupakan akibat, mari kita lihat bersama-sama penyebab terdekat, hingga pada akhirnya kita tiba secara bersama pula pada penyebab utamanya. Saya teringat dengan diskusi singkat di lapak seorang dosen yang juga menulis di Kompasiana ini. Dalam diskusi itu terungkaplah sebuah istilah baru "Sistem Pendidikan Karbitan". Apakah ini berpengaruh? Ya, saya mengatakan ya. Yang gagal di negeri ini bukanlah kegagalan biasa. Kegagalan di negeri ini merupakan kegagalan berantai dan dimulai dari pengkaderan yang salah melalui pendidikan. Generasi kita terdahulu, sekarang dan bahkan yang akan datang sedang digodok menjadi manusia-manusia pengecut, manusia-manusia yang tidak mementingkan moral, manusia-manusia yang tidak bertanggung-jawab. Terdapat sedikit saja yang masih taat dan dikategorikan baik karena mendapat resep tambahan, misalnya di pesantren, sekolah agama, seminari dan lainnya. Akibatnya, karena merupakan kegagalan berantai, kita dihadapkan dengan hal-hal baru yang hanya sebentar saja menduduki "posisi aneh" dan lama-lama "menjadi terbiasa juga". Efek parahnya, apa yang menjadi penyebab tadi tidak tersentuh oleh perbaikan malah sibuk berbincang-bincang menangkap akibat-akibat yang sudah ada dan masih akan ada lagi.

Mari bernubuat. Setelah melihat kegagalan berantai ini, saya berani mengatakan "Selamat Tinggal Indonesia". Selamat datang budaya nirwana, yang didapatkan dari kebijakan-kebijakan frustrasi, pendapat-pendapat putus asa, pikiran-pikiran kebuntuan. Tradisi kami telah gagal berjalan dalam kejujuran dan kebenaran. Daripada pusing, biarlah kami melegalkan apa saja demi kebaikan kami yang sekarang ini tidak menentu lagi.

Mari bernubuat lagi. Setelah kondom yang diributkan ini, dua atau tiga tahun ke depan, demi alasan keamanan, senjata api akan dibebaskan juga di Indonesia yang jati dirinya semakin hilang telan waktu dan mengadopsi tradisi-tradisi baru yang menjanjikan kenikmatan dan kebebasan. Kita telah dikarbit, maka mari kita hidupi karbitan itu dengan gaya instan, makan sebelum masak, kaya sebelum berusaha, berhubungan seks sebelum waktunya… Enak kan?

Selamat Tinggal Indonesiaku, Selamat Datang ….(yang tidak punya rupa lagi).

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar