Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 01 Juni 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Fundamentalisme Itu Berbahaya (Tanggapan Buat Kompasianer Mukti Ali - Bag. 1)

Posted: 01 Jun 2012 11:21 AM PDT

Ini adalah tulisan bagian pertama buat bro Mukti Ali terkait tulisan saya sebelumnya tentang http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/31/mengapa-aku-tobat-dari-islam-fundamentalis/">Mengapa Aku Tobat dari Islam Fundamentalis.

Bagian I: Fundamentalisme Itu Berbahaya

Tidak peduli kebaikan apa yang telah dihasilkannya, harus diakui bahwa kelompok fundamentalis membawa resiko besar bagi kehidupan keseluruhan manusia, sebuah ancaman spiritual terbesar bagi masyarakat di seluruh dunia.

Kalimat di atas adalah hasil renunganku yang pernah berada dalam ayunan bandul fundamentalisme agama.

Nah, apa itu fundamentalis? Kita bisa menelusuri apa dan siapa yang disebut kelompok fundamentalis dari berbagai sudut, tp sy memilih dua sj.

Pertama, makna leksikon.

Kata 'fundamentalis' dalam KBBI (2001: 322) berarti "penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci."

Saya menyetujui makna ini, karena dapat dipahami dgn sangat jelas, tegas, dan lugas. Gak belok-belok seperti 'oplet mengkol'.

Kedua, ciri-cirinya

Menjelaskan suatu entitas bisa juga dengan cara menjelaskan ciri-cirinya. Hasil pengalaman saya tentang kelompok fundamentalis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

- Pro penerapan aturan agama di ruang publik

Kelompok ini adalah kelompok yang bercita-cita menerapkan aturan agama secara sebagian atau seluruhnya di ruang publik. Caranya bisa secara halus atau kasar. Cara halus melalui jalur demokrasi dan penyusunan UU/Perda berbau syariat. Cara kasar melalui razia, demo, intimidasi, atau bahkan pemberontakan.

- Pro Khilafah

Kelompok ini bercita-cita menyatukan seluruh komunitas yang seagama dgn mereka dalam satu pemerintahan. Gerakannya bersifat trans-nasional. Tak ada lagi konsep nation-state seperti Indonsesia skrng ini, yang ada adalah DI dan DH. Konsep absurdnya "agama adalah sekaligus negara".

- Anti Demokrasi

Ada sebagian kelompok fundamentalis yang menyamakan demokrasi ala barat sebagai agama, sehingga siapa yang mempraktikkannya dianggap telah mengikuti ajaran kafir. Jargon demokrasi yang menyatakan suara rakyat adalah suara tuhan sangat tidak diterima. Tuhan adalah satu-satunya pembuat hukum tertinggi, objeknya adalah manusia.

- Kritis terhadap modernitas

Segala sesuatu yang datang dari proses peradaban modern dianggap harus dicurigai dan diwaspadai. Pencetusnya malah di anggap sebagai musuh abadi. Sebut saja yahudi. Betapa banyak iptek hasil pemikiran yahudi dapat mempermudah hidup manusia, tetapi oleh kelompok ini tetap sj dihina sebagai sekelompok 'monyet'. Apalagi jika dianggap bertentangan dengan dogma agama, teori evolusi salah satunya.

- Formalistik ritualistik

Sangat mengutamakan hal-hal yang sifatnya ritual formal. Kesalehan seseorang diukur dari kesalehan ritual. Ketaatan seseorang dalam melaksanakan shalat, puasa, atau haji, apalagi jika ditambah ibadat2 sunah, adalah ukuran kesalehan seseorang. Lebih dari itu: jidat item, jenggot, celana ngatung (isbal), jubah ala paki, peci, dll adalah atribut yg tak terpisahkan dari kelompok fundamentalis yang lebih radikal.

Jadi, siapapun anda jika memiliki ciri-ciri di atas, maka dapat digolongkan sebagai kelompok fundamentalis, baik lugas maupun tegas, lembut maupun keras, kalem maupun vokal, diam di rumah ataupun turun ke jalan.

Kenapa kelompok ini berbahaya? Karena kelompok ini umumnya mudah tersinggung, mudah diprovokasi, anti kritik, cepat marah, siap mati utk agama, tidak menghargai musyawarah, tidak toleran terhadap perbedaan, mau menang sendiri, suka memaksakan kehendak, anti-dialog, kaku, kolot, radikal, dan eksklusif.

Gambaran di atas mewakili pemahaman saya tentang apa itu kelompok fundamentalis. Tetapi, pada dasarnya siapapun bisa memiliki konsep dan pemaknaan yang berbeda dengan uraian ini.

Salah satu sifat bahasa adalah arbitrer, yaitu tidak adanya aturan secara khusus, hanya kesepakatan atau konvensi. Suatu istilah digunakan atau tidak digunakan diserahkan sepenuhnya pada pengguna bahasa itu sendiri.

cmiiw.

Kenapa APPI, Takutkah Pemain kepada Klub?

Posted: 01 Jun 2012 11:21 AM PDT

13385739101654411565

zonabola.com

Gonjang ganjing tidak semakin menggambarkan penyelesaian, tetapi justru malah semakin banyak masalah yang terkuak, dan kelihatan hal hal yang sangat mendasar. Keputusan PSSI dalam Kongres di Palangkaraya, jelas jelas sudah memasukkan kembali kemungkinan ISL dalam naungan dan kendali PSSI, agar supaya tidak di tuduh sebagai kompetisi sempalan, yang di jalankan sendiri tanpa kendali federasi yang resmi PSSI.

Keputusan konggres adalah keputusan yang paling tinggi dari segi produk hukumnya, oleh karena itu, hasil dari konggres selayaknya di hormati dan di taati oleh semua pihak yang ada dalam aturan dan protokol PSSI/FIFA/AFC, dalam konggres tidak hanya mengakomidasi Klub2 dibawah naungan ISL tetapi juga memasukkan  kedalam kendali dan naungan PSSI.

Ketua umum PSSI ditugasi untuk melaksanakan policy tersebut, dengan 5 butir rekonsiliasi. Jadi program rekonsiliasi adalah program resmi sebagai hasil dari Konggres yang di akui Pemerintah, maupun FIFA/AFC. maka sangat wajar kalau pengurus PSSI setiap waktu dan setiap kesempatan menghimbau kepada anggota dalam kompetisi ISL untuk secepatnya mengikuti rekonsiliasi yang di putuskan oleh konggres palangkaraya.

Tetapi apa boleh buat, sampai kini, masalah tersebut tak pernah lagi di ikuti dan di jalankan. malah kecenderungannya ISL tetap mantab di luar kendali PSSI DA, Entah apa logikanya, mereka mengharap kehadiran sosok lain yang menggantikan Djohar A. Sementara tidak ada alasan cukup bagi pergantian ketua umum sekarang ini. Dan FIFA menganggap PSSI sudah ada dalam jalur yang benar.

Pemain sepakbola masih saja berkutat dengan masalah pribadi , padahal jelas2 mereka membentuk wadah, yang di sebut APPI, dengan maksud bisa mengakomodasi kepentingan Pemain terhadap tekanan dan dominasi Klub terhadap pemain. Apabila Pemain telah menemui jalan buntu. Dan sekarang ini tak pernah ada terbetik berita tentang ada masalah Gaji pemain yang tidak diberikan, dan saya belum pernah mendengar adanya gugatan terhadap klub oleh pemain. Kecuali Okto, Tibo, Wanggai, Diego M, Markus. yang dengan berani mengambil sikap dan melawan dominasi Klub dengan gagah berani.

Perjanjian yang dilakukan antara Pemain sepakbola dengan Klub, dilakukan atas nama sendiri yang bertanggung jawab penuh, menandatangani untuk dan atas nama sendiri, tidak ada sama sekali singgungannya dengan APPI.

Tentu sebelum terjadinya perjanjian tertulis diatas dokumen yang bermaterei, sudah di bahas dan di telisik satu satu masalah, pasal demi pasal perjanjian. yang sekiranya memperoleh kepastian kontrak dan jaminan terlaksananya kontrak yang telah disusun. Didalam perjanjian itu, berlaku hukum yan mengikat diantaa pemain dan Klub. Dan perjanjian itu memepunyai kedudukan hukum yang tinggi.

Maka, permasalahan kontrak pribadi pemain dengan klub, seharusnya di lakukan pembicaraan secara langsung, terjadinya perjanjian itu karena adanya niyatan yang baik diantara kedua belah pihak dan taat mengikuti aturan yang ada, termasuk legalitas Klub.  sedemikian sehingga kegiatan Pemain sepakbola senantiasa terjangkau berada dalam koridor hukum da aturan yang berlaku.

Jadi bagi Klub dan Pemain yang mengadakan perjanjian, bahwa perjanjian itu mempunyai kekuatan hukum setara dengan Undang Undang. Yang harus ditaati dan di laksanakan, semua hal yang terkait dengan kegiatan yang diakibatkan perjanjian tesebut.

Dalam Hal perjanjian ini, kedudukan Klub dengan Pemain mempunyai kedudukan yang sama dan setara, maka tak ada alasan pemain tak bisa melakukan pembicaraan secara pribadi kepada masing2 klub yang menandatangani perjanjian tersebut. Maka mempertahankan apa yang tertera dalam kontrak adalah wajib hukumnya, untuk senantiasa tejaga seluruh klausul perjanjian dapat  terlaksana, termasuk, gaji, bonus, dll.

APPI tak akan efektip dalam menyelesaikan apa yang tertulis dalam kontrak, Pemain bersangkutan yang mempunyai kekuatan penuh dan mempunyai motivasi kuat untuk menyelesaikannya.

Kebetulan memang Klub dibawah ISL, sedang mengalami masalah besar, dengan tak diakuinya ISL di hadapan FIFA, Dan PSSI . Demikian juga sebaliknya, ISL tak pernah mengakui PSSI DA, sebagai pengurus PSSI, sementara FIFA hanya mengakui PSSI DA dan tak ada yang lain dan itu nyata dan sampai kini.

Maka tak ada manfaatnya APPI memperjuangkan Pemain didalam pelanggaran Klub terhadap pemain. Sementara pemain nya sendiri tidak pernah mempermasalahkannya.

APPI akan jauh lebih bermanfaat, sebagai wahana silaturahmi, tukar menukar informasi dan mengedepankan pencapaian profesionalitas para pemain.

.

Jakarta, 1 Juni 2012

.

Zen Muttaqin

.

.

[PM-FF] Cinta Tanpa Solusi

Posted: 01 Jun 2012 11:21 AM PDT

"Cinta kita semakin kuat, tapi solusi makin ga ketemu, Mas…" Celoteh Dinda.

"Lho?" Putra tercenung dan memandangi Dinda yang mulai bosan dengan kesemuan cinta yang sedang dijalani mereka. "Tapi, Dinda…" Kata Putra namun tertahan.

"Udah, yah…" Dinda menyentuh pundak Putra dan seperti ingin melepas kangen dengan pundak itu. Tapi matanya sudah hampir dipenuhi air bening yang membuat ia malu dan tak tahan lalu berlari dari hadapan Putra.

"Dinda…!" Panggil Putra geram sementara dia masih rebah di atas ranjang. Kesal rasanya dia tidak memakai baju duluan.

Dinda pergi. Dan sepertinya Putra pun harus kembali lagi ke Desa Rangkat menemui istri dan anaknya.

===========

*Fiksi Kilat oleh: Uli Elysabet Pardede  (96)

Flash Fiction 100 kata di atas adalah dalam rangka event "Pekan Me-Rangkat Flash Fiction 100 kata [PM-FF]". Untuk melihat karya-karya peserta lainnya, silahkan klik link tulisan ini: Semarak Pekan Me-Rangkat Flash Fiction 100 Kata di Desa Rangkat

Mak, Saya Bukan Penulis!

Posted: 01 Jun 2012 11:21 AM PDT

Praakkk!!!

Suara lemparan gulungan koran di atas meja.

"Belum ada juga tulisanmu?"

Entah berapa puluh kali atau mungkin sudah ratusan kali pertanyaan itu meluncur dari bibirnya. Setiap pagi, setiap selesai melihat-lihat surat kabar yang aku bawa pulang. Wajahnya selalu kesal, gusar dan berharap suatu saat ada yang aku tulis di surat kabar.

Hanya bermodalkan Ijazah SMA, 7 bulan yang lalu aku diterima di sebuah surat kabar sebagai pengecer di kotaku. Pekerjaan yang termasuk "elit" ini di kampungku karena pemuda seusiaku biasanya hanya menjadi kuli bangunan dan atau buruh tani. Beruntung aku bisa menjadi pengecer koran, kata teman-teman seusiaku.

"Sudah 7 bulan, apakah kamu masih sanggup menjadi pengecer koran?"

"Masih mak, kenapa emang mak?"

"Tidakkah terbesit di hatimu untuk menulis. Kamu sekarang bergaul dengan surat kabar, mebaca tulisan orang. Kapan kamu bisa menulis? Kapan tulisanmu terbit di surat kabar?"

Mamakku yang juga pernah mengenyam pendidikan SMA sampai kelas 1 ini memang sangat rajin membaca surat kabar yang aku bawa pulang. Beliau selalu berharap ada tulisanku di kolom opini. Tulisan anaknya yang katanya mempunyai kelebihan dibidang menulis.

"Mak, Saya bukan penulis!"

"Maksudmu?"

"Saya hanya pengecer koran!"

[PK-INSERT] Kenthir Vs. KPK

Posted: 01 Jun 2012 11:21 AM PDT


OPINI | 02 June 2012 | 00:58 Dibaca: 14   Komentar: 7   1 dari 1 Kompasianer menilai menarik

1338573025721530585Mohon saran dari masyarakat, KPK masih bingung dengan masalah Malinda Dee,adapun masalahnya sbb:

1. Bila terbukti payudara Malinda hasil operasi silikon yang dibayara dengan uang hasil korupsi, APAKAH PAYUDARA ITU BISA DISITA OLEH NEGARA?

2. Jika disidangkan dipengadilan, APAKAH PAYUDARA ITU JUGA HARUS DIPERLIHATKAN SEBAGAI BARANG BUKTI?

3. Bila ada pria yang pernah menikmati payudara itu, APAKAH PRIA TSB BISA DIHUKUM DENGAN PASAL TURUT MENIKMATI HASIL KORUPSI?

***********************************************************************************************
^%  Y O U R  V O I C E %^

***********************************************************************************************

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar