Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 02 Juni 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


[PM-FF] Ijo-Ijo

Posted: 02 Jun 2012 11:36 AM PDT

Supporter sepakbola Indonesia BERSATULAH

Posted: 02 Jun 2012 11:36 AM PDT


REP | 03 June 2012 | 01:23 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

"Parah!!" Itulah kata yang tepat bagi carut marut yang sedang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Dari pengurus PSSI sampai pada para supporter. Belum selesai permasalahan yang ada pada tubuh PSSI sudah ada lanjutan seri kejadian memilukan pada laga persija versus persib kemarin pada persepakbolaan Indonesia. Pengeroyokan oleh sekelompok orang dari salah satu kubu supporter team berujung pada hilangnya nyawa orang (dari supporter lawan).

Hal ini tentu sangat mengiris hati, ketika pelaku diintrogasi polisi menjawab "saya cinta persija" (sumber:detik.com). saya tidak bermaksud untuk menjelekan pihak tertentu. Sudah cukup nyawa orang hilang secara konyol seperti itu, harapan kita bahwa kejadian tersebut menjadi yang terakhir. Himbauan untuk seluruh supporter juga untuk menjaga emosi ketika team kesayangannya sedang beradu di lapangan. Kejadian ini sepatutnya menjadi alarm untuk seluruh supporter di Indonesia.

Berkaca dari kasus tersebut, maka perbedaan ialah sangat wajar terjadi. Apakah kita tidak boleh berbeda? Hal ini mengingatkan saya pada pesan seorang khotib sholat jumat, perbedaan yang terjadi pada kehidupan amatlah banyak, golongan tertentu berbeda pandangan dan sebagainya dengan golongan lain. Yang sebenarnya perlu di perhatikan ialah kedewasaan golongan yang saling berbeda pendapat tersebut, dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:

1.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda maka mereka akan langsung membencinya, ini merupakan tingkatan yang paling rendah (karena mereka tidak memahami unsur pluralitas yang ada pada masyarakat)

2.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda mereka tidak membencinya, sikap skeptis kepada golongan lain yang berbeda dan telah sedikit melunak.

3.golongan yang melihat golongan lain yang berbeda mereka tidak membencinya, justru mereka saling mengisi/ bersinergi menambah pengetahuan dan berusaha menambal kekurangan dari masing-masing golongan.

Apabila seluruh supporter di Indonesia memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi (seperti pada golongan nomor 3) sehingga dapat bersatu untuk memajukan  sepakbola Indonesia maka mungkin sepakbola Indonesia dapat  mengalami perubahan yang signifikan dari segi prestasi (bukannya jalan ditempat seperti saat ini).

(AK)


AFF 2010 Adalah Timnas Terbaik?

Posted: 02 Jun 2012 11:36 AM PDT

Salam Sepakbola Bangkit!!!

Temen Ane tiba-tiba datang waktu Ane lagi nulis di kanal Kompasiana.

Temen    : "Prex, ngapain sih Lu jadi sering banget nulis soal bola Indonesia di Kompasiana?.  Sepakbola carut marut aja dibela-belain…"

Ane          : "Gue peduli dengan perkembangan sepakbola nasional Cuy.  Bukan seperti mereka yang cuman jadi suporter kumatan, cuman dukung kalo Timnas lagi menang aja."

Temen    : "Oke… oke… Tapi kan sekarang emang bener-bener menyedihkan prestasi bola kita, kalah mulu.  Sampe-sampe lawan Palestina yang dulu kita bantai 4-1 aja kita kalah."

Ane         : "Dulu kan kita menang di kandang sendiri, di lapangan rumput, kondisi keamanan terjamin, didukung penuh suporter kita, dukungan finansial baik.  Tapi sayangnya empat gol yang dicetak Indonesia dihasilkan oleh pemain-pemain yang umurnya di atas 30 tahun, terlalu tua untuk bisa terus bersaing di dunia internasional, terlalu tua untuk bisa dikembangkan kemampuannya lebih jauh lagi".

Temen   : "Ehm… (bergumam sepertinya sedang berpikir atau ragu) Iya juga sih."

Ane         : "Cuy, lu pernah ga tidur di tengah-tengah hutan?.  Gimana rasanya?.  Gue pernah tidur di dalam mobil di tengah hutan karena ponton untuk nyeberang baru bisa jalan jam 3 pagi, ga ada losmen apalagi hotel di situ.  Padahal beberapa hari sebelumnya diberitakan salah satu pekerja di situ mati diseret harimau saat tertidur menjaga alat beratnya.  Sampai pagi Gue ga bisa tidur Cuy.  Kurang lebih mungkin itu yang dirasakan punggawa Timnas saat main di Palestina.  Bisa saja tiba-tiba di tengah lapangan ada granat meledak dan mereka menjadi korban.  Apa lu bisa maen bagus dalam kondisi seperti itu?.  Itu belum soal rumput sintetis yang ga pernah seorang pemain Timnas pun yang merasakan atmosfernya."

Temen    : "Tapi pemain Palestina kan juga merasakan hal yang sama?"

Ane          : "Kalau pemain Palestina mati saat bertanding itu dihormati, dan dianggap telah berjihad.  Lha kalau pemain kita, bukan cap jihad yang didapat, tapi malah diolok-olok oleh kubu sebelah."

Temen    : "Tapi, sebelumnya kita juga kalah lawan Brunei…."

Ane          : "Itu kan usia 21.  Biasanya kita malah ga pernah lolos dari putaran grup AFF U21, padahal kita 2x jadi tuan rumah.  Kalau ga percaya coba neh Gue bukain situs AFF (sambil membuka link situs AFF)"

Temen    : "Sebelumnya kita juga kalah terus di kualifikasi Piala Dunia 2014, malah kalah sampai 10-0 lawan Bahrain"

Ane         : "Ini adalah penampilan pertama Indonesia di putaran ke-3 kualifikasi Piala Dunia, sebelumnya udah rontok duluan.  Kan udah Gue bilang tadi pemain kita udah terlalu tua untuk bisa dikembangkan lagi.  Lawannya Iran, Bahrain dan Qatar yang banyak didominasi pemain U23.  Jadi, kalau pemain kita menit 60 udah ga bisa lari, mereka udah 90 menit malah masih pengen lari.  Secara peringkat kan mereka juga jauh di atas kita."

Temen   : "Tapi, kita pernah menang lawan Bahrain dan Qatar 2-1…"

Ane         : "Coba diingat-ingat lagi, kita menang lawan Bahrain dan Qatar di pertandingan pertama grup Piala Asia.  Mungkin saja Qatar dan Bahrain buta dengan permainan Indonesia dan sedikit menganggap remeh waktu itu.  Tapi, secara historis partai pertama Indonesia di Piala Asia memang tidak pernah kalah, setelah itu baru….. panen.  Kemarin pas lawan Iran di pertandingan pertama kan bisa menahan Iran sampai menit 60-an tuh.  Itulah pemain kita, hanya perkasa di partai pertama, selanjutnya akan terus menurun grafiknya"

Temen    : "Di Piala AFF kemarin kan ciamik tuh permainan Timnas kita?, kurang beruntung aja waktu final"

Ane          : "Nah, itu bukti lagi tuh.  Indonesia bisa menggilas Malaysia 5-1 di pertandingan pertama, habis itu terus menurun grafik permainannya.  Dan perlu Lu catet ya beberapa poin penting, pertama bahwa sepanjang Piala AFF, Indonesia hanya sekali kalah, yaitu lawan Malaysia di kandang Malaysia dengan skor 3-0.  Kedua, 3 gol itu tercipta dalam waktu kurang dari 12 menit, ini rekor kemasukan terburuk Indonesia, terutama di level ASEAN.  Ketiga, kekalahan ini sekaligus penyebab gagalnya Indonesia meraih gelar perdana di AFF.  Keempat, kekalahan atas Malaysia ini adalah satu-satunya pertandingan yang digelar di luar kandang selama AFF Cup, artinya mental pemain Indonesia memang masih memble kalau main di luar kandang.  Kelima, nasib Indonesia tidak berbeda jauh dengan nenek moyang sepakbolanya, Belanda, yang beberapa bulan sebelumnya juga kembali menjadi runner up untuk ketiga kalinya di Piala Dunia 2010.  Indonesia berapa kali jadi runner up di AFF Cup? 3x juga kan?.  Keenam, PSSI waktu itu rela mengeluarkan sejumlah kompensasi kepada Filipina agar menggelar laga home-nya di Jakarta, biar langkah ke Final lebih mulus.  Tuh kan dari awal emang ga pede kalau main di luar kandang, padahal baru kelas ASEAN lho.  Masih yakin kalau AFF kemarin adalah penampilan terbaik Timnas kita?, hati-hati menghadapi propaganda media.  Kata pepatah, buku adalah jendela dunia, tapi menurut Gue Buku juga bisa jadi jendela akhirat, tinggal pilih aja akhirat yang damai atau akhirat yang ramai?.  Kalau mau akhirat yang ramai, maen sono di ISL…. (Ane sambil ngakak)"

Temen Ane terdiam, terpaku, baru beberapa menit kemudian nyengir terus ngeloyor pergi.  Dalam hati Ane bilang, kayak KPSI aja Ente, bikin rusuh terus tiba-tiba ngilang…..

Salam Sepakbola Bangkit!!!

Anak Jalanan Bukan Binatang,Sampah atau Kotoran

Posted: 02 Jun 2012 11:36 AM PDT

1338660558940078892

mereka saudara-saudara kita(tumblr.com)

Siang kemarin di teriknya matahari yang seakan ingin membakar kulit, aku ke stasiun amplas menjemput saudara yang baru pulang dari jambi. Kebetulan saya naik angkot. Di tengah perjalanan angkot yang saya tumpangi berhenti karena lampu merah. Saya melihat pemandangan yang sudah hal biasa terjadi di beberapa perempatan jalan di kota medan ini.

Pemandangan yang saya maksud itu adalah mereka yang harus mengais rejeki. Menelusuri rimba rayanya kota, tertatih pada rintih kaki dan berpeluh pada guritan derita demi sesuap nasi. Di jalanan, di perempatan, di warung-warung, tak peduli betapa teriknya siang ini. Pengemis, pengamen, mungkin itu sebutan yang diberikan kepada mereka. Anak jalanan, anak terlantar, Mereka tak peduli apapun kata orang lain. Buat mereka yang terpenting adalah bagaimana menyambung nyawanya.

Sepintas saya melihat,mereka masih seumuran dengan saya dan bahkan banyak diantara mereka yang masih dibawah umur saya. Umur saya saat ini 24 tahun. Yang berarti jika mereka masih seumuran dengan saya,mereka pastinya masih dalam usia sekolah. Tapi mereka tidak bisa mengenyam pendidikan itu. Kenapa? Saya dan anda pasti setuju bahwa mereka anak-anak jalanan Inginnya bersekolah,Tapi uang dari mana? Bagaimana bisa? Kalaupun telah ada sekolah gratis, belum tentu yang lainnya gratis. Kalaupun mereka sekolah, bagaimana mereka bisa mencari sesuap nasi? Miris… melihat mereka menapaki kepahitan hidup. Tak ada yang peduli, bahkan menganggapnya jijik.

Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh Negara, jelas tertera dalam UUD 1945. Namun, faktanya tidak seperti itu. Mereka dipinggirkan oleh Negara, bahkan diliriknya saja tidak. Apa pemerintah lupa? Ataukah hanya berpura-pura? Mereka bukan binatang, sampah, atau kotoran yang menjijikkan. Anak jalanan juga manusia yang mempunyai rasa dan hati.  Dikejar-kejar, ditangkap, diboyong ke truk secara paksa, diinterogasi bersama-sama dengan preman, pencuri, perampok, bahkan pembunuh tanpa memikirkan bagaimana cara  hak-hak mereka bisa terpenuhi. Bukannya mencari solusi malah usaha-usaha represif selalu ditunjukkan pemerintah dalam menertibkan anak jalanan.

Hujatan, teror, intimidasi, dan kekerasan dan pencitraan yang buruk terhadap para pemulung tak semestinya mereka diperlakukan seperti itu.mereka juga saudara sebangsa dan setanah air kita, Jangan gampang melakukan penghinaan dan penganiayaan terhadap para anak jalanan yang sedang mencari peruntungan dan perbaikan nasib keluarganya. jika tak sanggup memberikan jaminan penghidupan yang layak. Jika memang merasa terganggu akan kehadiran mereka. Kita harusnya mencarikan solusi mata pencaharian yang lebih baik kepada mereka,jangan hanya tahu nya melakukan penggusuran, atau pemaksaan kehendak menertibkan para pemulung.

Namun, masalah anak jalanan ini tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dalam memberantasnya. Sebagai bagian dari realitas sosial, dukungan masyarakat juga sangat dibutuhkan disini. Mahasiswa sebagai generasi muda terdidik dapat menjadi salah satu komponen yang dapat mengupayakan penghapusan fenomena anak jalanan ini. Dengan kemampuan intelektual yang telah terasah, mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilannya untuk memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anak jalanan ini. Tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk mengabaikan tugas ini, karena mahasiswa juga memiliki tanggungjawab sosial bagi masyarakatnya sebagaimana yang tercantum dalam salah satu point dalam Tri Dharma dari perguruan tinggi, yaitu bakti kepada masyarakat.

Menghapus stigmatisasi anak jalanan sebagai 'orang buangan' menjadi sangat penting. Patut disadari bahwa anak-anak jalanan adalah korban baik sebagai korban di dalam keluarga, komunitas jalanan, dan korban pembangunan. Untuk itu kampanye perlindungan terhadap anak jalanan perlu dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan dan memberi ruang pendidikan agar pepatah gantungkanlah cita-citamu setinggi langit dapat berlaku juga bagi mereka.

Soal FPI? Saya Akan Tetap Melihat Ke Atas

Posted: 02 Jun 2012 11:36 AM PDT

rocketmaildotme.wordpress.com

rocketmaildotme.wordpress.com

Perkara bangsa yang terjadi, saya akan tetap memandang pemerintahnya!

Kenapa harus melihat ke atas, sebab tidak ada lagi yang bawah kecuali saya. Jadi percuma melihat ke bawah, hanya akan menemukan sesuatu yang kosong. Ya, mungkin tidak kosong, tapi terlalu dekat untuk dilihat, jadi tidak akan menjadi pemandangan yang indah. Seringkali sesuatu menjadi indah karena kita melihatnya secara keseluruhan.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi sesuatu yang ada di sekitar kita, ketimbang melihat sesuatu yang berada di atas. Memang benar. Tapi sayangnya saya hanya mempunyai dua tangan, tidak cukup untuk merangkul semuanya. Jika pun bisa mengulur tangan pada lambaian-lambaian tangan yang putus asa dan tidak bertenaga, namun hal itu tidak akan efektif.

Benarkah? Tapi kalau tangan kita sama-sama merangkul dengan tangan-tangan lain yang mempunyai niat yang sama, pasti akan terangkul. Benar. sayangnya langkah kita akan menjadi sulit jika ingin bergerak cepat dengan saling berpegangan.

Kalau pun tangan-tangan harus saling membantu, bersatu, saya tidak berpikir untuk merangkul yang berada di samping kita, atau mengangkat tubuh yang sedang terjebak. Saya malah berpikir lebih baik kita menarik yang ada di atas. Atau mendorong yang berada di atas, biar turun ke bawah.

Di dorong? Bagaimana kalau di dorongnya terlalu bertenaga, sehingga yang di atas jatuh. Kalau yang di atas ditarik jatuh masih mending, tangan-tangan kita ini mungkin bisa menyangganya, tapi kalau didorongkan, kalau kebablasan mendorongnya terus jatuh, gak ketulungan pasti, yang ada nanti malah yang di atas merasa kesakitan.

Itu kan resiko yang harus ditempuh. Lagi pula hal itu tidak akan terjadi kalau yang di atas mau ditarik, apalagi cukup dilambaikan tangan saja yang di atas dengan suka rela turun ke bawah.

***

Setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda. Maka berbeda pula dalam menyikapi permasalahan, dari cara memandang sampai memberikan solusinya. Penyelsaiannya ada yang praktis, ada yang lama prosesnya, atau mungkin ada juga yang aneh. Apalagi soal sudut pandang, sudah tidak heran lagi kalau ada pandangan yang aneh.

Jika harus disebut cukup, maka sudah cukup untuk terus disalahkan. Bolak-balik cuma cari kesalahannya saja, yang tadinya seperti sikap heroik malah jadi terkesan seperti kurang kerjaan. Menyangkut soal ormas yang saat ini lagi disudutkan karena anarkisme dan keagresifannya, sudah jangan ditekan lebih dalam lagi. Mereka sudah terpojok, tidak bisa kemana-mana lagi. Semua opini nyaris memenjaranya dalam lingkaran, sehingga mereka tidak akan lepas kemana-mana.

Kenapa tidak boleh disudutkan lebih dalam lagi? Kalau terus digali masalahnya melebihi batasnya, bisa berimbas merugikan pada hal lainnya. Kalau ada hewan yang menggaruk-garuk tanah melebihi batasnya, bisa-bisa tanah sisa galiannya mengotori wilayah yang lainnya.

Kasus FPI kalau memang sudah jelas kesalahannya, tingal ditindak dengan bijaksana. Jangan diotak-atik terus tanpa tindakan, yang akhirnya sedikit demi sedikit mencoreng nama Islam secara keseluruhan. Kesan Islam di masyarakat akhirnya banyak yang mencapnya negatif. Lebih jauh dari itu akhirnya menyeret umat Islam dalam perdebatan yang pro dan kontra terhadap kasus tersebut. Sehingga tumbuh permasalahan internal di dalam Islam. yang kalau di lihat dari luar Islam, Islam agama yang umatnya selalu bermasalah. Masih mending kalau umatnya yang dianggap bermasalah, nah, kalau sudah Islamnya yang dianggap bermasalah? Ini sudah sangat parah. Bisa-bisa hal ini memecah bela umat Islam dan menciptakan jurang-jurang dalam antara umat Islam yang sulit disebrangi apalagi disatukan.

Karena itu, saya harap pemerintah jangan menunggu lama lagi permasalan ini. Putuskanlah apa yang terbaik dan bijaksana. Jika pemerintah hanya berdiam diri saja, apalagi sengaja membiarkan permasalahan ini berlarut-larut. Saya tidak takut mengatakan bahwa pemerintah lah yang tidak mengamalkan Pancasila. Pemerintahlah yang membiarkan rakyat terus bergejolak dalam konfilik yang berkepanjangan, pemerintahlah yang menjadikan rakyat merasa tidak terntram, pemerintahlan yang mendorong masyarakatnya bertengkar alias diadu domba. Pemerintahlah yang memancing masyarakatnya sehingga ada yang bersikap anarkis.

Sekali lagi, pemerintah sudah sangat sangat sangat sangat sangat sangat terlambat bertindak membereskan kasus bangsa. Kalau masih saja diam, apalagi pura-pura buta dan tuli. Maka, kalianlah yang menodai Pancasila dan UUD itu.

Dan inti dari tulisan saya bukanlah menyoal FPI. Tapi kerja pemerintah yang lelet, yang membiarkan persoalan-persoalan bangsa tidak diselesaikan secara optimal setiap periode kepemimpinan. Malah mentransfer kewajibannya sebagai PR untuk periode kepemimpin berikutnya. Ratakalah Pancasila dan UUD yang dijunjung tinggi itu. dari ujung kepala sampai telapak kaki yang kotor sekali pun. Jangan biarkan persoalan bangsa sekecil apapun terus berlarut apalagi sampai menjamur. Apalagi soal moral, meski bagaimana pun, bangsa mempunyai andil yang besar dalam menanamkan moral yang "luhur" untuk negeri ini.

Perhatikan dan tanggapi serius persoalan "kemerosotan moral ini". Sebab dari moral yang bobroklah para korupsi tumbuh subur dan menjamur, aparat jadi tidak sigap dan siap, hakim-hakim jadi tidak bijak, masyarakat hidup terlalu bebas lepas kendali bak hewan, sex bebas, narkoba, miras, perjudian, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, penipuan, penindasan, dan karena merasa Indonesia sudah terlalu bobrok moralnya lah sekelompok Ormas masyarakat sampai ada yang bertindak karena rasa tidak tahannya melihat moral bangsa ini yang dianggapnya merosot.

Semua itu terjadi karena masalah moral, moral bangsa yang telah hancur, moral Pancasila. Masih kah menganggap Pancasila sebagai Garuda bangsa yang sedang mengembangkan sayapnya dengan gagah? Mana buktinya Pancasila ini gagah? Yang bisa merusak dan menjaga Pancasila ini dengan mudah cuma pemerintah.

Saya tidak tahu sepenuhnya pemerintah harus apa. Sebab pemerintah sendiri lebih tahu apa yang seharusnya dilakukan. Wajib dilakukan. Jangan tunggu Garuda di bunuh. Apalagi Garuda mati dengan sendirinya. Sebab nanti orang akan bertanyam, memangnya yang punya Garuda itu kerja apa?

Saya hanya ada di bawah, cuma bisa memandang ke atas.

Dasam Syamsudin

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar