Kompasiana
Kompasiana |
- Tahlil, guyonan kultural NU dan Dialog Gus Dur
- Pendidikan Indonesia: Anak Indonesia Dalam Bahaya
- Ini Dia Cara Jitu Berburu Diskon
- Inilah Hebatnya ANTV!
- Pengalaman Naik Kereta Ekonomi Matarmaja
- Wah, Saya Susah Menulis Berita yang Up-to-Date
Tahlil, guyonan kultural NU dan Dialog Gus Dur Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST amin ya robbal alamin… al-Fatihah.. . Alhamdulillah tahlilan telah selesai, semoga berkah dan istiqomah. Malam jum'at tadi umat Islam khususnya NU, dan khususnya lagi orang Indonesia, melakukan tahlilan. Walaupun tema ini sudah tidak asing lagi, dan menjadi ritual yang sangat akrab bagi masyarakat Indonesia, saya ingin menulisnya. Mulai dari membaca status Ahmad Baso di group Facebook NU online, (http://www.facebook.com/ahmad.baso.1/posts/4636457622797?comment_id=4738699¬if_t=feed_comment_reply), status ini banyak direspon. Yang menarik, comments fanatis pembela NU dan Muhammadiyah - antara pemilik akun Permata Ayah Bunda, Liawati Arief dan Abu Khaer- sampai menyangkut tentang tahlil, psikologi tahlil dll. dan kocak, yg MD dengan pandangan logika modern-nya, yang NU dengan guyonan kulturalnya. Perdebatan tentang tahlil, selametan dengan menghidangkan makanan dirumah duka, mendapat pahala tidak? doanya sampai tidak? dan apa hukumnya?, kemudian Muhammadiyah mengatakan ini bid'ah terlarang, dll. Memang tak ada habisnya. Kompasianer juga banyak yang menulis tema ini (tahlilan), seperti bisa dilihat http://filsafat.kompasiana.com/2012/10/02/tahlilan-dilakukan-pengikut-mazhab-ahlulbait-498070.html, dan kesimpulan Dewa Gilang, Jadi tahlil adalah wilayah agama yang diakulturasikan dengan kearifan budaya lokal masyarakat sekitar. Demikian kentalnya akulturasi tersebut, sehingga banyak tradisi jawa yang hanya tinggal kerangkannya saja. http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/09/santri-nu-memandang-tahlilan-tahlilan-dalam-perspektif-agama-dan-budaya-469643.html. dan masih banyak lagi. Tapi berangkat dari guyonon kultur wong NU tersebut, saya jadi tertarik melihat dari sudut pandang kalangan sarungan ini. Berikut penggalan comments-nya;
Sekali lagi, MD dengan pandangan logika modern-nya, yang NU dengan guyonan kulturalnya. Saya jadi teringat dialog Gus Dur setelah kematian, seperti diceritakan oleh Argawi Kandito dalam bukunya. Kisah ini bisa diragukan, tapi saya sendiri yakin, tidak peduli benar ato salah, bukan karena kontek terjadinya (memang tidak bisa ngecek, karena seting-nya di alam barzah). yang terpenting ada yang bisa diambil. berikut penggalan dialognya;
Tentang berpengaruh atau tidak doa bagi orang yang mati, kata Kyai Anwar Zahid: kalau tidak percaya ya mati dulu, coba aja! kira-kira seperti itu maksudnya. kemudian Gus Dur, gitu aja kok repot... |
Pendidikan Indonesia: Anak Indonesia Dalam Bahaya Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST Membaca artikel tentang kualitas dan ketertinggalan pendidikan Indonesia di BBC. co.uk membuat saya dan mungkin juga sahabat yang membaca artikel ini marah, sedih, tak percaya dan menuding yang tidak-tidak kepada lembaga penerbitnya. Iya, data yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson menempatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia terbawah. Terendah di dunia bersama Meksiko dan Brasil. Saya tak terlalu paham landasan penilaian dari lembaga ini. Tapi jika itu benar, anak-anak Indonesia sedang dalam bahaya. Dana yang begitu besar untuk pendidikan tak sebanding dengan prestasi yang dihasilkan. Tak main-main 20 persen dari APBN Indonesia terbuang percuma. BBC.co.uk melaporkan, penilaian peringkat ini memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan. Syarat status tinggi memang sudah diberikan oleh Negara. Gaji tinggi melalui sertifikasi membuat pekerjaan guru tidak lagi dipandang sebelah mata. Hasilnya, semua orang berlomba-lomba menjadi guru. Hingga banyak yang menghalalkan segala cara untuk menjadi guru. Kuliah seadanya, beli nilai untuk IPK tinggi, selanjutnya bayar pejabat untuk lulus menjadi guru. Semua serba diatur. Persekongkolan jahat melenggang begitu saja. Pejabat pendidikan ibarat penyedian jasa dan alumni bertitel sarjana pendidikan menjadi konsumen. Mesti ada uang dan jaringan. Kualitas calon pendidik tak lagi diperhatikan. Maka tak heran jika pendidikan Indonesia berada pada ambang tak lagi dikatakan pendidikan. Kemudian Saya ingin menggaris bawahi tentang budaya pendidikan. Indonesia jelas mempunyai budaya pendidikan. Namun yang perlu dipertanyakan, Apakah budaya itu mendongkrak kualitas pendidikan anak-anak Indonesia atau malah semakin menjerumuskan? Menurut Saya, selama ini budaya pendidikan Indonesia masih jauh dari kata berhasil. Budaya nyontek massal saat Ujian Nasional. Guru yang tak mau meningkatkan mutunya, baik kemampuan mengajar dan kedalaman ilmu. Pemotongan anggaran pendidikan oleh oknum pejabat. Sarana dan prasarana yang tak bersaing. Dan masih banyak lagi budaya-budaya negatif yang berujung pada kualitas pendidikan rendah. Maka saya semakin yakin penelitian firma pendidikan Pearson yang memberikan cap kualitas nomor buntut kepada pendidikan kita. Sekadar intermezzo, tulisan ini saya angkat setelah melakukan konsultasi proposal penelitian dengan dosen Jurusan Biologi UNM, Drs Adnan, MS, dosen saya. Ada banyak mahasiswa yang konsultasi. Diskusi antar Pak Adnan dengan teman-teman sesama mahasiswa termasuk saya, hanya berakhir diam, tak ada interaksi, tak berkutik. Namun di sini saya dapat melihat dan merasakan bahwa kami belum tahu apa-apa tentang pendidikan. Saya pun sadar, kami (mahasiswa) belum siap menjadi pendidik. Namun inilah jalan yang kami pilih. Menjadi guru berkualitas dan peka akan perkembangan zaman menjadi "fardhu ain". Tak bisa ditawar-tawar lagi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ditangan Muhammad Nuh selama ini telah melakukan upaya terbaik memajukan kualitas pendidikan Indonesia. Hingga yang terbaru bakal diberlakukan kurikulum 2013. Fokus kurikulum baru ini adalah revisi mata pelajaran. Empat pelajaran yang kurikulumnya akan direvisi adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dari laporan Tempo, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Pengembangan Khairil Anwar Notodiputro mengatakan Keempat mata pelajaran tersebut dipilih karena dianggap bisa mempengaruhi rasa nasionalisme dan meningkatkan karakter generasi muda. Saat ini, pendidikan di Indonesia dirasa masih terlalu liberal. Dari pernyataan pejabat Kemendikbud ini saya dapat ditarik kesimpulan bahwa membangun budaya pendidikan dianggap sangat penting untuk anak Indonesia sejak dini. Pembangunan karakter siswa yang mau belajar, memiliki motivasi belajar tak terbatas dan terus meningkatkan kemampuan adalah tujuan utamanya. Selain itu kedalaman ilmu dari setiap jenjang pendidikan juga diatur. Namun kurikulum pendidikan 2013 ini masih banyak mendapat kritik. Dianggap kontroversi. Dianggap tak berpihak kepada para pendidik. Menurut saya inilah dinamika untuk sebuah keputusan besar. Saya masih yakin, pihak pro dan kontra pasti ingin kurikulum yang terbaik untuk anak Indonesia. Kualitas anak-anak Indonesia tak kalah dengan negara lain. Pendidikan Indonesia belum habis. Saya masih optimis potensi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Asalkan semua pihak bekerja sekuat tenaga. (*) |
Ini Dia Cara Jitu Berburu Diskon Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST Sebagai ibu rumah tangga, tuntutan untuk menjadi lebih cermat dalam berbelanja akan semakin besar. Karena ibu rumah tangga menjadi manajer keuangan bagi keluarganya. Ibarat sebuah perusahaan, lost profitnya akan banyak dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh seorang manajer keuangan. Dalam hal ini manajer keuanganlah yang akan memberikan advise tentang kebijakan penerapan anggaran belanja perusahaan. Begitupula halnya dengan ibu rumah tangga, surplus atau defisit anggaran keuangan keluarga akan dipengaruhi oleh kecermatan seorang ibu dalam berbelanja. Nah salah satu kecermatan yang sering diuji adalah kecermatan menyikapi diskon. Pengalaman saya tentang diskon, memang gampang-gampang susah untuk membedakan mana diskon yang bisa menjadi penghematan dan mana diskon yang bisa menjadi pemborosan. Berikut pengalaman saya dalam menyikapi diskon-diskon yang pernah ditawarkan, baik di supermarket, minimarket maupun mall dan factory outlet. Pada satu kesempatan saya pernah tertarik pada papan diskon bertuliskan 70% yang tertempel di rak baju dan sepatu anak di sebuah supermarket. Baju dan sepatu yang dibandrol diskon 70% adalah produk dengan merk ternama, tanpa piker panjang sayapun langsung melangkahkan kaki memilih sepatu untuk anak saya yang masih berusia 2 tahun, dan pas, langsung berjodoh, warna dan ukuran yang dicari kebetulan ada. Saya lihat dengan seksama, tak ada cacat pada sepatu itu "mungkin cuci gudang" pikir saya. Sesampainya di rumah anak saya langsung memakainya dengan gembira, ah tapi sayang baru beberapa jam dipakai bahan perekat sepatu itu ternyata sudah tidak berfungsi dengan baik, alhasil si kecil tidak mau pakai lagi, karena setiap kakinya melangkah, sepatu itu terlepas dari kakinya karena longgar. Kesimpulannya belanja diskon hari itu hanya membawa pemborosan. Dilain kesempatan saya dan keluarga pergi ke sebuah supermarket untuk belanja bulanan. Seperti biasanya sebelum masuk, saya selalu mengambil brosur yang biasanya menginformasikan produk-produk yang sedang diskon. Karena belanjanya adalah belanja bulanan, tentunya saya sudah hafal dengan kisaran harga barang-barang yang akan dibeli. Karena catatan daftar belanjapun selalu sama setiap bulannya, Sambil mendorong troli saya buka halaman demi halaman brosur tersebut, dan dilanjutkan dengan mencari barangnnya untuk di masukkan dalam troli belanjaan. Setelah selesai membayar di kasir, betapa senangnya saya telah berhasil menghemat uang belanja hingga seratus ribuan. Dari mana saya tau telah berhasil menghemat seratus ribuan??? Yup, betul sekali. Dari struk belanja yang saya dapatkan. Di supermarket tempat saya belanja di bagian ujung lembaran struk belanja yang panjang selalu diinformasikan besaran uang yang berhasil kita hemat, karena ada item tertentu yang dijual dengan harga dibawah harga biasanya. Jadi dalam struk belanja itu tertulis "anda telah berhemat sebesar Rp. xx.xxx" senang bukan? Kegembiraan yang sama juga pernah saya rasakan ketika berbelanja buku di sebuah toko buku besar. Buku-buku dengan harga yang sangat murah berhasil saya bawa pulang meskipun ada lipatan-lipatan sedikit dalam buku itu, mungkin bekas buku display, jadi sering dibaca pengunjung. Tapi Not too bad, semua halamannya lengkap, ilmunyapun dapat. Selain belanja keperluan bulanan dan buku, ada juga pengalaman menggembirakan saat berbelanja pakaian, waktu itu suami saya melihat celana jeans branded dengan diskon 70% di sebuah mall, setelah diperiksa dengan seksama tak ada cacat dan kekurangan pada celana itu, dan bungkus! Langsung parkir di kasir, celana jeans itupun ikut pulang bersama kami. Sampai sekarang di tahun ke tiganya, celana jeans itu masih nyaman dipakai. Sempat ragu juga saat membelinya dulu, tapi terpikir suami saya pakai nomor yang jarang orang pakai, mungkin karena itulah celana ini di diskon. Kalau menurut pengalaman saya, biasanya diskon untuk barang keperluan rutin memang tidak bohong, karena orang pada umumnya sudah tahu harga barang tersebut. Selain itu dari sisi kualitas kita bisa memastikan kejelasan mutunya dari tanggal expired date yang ada pada kemasan. Tapi untuk diskon barang fashion, sepertinya kita harus lebih jeli, kalau sepatu, sandal atau tas baik kulit asli maupun sintetis biasanya barang diskon adalah barang yang sudah out of date, alias sudah lama, biasanya mutunya kurang bagus. Saya pernah beli sandal diskon, baru sebentar dipaki kulitnya sudah terkelupas. Untuk pakaian saya sendiri masih sulit membedakan, kecuali yang berada di dalam bak, biasanya memang barang kurang bagus entah warnanya yang kusam, atau jahitannya tidak sempurna. Kalaupun bagus, biasanya diobral karena ukuran pakaian yang tidak lazim, entah terlalu besar atau terlalu kecil. Dari beberapa pengalaman di atas saya ingin berbagi kiat menyikapi diskon. Kedepankan aspek hemat, cermat, tepat dan manfaat, maksudnya bagaimana? 1. Hemat. Selalu pertimbangkan profit and lost ketika berbelanja, apakah akan membawa keuntungan atau kerugian, benar-benar diperlukan atau Cuma lapar mata. Barang diskon yang mutunya tidak bagus hanya membawa kerugian dan mubadzir, lebih baik jangan dibeli. Atau barang diskon yang bagus tapi tidak dibutuhkan hanya akan menjadi penghuni baru gudang rumah kita. Sehingga bukan hemat malah jadi pemborosan. 2. Cermat. Yakinkan bahwa kita mengenal betul barang yang sedang diskon, artinya kita tau berapa harga barang tersebut di pasaran, jangan sampai terjebak diskon "boongan" harga dinaikkan dulu baru didiskon. 3.Tepat. Sebagaiman contoh pengalaman yang saya uraikan di atas, Tepat dalam memilih produk untuk mengambil tawaran diskon akan membawa keberuntungan. Misalnya mengutamakan diskon barang habis pakai seperti keperluan bulanan ketimbang fashion. 4. Manfaat. Pastikan barang yang dibeli -walaupun dengan harga murah karena diskon- tetap memiliki nilai manfaat, bukan hanya pemuas nafsu semata. Salam semangat belajar menjadi konsumen cerdas! |
Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST REP | 04 January 2013 | 01:51 Dibaca: 57 Komentar: 0 Nihil Disaat hampir semua stasiun tivi memberitakan tentang demo persija, konvoi the jak menuju senayan, serta ricuh yang terjadi di senayan , sungguh luar biasa bahwa antv melakukan pemberitaan yang " meneduhkan " publik ini… salut buat ANTV yang menutupi konflik yang terjadi saat itu, yah siapa tau tontonan tersebut tak layak ditayangkan dan ditonton anak2.. tapi aneh nya disaat keadaan sepakbola nasional sedang cooling down, antv justru sering beritakan pelintiran2 dari kpsi yang seringkali dihiasi dengan kata2 yang tidak pantas dan sopan… bahkan tayangan tonjok2an di lapangan hijau malah sering ditayangkan di sore hari,, di ulang2 pula,, hadew… jadi bertanya2 ,, jadilah penonton yang cerdas..bagi anda dan keluarga anda. Siapa yang menilai tulisan ini? |
Pengalaman Naik Kereta Ekonomi Matarmaja Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST Pengalaman Naik Kereta Ekonomi Matarmaja Malang Jakarta Pengalaman Naik Matarmaja Malang Jakarta Setelah kira-kira 3 atau 4 jam perjalanan saya ingat peturasan lagi, maka saya bangkit dari tempat duduk, berjalan menuju toilet/peturasan. Terlihat petugas kebersihan yang tadi, memasuki peturasan, sambil membawa botol, entah sepertinya bekas botol air minum kemasan yg diisi minyak wangi. Jalan saya percepat untuk melihat apa yang dilakukannya. Ternyata mereka sudah menyemprot wewangian lagi. Salut saya ucapkan kepada perusahaan Kereta Api ini, bisa memberi servis melebihi harapan kita. Harapan saya sebenarnya hanya kamar kecil cukup bersih, tidak menjijikkan dan tidak berbau. Sesampai di Solo, tentu saya masih belum percaya, apa benar air masih ada, kamar kecil masih tak berbau pesing. Seperti semula, saya masuk lagi dan mengecek air dari keran. Air masih banyak, masih deras, bau pesing tetap tidak ada. Barulah saya percaya mereka telah BEKERJA DENGAN BENAR. Bukan hanya itu, seharusnya departemen perindustrian dan departemen perdagangan harus ikut berperan dalam menentukan barang yang boleh berdar di negeri ini. Semoga harapan rakyat kecil untuk mendapat pelayanan yang PANTAS dari perusahaan kereta api nasional ini tidak dikecewakan lagi. Kalau perlu pelayanannya lebih ditingkatkan lagi. |
Wah, Saya Susah Menulis Berita yang Up-to-Date Posted: 03 Jan 2013 11:11 AM PST OPINI | 04 January 2013 | 01:38 Dibaca: 32 Komentar: 0 Nihil Lucu yaa… tapi ini benar-benar terjadi… saya benar-benar kesulitan untuk menulis dan menampilkan tulisan (di kompasiana ini) yang masuk kategori "update"… banyak sih, misalnya baru-baru ini, berita tentang tabrakan yang melibatkan anak Menteri, atau saat ramai-ramainya orang membahas PSSI dan KPSI. Hari ini sebenarnya saya berniat mencari berita yang masuk kategori "update" tersebut dan ingin membuat tulisan, yahhh sekedar membuat opini atau apalah itu, tapi nyatanya memang tidak bisa. Ada gangguan seperti, "masa iya sih mesti ikutan nulis kaya gituan? Ribuan kompasioner pasti banyak yang sudah nulis itu"… dan begitulah berulang-ulang hingga saya (sampai saat ini) selalu gagal membuat tulisan berkategori "update". Hhahaha… sudah-sudah.. jangan beri belas kasihan pada saya, saya tahu kok apa yang harus saya tulis di post selanjutnya… yaahh, kalau teman-teman memperhatikan setidaknya tulisan saya ya pasti akan "yang seperti itu-itu saja" kok, setidaknya saya tahu tulisan yang menarik ntuk saya tulis dan saya bagikan bukan..?? hhehe.. amiinn… selesai… nb: tulisan ini dibuat karena tiba-tiba saya sadar sudah cukup lama saya tidak menulis di Kompasiana, semoga saya bisa memberikan tulisan selanjutnya secepatnya… Siapa yang menilai tulisan ini? |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar