Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 22 Januari 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Surat untuk lamunan

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Salah 100 Hari Gubernur Jokowi

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Jadikan Teman | Kirim Pesan

*Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis*Jadilah cahaya kebenaran walaupun kelap-kelip* Lahir: Brebes 1960. Suka baca, nulis, humor, diskusi, pecinta orang jujur&berilmu. Pernah kuliah Sastra & Bahasa Inggris. Pernah ngantor bidang Software Komputer dan Auditur Keuangan. Punya alias Engkong Ragile dan Kopral Kenthir. Nama asli: Agil. Facebook: Agil Abd Batati. Alamat: Jakarta Timur / Tegal Jawa Tengah.

OPINI | 23 January 2013 | 01:41 Dibaca: 26   Komentar: 0   1 aktual

Seorang kakek tua renta mendadak sibuk ketika mendengar rame berita 100 Hari Gubernur Jokowi. Dia menyiapkan perbekalan istimewa berupa kitab kecil Yasin dan tasbih. Maksud hati hendak mendoakan sang Gubernur. Sementara itu wartawan gencar memberitakan bahwa telah 100 hari Jokowi menjabat dan sudah saatnya ditinjau kinerjanya. Apa sih hasil kerja Jokowi pada 100 hari pertama duduk dan blusukan di Jakarta?

Mbah Jokerseh yang sudah bau tanah- umur hampir nyenggol 90th- bergegas ke Kantor Gubernur. Pas abis isya langsung nyelonong ke pintu gerbang. Kepada Petugas Jaga dia nanya-nanya.

"Assalamualaikum… Ane denger malem ini jatoh 100 hari Bapak Gubernur. Permisi… ane mau masuk."

"Mbah Jokerseh… Ente kagak usah repot-repot. Biar anak muda aje yang ngurusin. Ente pulang aja deh daripada ente masuk angin, hehehe…"

"Astaga… Kurang ajar! Ente mau ngusir Ane? Ane jauh-jauh khususon dateng buat memperingati 100 Hari Bapak Gubernur biar beliau tentram jiwanya."

"Emang mau ngapain, ente?"

Dengan nada berapi-api Mbah Jokerseh bersabda, "BEGO luh… Ane mau ikut tahlilan 100 hari matinya Bapak Gubernur. Nih liat, ane bawa Kitab Yasin sama tasbih. Maapin ane yee, baru tau Pak Gubernur udah mati 100 hari yang lalu."

Petuga Jaga melongo sejenak kemudian berusaha ngejelasin, "Lho. Lho. Bukan begitu… Pak Gubernur Jokowi masih…"

Tapi Mbah Jokerseh makin marah, "Aaaah jangan banyak bacot. Pokoknye ane mau tahlilan. Titik."

Mbah Jokerseh menerjang masuk ke dalam Kantor Gubernur sembari ngomel disertai mengacung-acungkan tongkat tanda sewot kepada semua staf Gubernur.
***

Ragile
www.kompasiana.com/ragile

Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Aktual

Awas!!! Hantu masuk ke Rumah

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Makhluk halus memang kerap menjadikan lokasi kuburan, sungai, laut, gunung, pohon tua dan goa sebagai tempat tinggalnya. Namun, kini perlu waspada karena makhluk halus juga sering menjadikan rumah-rumah manusia sebagai tempat tinggalnya. Beberapa ciri rumah yang biasanya akan di huni oleh makhluk-makhluk halus yakni, rumah yang bayak kamar kosongnya atau kamar yang tak berpenghuni, rumah yang banyak patung atau gambar makhluk hidup, serta rumah yang kerap dijadikan pemujaan kepada jin dan sebangsanya.

Sebenarnya, keberadaan makhluk halus di rumah adalah tidak mutlak. Artinya, rumah milik manisia juga milik mahkluk halus. Namun, kalau si pemilik rumah tidak waspada dan segera mengantisipasi, bukan mustahil kalau rumah itu akhirnya akan dimiliki sepenuhnya oleh mahkluk halus. Si pemilik rumah justru yang kalah dan akhirnya harus pergi ke rumah lain.

Langkah pertama untuk mengantisipasinya yakni para penghuni rumah harus rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME.

Langkah selanjutnya, mengefektifkan beberapa kamar yang tadinya kosong menjadi ruang beraktifitas meskipun hanya sebentar. Gambar-gambar dan patung makhluk bernyawa juga hendaknya disingkirkan agar jin dan makhluk halus tidak menggunakannya sebagai tempat tinggal. Langkah terakhir yakni dengan menjauhi berbuat maksiat dirumah. Sebab, segala bentuk kemaksiatan sejatinya adalah mengundang kehadiran setan dan makhluk halus lainnya. Segala bentuk penampakan makhluk halus sebenarnya dalah fitnah. Karena, secara kasat mata manusia pada umumnya tidak akan mampu melihat wujud asli dari mahkluk halus. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu melakukannya, jikadisekitar tempat tinggal merasakanada sesuatu yang aneh dan meyeramkan, itu memang benar ulah dari makhluk halus. Memang, ada sebagian kecil makhluk halus yang baik, namun, lebih banyak yang senang mengganggu.

Untuk memudahkan mengetahui suatu rumah ada hantunya atau tidak dapat dirasakan dari bulu kusuk yang merinding jika masuk ke sebuah rumah. merinding bulu kuduk adalah peringatan dini. Selanjutnya, dapat diseteksi lebih mendalam melalui pengamatan spiritual oleh orang yang ahli dibidangnya.

Selain itu, cara lainnya agar hantu tidak mudah masuk ke rumah yakni dengan mendeteksi maksud dan tujuan hantu itu masuk kerumah. Seperti kuntilanak yang konon gemar menculik bayi yang baru lahir. Atau hantu pocong yang kerap menyambangi rumah karena berharap minta gar tali pocongnya dibuka. Demikian pula dengan tuyul yang hendak mencuri uang. Dengan mengerti maksud dan tujuan dari mahklluk halus, maka cara antisipasinya pun akan menjadi mudah. Namun, yang terpenting agar rumah tidak dimasuki hantu yakni dengan memanfaatkan seluruh ruang dan bagian rumah agar tidak kosong. Selanjutnya, ruangan-ruangan tersebut juga di isi dengan beragam kegiatan yang dekat dengan Tuhan YME. Dengan cara seperti itu, dapat dikatakan segala jenis mahkluk halus akan enggan untuk menyambangi rumah, karena auranya masih kalah jauh dibandingkan aura pemilik rumah dan rumahnya. Itu sebabnya, hendaknya kita tak perlu takut dengan makhluk halus. Sebab, rasa takut itu yang akan membuat hantu semakin giat mengganggu. Segala bentuk kejadian maupun penampakan gaib di rumah adalah upaya untuk menakut-nakuti saja..

Adakah Yang Mengerti Tentang Keberadaan Sekolah Chung Hwa di Jember

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Sebuah pengantar sederhana..

Waktu saya masih kecil, Almarhumah Ibu saya senang sekali bercerita tentang Liang Liong (beliau lebih senang menggunakan pengucapan 'leang leong' ketimbang liang liong). Tapi saya selalu melongo setiap kali Ibu menceritakannya.

"Opo iku Buk?"

Ketika saya kelas satu SD, barulah saya tahu apa itu Liang Liong. Sebuah tarian naga yang keren, yang membuat saya tak lagi merasa takut dengan naga.

Berbeda dengan Ibu, Bapak punya dua kisah yang sering beliau ulang-ulang. Anehnya, saya tidak pernah bosan. Berkisah tentang kakak perempuan dari Ibu kandung Bapak. Saya memanggilnya Mbah Uti, sama seperti ketika saya memanggil Mbah Uti sendiri. Untuk membedakan dengan Mbah Uti (yang tinggal di Kreongan - Jember), saya memanggil kakak dari Mbah Uti dengan sebutan Mbah Uti Suroboyo, karena beliau tinggal di Surabaya.

"Mbah Uti Suroboyo itu lahir dan besar di desa Pekandangan - Sumenep, sama seperti Mbah Uti Jember," kata Bapak setiap kali memulai kisahnya. Lalu suatu hari, orang-orang di desa tersebut yang bekerja sebagai pencari ikan, menemukan sesosok lelaki yang terdampar di tepi pantai, dengan perahu yang sangat sederhana sekali. Ternyata lelaki tersebut berasal dari Tiongkok. Tidak bisa berbahasa Indonesia, apalagi berbahasa lokal Madura.

Hari pun berlalu. Sang lelaki yang tadinya terdampar itu, diterima dengan baik di desa Mbah Uti. Dia belajar banyak hal, mulai dari bahasa hingga kearifan lokal yang lain. Hingga pada suatu hari, dia dinikahkan dengan kakak perempuan Mbah Uti, yang tidak lain adalah Mbah Uti Suroboyo.

Pasangan muda itu memilih Surabaya sebagai tempat tinggal, karena mereka hendak mencoba usaha dagang. Dan mereka tetap di sana hingga beranak pinak dan menutup usia. Usahanya (pembuatan cao) diteruskan oleh cucu-cucunya, di daerah Kedung Sari.

Hal lain yang diceritakan oleh Bapak (dan ini lebih sering) adalah tentang sosok Tee San Liong, pemain sepak bola Persebaya yang semasa hidupnya tinggal di Jember, tepatnya di toko Roti Sentral. Dimasa kejayaannya, San Liong dan rekan-rekan berhasil menghadang Uni-Sovyet dengan 0-0 di Olympiade Melbourne 1956. Waktu itu strategi Indonesia adalah bertahan total, dengan pemain bintang bernama Ramang dari PSM Makassar.

Haha, hampir saja saya menuliskan 'trio macan' untuk menyebutkan kolaborasi hebat antara Jamiat (Persija Jakarta), Ramang (PSM Makassar) dan San Liong (Persebaya Surabaya). Nggak jadi trio macannya, ganti trio naga saja. Nanti disangka trio macan yang penyanyi itu, hehe..

Waktu mereka masih jaya-jayanya, Bapak saya masih bocah. Tapi Bapak terbawa oleh euforia orang-orang dewasa di sekitarnya. Pantaslah jika prestasi mereka masih dikenang oleh banyak orang (termasuk Bapak saya). Karena setelah olympiade Melbourne, prestasi PSSI terus merosot dan seolah kehilangan sinarnya.

Saya Ingin Tahu Tentang Keberadaan Sekolah Chung Hwa di Jember

Yang saya tuliskan di atas sebenarnya hanya pembuka saja. Anggap saja itu adalah pembukaan yang panjang. Sekedar ingin menunjukkan bahwa pengetahuan saya tentang budaya Tionghoa sangat terbatas, tapi saya suka mempelajarinya.

Begini, saya ingin bertanya seputar keberadaan sekolah Chung Hwa di Jember.

Saya punya seorang teman, namanya Maria Goreti. Dari Maria Goreti saya berkenalan dengan keberadaan sekolah Tionghoa di Jember yang berdiri sejak 1911 hingga 1965. Sekolah itu bernama Chung Hwa. Sayang sekali, pemahaman saya tentang 'dinamika' sekolah Chung Hwa sangatlah terbatas.

Untuk menemukan data tentang sekolah Chung Hwa di Jember, saya hanya memiliki kata kunci yang terbatas. Berikut adalah tiga poin yang saya gunakan sebagai pondasi awal mencari tahu kisah di balik sekolah Chung Hwa.

Lokasi Gedung Sekolah Chung Hwa Jember

1. Gedung sekolah Chung Hwa bertempat di pusat kota, sebelah selatan Johar plaza. Sekarang beralamatkan JL. Pangeran Diponegoro - Jember. Saat ini bekas gedung sekolah Chung Hwa digunakan sebagai kompleks pertokoan Mutiara Plaza Jember.

2. Sekolah Chung Hwa Jember berdiri sejak 1911 (data lain menyebutnya sejak 1910) dan tutup antara tahun 1965 - 1966, saat kondisi perpolitikan di Indonesia diwarnai oleh penumpasan PKI.

3. Setelah sekolah Chung Hwa tutup, pada bulan September 1966 gedung eks Chung Hwa Jember dikuasai oleh Yayasan Bersama KAMI dan KAPPI. Selanjutnya, gedung ini dimanfaatkan oleh Fakultas Tarbiyah IAIN "Sunan Ampel" Jember, sebelum akhirnya berganti lagi menjadi Kompleks Pertokoan Mutiara Plaza.

Data di atas bersumber dari situs resmi STAIN Jember dengan sub judul; Sejarah STAIN Jember. Di sana tidak tertulis nama Chung Hwa, melainkan THHK alias Tiong Hoa Hwee Koan. THHK adalah sebuah organisasi yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1900. Tujuannya adalah untuk meningkatkan posisi orang Tionghoa dalam kemajuan dan perlindungan negara. Dalam bahasa yang lain, mereka menuntut adanya persamaan hak antara Tionghoa dan Eropa.

Saya sudah mempelajari tentang sejarah yang digoreskan THHK. Bahkan Organisasi Chung Hwa Hui (CHH) yang berdiri pada1928 juga saya pelajari. Hingga padaPartai Tionghoa Indonesia yang berdiri sejak 1932, secara garis besar sudah saya pahami. Pada intinya, kaum Tionghoa (di masa Hindia Belanda) secara politik terbagi menjadi 3 kelompok utama, yang pro nasionalis Cina Daratan yang diwakili oleh kelompok THHK (dengan surat kabar berbahasa peranakan Tionghoa bernama SIN PO), pro Hindia Belanda yang diwakili oleh CHH (Chung Hwa Hui) dan pro nasionalis Indonesia yang diwakili oleh Partai Tionghoa Indonesia (PTI).

Semua itu tidak  membuat saya semakin paham akan apa dan bagaimana sekolah Chung Hwa di Jember. Sampai akhirnya saya menemukan data di milis group yahoo. Begini kisahnya.

Sepenggal Kisah Dari Alumni Chung Hwa Jember

Di sebuah milis di yahoo group, ada saya temukan sekelumit kisah tentang para alumnus Chung Hwa Jember yang berkumpul untuk melaksanakan sebuah gagasan mulia. Yaitu membantu korban bencana banjir bandang Panti - Jember. Banjir bandang tersebut terjadi pada 1 Januari 2006. Dan mereka semua sempat berkumpul pada empat bulan kemudian, yaitu 11 April 2006 (mengikuti tanggal yang tertera di milis).

Masih bersumber dari milis. Saya salut dengan apa yang dilakukan oleh para alumni Chung Hwa tersebut. Bukan hanya karena bantuan 130 unit rumah kepada korban bencana banjir bandang, bukan pula hanya karena mereka berbaur bersama para korban bencana banjir bandang di lokasi pengungsian di Dusun Gaplek - Desa Suci, Kecamatan Panti, Jember. Lebih dari itu, banyak dari mereka yang datang dari jauh.

"Mereka tersebar di berbagai negara, dari Amerika Serikat, Australia, Jerman, hingga Tiongkok. Rasa sebangsa, senasib, dan kepedulian tinggi mengantar mereka kembali mengunjungi tanah kelahiran mereka, sebuah kota kecil di ujung timur Pulau Jawa, Jember."

Menurut Hadi Widjaja (ketua pelaksana kegiatan), acara ini sudah dipersiapkan enam bulan sebelumnya. Berarti dua bulan sebelum terjadinya banjir bandang, mereka sudah berencana untuk melaksanakan reuni akbar. Ini kabar baik untuk Maria Goreti. Sepertinya bisa melakukan data lisan melalui forum alumni Chung Hwa.

Adapun nama-nama alumnus yang tercatat dalam milis tersebut adalah:

- Henry J. Gunawan, seorang bos Surya Inti Group
- Mulyadi Kusuma, CEO International Daily News (Grup Jawa Pos)
- Mukmin Ali Gunawan, bos Panin Group
- Dan Hadi Widjaja, ketua pelaksana kegiatan tersebut. Sepertinya Bapak Hadi Widjaja bermukim di Jember. Tapi ini hanya tebakan saya saja, hehe.

Dari milis itu baru saya bisa memastikan bahwa sekolah Chung Hwa di Jember berstatra SR dan SMP. Itu karena di judulnya ada tertulis, alumni SR - SMP Chung Hwa Jember. Kemungkinan besarnya, mereka adalah lulusan di awal tahun 1960-an, beberapa saat sebelum sekolah Chung Hwa tutup.

Pertanyaan Saya

Sulitnya mencari data (dan juga foto) tentang eksistensi Chung Hwa di Jember tahun 1911 hingga 1965, membuat saya tidak malu untuk bertanya pada para pembaca. Adakah diantara anda yang tahu dan memiliki data tentang sekolah Chung Hwa di Jember? Jika ada dan jika anda sudi membaginya, saya akan sangat bahagia sekali. Terima kasih sebelumnya.

Salam dari saya di kota kecil Jember

Kelas

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Habibie & Ainun ; Sebuah Refleksi Antara Perjumpaan & Perpisahan

Posted: 22 Jan 2013 11:19 AM PST

Sore ini setelah rencana menonton film Habibie & Ainun tertunda akibat musibah banjir di Jakarta yang juga menggenangi daerah saya, akhirnya dengan kesungguhan hati saya duduk seorang diri di bangku bioskop untuk menyaksikan kisah nyata tentang cinta sejati dari seorang pria yang pernah mengabdikan dirinya untuk bangsa Indonesia. Film yang dibintangi oleh Reza Rahadian sebagai pemeran Bapak Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ibu Ainun ini sudah membuat mata saya berkaca-kaca sejak 5 menit pertama. Sungguh tidak ada adegan sedih apapun di awal cerita, hanya saja seketika perasaan haru menyeruak di hati. Saya sadar film yang akan saya saksikan 127 menit ke depan ini adalah sebuah cerita cinta yang akan berakhir pada perpisahan dan sekali lagi ini adalah based on true story!

Akting Reza yang sangat maksimal sehingga mampu menirukan gaya bicara Pak Habibie yang unik membuat saya berdecak mengagumi sosok nasionalis Bacharuddin Jusuf Habibie. Saya jadi teringat ketika peluncuran pesawat N-250 di tahun 1995, prestasi ini sungguh membanggakan. Bagaimana tidak, sebuah pesawat terbang mampu diproduksi oleh kejeniusan anak bangsa. Hingga pada akhirnya, kebanggaan itu seperti sirna ketika dikabarkan bahwa pesawat buatan Indonesia itu tidak laku dijual dan malah ditukar dengan beras ketan. Sebagai anak SD, pada saat itu saya tidak tertarik untuk mencari tau lebih detail permasalahan yang ada. Namun dari film ini saya menjadi yakin, bahwa Indonesia memang memiliki seorang jenius yang pernah studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang lulusan RWTH Aachen, Jerman dengan predikat summa cum laude. Dari film ini juga saya yakin bahwa Bapak Habibie yang sudah berkecukupan secara financial sebelum dirinya menjadi menteri, wakil presiden dan kemudian presiden adalah sosok yang memiliki integritas yang baik dan kecintaan luar biasa untuk mengabdikan kemampuannya bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Kembali kepada inti dari cerita film ini. Cinta, sebuah perasaan ajaib yang bisa dirasakan oleh manusia, bahkan oleh Sang Presiden. Cinta yang diberikan oleh Pak Habibie selama 48 tahun 10 hari kepada Ibu Ainun adalah cinta sejati. Cinta pertama dan terakhir. Cinta yang berjuang dari keterbatasan menjadi kemakmuran. Cinta yang tidak berkhianat atas godaan harta dan kekuasan. Cinta yang dipisahkan hanya karena ketiadaan oksigen yang membekukan raga. Sepanjang durasi film, entah berapa kali saya berurai air mata dan kesulitan bernafas karena hidung pun terasa sesak. Sebegitu dalam saya menghayati film ini hanya karena satu alasan ; saya pun memiliki belahan hati! Saya bisa merasakan bagaimana pedihnya jika takdir menginginkan orang terkasih yang selama ini menjadi sahabat sekaligus pasangan hidup harus berada di alam dan dimensi baru (Sebutan Bapak Habibie untuk dunia baru Ibu Ainun). Alam sadar saya pun bergetar hebat jika harus membayangkan bagaimana hidup ini harus berlanjut tanpa diskusi, candaan, sentuhan, pelukan dan kecupan dari sang belahan hati. Membayangkan hari-hari kelabu hidup bernuansa kesedihan setiap mengingat kenangan demi kenangan saat merajut kasih. Oooh…takdir! Dengarkanlah doa sederhanaku setiap malam! Aku sungguh berterimakasih karena telah dipertemukan dengan belahan hatiku. Ijinkanlah kami berdua dapat saling menyayangi hingga keriput menghiasi kulit dan uban menutupi kepala.

Saya percaya siapapun yang telah dipertemukan dengan belahan hatinya –bukan hanya sekedar pasangan-, pasti dapat memahami dan meresapi doa yang diberikan Bapak Habibie kepada wanita tercintanya yang tertuang dalam buku Habibie & Ainun, 2010 :

Terima kasih Allah, Engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya
Terima kasih Allah, Engkau telah pertemukan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya
Terima kasih Allah, tanggal 12 Mei 1962, Engkau nikahkan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya

Engkau titipi kami bibit cinta murni, sejati, suci, sempurna dan abadi
Sepanjang masa kami sirami titipan-Mu dengan  kasih sayang, nilai iman, takwa dan budaya
Kini 48 tahun kemudian, bibit cinta telah menjadi cinta yang paling indah, sempurna dan  abadi

Ainun dan saya bernaung di bawah cinta milik-Mu ini dipatri menjadi  manunggal  sepanjang  masa
Manunggal  dalam jiwa, hati, batin, nafas dan semua yang menentukan dalam kehidupan
Terima kasih Allah, menjadikan kami manunggal karena cinta abadi yangsuci dan sempurna

Pertahankan dan peliharalah kemanunggalan kami sepanjang  masa
Berilah kami kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan yang sedang dan masih akan kami hadapi
Ampunilah dosa kami dan lindungilah kami dari segala pencemaran cinta abadi kami.


Nyatanya beginilah cinta…jika kita begitu menginginkan untuk dipertemukan dengan seseorang yang bisa menerima kekurangan serta kelebihan kita, seseorang yang siap menyediakan telinganya untuk mencerna cerita dan keluh kesah kita, seseorang yang tidak hanya bersedia meminjamkan bahunya dikala kesedihan namun juga dapat menjadi tulang rusuk untuk membuat kita berdiri tegak kembali, seseorang yang tiba-tiba menggelitik tawa kita dengan gurauan konyolnya, seseorang yang dapat mengimajinasi kerinduan di kala mata tak beradu pandang, seseorang yang membuat hatimu gelisah dan khawatir jika mendadak hilang kabar darinya, seseorang yang menjadi alasan besar agar kehidupanmu harus lebih baik dari hari ke hari… Dan jika suatu hari dia datang kepadamu, terimalah dia, jangan genggam cintanya dengan jemarimu sebab jari jemarimu akan sibuk dengan pekerjaan harian, genggam saja cintanya dengan hatimu sebab hatimu tidak akan pernah lelah menggenggam belahan dirinya. Apabila perjumpaan impian itu berjalan dengan indah, maka hal yang terberat adalah menyiapkan hati yang bijak untuk menyikapi perpisahan di suatu hari nanti yang entah kapan menyelusup datangnya. Sabbe sankhara anicca _/|_

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar