Kompasiana
Kompasiana |
- saling diam di Facebook chat
- CINTAKU BERBEDA
- Tips Penyair Besar di Media Online untuk Penulis Pemula
- selepas banjir
- Mountains of Pangaea with the Flip of a Coin
- Suasana Hijau di Pedesaan
Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST dizaman sekarang, siapa sih yang tidak tahu Facebook? salah satu fasilitas yang menurut saya paling esensial dari situs jejaring sosial itu adalah Facebook Chat. semasa saya masih SMP, saya kira jika ingin chatting, terbatas hanya menggunakan email kita dan menggunakan program tertentu, semisal YM. tetapi, sejak saya mulai menjadi Facebook user , fitur ini menjadi favorit. tapi, jika ditinjau dari judul tulisan ini (dan juga menimbang mau saya bawa kemana tulisan ini nantinya) saya rasa ada unsur narsis, ataupun salah sangka pula. toh, yang tau perasaan sebenarnya hanya Allah dan orang itu sendiri, kan? kecuali dia yang bilang sendiri. entah gengsi yang berkuasa, ataupun rasa malu yang begitu besar, saya seringkali dilanda rasa ragu jika ingin menyapa dia via Facebook chat. padahal, pasti di waktu tertentu (yang saya sudah hafal kapan waktu2 tsb hehe :p) dia sedang online. lingkaran hijau itu sudah sedari tadi ada disamping username dirinya. tetapi..kenapa saya selalu malu2? sya pun kadang bingung apa yang harus saya beritahukan ke dia via chat? bikin galau. haha dan akhirnya kadang terbersit pikiran bahwa semakin saya mengundur-undur kapan waktunya saya menyapa dia via chat, semakin juga dia tidak ingin menyapa saya sama sekali. jadi, yaaa bisa dibilang, kita diem-dieman. saat ini memang jarak saya dan dia tidak dekat (saya di Bandung dan dia di Bogor) hubungan kami juga tidak ada yang khusus, dan.. aheuu.. T___T (jadi sedih) kadang, jika dia sedang online di Facebook,lalu saya lihat ada beberapa teman dekat saya (yang memang sudah tau hampir semua tentang saya) juga sedang online, saya langsung, seolah-olah, mengirim sinyal SOS ke teman saya itu. saya chat teman saya terlebih dahulu, saya : "__, si aa lagi ol" teman : "ciee" s : "yah gimana dong.." t : "apanya yang gimana? sapa aja" s: "iih tapi gatau gimana :'(" memang sih, susah berurusan sm org malu2 ky saya hehe. di satu kesempatan lain, dia sedang online, dan ada teman saya yg lain juga ol. saya langsung minta tolong juga. saya : "___, si aa ol" teman : "ayo buruan sapa.." s : "ngomong apaan dong gw?" t :"apa aja..tanya kabar kek, apa kek.." s : "hmmh…" seringkali hal itu terjadi..hehe jika memang saya benar2 mentok mau membawa bahasan apa untuk saya obrolkan di chat dengan dia, saya hanya bisa membaca message dari sesi chat kita terdahulu. memang sih, terkesan ngenes,gitu. tapi melihat di beberapa kesempatan, dia yang mengajak saya chat duluan, saya langsung senang. walaupun itu terjadi beberapa waktu yang lalu. saya pun sempat melihat beberapa pesan yang saya kirim ke dia via chat , ada yang berhasil 'membuahkan' percakapan yang lumayan panjang, ada yang hanya dibalas beberapa (karena memang topiknya GeJe alias ga jelas), ada juga yang tidak dibalas :(. memang banyak hal aneh bin ajaib bin nyebelin yang muncul di situs jejaring sosial. tapi fitur chat ini bisa dibilang jalan saya yang paling dekat untuk bercengkrama dengan dia. yah, mudah2an.. dia tetap mengingat saya..dan saya tidak bakal terlalu ragu lagi untuk menyapa dia ketika dia sedang online di Facebook. karena, dia lah yang selalu saya nanti.. | ||||||||||||
Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST | ||||||||||||
Tips Penyair Besar di Media Online untuk Penulis Pemula Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST Menulis adalah sesuatu yang unik. Hasil dari belajar menulis menghasilkan buku pada akhirnya. Paling penting punya buku biar tidak laku. Buku pun menjadi peninggalan abadi ketika manusia mati. Namun kini sejak era modern internet hadir di Bumi, buku pada akhirnya akan menjadi semacam barang antik dan tinggal sejarah saja. Kaset, piringan hitam, compack disk, adalah barang antik yang buku akan ikuti. Pilihan menulis kini tersedia. Menulis menjadi sesuatu yang istimewa pula di zaman internet ini. New York Times dengan nytimes.com - nya mampu menghasilkan jutaan dollar dengan teknik merekrut penulis handal. International Herald Tribune, koran internasional anak NY Times berhenti terbit. Kini NT Times yang kredibel tersebut mampu mengeruk keuntungan finansial dengan cara membatasi pembaca membaca gratis. NY Times mengenakan tarif bagi pembaca setia. Dari sinilah penulis mampu menghasilkan uang secara online lewat organisasi media online NY Times. Di dunia Barat, Eropa Barat dan Amerika Utara, Jepang dan Australia-New Zealand, buku masih dianggap memberikan keuntungan keuangan bagi penulisnya. Di Indonesia dengan minat baca yang hanya 0,05% jumlah penduduk pembaca dan pembeli buku tak akan memberikan kesejahteraan finansial bagi penulis apalagi penyair. Lalu apa itu tips cara menulis bagi pemula. Sebelum menulis, silakan jawab pertanyaan berikut ini. Apakah Anda cukup menguasai grammar atau tata bahasa bahasa Indonesia? Jika SEMUA pertanyaan itu Anda jawab YA. Silakan lanjutkan menulis dan Anda layak menjadi seorang penulis. Anda cukup belajar dan belajar. Menulis dan menulis. Jika pertanyaan nomor dua ternyata jawaban TIDAK, Anda akan ketinggalan kereta (sebaiknya belajar bahasa minimal Inggris atau bahasa Internasional lainnya). Jika semua pertanyaan itu ada yang Anda jawab TIDAK. Kecuali pertanyaan nomor 2 yang boleh dijawab BELUM. Berhentilah menulis! Anda cuma buang-buang waktu.Mending Anda membaca saja. Berhenti bermimpi menjadi penulis. Pahit memang. Namun itu yang paling realistis buat Anda. Toh menulis juga bukan satu-satunya profesi yang bisa bikin kaya atau puas dalam hidup. Jika SEMUA pertanyaan itu Anda jawab TIDAK. Sebaiknya Anda berubah haluan menjadi seorang penyair seperti saya. Karena menulis puisi bisa menutupi kekurangan Anda. Karena tak ada aturannya menulis puisi itu. Siapa tahu penerima hadiah Nobel. Anda mungkin akan menjadi penerima hadiah Nobel. Ketahuilah bahwa penerima hadiah Nobel Sastra pertama adalah Sully Prudhomme. Seorang penyair Prancis yang dinilai sebagai seorang yang mampu menggambarkan dan menghasilkan karya yang menggabungkan antara hati dan intelek manusia. | ||||||||||||
Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST 27 November 2012Ari usum hujan sok inget keur di ledeng. Hujan gede bari jalan gang laleueur, matak paur. Isuk-isuk sok seger rarasaan teh tapi gang mah tetep leueur. Nudaragang ge rada hati2 lempang ...
20 November 2012Adab jeung sopan santun lamun diteuleuman mah mémang kaasup kana ranah filsafat praktis. Disebut asup kana ranah filsafat, da anu ngaranna sopan-santun mah teu dibatesan ku umur, ku hal-hal anu ...
13 November 2012Hai Kawan Pilihanku, Di Facebook ada satu grup komunitas urang Sunda yg memiliki member cukup banyak. Saat artikel ini ditulis saja telah terdaftar 13.282 anggota dan masih terus bertambah. Namanya adalah ...
| ||||||||||||
Mountains of Pangaea with the Flip of a Coin Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST Mountains of Pangaea with the Flip of a Coin It's incredible once you know that once the whole earth was just one massive supercontinent. This means that you could travel from Singapore to North America with a car. Yes it would take days, maybe even weeks. But this means that all the continents were one. Unfortunately, it couldn't stay like that forever. There is magma and heat, held inside the Earth's stomach. And that magma wants to rise up more than anything. So where does the magma come out from? It turns out that there are cracks in the deep sea that let out tons of magma, smoke and gas that are extremely poisonous and could kill a human. Yet some fish and little sea animals on the sea floor still crawl around alive. The rising of magma that came out from those cracks will make the tectonic plates move away from each other. Other times they crash into each other because of other tectonics. Now I know that you're thinking that something bad is going to happen when they crash, like an earthquake or something, but it depends. Sometimes it depends on luck or chance, like the flip of a coin. We don't know for sure whether it will land on heads or tails, but we do know that it is 50% chance of landing on one side. If you didn't study for a multiple choice test, then you have a ¼ chance of getting one question right. But if you did study the night before, then the chance will increase, or maybe peak up to 100%. So it's better to study the night before your test. Knowing something gives you a better chance. But enough of about tests, let's go back to talking about the crash of the tectonic plates. When the two tectonic plates collide head on both plates rise up near the crack making folds like a piece of paper. In fact, you can try to make your own little experiment. Gently force the two pieces of paper into each other. You can see that they make funky waves. Try to picture that as the mountain. More force will cause the land rise, making something beautiful. It creates a mountain range that has a white cap of snow on its head. Actually mountains are messy if you ask me. Crumple up a piece of paper into a ball, and then open it afterwards. You'll see that both the mountain range and the piece of paper are alike. It has nothing neat and perfect about it, yet it doesn't even matter. We humans don't even care. We humans were meant to be imperfect. Even so, it is the imperfections that make us perfect. Now you might be thinking that when mountains were first made the land suddenly risen because of tectonics therefore creating a mountain in a mere hour. It would be awesome but no, that wouldn't happen. Rome wasn't built in a day as to that gigantic mountain. It takes time. Actually it takes years! 15 million years! So don't expect a mountain to form anytime soon. Until this day on, those tectonic plates are still moving. Yet we don't notice it because they move slowly. Which is a good thing because if we could feel it then that would bother our daily lives. There is one point when we do feel it and that is an earthquake. Earthquakes happen because sometimes the plates get stuck together, most of the times because the edges of the plates are rough. When a plate gets released from being stuck, the force is strong enough to shake a fraction of the earth. It's just like when you're driving down the road with a car at a constant speed then suddenly accidentally hit a road bump. The bump makes you 'stuck' for a while, and then you move again at that constant speed. So there you have it. The way mountains are slowly made and how studying for your test will help you dramatically. I'm Amri, and thank you for reading. | ||||||||||||
Posted: 26 Jan 2013 07:38 AM PST OPINI | 26 January 2013 | 22:05 Dibaca: 10 Komentar: 0 Nihil Kangen..Itulah wujud yang patut diungkapkan jika melihat permandangan seperti yang ada di photo ini. Suasana yang hijau tidak tecemar oleh berbagai macam polusi khususnya dari polusi kendaraan bermotor. Suasana yang sedikit demi sedikit akan punah oleh ketamakan manusia membangun pusat-pusat perumahan seperti di perkotaan. Segar membahana..Serasa indah jika kita berada di tempat ini jika ditambah suasana malam yang sudah pasti akan terasa semakin membahana jiwa. Tetapi situasi seperti hanya bisa kita temui di perdalaman desa yang cukup jauh dijangkau. sehingga membuat kerinduan itu semakin mengoda.. Siapa yang menilai tulisan ini? |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar