Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 09 September 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Sebutir Mutiara di Perkampungan Semendo

Posted: 09 Sep 2012 11:17 AM PDT

Hari ini genap 2 hari sejak sebuah kejadian yang mendebarkan bagiku terjadi. Dua hari yang lalu, Sabtu pagi tanggal 8 September 2012. Aku seorang guru SMA Negeri. Seperti biasanya aku pergi ke sekolah. Kebetulan jadwal mengajarku seminggu 3 kali. Selasa, Kamis, dan Sabtu. Sebuah jadwal yang singkat, padat dan jelas. Singkat, karena kata orang seminggu kok hari kerjanya hanya 3 hari. Padat, karena 3 hari itu benar-benar harus full berada di kelas. Jelas, karena mulai tahun ajaran ini 3 hari itulah yang ku minta ke si pembuat jadwal.

Awalnya semua berjalan seperti biasanya. Pagi-pagi aku kirim sms ke langganan ojek untuk mengantarku ke sekolah. O ya, mulai semester ini aku langgananan ojek. Sarana yang satu ini benar-benar mumpuni mengejar jadwal mengajarku. Sejak jadi guru tahun di awal 2009, aku tak pernah sekalipun naik ojek. Selalu diantar oleh suami. Katanya tak sampai hati dia membayangkan aku kerepotan cari-cari ojek di pasar. Tetapi namanya juga kendaraan roda empat, selalu tak bisa leluasa mendahului kendaraan yang begitu rapat. Akhirnya sering terlambatlah aku tiba di sekolah. Oleh karena itu mulai tahun ajaran 2012 ini aku coba pakai jasa tukang ojek. Ternyata lumayan juga. Kita bisa cepat sampai tujuan. Kata terlambat hampir tak pernah terjadi lagi. Malu dong kalau guru datang terlambat. Walau kadang-kadang masih juga terjadi. Tentunya karena suatu alasan.

Pagi itu langganan ojekku tidak bisa mengantar. Rupanya dia sudah ada yang booking. Sesama guru juga. Guru tersebut sudah ijin kepadaku untuk memakai jasa ojek langgananku. Kuijinkan karena bagiku ojek banyak sekali di pasar. Tinggal pilih saja mana yang kira-kira orangnya baik dan motornya sesuai keinginan. Sesuai keinginan, sebab ada beberapa tipe motor tertentu yang menurutku tak terlalu nyaman untuk diboncengi. Ada tipe motor yang pegangan belakangnya tak tersedia. Ini yang bikin susah perempuan kalau pakai jasa ojek. Naik motor di bonceng tukang ojek tentu rasanya beda bila di banding boncengan suami sendiri. Kita tidak bisa leluasa duduk. Agak risih kalau tangan, kaki, atau badan kita berpegangan atau sedikit nyenggol badan tukang ojek. Jadilah tangan kita berpegangan ke bagian belakang jok motor. Tak nyaman sekali rasanya.

Jarak perjalanan ke sekolahku lumayan jauh. Maklum, SMA tempatku mengajar bukanlah terletak di kota propinsi atau kota kabupaten. Sekolahku berada di wilayah kecamatan. Perjalanannya lumayan jauh. Sekira 1 jam perjalanan baru sampai di tempat. Kalau bisa memilih, tentu saja aku ingin dapat tempat kerja yang dekat rumah. Tak perlu bangun pagi-pagi kalau ada jadwal pagi. Tapi bagaimana pun tugas harus tetap dilaksanakan. Setidaknya aku sudah mulai menghayati dan menyenangi pekerjaaanku sekarang ini. Bagaimanapun, abdi Negara harus siap ditempatkan dimana saja bukan?

Sampai di pasar tak sengaja aku bertemu tukang ojek langgananku. Dia bersikeras mengantarku. Kubilang tak enak sama temanku. Aku pakai ojek yang lain saja. Untungnya tukang ojek langgananku, mamak Ip namanya, berbaik hati mencarikan ojek lain. Agak lega rasanya. Dapatlah aku pagi itu ojek motor matic. Mamak Burhan nama tukang ojeknya. Panggilan mamak lazim digunakan di daerah sekitar tempatku mencari ojek. Bahasanya orang semendo. Sama seperti kata paman dalam Bahasa Indonesia. Suku Semendo adalah salah satu suku daerah Sumatera yang biasa ditemui dalam perjalananku menuju tempat kerja. Wilayah kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung. Selama 1 jam perjalanan, yang bisa dilihat adalah perkampungan suku Semendo. Namun ada juga beberapa desa dengan mayoritas suku Jawa.

Perjalanan pagi itu awalnya lancar. Aku tipe orang yang suka ngobrol. Tukang ojekku pun ku ajak ngobrol. Itung-itung untuk mempererat hubungan antara penyedia jasa dan pemakai jasa. Pada saat kita pakai jasa ojek, itu berarti kita menggantungkan keselamatan kepadanya. Jika kita akrabi, tentu dia akan lebih berhati-hati mengendarai motornya. Beda jika tak kenal. Pepatah mengatakan "tak kenal maka tak sayang". Bagiku saat kita merasa mengenal dan dikenal oleh orang lain, maka semua akan berjalan lebih baik. Sampai tiba disuatu tempat, saat motor melaju aku merasakan sesuatu di keningku. Kening sebelah mata kiri. Saat kusadari, rasanya nyeri luar biasa. Reflek, kutepis secepat mungkin. Sampai tak bisa kulihat lagi benda apa gerangan yang sudah menyerangku. Tapi aku yakin, penyerangku pastilah makhluk yang bernama Lebah. Kebanyakan orang menyebutnya Tawon. Saat menyengat, tawon melepaskan suatu zat sebagai perlindungan diri. Venoms namanya. Jangan dikira venoms selezat madu. Sama-sama berasal dari makhluk sejenis, tapi berlainan rasa. Madu rasanya manis, tapi venoms? Wah, jangan sampai deh terinjeksi sekali lagi.

Beruntung disekitar tempat itu ada plang nama bertuliskan Praktik Bidan Yuni Margiyanti. Mamak Burhan sigap. Segera dia belokkan motornya ke tempat itu. Saat aku datang, bidannya sedang memeriksa satu orang pasien. Aku langsung duduk di ruang tunggu. Kukira 5 menit menunggu sampai tiba giliranku pun tak apalah. Yang penting aku ingin minum obat secepatnya. Biasanya aku tak butuh obat alergi. Saat alergi menyerang, air kelapa muda segelas saja sudah bisa jadi andalan. Air kelapa muda mudah menetralisir racun ditubuhku. Tubuhku memang sedikit berbeda. Aku punya tubuh yang gampang alergi. Makan jamur tiram goreng atau udang laut sedikit saja, aku bisa muntah sebanyak-banyaknya. Belum lagi rasa pusing dan bentol disekujur tubuh. Rasanya mengganggu sekali. Tapi pagi hari agak susah rasanya kalau harus mencari warung yang jual air kelapa muda.

Bidannya baik sekali. Saat dia tahu kehadiranku diruang tunggu, aku langsung dipanggilnya. Kebetulan ruang periksa dan ruang tunggu hanya terpisah oleh pintu yang terbuka lebar dan jendela kaca. Dia bisa melihatku dengan seksama. Aku agak sungkan saat masuk, pasien yang pertama belum selesai diperiksa. Tapi rupanya hari itu orang-orang sangat ramah. Si Pasien berbaik hati mengalah melihatku meringis kesakitan. Ada bintik merah kecil di keningku. Bekas sengatan tawon. Rasanya sakit sekali. Bidan pun segera memeriksaku, diberinya aku dexamethasone dan amoxicillin masing-masing satu lempeng. Diminum per butir sehari 3 kali.Biar nyerinya sedikit berkurang dan tidak terlalu bengkak katanya. Aku menurut saja. Kutanya berapa biayanya. Bidannya tak menjawab, hanya tersenyum. Ingin rasanya segera kuminum obat yang diberi bidan. Tak kusangka bidannya menawariku istirahat dulu sejenak dirumahnya. Rumahnya menyatu dengan ruang periksa. Tepatnya dibagian belakang. Dibuatkannya aku teh hangat. Bahkan ditawarinya aku sarapan pagi. Tawaran terakhir terpaksa aku tolak dengan halus. Aku sudah sarapan di rumah sebelum berangkat kerja. Setelah menghabiskan segelas teh, kuminum obat dari bidan. Aku pikir bengkakku takkan timbul. Harga obat itu memang tak seberapa, aku tahu sebab kakak perempuanku juga berprofesi sebagai seorang bidan, pun adikku perawat di sebuah rumah sakit. Sekali dua kali pernah diajaknya aku ke apotek untuk beli obat saat persediaan obat dibalai pengobatannya habis. Yang ku tahu, beli obat di apotek lebih murah jika dibandingkan beli obat dokter/ bidan. Tapi wajarlah, yang membuat obatnya jadi agak mahal mungkin karena jasa konsultasinya. Barangkali saja.

Segera ku pamit pada Bidan Yuni, tak lupa kutanya lagi berapa biayanya. Beliau tak mau ambil uangku. Sudah bawa saja obatnya, mudah-mudahan aku lekas sembuh katanya. Benar-benar tak ku sangka sama sekali. Ucapan terima kasih kusampaikan penuh haru. Aku bertemu dengan mutiara terbaik hari ini, gumamku. Ternyata semakin baik niat kita maka semua pun akan terasa mudah. Tangan Allah SWT selalu memudahkan segalanya. Setidaknya itulah yang bisa kupetik dari musibah kecilku Sabtu itu.

“My First Kiss Just For My Wife”

Posted: 09 Sep 2012 11:17 AM PDT

Sumber gambar: http://pixabay.com

Sumber gambar: http://pixabay.com

Ditengah popularitasnya yang semakin menanjak bak selebritis, Pradipta Antoseno seorang pemuda biasa yang mulai banyak dipuja-puja kaum hawa terutama remaja, kerap kali menjadi bahan perbincangan antar kaum hawa lainnya. Gara-gara menjuarai kompetisi "Longest Chatting Online on facebook" dan banyak digembar-gembor di Radio-radio dan di Internet terutama di facebook. Bahkan, tak sedikit pula fans yang menambahhkan halaman dan group juga membuat akun facebook palsu dengan nama "Pradipta Antoseno".

Salah satu surat kabar lokal yang banyak memberitakan Pradipta Antoseno, tak kalah membantu popularitasnya, mulai menguak kritis dan menjadikannya sensasi yang hangat saat ini. Surat kabar itu banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mulai di-iyakan juga oleh fans Pradipta Antoseno. Kabar sejenis juga mulai bermuncul di berbagai media. Kabar Pradipta Antoseno yang tak pernah terlihat menggandeng seorang wanita, issue Pradipta Antoseno yang terkesan menutup diri dari kaum hawa agar tidak kehilangan fans, dan pemberitaan miring lainya yan menyatakan Pradipta Antoseno adalah seorang Homo. Kejam.

Audisya Rafitania yang ambisius dan gila popularitas, menjadikan hal ini sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan popularitas dengan mengimbangi Pradipta Antoseno. Audisya Rafitania yang mulai menjalankan aksinya mendekati Pradipta Antoseno, dan nyata membuat Pradipta Antoseno risih pada perlakuan Audisya Rafitania yang agresif. Dengan nekat Audisya Rafitania memberitakan dirinya sebagai wanita yang dipacari Pradipta Antoseno sejak tiga bulan lalu. Dan mengklarifikasi alasan kenapa Pradipta Antoseno yang terkesan dingin pada fans-nya karen permintaannya untuk tidak mendekati wanita lain selain dirinya.

Satu sisi Pradipta Antoseno merasa lega karena satu permasalahannya berhasil diatasi dengan tindakan Audisya Rafitania itu. Namun saat itu juga masalah lain muncul. Perlakuan Audisya Rafitania yang berlebihan dan membuatnya risih merupakan suatu hal yang tak pernah ia dapatkan dari wanita manapun. Tingkah Audisya Rafitania meningkat, mulai berani meminta imbalan atas kerjanya yang tak pernah Pradipta Antoseno minta. Meski sedikit keheranan namun harus di akui Audisya Rafitania memang telah membantunya, perlahan saya ikuti apa maunya.

Aksi Audisya Rafitania yang sangat memuakkan adalah ketika ia sedang bernyanyi dalam 'Konfrensi Pers' tentang sejauh mana hubungan kami, dengan mudahnya ia hampir memperjakai bibir Pradipta Antoseno. Beruntung aksi itu berhasil saya tepis, dan selamatlah, namun ribuan pertanyaan bertambah pula kala itu. Namun, aksi Pradipta Antoseno menepis tindakan Audisya Rafitania yang agak di seronok respons pers. Mereka mulai mencurigai kebersamaan Pradipta Antoseno dan Audisya Rafitania adalah bohong dan semakin memebenarkan bahwa semua tuduhan terhadap Pradipta Antoseno.

Pradipta Antoseno mulai geram terhadap tingkah Audisya Rafitania yang semakin berlebihan dan mulai mengganggu privasinya. Secara sepontan Pradipta Antoseno beberkan komitmen dan prinsip yang sebenarnya tidak ingin siapa pun ada orang lain yang tahu, karena ini adalah janjinya terhadap dirinya sendiri. Dengan lantang Pradipta Antoseno mengatakan "My First Kiss Just For My Wife". Seketika membuat para pemburu berita tercengaw seolah mendapat jawaban dan memperjelas semuanya.

"Sungguh  Ia masih menghargai adanya kesederhanaan dan rendah hati, ditengah popularitas yang menimpanya ia masih ia masih menjunjung nilai moral dan etika dalam bersosial. Menjaga diri agar tidak terjerumus kedalam hal yang bisa merugikannya. Insya Allah ini salah satu kriteria yang dicari para wanita sholehah"

————————-

10 September 2012

Ummie S. Wahiuney

Selintas Bermain Pada Dini Hari Menyambangi Para Kompasianer

Posted: 09 Sep 2012 11:17 AM PDT

Belum ngantuk, walau letih terasa. Tapi masih kuatlah untuk berjalan-jalan. Kemana ya?, Ah ke rumah Bang Bain aja, Bang Dosen yang senang kelayaban naik pit onthelnya menyusuri kota Yogya. Dia  memang lagi sibuk mempersiapkan turnamen tingkat kampung, tapi konon akan dibuka oleh Pak Gubernur. Benar-benar dahsyat Dosen satu ini.

Segeralan meluncur ke tempat turnamen. Belum sampe, lihat Bang Bain berwajah nelangsa ndelosor di depan rumah janda kembang, sekitar 100 meter dari tempat yang hendak dituju. "Jangan ditanya, kukatakan saja. Gubernur tak mau datang lantaran papan caturnya kotak-kotak. Alerginya Sang Gubernur"

Ya, sudah, sebelum banyak kata, bisa berubah jadi sayatan malam, langsung saja mencari Catur Stanis yang masih menyembunyikan Bungkusan Bingkisan-nya. Sambil menyempatkan diri melongok Presiden Narsis Indonesia yang tengah menggugat pengertian ASET. Ah, gak ikut-ikutan ah. Ini pasti serius, padahal, cuma mau menghabiskan waktu sambil menunggu kantuk menyapa. Langsung saja ke Catur Stanis yang ternyata malah sudah tidur sambil mendengkur di bawah kasur.

Menimbang-nimbang, mencari tempat kongkow yang santai. Ah, pastilah Tante Paku, punya kisah yang lucu dengan gambar yang menggoda dan bisa lepaslah tawa. Eits… belum sempat mengetuk pintu, terdengar bunyi cring-cring-cring yang jelas sekali apalagi pada dini hari macam ini. Mengintip dulu, pada bermain Fedang. Ah, takut ah, gak jadi masuk. Seperti film-film jaman dahulu kala aja. Malah lebih mengerikan lantaran bisa berceceran darah.

Ketika beranjak meninggalkan, terdengar teriakan Tante Paku. "Ayo masuk sini. Ini bukan Fedang beneran. Sedang gojekan, ber..ha..ha..hi..hi.. seperti biasa. Tuch ada Habib Rizieq Meledek Foke Nara. Asyik loh,"

Ah, gak ah. Bisa dari gojekan, malah jadi serius, salah sasaran, kepala hilang, gimana. Memang mengerikan senjata jaman dahulu.  Tidak seperti masa sekarang, lebih canggih, disuguhi arsenik, membunuh lawan.Hm, jadi teringat delapan tahun silam, seorang pendekar HAM, Munir tewas diarsenik dalam perjalanan ke Belanda untuk menempuh studinya. "Munir Pahlawan HAM!" teriak Erdha Widhayanto. Ya, Memang, Sungguh Hebat Lelaki Ini kata Pak Johan Wahyudi inisiator Komposono tiba-tiba sudah berada di sampingku.

Mau beranjak, tiba-tiba terdorong untuk menulis. Mencoba mencermati tulisan-tulisan lama, tiba-tiba badan menggigil. Budhi Whiryawan, penyair yang kena sial lantaran kedapuk jadi Ketua KPU Kabupaten telah menghadang dengan keseriusannya yang membuat tertawa pula: Merawat dan Meruwat Bahasa Indonesia.

Tapi setelah itu, sungguh, tidak bisa tertawa, jadi termangu-mangu. Bahasa Indonesia? Ah.. nasibmu… Menyebabkan bisikan dari Nahary Latifah "PADA DIAM" sehingga mungkinkah kita bisa mengikuti kegirangan Bung FloUntung…Untung!

Tahajjud Cinta: Semanis Kurma, Semujarab Madu

Posted: 09 Sep 2012 11:17 AM PDT

ketika ratusan, ribuan bahakan jutaan mata terlelap nan syahdu seorang yang merindu cinta dari pemilik langit dan bumi, bersujud dengan keikhlasan hamparan sejadah panjang basah dengan air mata. hampir setiap sepertiga malam terjaga dari bunga tidur, pasrah dalam keheningan dan kesunyian malam mengharap cinta dari segala keagunngan ( Al-Mutakabir). sosok hamba allah ini selalu hadir dimalam-malam sunyi, memulai tahajud cintanya dengan takbir memuji keagungan robbul izzati. rakaat demi rakaat hingga tahajud pun menyelimutinya.

keikhlasan dalam hati membuat tahajud bagai hidangan terlezat dibumi.manisnya iman semanis buah kurma ia rasakan ketika tunduk dalam sujud di setiap tahajud-tahajudnya. kelezatan tahajud seolah bagaikan  menyantap manis nya kurma saat terbuka, bagaimana tidak ini hanya bisa dirasakan bagi orang-orang yang ikhlas beribadah dan merasakan kedekatan pada illahi.

ketika allah memberikan ujian keimanan, tahajud menjadi obat semujarab madu. madu-madu dapat menyembuhkan penyakit, seperti diterangkan pada QS. An-Nahl: 69 dan hadist riwayat ibnu majah.

"kemudian makanlah dari pada setiap macam buah-buahan  dan tempuhlah jalan tuhanmu yang dimudahkan. dari pada perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, didalam  terdapat obat menyembuhkan bagi manusia.sesungguhnya pada demikian itu benar terdapat tanda-tanda kebesaran tuhan bagi yang memikirkannya. "(Qs. An-Nahl:69).

rosulullah bersabda : ambillah dan pergunakan olehmu sekalian akan dua obat yaitu madu  dan al-Qur'an. " (ibnu Majah).

Keutamaan Sholat Tahajud

saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan menghasilkan hormon melatonin dalam jumlah besar. puncaknya terjadi pada pukul 02.00-03.00 dini hari dan ini adalah waktu terbaik untuk sholat tahajjud, di sepertiga malam yang terakhir. sholat tahajud dapat mengstabilkan hormon melatonin,sehingga bermanfaat untuk :

membantu terbentuknya sistem kekebalan tubuh, membatasi pemicu-pemicu tumor  seperti estrogen, menghasilkan turunan asam amino trytopan, mengurangi stress dan mencegah kebekuan lemak tubuh. menurut Drs. KH. Ibnu Hajar dalam bukunya " kiat sehat alami tanpa obat" tahajud akan mengaktifkan system pemanas tubuh yang akan menghentikan pembekuan lemak.

Tak Mungkin Hidup Tanpa… (Kertas)

Posted: 09 Sep 2012 11:17 AM PDT

OPINI | 10 September 2012 | 00:58 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

Keponakanku yang baru masuk tahun ajaran baru sibuk membeli buku tulis sebagai fasilitas belajarnya. Bila tak ada buku, maka tak bisa menulis. Buku bacaan pun banyak diborong dari pedagang buku, sebagai penunjang pendidikan. Keponakanku itu ku sebut sebagai pengkonsumsi kertas. Aku juga pengkonsumsi kertas. Banyak buku yang ingin kubaca, dan ku tulisi. Jadi menurutku, saat ini masih banyak pengkonsumsi kertas dan tak mungkin hidup tanpa kertas.

Walaupun saat ini kita tak mungkin hidup tanpa kertas bukan berarti produsen kertas boleh mengeksploitasi hutan alam sebagai bahan baku kertasnya. Produsen kertas harusnya lebih menyiapkan hutan tanaman industri sebagai bahan baku produksinya. Dan lagi perlu diingat bahwa hutan tanaman industrinya harus berada dikawasan yang diijinkan, jangan sampai bersinggungan dengan kepemilikan rakyat, apalagi sampai merusak hutan alam yang dilindungi. Walaupun tak mungkin hidup tanpa kertas tapi lebih tak mungkin lagi hidup tanpa hutan.

Mari selamatkan hutan kita. Sebagai pengkonsumsi kertas mari giat mengantarkan kertas yang tak digunakan lagi (koran, majalah bekas, revisian skripsi, bekas laporan, dll) ke penadah kertas bekas, agar nantinya bisa didaur ulang. Sebagai produsen kertas, jangan hancurkan masa depan anak cucumu dengan "eksploitasi hutan" yang selama ini dikritik para aktivis lingkungan.

***

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar