Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 05 September 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Fauzi Bowo Mendapat Raport Merah

Posted: 05 Sep 2012 11:07 AM PDT

1346867773772579392

Dalam kegiatan belajar diruang kelas tiba-tiba pak guru berkata pada muridnya, Jokowi coba sebutkan lima butir pancasila. Dengan lantang dan suara keras Jokowi menjawab, Pancasila, satu : Ketuhanan yang maha esa, dua : kemanusian yang adil dan beradab, tiga : persatuan Indonesia, empat : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Lima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagus kata pak guru, sambil menunjuk Marzuki dan berkata, coba Marzuki sebutkan salah satu bentuk pengamalan dari sila pertama pancasila ? Dengan suara lantang Marzuki menjawab, salah satu dari bentuk pengamalan sila pertama adalah kita harus berlaku diskriminatif antar umat beragama

Mendengar jawaban Marzuki, pak guru lalu berkata, Marzuki jawaban kamu itu salah, itu bukan pengamalan dari sila pertama, kemudian pak guru menjelaskan bahwa salah satu bentuk pengamalan sila pertama dari pancasila adalah kita tidak boleh memaksakan suatu agama dan kepercayaan pada orang lain dan kita harus saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Mendengar jawaban pak guru, Marzuki hanya memanggut-manggutkan kepala.

Tak lama kemudian pak guru kembali menunjuk Fauzi dan berkata, Fauzi coba kamu jelaskan salah satu bentuk pengamalan sila ketiga dari pancasila ? Dengan suara lantang Fauzi menjawab, salah satu bentuk pengamalan sila ketiga dari pancasila adalah kita harus mendukung untuk persatuan salah satu umat dan golongannya.

Mendengar jawaban Fauzi, kembali pak guru berkata, Fauzi jawaban kamu itu salah, itu bukan wujud dari pengamalan sila ketiga, kemudian pak guru menjelaskan bahwa salah satu bentuk pengamalan sila ketiga dari pancasila adalah kita harus Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan serta Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, Mendengar jawaban pak guru, Fauzi hanya memanggut-manggutkan kepala.

Jawaban Marzuki dan Fauzi pada cerita diatas sudah tentu adalah jawaban yang salah, untungnya pak guru dengan bijaksana menjelaskan secara detail wujud dari pengamalan Pancasila, sehingga berharap dari Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila ini nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun faktanya sudahkah Pendidikan Moral Pancasila tersebut di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh perilaku individu masyarakat Indonesia yang tidak memahami arti dari kehidupan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Sebagai contoh perilaku individu ini dapat kita lihat pada hiruk pikuknya pelaksanaan Pemilukada Jakarta yang saat ini memasuki putaran kedua. Terlihat suhu politik pesta demokrasi lima tahunan di Jakarta ini semakin memanas, beragam isu sara dan kepentingan golongan telah dimunculkan oleh perilaku individu yang tidak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Lebih parah lagi pelanggaran Pancasila ini justru dilakukan oleh perilaku individu yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin masyarakat Jakarta. Perilaku yang bertentangan dengan Pancasila itu telah dilakukan oleh Fauzi Bowo selaku Gubernur Jakarta yang saat ini sedang mencalonkan kembali untuk periode kedua masa jabatannya sebagai Calon Gubernur Jakarta.

Perilaku itu tercermin pada pidato Fauzi Bowo saat menghadiri acara Halal bihalal yang dilakukan oleh salah satu Partai pendukungnya, di dalam pidatonya itu antara lain Fauzi Bowo mengatakan bahwa betapa pentingnya persatuan di antara umat Islam Jakarta dalam Pemilukada DKI Jakarta kali ini. Karena dengan persatuan umat Islam tersebut, maka dia pasti menang dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012-2017.

"Bila umat Islam benar-benar bersatu di Jakarta, maka kemenangan kita bisa tercapai !" seru Fauzi Bowo. Pidato Fauzi Bowo ini juga sempat disiarkan oleh salah satu TV Swasta nasional dalam liputan beritanya pada hari yang sama, minggu 2 September 2012.

Pidato Fauzi Bowo ini jelas bernuansa SARA, karena telah membawa-bawa atau memanfaatkan agama untuk menarik dukungan terhadapnya, apa hubungannya antara persatuan umat Islam Jakarta dengan Pemilukada ?

Jakarta adalah miniatur Republik Indonesia, masyarakat Jakarta terdiri dari Beragam suku dan agama, sehingga pernyataan Fauzi Bowo yang lebih mengedepankan kepentingan pribadinya dengan memanfaatkan Agama untuk menarik dukungan terhadapnya. Pernyataan ini sudah tentu dapat menyinggung perasaan umat beragama lainnya.

Apakah kalau ada masyarakat muslim Jakarta yang tidak mendukung Fauzi Bowo, berarti tidak ada persatuan umat Islam ? Apakah masyarakat muslim bila tidak memilih Fauzi Bowo berarti tidak ada persatuan umat Islam ? Jelas pernyataan Fauzi Bowo yang berbau SARA ini sangat bertentangan dengan butir-butir Pancasila dan UUD 1945.

Begitu juga beberapa pernyataan Fauzi Bowo dalam setiap kegiatannya, misalkan pernyataan beliau ketika mengunjungi korban kebakaran di jakarta pusat "Seperti diberitakan saat mengunjungi warga Karet Tensin, Foke mengucapkan kalimat; "Sekarang lo nyolok (nyoblos) siapa ? kalau nyolok (nyoblos) Jokowi mah bangun di Solo aja sono," kata Foke yang terekam dalam tayangan video berdurasi satu menit 22 detik.

Pernyataan Fauzi Bowo itu adalah salah satu bentuk pemaksaan kepada orang lain serta  melanggar kebebasan memilih yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Perilaku pemaksaan seseorang apalagi pada situasi orang tersebut sedang dilanda kesusahan, perilaku itu menunjukan sikap arogansi, kesombongan dan haus akan kekuasaan, itu wujud pemimpin yang putus asa, merasa takut tidak mendapatkan suara dari para pemilih. Pernyataan itu jelas sebagai salah satu bentuk pelanggaran dan bertentangan dengan butir-butir Pancasila dan UUD 1945.

Melihat banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh Fauzi Bowo yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, seyogjanya sikap Fauzi Bowo ini mendapat raport merah dalam wujud Pendidikan Moral Pancasila yang diajarkan ketika kita duduk dibangku sekolah.

Dulu era tahun 70 dan 80-an, jangan harap kita akan naik kelas bila mendapat angka merah pada mata pelajaran pendidikan moral pancasila, mungkinkah saat ini perilaku Fauzi Bowo tersebut sebagai cikal bakal tidak naik kelasnya beliau untuk tampil kedua kalinya sebagai Gubernur Jakarta ? mungkinkah raport merah tersebut justru akan diberikan oleh masyarakat Jakarta yang tidak akan memilih Fauzi Bowo pada tanggal 20 September 2012 ? Jakarta butuh perubahan, Jakarta tidak butuh pemimpin yang mendapat raport merah, bisakah rakyat Jakarta menjadi contoh tentang arti sebuah perubahan, bukan hanya untuk Jakarta tapi juga perubahan bagi Indonesia raya yang "BHINEKKA TUNGGAL IKA".

Salam kompasiana :

http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/08/foke-tersandung-narkoba.html

http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/08/surat-cinta-untuk-bang-foke.html

http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/08/tiga-modus-jahat-pemilukada-jakarta.html

http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/09/fauzi-bowo-mendapat-raport-merah.html

Kesaksian Keluarga Pasien Yang Berobat Ke Johor- Malaysia

Posted: 05 Sep 2012 11:07 AM PDT

Pak ijal mencak-mencak sepulang mengantar mertuanya berobat ke Johor, Malaysia. "Dokter di Indonesia memanglah….! Untunglah ayah saya menolak di operasi, untunglah saya bawa beliau terlebih dahulu ke Malaysia! Ternyata ayah saya hanya penyakit luka lambung, tidak perlu dioperasi. Berbeda dengan Dokter disini  yang mengatakan ayah saya empedunya musti di operasi, hatinya juga rusak, dilarang makan ini dan itu…parah..parah! Sedang dokter di Malaysia sana tidak melarang makan apapun kecuali mengurangi cabe dan asam-asaman.

Gerutu Pak Ijal beralasan. Sudah banyak uang habis  untuk mengobati ayahnya di Rumah Sakit Angkatan Laut di Indonesia sampai motorpun sudah terjual, namun ayahnya mertuanya tersebut tetap saja sakitnya tak sembuh-sembuh. Habis obat kambuh lagi, dirawat lagi begitu terus, terakhir dokter disini menyarankan untuk dioperasi karena "onderdil" dalam tubuh ayah saya empedu dan hatinya sudah kena. Huf…!

Akhirnya diputuskan untuk membawa ke Malaysia, sebab memang sudah banyak orang yang sembuh berobat sepulang dari Johor atau Malaka. Sudah bukan rahasia lagi orang-orang dari Sumatera seperti Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau rata-rata berobat ke Johor dan Malaka. Alasan mereka sama, di Malaysia perlatannya canggih, Dokter dan perawatnya pun tepat waktu dan ramah.

Pak Ijalpun membuktikan itu semua. Pak Ijal membandingkan cara penanganan  ayahnya di Malaysia dengan di Indonesia. Di Rumah Sakit Johor tersebut ayahnya setelah ditanya keluhannya lalu ayahnya diperiksa semua nya dengan alat CT-scan yang canggih, ada alat seperti video, darah semua diperiksa dan lain-lain. Setelah hasil pemeriksaan lab keluar baru didiagnosa ayahnya sakit apa dan diputuskan penangannya oleh beberapa orang dokter yang menangani.

Berbeda dengan rumah sakit kita, disini ayah saya ditanya-tanya apa keluhannya, kebanyakan lalu di Rontgen, kemudian dokter dengan gampang memutuskan sakit si pasien. Diobati, jika tidak ada kemajuan dirujuk ke dokter lain lalu  dilakukan cek darah, tidak ada kemajuan, dirujuk lagi ke dokter bedah, akhirnya diputuskan operasi. Pasien seperti kelinci percobaan saja! Kata Pak Ijal Geram.

Dan hasil diagnosa dokter -dokter di Indonesia dibantah semua oleh Dokter Malaysia. Empedu yang akan dioperasi oleh dokter indonesia, ternyata sehat dan normal kata dokter Malaysia. Hati yang katanya rusak, ternyata baik-baik saja. Keluhan ayah mertuanya yang sering melolong sakit perut, ternyata hanya karena lambungnya luka saja, dan tidak perlu dioperasi, cukup dengan makan obat selama 10 hari saja!

Dari segi biaya, malah lebih murahan di Malaysia. Selama dua hari di Malaysia dihitung dengan biaya periksa lab, dokter, hotel, makan dan transporatsi hanya habis 3000 ringgit atau sekitar Rp. 9 juta. Waktu berobat di Indonesia kemaren jika dihitung dengan motor yang terjual dan  tabungan yang dah ludes totalnya bisa 15 juta! ckckckc…..

Terakhir Pak Ijal menyarankan berobatlah ke Malaysia  baik Johor atau Malaka sama bagusnya, atau kalau mau tetap berobat di Indonesia, berobatlah ke RS yang peralatannya lengkap dan canggih, mintalah kita diperiksa dulu dengan seksama mulai dari Rontgen, Darah, urine, dengan alat CT-Scan  dan lain-lain. Lakukan second opinion dengan dokter lain, lalu bandingkan!

Hmm…..banyak yang tergoda dengan cerita Pak Ijal ini, dan makin pesimis dengan dunia kedokteran kita. Saatnya berbenah!

Jarak itu adalah kita

Posted: 05 Sep 2012 11:07 AM PDT

Foke klaim aman, Toriq (akan) menjawab…

Posted: 05 Sep 2012 11:07 AM PDT

OPINI | 06 September 2012 | 00:55 Dibaca: 0   Komentar: 1   Nihil

"Hampir 5 tahun di Jakarta selama saya memimpin tidak ada kejadian menonjol yang mengakibatkan kita tidak bisa beraktifitas secara normal. Berbeda dengan kota lain yang memiliki konflik lain yang menimbulkan konflik horizontal," kata Foke di sela silaturahmi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (1/9/2012). http://news.detik.com/read/2012/09/01/181759/2005283/10/foke-klaim-berhasil-amankan-jakarta-tanpa-konflik?9922032

Sepenggal  pidato foke Pidato ini banyak menimbulkan pro dan kontra para kompasioner. Betapa tidak, pidato itu diucapkan satu hari satu pasca penembakan Bripka Dwidata Subekti (53) yang sedang bertugas di POSPOL Singosaren Plasa Solo. Sebagian orang (Kompasioner-red) menterjemahkan pidato Foke tersebut sebagai serangan terhadap lawannya yang maju di putaran  2 Pilgub DKI . Maklumlah saat ini masih panas-panasnya persiapan putaran 2. Berita atau kejadian apapun yang berkaitan dengan solo dan DKI  akan selalu dimanfaatkan kedua kubu untuk meningkatkan kepercayaan publik bahwa dia pantas memegang jabatan DKI-1. Menarik untuk disimak , Walaupun banyak para simpatisan Jakarta baru yang langsung mengkaitkan kejadian di Solo dengan proses Pilgub DKI, tapi dengan lugas Walikota solo menanggapi kejadian di Solo dengan  dengan mengatakan dia berharap kasus penembakan pada Kamis malam di Kota Solo, yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti, serta sejumlah teror lain sebelumnya, tidak terkait dengan pencalonan dirinya menjadi gubernur DKI Jakarta. I a mengungkapkan hal itu sebab, selama tujuh tahun ia memimpin Solo, tak pernah ada teror penembakan semacam itu. (http://regional.kompas.com/read/2012/08/31/12241957/Jokowi.Berharap.Teror.Solo.Tak.Terkait.Pilkada.DKI).

Dari reaksi kedua kandidat Cagub DKI tersebut dalam menanggapi berita publik tentu bisa menilai sendiri karakter keduanya.

Setelah Densus 88 melakukan penyergapan dan menembak mati 2 teroris di Solo, Hari ini (06/09), kembali berita mengenai aksi teroris menjadi headline beberapa media online dan TV. Polisi berhasil mengamankan beberapa bahan yang disinyalir sebagai peledak  di Tambora Jakarta Barat. Dan yang menarik dari peristiwa ini, kejadian  ini terungkap karena ada laporan dari warga yang mengira ada kebakaran karena melihat asap yang mengepul. Belakangan diketahui bahwa asap berasal dari rumah Toriq yang diduga kuat sedang melakukan aktifitas perakitan bom. Bahkan salah seorang warga sempat menyaksikan Toriq pergi meninggalkan rumah dengan berlumuran bahan peledak. Kita tentu lega aktifitas Toriq tersebut belum sempat menimbulkan korban jiwa

Kalau Bang Foke ingin kembali memanfaatkan situasi bisa saja dia dia berkata ; " Jakarta tetap aman karena saya berhasil mengelola potensi konflik yang timbul di masyakarat. Masyarakat DKI telah saya bekali dengan berbagai kemampuan untuk meredam aksi teror, nyatanya yang di Tambora berhasil digagalkan warga"

Apakah ini yang akan diucapkan Bang Foke? Kita tunggu saja.


Siapa yang menilai tulisan ini?

Ketika Black Tidak Lagi Hitam

Posted: 05 Sep 2012 11:07 AM PDT

Judul film             :Black

Tahun rilis            :2005

Produksi              :India

Sutradara            :Bhansali

Remaja-remaja sekarang boleh jadi menganggap film-film Bollywood itu cupu. Kebanyakan film-film India dikenal dengan kisah cintanya yang monoton dengna bumbu konflik yang terasa dilebih-lebihkan . Selain itu, bagai makan sayur tanpa garam, rasanya kurang afdol jika kita tidak melihat tari-tarian yang aduhai di dalam film Bollywood. Namun, film Black adalah pengecualian. Kesan yang sudah terlanjur menempel pada citra film India seperti diungkap di atas sama sekali tidak ditemukan di dalam film ini.

Film yang digarap oleh Bhansali, sutradara muda dari India ini dikemas secara baik dan terasa berkualitas. Dalam Majalah Time, film Black ini dianggap masuk ke dalam jajaran film terbaik sepanjang tahun 2005, sekasta dengan film berkualitas lainnya seperti Memoir of Geisha, karya Richard Corliss. Dengan refleksi mendalam, film ini mengantar orang yang menontonnya untuk menemukan berbagai makna kehidupan khususnya makna belajar yang sesungguhnya.

Hakikat belajar adalah sebuah proses transformasi. Peralihan dari tidak tahu menjadi tahu dalam proses belajar ditampilkan secara implisit dalam film ini. Michelle, seorang gadis yang terlahir buta dan tuli menjadi sebuah simbol orang yang mengalami proses transformasi ini. Tanpa proses belajar, manusia tidak lebih dari orang yang buta dan tuli seperti Michelle.

Segala rangsangan dari luar tidak mampu ditangkap dan akhinya hanya mengungkung dirinya dalam dunianya sendiri. Karena tidak dimengerti hal yang terjadi di luar tubuh, segala rangsangan dari luar hanya dianggap sebagai ancaman. Usaha Michelle untuk menghindari ancaman dan berusaha mempertahnkan diri dalam dunianya sendiri membuat orang yang melihat menggap Michelle gila. Hal itu terjadi karena orang lain pun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Michelle.

Proses belajar seakan memberi orang mata dan telinga sehingga menjadi sebuah jembatan yang mampu  mengantarkan orang  untuk peka penerima dan menangapi rangsangan dari luar secara baik.  Dengan belajar, Michelle mengalami proses perubahan total. Ia merasakan dirinya bertranseden jauh melampaui apa yang ia sendiri bayangkan berdasarkan berbagai kelemahannya.  Ia akhirnya dapat menjadi manusia seutuhnya dan tidak dianggap gila lagi. Halyang hanya menjadi impian semata seperti kuliah dan lulus seperti manusia normal lainnya dapat diwujudkan oleh Michelle berkat usaha kerasnya meskipun secara fisik dia terbatas.

Dalam proses belajar itu, Michelle didampingi seorang guru. Debraj Sarai adalah gambaran seorang guru ideal yang diberikan film ini. Guru ideal adalah guru yang senantiasa berusaha menggali potensi

Yang ada di dalam anak didiknya meskipun harus mengorbankan banyak hal. Sebagai guru, dia benar-benar total mengajar bukan karena iming-iming kesejahteraan tetapi karena kesadarannya mengenai makna pengabdian. Guru adalah pelita bagi para muridnya. Ia memberi pencerahan dan harapan baru meskipun ia sendiri harus menderita. Meski sulit, Debraj berjuang sekuat tenaga untuk mengantarkan Michelleaga r menjadi lebih manusiawi sehigga ia tidak diperlakukan sebagai orang gila atau binatang lagi. Ia yakin di dunia ini pada dasarnya tidak ada yang mustahil. Semua hal dapat terjadi bahkan di saat-saat tanpa harapan sekalipun karena ia sadar segalanya ada di dalam genggaman-Nya. Ia percaya keajaiban akan selalu ada dan terbentuk dari perpaduan antara harapan dan usaha keras.

Debraj Sarai menyadari bahwa belajar itu adalah sebuah proses. Sebuah proses tidak menuntut seseorang mencapai tingkat tertentu dalam belajar. Ukuran pencapaian belajar yang sesungguhnya bukanlah hasil belajar melainkan bagaimana seseorang mampu menggali makna dalam proses yang dilewatinya. Sebagai sebuah proses, setiap langkah haruslah dinikmati. Ya.., nikmatilah setiap proses itu layaknya menikmati es krim, nikmatilah es krim itu sebelum es krim itu mencair.

Kegagalan tidak dianggap sebagai hambatan dalam belajar. Meskipun Michelle berkali-kali gagal lulus ujian universitasnya, debraj sama sekalit diak menggap bahwa Michelle bodoh. Justru  sebaliknya, ia terus mendorong anak didiknya  untuk berjuang lebih keras lagi. Ia sadar bahwa pengalaman jatuh yang dialami Michelle adalah pengalaman yang berharga dan justru menguatkan. Hal itu akan membuat Michelle dapat terbang lebih tinggi. Non scholae sed vitae discimus., hasil belajar yang sesungguhnya adalah bagaimana seseorang menjadikan apa yang dipelajarinya menjadi modal bagi kehidupannya. Ia berharap Michelle tidak selu bergantung pada dirinya tetapi dapt mandiri karena itulah tujuan dari belajar yang sebenarnya.

Sebuah makna profesionalitas pun disisipkan dalam film ini. Ketika adik Michelle melangsungkan pernikahan, Michelle menyadari bahwa hidupnya terasa kurang tanpa adanya cinta. Ia mencintai Debraj  tetapi Debraj sadar ia mencintai dan memperhatikan Michelle selama ini dalam konteks dirinya sebagai guru. Kisah cinta yang diberikan dalam film ini terkesan elegan karena cinta tidak dilihat secara dangkal sehingga film ini tidak jatuh pada cinta picisan yang begitu diumbar dalam  film-film lainnya.

Selain itu, film ini memberikan inspirasi bahwa dalam hidup, setiap orang adalah murid sekaligus guru. Hidup ini adalah proses saling transfer ilmu. Di satu sisi kita dituntut untuk menjadi seorang guru yang selalu membagikan ilmunya. Di sisi lain juga dituntut untuk menjadi murid yang tidak akan pernah haus belajar. Pada awalnya Debraj lah yang mengajari Michelle banyak hal. Keadaan itu berubah ketika Debraj mengalami penyakit Alzeimer yang membuatnya kehilangan semua ingatan. Kini, keadaan berbalik 180 derajat, Michelle menjadi guru bagi Debraj dalam mengembalikan ingatannya.

Film ini memiliki kekuatan pada jalan ceritanya. Meskipun kisah yang ditampilkan adalah kisah yang sederhana, tapi film ini mmapu mmeberi kesan mendalam bagi orang yang menontonnya. Kelebihan lainnya, film ini sukses menempatkan camera angle yang sesuai sehingga menghasilkan efek visual yang terkesan dramatis dan mempesona, membuat orang betah bertahan sekitar dua jam menikmati jalannya film ini. Sutradara jeli mengekplorasi hal-hal keicl dan menjadikannya sebuah kekayaan yang bisa dinikmati dalam film ini.

Menikmati film ini serasa menonton suguhan cerdas yang nyata dalam dialog. Salah satu kesan cerdas itu terlihat dari jawaban Michelle ketika diuji untuk masuk Universitas,"Bila Amerika Serikat ada di utara, dimana letak India?, Jawab Michelle dalam bahasa isyarat,"bumi itu berbentuk bulat, oleh karena itu, India bisa terletak dimana-mana." jawaban ini seakan menyentak dan menyadarkan bahwa kita tidak boleh hanya terpaku pada jawaban yang telah baku. Justru dengan berpikir berbedalah, dunia ini terus berkembang.  Percakapan lain yang terasa mengena adalah ketika Michelle mengatakan bahwa hitam yang selalu dilihatnya sebagai orang buta bukanlah sebuah lambang kegelapan dan kesuraman, melainkan sebuah harapan . Harapan itu terpancar seperti sebuah lilin menyala dan menyinari setiap hati manusia yang merasa terbatas oleh kelemahan-kelemahan. Kita di ajak untuk Duc in altum, melihat segalnya secara lebih dalam melalui film ini.

Karena begitu banyak kedalaman yang dikandung dalam film ini, film ini menjadi sangat aik sebagai sebuah bahan refleksi khususnya dunia pendididkan di Indonesia yang carut marut ini. Dengan film ini, kita disadari bahwa pendidikan memiliki makna yang jauh lebih agung daripada hanya sekedar nilai di atas kertas. Belajar adalah sebuah proses untuk hidup yang lebih baik..

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar