Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 06 September 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Prospek Menjanjikan Di Bisnis Penerjemahan Bahasa

Posted: 06 Sep 2012 11:42 AM PDT

REP | 07 September 2012 | 01:26 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Di era globalisasi yang semakin modern saat ini, dimana persaingan dunia usaha sedemikian ketatnya, banyak perusahaan-perusahaan dituntut untuk semakin memperlebar dan memperluasa jaringan bisnisnya ke manca negara. Seiring dengan hal tersebut tentunya banyak semakin banyak perusahaan membutuhkan jasa penerjemah, bahkan banyak perusahaan yang menganggap bahwa jasa penerjemahan merupakan sebuah kebutuhan.

Dari kondisi yang demikian tersebut diatas, bisa dibilang bahwa saat ini jasa penerjemah bahasa asing bisa menjadi salah satu peluang usaha yang menjanjikan. Sebagaimana yang mungkin Anda sekalian juga telah ketahui, saat ini saja telah banyak orang yang menggeluti dunia usaha jasa terjemahan tersebut. Dan dari tahun ke tahun jumlahnya pun semakin meningkat secara signifikan. Mengapa jumlah penerjemah jadi semakin meningkat dari tahun ke tahun? Mungkin hal ini dikarenakan prospeknya yang menjanjikan di bisnis penerjemahan dan tidak lekang oleh waktu meski banyak bermunculannya software-software penerjemahan saat ini.

Untuk bisa berpartisipasi dalam bisnis dibidang jasa penerjemah yang semakin hari semakin menjanjikan ini, baik itu untuk menjadi seorang penejemah mapun sebagai pengelola jasa penerjemahan, tentunya yang menjadi syarat pokok dan utamanya adalah harus dimilikinya kemampuan dalam pengasaan bahasa asing yang baik dan aktif. Sedangkan bagi yang ingin menjadi pengelola jasa penerjemah, wajib hukumnya memiliki sarana dan prasana yang memadai.

Dengan semakin majunya perkembangan dunia teknologi informasi saat ini, bagi Anda yang baru ingin memulai berpartisipasi dalam usaha jasa penerjemah, bisa saja memulainya dengan cara rajin berpromosi di media-media promosi online seperti Direktori Penerjemah Indonesia ini atau media iklan-iklan baris gratis banyak tersebar atau juga melalui jejaring sosial seperti facebook, tweeter dan sebagainya yang banyak tersebar di internet nantinya profesi Anda sebagai penerjemah atau sebagai pengelola sebuah kantor atau biro penerjemah bisa lebih dikenal luas.

Sedangkan bagi Anda yang memang ingin lebih serius menekuni bisnis jasa penerjemah ini juga bisa mengikuti tes lisan atau pun tertulis untuk menjadi seorang penerjemah tersumpah, yang biasanya diadakan oleh Universitas Indonesia. Penerjemah Tersumpah adalah sebuah profesi tertinggi dalam dunia penerjemahan dan juga merupakan syarat mutlak untuk bisa menerjemahkan dokumen-dokumen penting seperti akte-akte perusahaan, ijazah, transkrip, akte lahir dan sebagainya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda merasa punya bakat untuk menjadi seorang penerjemah atau sebagai pengelola biro jasa penerjemah? Silahkan Anda mulai mempromosikan profesi Anda tersebut melalui Direktori Penerjemah Indonesia, media promosi online Penerjemah Indonesia.


Siapa yang menilai tulisan ini?

Pemilukada Sumut: PROSES POLITIK YANG TAK “MEMBILAS”

Posted: 06 Sep 2012 11:42 AM PDT

13469554951068642850

" … ada figur yang piawai korupsi sehingga jejaknya begitu tersembunyi (hidency) dan ada yang bodoh korupsi, itu terpulang kepada seseorang.  Bahwa ada kepala daerah yang aman-aman saja hingga menjabat dua periode dan ada yang terinterupsi di tengah perjalanan pemerintahannya, itu lebih terpulang pada nasib sial belaka"

Tuduhan bahaya oligarki partai politik bukan sekadar omong kosong atau kecaman akademis yang tak berdasar. Kita punya contoh aktual. Suka atau tidak, dua partai besar di Sumut sejak beberapa tahun lalu dipimpin oleh orang yang tak dapat menjalankan tugasnya karena alasan tertentu meski tidak secara permanen "berhalangan tetap". Satu partai terbesar untuk tingkat kota dirangkap kepemimpinannya oleh legislator pusat yang tinggal di Jakarta. Itu sudah cukup lama untuk ukuran sebuah rentang masa jabatan partai. Belum lagi partai tertentu yang ketak-jelasan keputusan pusat (induknya, Jakarta) tentang kedefinitipan pemimpin daerahnya, sudah berlama-lama tak mengalami progress. Semua ini hanya mungkin di sebuah negara yang pusatnya sama sekali tak memerlukan peran penting daerah. Atau setidaknya boleh disebut sebagai perlakuan pandang enteng terhadap rakyat daerah (Sumut).

Daerah Tidak Tahu Tentang Dirinya? Sentralisme kekuasaan Orde Baru telah kembali dengan sepenuhnya. Perhatikan, usai debat bertele-tele daerah (provinsi) untuk menyepakati program daerah (APBD), bukannya langsung dapat dilaksanakan. Masih harus menunggu keputusan pusat (Jakarta). Anehnya jika semua provinsi yang mengajukan dokumen setebal bantal itu ke pusat, maka gendangnya cuma ada dua. Pertama, dokumen itu sebetulnya tak untuk dibaca kritis oleh orang kompeten (cukup oleh kroco-kroco saja), atau kedua, dokumen itu akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk telaahan agar benar-benar bukan semacam rodi atau pemenuhan prosedur yang tak bermakna. Jika ingin serius menelaah sebuah dokumen RAPBD, mungkin waktu yang diperlukan tidak cukup tiga bulan (oleh tim).

Tetapi percaya atau tidak, bahwa salah satu contoh untuk menunjukkan bahwa Jakarta tak tahu-menahu tentang dokumen daerah itu ialah ketika Sumut (2011) mengajukan anggaran pendidikan di bawah ketentuan yang digariskan oleh konstitusi (UUD-NRI 1945), yakni paling sedikit 20 % dari total APBN/APBD. Jakarta tidak ribut. Juga tidak menginterupsi. Itu karena dua hal kemungkinan: dia tidak membaca atau dia ikut mengukuhkan pelanggaran konstitusi yang serius itu.

Memang sejumlah peraturan derah (PERDA) yang diterbitkan daerah lumayan banyak yang dibatalkan oleh Jakarta. Itu karena dianggap bertentangan dengan semangat dan cita-cita pembangunan, baik karena berjiwa eksploitatif terhadap rakyat maupun karena menabrak ketentuan yang ada atau yang lebih tinggi. Inilah cerminan bernegara di bawah proses reformasi yang berujung tak menggembirakan di Indonesia.

Hanya Jakarta yang tahu? Hanya Jakarta yang tahu siapa yang tepat untuk menjadi pemimpin daerah. Betul? Sudah barang tentu akan disangkal oleh kalangan tertentu. Tetapi, dalam setiap pemilukada, kendala-kendala yang berawal dari oligarki partai politik ini cukup besar dan bahkan sudah pada taraf merusak sendi kepemerintahan dan tujuan dibentuknya pemerintahan. Padahal Jakarta relatif sudah sejak lama berpikir tentang capres yang waktu pemilihannya masih lebih jauh (lama). Pemilu (legislatif)-nya belum terbayangkan hasilnya. Keputusan tentang calon presiden setiap partai sudah didendangkan memenuhi gendang telinga pemirsa tv dan dijejalkan ke benak setiap pembaca berita. Jakarta memang "jahat".

Memang sebagaimana tampilnya Jokowi (dari Solo) dalam pentas pemilukada DKI, orang-orang yang menjadi pemegang otoritas politik tertinggi di Jakarta menginginkan sebuah kepastian proyeksi kemenangan dirinya saat maju ke pilpres. Bagaimana figur di daerah dapat menjadi mata rantai penting yang akan menggerakkan seluruh potensi dan sumberdaya politik untuk menggaransi kemenangan (pilpres), hanya itu tujuannya. Jika pun ada retorika yang dipoles seideal mungkin, jaranglah orang yang mau percaya itu.

Semula tujuan pemilukada langsung yang konon disebut demokratis itu adalah untuk mendapatkan figur kepemimpinan yang bukan saja kuat (strong leadership) karena kualitas dan kapasitas, tetapi juga orang yang paling berakar di tengah masyarakatnya. Ketika akan dilaksanakan pada tahun 2005, banyak yang mengkhawatirkan bahwa kepemimpinan daerah yang lahir dari pemilihan langsung akan begitu kuat hingga kelak ia akan seperti raja yang sukar diinterupsi. Nyatanya pengalaman demokrasi ini telah memberitahu secara gamblang bahwa figur kepala daerah itu hanyalah orang dalam jabatan dengan kewenangan yang sangat terbatas. Akan ada saja cerita tentang sukses bupati ini, walikota itu, gubernur ini, dan seterusnya. Tetapi selain memerlukan pengecekan ulang yang cermat atas gembar-gembor success story itu, pertanyaan serius wajib ditujukan terhadap kelangkaannya. Bagaimana jika cerita korupsi yang dipandang sebagai ulah raja-raja kecil saja yang mendominasi setiap kisah kepemimpinan dan pembangunan daerah?

Mekanisme penentuan figur kepala daerah benar-benar memandang enteng masyarakat sebagai tulang punggung partai politik. "Kupilihkan untukmu sesuatu yang akan kau pilih", kira-kira begitulah mekanismenya di mata partai poitik. Memang ada klausul mencalonkan diri melalui jalur perseorangan (independent). Tetapi, sejumlah pengalaman empirik menunjukkan fakta keindependenan yang manipulatif. Selain kelangkaan peluang memenangkan, para calon yang maju melalui klausul perseorangan itu pun akhirnya tak jarang yang benar-benar menunjukkan keasliannya sebagai orang partisan dengan merebut jabatan (tertinggi) partai politik di daerahnya.

Tak Membilas. Kepemimpinan daerah yang gagal mensejahterakan rakyatnya tentulah menjadi tanggung jawab partai politik. Terlalu sederhana dan terlalu awam untuk menyalahkan rakyat yang memilihnya mengingat sesungguhnya rakyat benar-benar tak pernah memilih kecuali figur yang terlebih dahulu dipilihkan oleh partai politik. Rakyat memilih jelas sangat berbeda dengan partai politik memilih. Seburuk-buruk pilihan rakyat adalah hasil dari konspirasi buruk partai politik. Banyak variable penentu keterpilihan figur pada tingkat partai politik, yang oleh hampir semua orang diketahui keseluruhan faktor lebih tergantung kepada berapa persembahan (mahar) yang dapat diserahkan. Tetapi ini bukan masalah yang terbuka ke publik. Itulah faktor yang pada akhirnya memaksa kepala daerah terpilih untuk memprioritaskan korupsi dalam agenda pemerintahannya. Bahwa ada figur yang piawai korupsi sehingga jejaknya begitu tersembunyi (hidency) dan ada yang bodoh korupsi, itu terpulang kepada seseorang. Bahwa ada kepala daerah yang aman-aman saja hingga menjabat dua periode dan ada yang terinterupsi di tengah perjalanan pemerintahannya, itu lebih terpulang pada nasib sial belaka. Disebut nasib sial adalah karena sistem penegakan hukum yang amat bermasalah.

Penutup. Proses politik penentuan figur kepemimpinan yang dilakukan oleh partai politik, sebagaimana mencuci sehelai selendang kotor, ternyata tidak cukup "membilas". Jika proses seleksi ibarat memilah dari yang paling kotor hingga bertemu yang paling bersih, tentu akan sangat membantu bagi rakyat. Partai politik tak menonjol dalam kepememilikan ketauladanan yang dapat diajarkannya kepada rakyat. Tetapi rakyat tidak punya pilihan solusional dalam menentukan kepemimpinn daerah yang paling memiliki integritas.

Wacana pengembalian pemilihan kepala daerah ke legislatif malah lebih menyesatkan lagi. Tidak ada jaminan perubahan dengan pemindahan arena pemilihan itu. Bagaimanakah Indonesia bisa menapaki kemajuan dengan terpaan masalah seperti ini? Bahwa degradasi kenegarawanan yang terjadi sedemikian rupa sangat dahsyat merontokkan sendi-sendi kenegaraan dan kemasyarakatan. Percaya atau tidak?

sebuah catatan apresiasi dari si ‘monyet bodoh’ untuk kompasiana.. hehe..

Posted: 06 Sep 2012 11:42 AM PDT

selamat malam om dan tante smua..  sebenarnya saya tidak punya rencana mau bikin tulisan malam ini.. karena memang sebenarnya saya gak tau mau nulis apaan.. haha..

tapi berhubung mata masih belum ngantuk dan setelah saya membaca tulisan2 terbaru di kanal sepakbola favorit saya.. kemudian saya iseng2 membuka tulisan2 lama saya.. dari sini saya baru teringat pada satu hal.. sebenernya sih ini sudah lama saya tau.. tapi selama ini saya pura2 tidak tau saja.. haha..

nah baru malam ini ada pikiran untuk saya jadikan bahan tulisan.. mungkin saja bermanfaat buat kompasianer yg lain.. terutama mrka yg masih terhitung baru belajar menulis spti saya ini.. hehe..

untuk sama2 diketahui saya menulis di kompasiana ini terbilang masih baru.. cuma beberapa tulisan saja dan masih bisa dihitung dengan jari.. itu juga cuma tulisan ala kadarnya.. temanya tidak berjauhan dari persoalan sepakbola kita yg memang lagi rame sekarang ini.. berhubung saya suka bola dan taunya cuma itu serta minatnya disitu jadi nulisnya cuma tentang itu.. hahaha..

kalau om2 dan tante2 smua pernah mampir dan sempat membaca tulisan saya.. hampir bisa saya pastikan disetiap tulisan saya itu.. tidak akan pernah ditemui satupun huruf besar disana.. kecuali… ada seseorang atau sistem di kompasiana ini yg merubahnya.. hehe..

sebagai orang baru.. saya tau bahwa tulisan yg dibuat dan ditampilkan di kompasiana ini.. setiap isi tulisannya ada yg mengawasi.. jika keluar dari aturan dan ketentuan yg ada pasti akan di cekal atau dirubah isinya oleh kompasiana melalui orang yg biasa disebut admin atau mungkin juga sistemnya kali ye.. hehe..

selama saya menulis di kompasiana.. tulisan saya dicekal memang belum pernah dan mudah2an saja jangan sampai terjadi.. hehe.. tapi kalau tulisan saya diperbaiki itu sering.. bahkan hampir disetiap tulisan saya.. terutama pada judul tulisan.. karena spti yg saya jelaskan diatas disetiap tulisan yang saya buat.. saya tidak pernah memakai huruf besar.. smuanya datar memakai huruf kecil smua.. termasuk juga judulnya.. haha..

dan yg saya kagumi dari admin atau sistem kompasiana ini adalah smua itu dilakukan dalam hitungan menit.. bahkan pernah kurang dalam 1 menit.. judul saya langsung dirubah.. yg pada awalnya huruf kecil smua.. dirubah menjadi memakai huruf besar di awal kata judul yg saya buat tersebut..  ckckckck.. hebat ya..

pertanyaan saya kemudian adalah.. bagaimana mrka bisa melakukan itu.. apakah ini pekerjaan sistem ataukah memang orang yg disebut sebagai admin tersebut melakukannya.. entahlah..

tapi kalau itu sistem.. saya pernah membuat judul yg agak aneh.. (menurut saya sih biasa saja.. hehe..) judulnya sperti ini.. 'si monyet bodoh.. curhat lagi tentang sepakbola' dengan tetap memakai huruf kecil smua.. kemudian dalam waktu 1 atau 2 menit setelah saya publish judul tersebut juga diubah oleh admin menjadi seperti ini.. Dia Curhat Lagi Tentang Sepak Bola dengan huruf besar diawal kata setiap judul itu.. kalau ini dilakukan oleh sistem jelas tidak mungkin bukan.. karena judulnya berubah jauh.. kata2 'monyet bodoh' berubah menjadi 'Dia'.. hehe..

berarti ada kata2 yg tidak boleh saya gunakan oleh kompasiana sehingga diganti.. namun demikian admin atau sistem pernah terlewat juga di tulisan saya sebelumnya..  di judul tulisan ini kata tersebut tidak dirubah oleh admin.. hanya pemakaian huruf kecil berubah menjadi huruf besar di awal kata masih saja tetap dilakukan perubahan.. hehe..

nah hal2 spti inilah yg menarik menurut saya.. apakah benar ini pekerjaan seorang admin kompasiana.. ataukah sistem yg memang sudah mengatur otomatis spti itu.. karena kalau sistem kok bisa ada yg terlewat.. dan kalau dilakukan oleh seseorang yg kita sebut sebagai admin.. prosesnya cepat sekali loh.. cuma dalam hitungan menit.. kalau benar admin yg melakukan pekerjaan itu.. hemm.. saya harus memberi apreasiasi yg besar buat mrka.. ternyata berat juga kerja mrka ya.. karena setiap hari pasti ada ratusan tulisan dikompasiana ini.. walaupun mungkin cuma saya saja yg bikin tulisan tapi selalu merepotkan mrka.. haha..

akhir kata.. sebagai orang yg masih terhitung baru.. mungkin ada kompasianer yg sudah lama berkecimpung di kompasiana ini dan kebetulan membaca tulisan saya.. bolehlah kalau mau juga berbagi tentang apa dan bagaimana sih sebenarnya yg terjadi.. atau mungkin sang admin itu sendiri.. karena pasti dia akan merubah judul tulisan saya lagi (kalau memang ini benar dilakukan oleh admin bukannya sistem).. ya sekalian saja berkomentar disini.. hehe..

tapi apapun itu.. tidak ada salahnya juga kalau saya mengucapkan banyak terima kasih untuk kompasiana yg masih memberi kesempatan saya menulis.. walaupun selalu bikin repot terutama kepada sang admin.. haha..

sekali lagi terimalah apresiasi dari saya ini.. smoga tidak pernah bosan untuk terus memperbaiki judul tulisan saya dimasa yg akan datang.. hehe..

Pejuang Thaliban Berhasil Merusak Internal NATO

Posted: 06 Sep 2012 11:42 AM PDT

REP | 07 September 2012 | 01:10 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Menurut Panglima NATO/ISAF di Afghanistan,Letnan Jenderal James Terry bahwa serempat dari serangan mematikan terhadap pasukan NATO/ISAF yang dilakukan oleh aparat keamanan Afghanistan terkait dengan Thaliban.Menurut Letnan Jenderal James Terry pula,bahwa sekitar 25 hingga 26 persen serangan yang di  lakukan aparat keamanan Afghanista terhadap NATO/ISAF terkait dengan para pejuang Thaliban,ujarnya di Washington,Rabu 5 September 2012.              

Dalam santiaji semalam di Washington kepada wartawan  melalui jaringan vedeo dari negara Afghanistan Komandan NATO/ISAF Letnam Jenderal James Terry menyebutkan,bahwa 10 persen dari serngan tersebut terkait langsung dengan Thaliban.Sementara yang 15 persen serangan aparat keamanan Afghanistan lainnya terhadap pasukan NATO/ISAF secara tidak langsung berhubungan juga dengan para pejuang Thaliban juga,ujarnya .                                                   

Memang menurutnya hal semacam itu belum pernah terjadi dalam perang modern, di mana  pasukan Afghanistan menyerang rekan NATO-nya yang hingga saat ini sudah 30 kali serangan yang menewwaskan 45 serdadu NATO di negara para mullah tersebut.Sedangkan beberapa serangan yang mematikan lainnya,  sampai sekarang belum diketahui penyebabnya. Namun akhirnya Letnan Jenderal James Terry berkata kepada wartawan melalui vedeo itu,bahwa hal-hal semacam itu terjadi kemungkinan besar sebagai ekses traumatis peperangan selama 30 tahun di Afghanistan.                                                        

Padahal sesungguhnya pasukan NATO/ISAF sekarang sedang menghadapi  sesuatu hal yang pernah dialami pasukan Sovyet sebelumnya.Sekarang bangsa Afghan sedang menuju suatu proses integritas nasional dalam konteks  membebaskan diri dari pendudukan asing.                                                                                                                                                                                                                         Semakin banyak kekejaman,pelecehan,dan berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan pasukan NATO/ISAF itu justeru semakin kokoh dan kuat perpaduan bangsa Afghan yang tadinya tercabik peperangan itu.Mereka sekarang merasa "senasib"diperlakukan sebagai bangsa terjajah oleh bangsa Barat ,yang bukan saja menjajah negaranya namun juga menghina agama dan martabat bangsa Afganistan tersebut.Karena itulah mereka mulai bangkit untuk membangun sebuah bangsa dan negara dari puing-puing penjahaan asing itu.


Siapa yang menilai tulisan ini?

AKTIVIS KAMPUS BERLATIH WIRAUSAHA

Posted: 06 Sep 2012 11:42 AM PDT

13469546921486542684

LIFE IS EASY WITH US. Itu motto mereka. Kurang lebih RBT88 berusaha membantu untuk "memperpendek" jarak dan "waktu" bagi orang yang memerlukan. Tentu, itu mereka lakukan untuk sesuatu imbalan. Mereka memang bergerak dalam jasa kurir.  Aktivis berlatih bisnis, itulah intinya.

Selama ini jasa RBT di daerah-daerah tertentu di perkotaan maupun di pedesaan lebih difahami orang sebagai singkatan"Rakyat Banting Tulang". Mungkin penamaan itu sekadar melukiskan pengorbanan fisik mengantar penumpang dari satu ke lain tempat dengan menggunakan sepeda motor.  Jika diperiksa di Google, RBT akan dijelaskan dengan bermacam-macam keterangan. Misalnya, disebut sebagai singkatan dari Ring Back Tone, Reserach for Better Teaching, Republic Bank and Trust, Requirements Based Testing, Breath Testing,  Risk Based Testing (software development), Rice Broadcast Television (Rice University, Houston, Texas, USA), Registration By Telephon, Results Based Thinking, Real Basketball Talk, dan lain-lain.

Tetapi RBT88 bukan itu. RBT88 adalah jasa kurir dalam kota (Medan). Terserah barang apa yang ingin Anda kirim. Koran, ATK, bahkan makanan. Bisa juga Anda begitu sibuk di siang hari dan ingin menikmati makan siang yang cepat tanpa harus ke luar dari tempat pekerjaan Anda. Katakan (atau smskan) saja:

"Saya mau diantarkan 1 paket nasi kotak dengan menu ayam goreng, sambal agak banyak, dan jangan lupa ada sayuran rebus sedikit ditambah ikan teri goreng. Tambahkan segelas juice Martabe (Marsipature Hutana Be)".

Tentu Anda harus menyebut identitas dan alamat lengkap Anda saat menghubungi pada no 082368678188 atau melalui BB dengan PIN 3008EA55 atau melalui twitter @kurirRBT88. Setelah Anda menerima pesanan Anda, petugas RBT88 akan menyodorkan Anda secarik kertas berisi catatan barang yang diantar kepada Anda. Anda tentu tidak begitu berhitung soal keharusan membayar untuk jasa yang sudah Anda terima. Berapa jumlah bayarannya? Cuma Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) atau tergantung barang yang akan diantar. Boleh memberi tip? RBT88 tidak mengatur soal itu.

134695476454246758

Para Aktivis Kampus. RBT88 didirikan oleh sejumlah aktivis dari salah satu kampus Swasta terkenal di kota Medan. Jumlah anggotanya belasan, direkrut dari berbagai displin ilmu dan tak perduli semester berapa. Model ini tampaknya begitu cocok dengan situasi kehidupan mereka yang karena kuliahnya tak bisa mengikuti pekerjaan yang terikat. RBT88 mengatur penugasan dinas pagi bagi mahasiswa sore atau malam, dan begitu sebaliknya.

Tidak ada kendala soal memburu prestasi kuliah dan aktivitas lainnya. "Kami ini aktivis yang berlatih bisnis. Tidak pernah menyepelekan pencapaian prestasi. Bahkan salah seorang di antara kami pendiri (Ikhtiyar Zitraghara Nalar Siregar) ada yang Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa. Saya sendiri baru lulus S1, dan terus melanjutkan S2″, jelas Mujahiddin saat ditemui di kampusnya belum lama ini.

Mujahiddin dengan sungkan merinci keuntungan yang diperoleh dari pelayanan jasa kurir mereka. Ada fluktuasi, tentu saja. Tetapi, kata Mujahiddin, saya ingin mengatakan sesungguhnya bahwa:

Proses kerja dari kegiatan inilah sesungguhnya yang lebih berharga. Bukan keuntungan materialnya. Keterlibatan pada usaha kami sekaligus memberi kesadaran atas dua hal. Pertama, begitu berharganya waktu. Kedua, begitu susahnya mencari uang. Dengan begitu kami semakin sadar bahwa sukses akan selalu tergantung pada manajemen waktu. Juga tak mungkin tak disadari oleh kami-kami bahwa mencari uang itu susah. Karenanya rupiah demi rupiah yang kami peroleh dengan susah payah dengan sendirinya menumbuhkan apresiasi kami terhadap orang tua yang menyediakan biaya untuk kuliah kami.

Aktivis yang tadinya sudah diterima S2 Sosiologi di UI ini (dan akhirnya memilih masuk S2 Antropologi/Sosiologi di Unimed karena tak sanggup meninggalkan ibunya),  malah sudah berhasil membukukan skripsinya (tentang problem anak penyandang masalah autisme) dan kini siap untuk dipasarkan.

Prospek. Mahasiswa memang harus kreatif. Mereka memiliki banyak potensi yang jika disupport akan menghasilkan kemajuan besar. Bandingkan misalnya dengan Bambang Saswanda Harahap dan Palit Hanafi Lubis. Kedua mahasiswa dari Medan ini mencatatkan keberhasilan menciptakan sebuah media sosial baru yang mirip tetapi dalam banyak hal mempunyai kelebihan dibanding facebook. Mereka sebut buah karya itu dengan nama letterater.com.

Kembali ke RBT88. Semakin maju suatu kota, jasa kurir semakin diperlukan. Saya yakin itu, tegas Mujahiddin. Karena itu ke depan mereka sudah berencana mengembangkan usaha ini antara lain dengan merekrut anggota dari kampus-kampus lain. Tetapi soal perluasan pelayanan ke luar kota, Mujahiddin menolak itu.

"Itu malah dapat bertentangan dengan tujuan para mahasiswa sebagai generasi muda yang harus menyelesaikan kuliah dengan berprestasi dan tepat waktu. Juga pelayanan ke luar kota akan menyita waktu yang menyebabkan para aktivis terkendala memenuhi kewajibannya dalam gelanggang kemahasiswaan non akademik. Kemaren misalnya, Ikhtiyar Zitraghara Nalar Siregar menjadi satu-satunya mahasiswa dalam pertemuan Ketua MK Mahfud MD dengan pemimpin umum dan para wartawan Harian Waspada, Medan. Itu satu contoh yang sudah barang tentu tak akan mungkin dilakukan seorang aktivis jika ia selalu berada di luar kota".

Belakangan ini kampus banyak diserbu investasi dari berbagai pihak terutama bank untuk maksud mengembangkan kewirausahaan. Tetapi, kritik Mujahiddin, hingga saat ini polanya malah bukan mengembangkan kewirausahaan, atau paling tidak sangat minim domain pengembangan kewir

1346954909440131916

Mujahiddin juga mencatat gerakan yang mementingkan isyu ekonomi kerakyatan yang dilakukan olehpartai-partai tertentu. Maklum, ini sudah dekat waktu pemilu. Saya tak apriori, tetapi jika motifnya hanya untuk mencari konstituen baru, tentu hasilnya kelak tidak akan optimal. Ngomong-ngomong berapa modal awalnya dulu? Mujahiddin, Febri dan Ikhtiyar Zitraghara Nalar Siregar, tiga pentolan usaha ini, mengaku mereka cuma menyisihkan sebagian dari uang jajan yang diperoleh dari orang tua. Jadi, tak memberatkan orang tua, kata Febri menjelaskan.ausahannya. "Bagaimana mungkin beroleh pengalaman kewirausahaan jika cuma ditugasi semacam pelayan toko?", tanya Mujahiddin serius.

Halo. Selamat pagi. RBT88? Dengan siapa saya bicara? Tolong kirim seorang kurir ke alamat saya. Saya ingin diantarkan sepucuk surat organisasi kami ke kantor Gubsu dan DPRD-SU. Saya tunggu ya. Terimakasih.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar