Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 08 Desember 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Masyarakat Bukit VII, Bayar pajak dengan credit system

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

REP | 09 December 2012 | 02:11 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

135499379674988798(dion)

Di tengah-tengah himpitan ekonomi yang tengah terjadi, masih banyak masyarakat golongan bawah yang masih sadar akan bayar pajak. Contohnya saja masyarakat Bukit VII, timpeh, kabupaten dharmasraya(SUMBAR) membayar pajak dengan cara cicilan. Karena tidak punya uang untuk bayar pajak penuh. Pendapatan masyarakatnya yang rata-rata Rp. 1.000.000 Cuma cukup untuk makan dan belanja sehari-hari.

" kami tidak pernah minta bayar pajak kepada masyarakat, tapi masyarakat yang punya kesadaran untuk bayar pajak dan mengantarnya ke kantor kami, " kata Pak Jorong Bukit VII(8/12)

"Mereka bayar pajak dengan nyicil kepada kami. Untuk menutupi kekurangannya itu, kami juga bersedia membiayai dengan uang pribadi dan telah membayarnya secara utuh ke Pemerintahan Nagari. Tambah Pak Jorong

Masyarakat Bukit VII umumnya pekerja di kebun sawit. Harga sawit yang menurun drastis juga membuat ekonomi masyarakat menurun. Jangankan untuk berbelanja, tapi untuk makan saja susah.

" Meskipun ekonomi masyarakat susah, tapi kesadaran bayar pajaknya cukup tinggi," Pungkas Lukman, Karyawan Pemerintahan Nagari.

Siapa yang menilai tulisan ini?

Daftar Naskah Drama Terbaru

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

Kegelisahan

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

Sering aku bertanya kepada Tuhan, " Bapa, apa yang mesti aku perbuat?" Kehidupanku sehari - hari berada di tengah remaja yang rata - rata berusia 11 - 13 tahun. Mereka sangat belia dan sangat ceria. Apa yang bisa aku berikan untuk generasi muda ini?

13549920801253113508

Sering ponsel dijadikan kambing hitam. Mengapa? Karena anak - anakku lebih suka ber-hp- ria daripada belajar. Dari pihak guru juga berfikir, " Bagaimana anak - anak ini bisa menjadi pandai, cerdas menjawab tantangan jaman?"

13549921681031986905

Ada kesenjangan! Guru memberi tugas rumah berharap anak - anak rajin belajar, sementara anak - anak memilih untuk "bermain" hp atau bermain di Mall atau nonton.

Kegelisahan menguasai benakku.

Apa yang mesti aku perbuat sekarang?

Disepakati bersama; Senin - Rabu; 10 - 12 Desember 2012 diadakan lomba antar kelas. Jenis perlombaan antara lain ; futsal putra, bola basket putra/i; bola tangan; bola gebok, paduan suara dan ditutup dengan ekaristi bersama sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan ; Bapa Maha Kasih. Pada tanggal 13 -14 Desember 2012 diberikan kesempatan bagi yang memerlukan remidial dan pada hari itu juga digunakan untuk berlatih paduan suara. Paduan suara ini direncanakan untuk perayaan ke- 9 Sekolah Marie Joseph Kelapa Gading.

Akupun mulai menata diriku untuk lebih mampu menyapa dalam kasih. Artinya ketika berhadapan dengan anak - anak yang karena sesuatu dan lain hal berbeda cara menyikapi kesepakatan dan aturan, aku coba untuk bisa menyapa mereka ini secara individual dari hati ke hati. Dan akupun belajar untuk mampu menangkap kerinduan mereka dalam menyalurkan hobi, ide dan gagasan.

Pertanyaanku muncul," Bagaimana caranya agar  anak - anak ini, suka dan cinta belajar? Karena mereka dihadapkan pada ujian negara. Mereka mesti mampu mencapai nilai minimum untuk dapat dinyatakan lulus!

Bapak dan Ibu Guru setia mendampingi mereka dalam program kegiatan pendalaman materi. Dari pihak anak, aku amati mereka ini mengikuti pendalaman materi karena "terpaksa" agar lulus sekolah. Ada rasa jenuh dalam raut mereka ini, ada reaski protes yang terpendam, namun semua tetap berproses menjalanan pendalaman materi.

Apakah pendidikan yang dialami anak - anak, mampu menyapa mereka untuk dapad menjawab tantangan jaman?

Mari mulai lagi untuk setia dalam belajar,…

KIAI

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

Dalam suatu kesempatan, saya menemui seorang dosen yang kebetulan mantu-nya salah seorang kiai tersohor di Jawa Timur. Saya sangat berhati-hati dalam melakukan komunikasi dengan dosen tersebut terkait istilah kiai dan ulama'. Terusik dalam pribadi saya untuk tahu lebih dalam tentang kiai dan ulama karena sebab pemahaman umum masyarakat bahwa kiai adalah ulama'.

Karena keingin tahuan tersebut, saya mencari tahu kesana-sini, termasuk juga mencari bahan bacaan terkait keterusikan tersebut. Ahirnya, detik ini saya bisa menuangkan dalam bentuk tulisan tentang kiai dan ulama'.

Ternyata, dari sekian referensi yang saya pelajari dan saya temui, memunculkan kesimpulan bahwa kiai adalah sosok guru, syimbol moral, dan panutan. Dimana, Tindak tanduk kiai menjadi acuan dalam aktifitas keseharian masyarakat. Baik dalam hal beribadah maupun bermasyarakat. Istilah kiai hanya ada didaerah Jawa, hususnya Jawa Timur. Diluar Jawa seperti Sumatera dikenal dengan istilah Buya. Didaerah Indonesia lain juga muncul istilah yang berbeda. Walaupun istilahnya berbeda antara kiai dan buya, tapi substansinya sama. Yaitu sebagai sosok guru, syimbol moral dan panutan masyarakat, khususnya masyarakat yang beragama Islam.

Kiai dihormat, dimulya karena ilmu agamanya luas, prilakunya terhormat, menjadi suri tauladan yang baik atas masyarakatnya. Menjadi sosok yang mampu memunculkan solusi atas problematika masyarakatnya, dan yang tak kalah penting, mampu menciptakan ketentraman atas masyarakatnya.

Karena kiai adalah sosok guru, maka kiai harus mampu memberikan pengajaran dan pendidikan atas masyarakatnya. Kurikulum (cara mengajar dan mendidik) harus up to date. Harus mampu memahami kondisi masyarakatnya. Harus terus berinovasi dalam menciptakan materi ajar agar masyarakatnya tetap terus mau belajar sampai menjadi pribadi pembelajar, pengajar. Menjadi pribadi yang terdidik dan mendidik. Bila bisa terjadi demikian, kata 'baldatun thoyyibatun warobbun ghafur' sangat mungkin untuk diwujudkan.

Karena kiai syimbol moral, maka tindak tanduk kiai harus meminimalisir salah dan amoral. Karena bila kiai tidak bermoral, dan menyalai batas moralitas yang ada, tatanan masyarakat yang baik akan semakin jauh dari harapan dan masyarakat akan kehilangan pijakan moralitasnya.

Karena kiai menjadi panutan, maka, suatu yang diajarkannya harus berbanding selaras dengan tindakannya. Apa yang dikatakan, harus sesuai dengan yang dilakukan.

Bila kiai tidak bisa menjadi guru yang baik, tindakanya menabrak batas moralitas yang ada dan perkataannya tidak selaras dengan tindakannya, maka cepat maupun lambat, masyarakat akan berpindah haluan dalam mencari sosok figur yang pantas jadi guru, pantas jadi syimbol moral, dan pantas jadi panutan.

Kata kiai akan tergerus 'kesaktiannya', akibat 'oknum' kiai yang menyalai tiga kreteria diatas. dalam keseharian kita ahir-ahir ini, kerap menjumpai sosok kiai yang tidak bisa menjadi guru yang baik, menabrak batas moralitas, dan hanya bisa berpidato (berkata) tanpa diimbagi tindakan nyata dalam kesehariannya. Sosok kiai inilah yang merusak citra dan martabat kiai secara umum.

Masyarakat kita pada umumnya, sampai detik ini, karena masih terbelengu oleh kobodohan, dan kemiskinan masih belum mempunyai pegangan yang kuat. Baik dalam beragama maupun bermasyarakat. Hingga, Sosok guru, syimbol moral, dan panutan hidup menjadi sebuah kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Masyarakat yang bisa baca tulis masih sedikit, masyarakat yang bisa memahami ilmu agama juga sedikit. Masyarakat kita dalam beragama, masih sampai dalam tataran seperti sholat berjamaah. Imam menjadi penentu segalanya dan imam menjadi pemegang kendali segalanya. Istilah imam, jika ditarik dalam masyarakat kita, adalah sosok kiai nan mulya.

Disaat Kata Kiai 'Dibajak' Oleh 'Oknum' Kiai

Karena masyarakat menjadikan kiai sebagai sosok guru, syimbol moral, dan panutan. Maka, kiai wajib bisa jadi guru yang baik, berprilaku yang mulya nan terhormat, dan menjadi pribadi percontohan yang baik sebagaimana Rosul Muhammad SAW atas ummatnya.

Karena kiai serat dengan darah keturunan, trah, maka bila menjumpai kiai atau keturunannya tidak bisa menjadi sosok guru yang baik, menabrak batas moralitas, dan tidak memberikan percontohan yang baik sebagai Rosul Muhammad SAW. Maka tugasnya kita menjelaskan kepada masyarakat agar tidak mengikuti tindak tanduk 'oknum' kiai tersebut, walaupun misal, terlahir dari darah atau trah kiai besar sekalipun.

Arahkan masyarakat untuk tetap mengikuti sosok kiai yang bisa menjadi guru yang baik, moralnya bagus, dan kesehariannya sebagaimana pribadi Rosul Muhammad SAW.

Ahirnya, kiai yang memenuhi tiga ketegori diatas adalah kata lain dari ulama' yang disebutkan al-Quran, sedangkan kiai yang tidak memenuhi tiga ketegori diatas, tidak bisa dikategorikan ulama' walaupun misal terlahir dari trah kiai besar sekalipun.

Saatnya untuk menghentikan fanatisme 'buta' atas sosok kiai.

Wallahu A'lam..

Meriahnya Malam Puncak Penganugerahan FFI di Benteng VREDEBURG Jogja

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

13549919681838141410

Malam puncak FFI di Benteng Vredeburg Jogja (koleksi pribadi)

Sabtu, 8 Desember 2012

Yogyakarta, Kota yang terkenal dengan kota budaya dan juga kota pendidikan ini malam tadi punya hajatan untuk menggelar malam penganugerahan Festival Film Indonesia 2012. Festifal Film yang ke 557 ini, di helat di Jogjakarta, mengambil lokasi di benteng Vredeburg. Benteng bersejarah peninggalan Belanda yang berada di titik nol kilometer dan tepat berada di tengah-tengah kota Budaya, Jogjakarta.

Mengambil tema "Film Kita Wajah Kita" FFI 2012 untuk kedua kalinya sukses di gelar di Benteng Vredeburg Yogyakarta. Setelah yang pertama pada tahun 1984. Kemeriahan ini begitu sangat terasa dengan antusiasme yang tinggi yang ditunjukkan warga Jogja. Sepanjang karpet merah, masyarakat tak henti-hentinya meneriakkan nama artis idola mereka dan melambaikan tangan. Karpet Merah sendiri di gelar begitu indah tepat di depan pintu masuk Benteng Vredeburg. Banyak dari insan perfilm-an Indonesia yang datang untuk menghadiri malam puncak penganugerahan para seniman layar kaya negeri ini, seperti Happy Salma, Marcella Zalianty, Acha Septriasa, Atiqah Hasiholan, Annisa Hertami, Donny Damara, Emir Mahira, Muhammad Syihab, dan Reza Rahardian,dan masih banyak yang lain yang kesemuanya membuat indah karpet merah yang digelar memanjang itu.

13549920651818940947

Foto Reza Rahardian sebelum memasuki tempat FFI 2012 (koleksi pribadi)

Seperti Foto diatas, Reza Rahardian sebelum memasuki Benteng tempat para undangan berkumpul, sempat menyapa warga Jogja, dan sedikit berbincang-bincang dengan MC yang bertugas menyambut para tamu undangan. Dan ketika MC menanyai tentang bagaimana cara mendapatkan peran yang klik dalam sebuah film, dia menjawab " saya percaya bahwa setiap scenario memilih aktornya sendiri, jadi saya tidak pernah punya planning untuk main di Film A, B, atau C karena itu datang dengan sendirinya, kecuali pada project-project tertentu yang memang saya kejar, tapi semua itu terdapat kunci utama yakni kejujuran dalam bermain" ujarnya.

Selain para insan perfilm-an yang hadir, malam FFI 2012 juga dihadiri beberapa pejabat Negara, seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elka Pangestu yang juga menyempatkan diri untuk hadir dalam acara ini. Selain Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Marie Elka Pangestu, tak lupa juga Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuthi, dan tentunya bapak Gubernur Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X beserta sang istri.

Sultan Hamengkuuwono X, selaku Gubernur Yogyakarta menyambut para tamu undangan, para insan perfilm-an Indonesia dan senias-senias muda yang lain. Bahkan beliau juga mengatakan untuk selalu memajukan perfilman tanah air karena merupakan asset budaya dan karya kreatif bangsa yang bisa membawa nama baik dan mengaharumkan nama bangsa Indonesia.

FFI 2012 di Jogja ini begitu semakin menarik karena sebelum acara malam puncak malam tadi, juga di gelar kirab selebriti pada siang tadi. Kirab siang tadi yang dimulai dari Hotel Inna Garuda Malioboro sampai tiba di Sri Manganti Keraton pun dimeriahkan oleh sekitar 40 artis, yang terdiri dari 10 peserta nominasi FFI, 10 artis pembaca nominasi, 10 artis undangan dan 10 orang dari panitia. Selain itu FFI 2012 ini juga membuat jalan-jalan sepanjang jalan Malioboro penuh sesak, karena bertepatan dengan malam minggu dan juga di Jogja sendiri sudah dimulai acara Sekatenan. Di tambah lagi hiburan yang disediakan panitia berupa Panggung rakyat yang di isi beberapa seniman grup music khas jogja yang bertempat di pelataran monumen Serangan Umum 1 Maret yang berada di teras benteng.

Dan akhirnya malam puncak FFI 2012 menghasilkan beberapa peraih nominasi penghargaan piala citra yang diraih oleh para senias-senias yang masuk nominasi dari beberapa kategori yang dsediakan, berikut diantara para pemenangnya:

Mak Gondut sebagai Pemeran Pembantu wanita terbaik dalam film Demi Ucok .

Fuad Idris sebagai aktor pendukung terbaik– dalam film Tanah Surga Katanya.

Daniel Rifki  sebagai Penulis Skenario Terbaik dalam film Tanah Surga Katanya.

Satrio Budiono sebagai Penata suara terbaik dalam film Rumah di Seribu Ombak.

Yudi Datau sebagai Pengarah Sinematografi dalam film  Dilema.

Ezra Tambubolon sebagai Artistik terbaik dalam film  Tanah Surga Katanya.

Tursi Argeswara sebagai Penata Musik dalam film Tanah Surga Katanya.

Jujur Prananto sebagai Penulis Cerita Asli Terbaik dalam film  Rumah di Seribu Ombak.

Cesa David Luckmansyah sebagai Penyunting Gambar terbaik dalam film Rumah di Seribu Ombak.

Acha  Septriasa sebagai Pemeran Utama Terbaik dalam film Test Pack You're My Baby.

Manisnya Pete Wonogiri

Posted: 08 Dec 2012 11:22 AM PST

REP | 09 December 2012 | 01:43 Dibaca: 3   Komentar: 0   Nihil

Awal Desember, selain musim hujan hampir di seluruh wilayah Indoesia terdapat juga musim pete.  Pete yang di hari-hari lainnya cukup mahal harganya di bulan-bulan lain, di bulan ini menjadi lebih murah dan mudah ditemui. Sangat menyenangkan bagi penggemar pete.

Pete yang baik untuk menjaga kesehatan ginjal banyak ditemui di daerah jawa.  Digunakan sebagai campuran makanan lain agar makanan menjadi lebih sedap karena aroma khas yang dihasilkan.  Pada sebagian orang pete dimakan begitu saja tanpa dimasak sebagai teman nasi.  Dan akan semakin nikmat lagi ketika dikonsumsi bersama sambel.

Salah satu daerah penghasil pete adalah Wonogiri.  Berbeda dengan cita rasa pete yang berasal dari Sukabumi seperti yang banyak ditemui di Jakarta, pete Wonogiri memiliki rasa manis nikmat.  Rasa khas ini tidak bisa kita rasakan pada pete yang berasal dari daerah lain.  Oleh karena itu, pete Wonogiri banyak dinikmati tanpa perlu diolah atau cukup digoreng sebentar dengan ditabur sedikit garam.

Sayangnya pete Wonogiri belum merajai pasar Jakarta.  Pete Wonogiri lebih mudah kita temui di daerah Solo dan sekitarnya. Jadi, karena musim pete di bulan Desember dan karena Desember juga musim liburan, maka klop lah.  Wonogiri I'll come for the pete…

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar