Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 29 Juli 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Ujian nasional dan Ujian Moral

Posted: 29 Jul 2012 11:09 AM PDT

Ujian Nasional,merupakan tes yang dilakukan oleh pejabat di bidang pendidikan dengan maksud kemungkinan besar untuk meningkatkan mutu pendidikan dan keseteraaannya diseluruh Indonesia

Dilema!

itu kata yang pantas diterima oleh tenaga pengajar di berbagai tingkat pembelajaran sekola sekolah nusantara ini kukira.

Masih aku ingat,dahulu ketika kami (angktan smpku )dijadikan tikus percobaan dengan stndar kelulsan tinggi dan dengan sistem semurni mungkin.Alhasil disekolah ku cuma 30 persen saja yang lulus ujian nasional SMP kala itu tahun 2007 lalu.Sisanya menerima Amplop.Lucunya,yang gak lulus yang ketawa malahan.Seolah tertawa ini diartikan banyak penghuni "neraka" yang berhasil bersama kawan kawannya tidak lulus UN dalam jumlah mayoritas.AKu yang lulus,ada campuran rasa puas dan rasa sedih,tak perlulah kugambarkan

Lomba Kelulusan tertinggi

tak tanggung tanggung efek UN tahun itu.Dari mulai bupati dan semua stafnya mengeluarkan statement soal targt seratus persen untuk UN berikutnya.Ini tentunya menekan mentalitas guru guru di berbagai Kabupaten.Perlombaanpun dimulai.Angka drastis pun diperoleh.Yakninya.UN kami Lulus 99 persen dan sangat memuaskan.Akan tetapi kong kali kong dibalik layarpun tak ubah nya sering dilancarkan

Lalu,masih layakkah negara ini mengadakan Ujian nasional?

Hal ini masih menjadi pertanyaan.Buatku sendiri,kalau lah UN mau tetap dilaksanakan juga,aku cuma bisa ngomong tolong angka "keketannya" juga dibenahi dari semua lini.Selain itu pihak kementrian pendidikan harus lebih meningkatkan anggaran dibidang pendidikan.dengan punishment yang keras terhadap semua bentuk kcurangan.

Akan tetapi,bila hal ini belum bisa dibenahi,tak usahlah repot repot mengadakan Ujian nasional.Kalau targetnya cuma lembaran soal dan uang proyek yang orientsinya tentulah menggiurkan

Perihal pendidikan.Setidaknya saran ku coba pemerintah kalau mau menggelontorkan anggaran pendidikan yang tak tanggung tanggung besarnya bisa diricek apkah dana itu benar benar sampai ketangan yang membutuhkan.Bukan rahasia lagi dana BOS kita memang dinikmati oleh Bos bos yang ada disekolahan.Aku memang dalam tulisan ini tidak memaparkan data yang pasti.Ini OPini dan bukan sebarang opini.Bisa dicek lagi dengan atas dasar kejujuran.Bilalh mentri pendidikan sendiri masih menyepelekan hal ini.Jangan heran,kalau peserta UN dan guru guru mendapatkan tekanan Mental dari pejabat.Yang mana mengharuskan target nya tercaapai.Disisi lain minimnya kwalitas menyebabkan UN disini sekali lagi eolah seolah tak ubahnya seperti tes formalitas semata! Dan lebih buruk daripada itu ,seolah hanya mengetes sisi pendidikan bidang Kognitif sahaj adanya

Jadi,maknaya kita perlu cermati dengan jujur Ujian nsional apakah sebuah ujian moral!

SKETSA 28 AGUSTUS

Posted: 29 Jul 2012 11:09 AM PDT

SKETSA 28 AGUSTUS

Oleh: Didik Fatlurrahman

28 Agustus merupakan angka yang dimandatkan Tuhan padaku, lewat peraduan kata-kata yang pernah terselip di lembar sejarah Ibnu Hajar "…umurku lebih tua dari matahari". Dan aku mengerti bahwa dia terlahir sebelum fajar terbit dari ufuq timur. Seiring dengan putaran roda rona kehidupan yang kelam akan penderitaan, aku pun terlahir sebagai sosok lelaki hidup di altar sejarah yang berbeda. Di atas bukit Gaber kusandarkan cita dan cinta.

Seperti biasa, kuhiasi hari-hari dengan sepenggal kisah yang tak bertepi bersama seorang gadis lugu dan cantik di masanya. Gangsean menjadi tempat alternatif meditasiku. Di tempat itulah aku pun mengerti tentang riak bambu yang seakan-akan memanggilku setiap waktu. Jazirah kerinduanku tak pernah hengkang oleh waktu pada seorang gadis yang selalu memberikan harapan besar menjamin masa depanku. Aku lepas semua yang meragukan. Gadis berparas Pesantren bernama Ismawati yang kutemukan di sebuah pojok Taman Sare tiga tahun silam. Aku bangga pada saat itu.

"Kau terlalu sempurna bagiku! Aku bangga mempunyai adik sepertimu". Sebuah prolog tunggalku mengawali perjumpaan kami.

"Syukron katsiron fiihtimamikum, aku juga bangga mempunyai, Abang sepertimu sehingga kita seperti sesaudara yang telah lama hidup dalam satu rumah tangga". Pernyataan yang tinggi memantapkan keyakinanku lewat katupan bibirnya. Begitulah dialog yang sangat berkesan dan selalu aku ingat sampai saat ini.

* * *

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku. Kulihat di akun facebook banyak yang mengucapkan "selamat ulang tahun". Begitu juga di Inbox Hand Phoneku, termasuk dia. Bahkan dia sempat mengajakku untuk bertemu. Tetapi kuabaikan itu. Sampai berulang-ulang menanyakan keberadaanku, tetap kuabaikan itu. Sampai dia menanyakan aku kepada Eno, sahabatku yang kebutulan juga berada di dekatku.

"Aku tidak tahu dia ada di mana.

Katanya mau pergi ke Jawa".

Itulah sepenggal jawaban yang terkonsep melalui kompromiku dengan sahabat Eno.

Serbuan sms yang masuk memenuhi Inbox Hand Phoneku adalah dari Ismawati. Tetap aku abaikan. Dan setelah dia call barulah aku angkat dan berbicara.

* * *

Malam ini, aku tak bisa meneruskan perjalanan ini untuk mengejar harapan besar yang terukir indah di kejauhan sana. Terlalu tinggi untuk kuraih bintang di atas sana. Dan terlalu dalam untuk kuselami mutiara di kedalaman samudera. Apa lagi keinginan besar untuk memiliki seorang gadis seperti "Ismawati". Jauh… sangat jauh.. dari harapanku. Aku hanya mampu berdo'a dalam bingkai-bingkai malam. Memohon ketabahan serta kesabaran dalam menjalani hidup ini.

"Bingkisan khusus yang kau berikan padaku tadi siang, membuatku semakin wajib untuk mencintaimu. Karena di hari ulang tahunku ini kau masih merespon perasaanku". Sebuah kalimat yang menyala dalam imaji kebahagiaanku. Kau dan aku seakan-akan telah menyatu.

Kupegang erat-erat bingkisan itu lewat desah nafas terharu bertuliskan, "Selamat Ulang Tahun ya, Bang!".

Di sebuah teras rumah tua bermuara pada ketajaman analisa saat kau ketuk hatiku dengan rangkaian kata-kata yang kau susun seindah mungkin.

"Bang, aku malam ini resmi tunangan". 22:36:35 pm 28 Agustus 2011

Kabut tebal tiba-tiba menyelimuti bintang-gemintang di atas sana. Desiran udara yang biasa menyejukkanku kini menjadi gerah. Membaca kalimat yang sangat padat adalah sebuah keniscayaan yang kurengkuh dalam nista.

"Benarkah kau telah resmi tunangan malam ini?"

Balasanku belum yakin dengan semua itu.

"Ya, Bang. Aku resmi tunangan malam ini". 22:36:45 pm 28 Agustus 2011.

"Kamu tunangan dengan siapa?"

Aku kurang terima dengan semua itu.

"Aku tunangan dengan pernah kukenalkan padamu dulu

dan juga dengan persetujuan kedua orang tuaku". 22:37:2 pm 28 Agustus 2011.

"Terus aku…?" tanyaku dalam hina.

"Maafkan aku, Bang jika aku dianggap

telah menyakiti, Abang" 22:37:43 pm 28 Agustus 2011.

"Begitu gampangnya kau lakukan itu.

Tadi sore kau dingin-dingin saja memberikan kado ulang tahunku

di sebuah jembatan tempat biasa kita bertemu".

Sebait kekecewaan yang kuluapkan padanya.

"Maafkan aku, Bang".

Kusandarkan tubuhku dengan luka yang mendalam. Aku belum terima dengan semua itu. Begitu gampang dia lakukan itu tanpa sedikit pun memikirkan aku. Laki-laki yang dulu dia kenalkan padaku, ternyata laki-laki simpanan masa depannya. "Kau begitu pandai memberikan harapan yang meyakinkan padaku". Suara hati kecilku meraung penuh luka.

Pupus sudah harapan masa depanku. Bunga yang mulai dulu kurawat, kusiram dan pupuk dengan cinta dan kesetian kini telah milik orang lain. Tetapi aku sadar dengan semua itu, bahwa cintaku hanya nyaris untuk memilikinya.

Aku tak tahu lagi harus bagaimana lagi. Hari-hariku yang dulu terbiasa bersanding mesra di udara, di kampus dan di tempat-tempat makan, kali ini aku harus terbiasa sendiri menyulam mimpi.

"Bagaimana kabarmu? Aku rindu lagu ciptaanmu

bersama petikan gitar yang biasa

kau mainkan saat aku sedih.

Aku,Ismawati ". 20:36:35 pm 29 Juli 2012.

Itulah sms baru dengan nomor yang baru pula masuk di Inbox Hand Phoneku. Hampir satu tahun dia tidak ada kabar. Baru tahun ini dia menanyakan kabar tentang aku. Tetapi aku sengaja mengabaikan sms darinya. Biarlah angin malam yang bernyanyi untuknya. Juga untukku.

Betapa Miskinnya Kita Wisnu Andang Jaya

Posted: 29 Jul 2012 11:09 AM PDT

Berbicara tentang kemiskinan, tentu tidak terlepas berbicara tentang kehidupan, ekonomi,pendidikan, agama dan kebudayaan. Kemiskinan konotasinya adalah kekurangan,kemelaratan,ketidak mampuan, dan ketidak punyaan.

Kita sering membicarakan tentang kemiskinan, sejak dunia terbentang kata miskin sudah kerap menemani dalam pembicaraan manusia, sehingga kata miskin bukan barang baru lagi ditengah tengah kehidupan manusia yang sepanjang masa terus saja menemani kehidupan kita. Bahkan definisi dari kemiskinan itu semakin meluas, baik itu dalam skala kemiskinan ukuran pemerintah, maupun dari sudut pandang masyarakat.

Kemiskinan dalam sudut pandang pemerintah diukur dari pendapatan perkapita masyarakat,konsumsi, pendidikan dan kebudayaan. Misalnya dalam penerimaan bantuan dari pemerintah seperti bantuan Ansuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), Ansuransi Kesehatan Madani, Bantuan Beras bagi masyarakat miskin (raskin), bantuan langsung tunai (BLT) yang pernah diterima oleh masyarakat miskin per tiga bulan sekali dan bantuan lain sebagainya yang diberikan oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dari sudut pandang ekonomi.

Kemudian bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk dunia pendidikan, seperti Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM) Bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Pendidikan, sampai kepada beasiswa bagi siswa miskin dan sekolah gratis bagi siswa miskin.

Dalam pemberian bantuan ini pemerintah menetapkan peraturan yang harus dipenuhi oleh sipenerima. Salah satu peraturan itu adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan rendah, makan hanya dua kali sehari dengan mengkomsumsi lauk pauk tahu dan tempe, rumah gedek yang berlantaikan tanah dan sanitasi air bersih yang tidak memadai, mandi cuci kakus (MCK) yang minus dan beberapa persyaratan lainnya.

Tentu timbul pertanyaan bagi kita, terpenuhikah kreteria yang diterapkan oleh pemerintah itu?, tentu jawabnya sudah pasti tidak!, karena realita dilapangan yang kita lihat berbeda dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Masyarakat yang menerima bantuan itu kebanyakan adalah masyarakat yang bukan miskin, tapi mengaku miskin ketika ada penyaluran bantuan.

Masalah kemiskinan Bukan saja kita sebagai bangsa negeri ini sering mengucapkan kata kata miskin, pemerintah negeri ini juga sering mengucapkan kata kata miskin dengan polesan bahasa manis memberantasan kemiskinan, benarkah pemberantasan kemiskinan telah berjalan sehingga rakyat miskin dinegeri ini jumlahnya semakin berkurang seperti apa yang diungkapkan oleh Badan Pusat statistic yang menyebutkan setiap tahunnya masyarakat miskin Indonesia terus berkurang ?

Data terakhir yang dikeluarkan oleh BPS Sumatera Utara tentang jumlah masyarakat miskin di Sumatera Utara pada Maret 2012 Penduduk Miskin Sumatera Utara hanya tinggal ± 1.421.400 Kepala keluarga dari jumlah penduduk sumatera Utara tahun 2012 sebanyak ± 43.000.000. jiwa Kita bersyukur jika apa yang diungkapkan oleh BPS itu benar, artinya program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan telah menampakkan hasil yang baik. Akan tetapi benarkah demikian adanya?, sulit memang kita untuk menjawabnya, karena bagaikan benang kusut diurai yang satu berbelit yang lain.

Pada kenyataan yang kita l;ihat sehari hari dikota kota besar seperti Medan, kita masih menemukan pemandangan yang miris, para orang miskin yang berpacu mengejar waktu untuk mencari sesuap nasi masih terlihat dipersimpangan jalan dibawah lampu lampu traficklaek yang berwarna hijau merah kuning seakan mencerminkan pengejawantahan dari sebuah kehidupan orang orang miskin diperkotaan. Lantas bagaimana pula dengan masyarakat yang berada dipedesaan yang kehidupannya dibawah garis kemiskinan, tentu keadaannya sama saja, sebab kota adalah bias dari sebuah kehidupan didesa.

Kehidupan masyarakat miskin pedesaan tentu lebih parah dengan kehidupan masyarakat perkotaan. Masyarakat miskin pedesaan hidup berkelompok dipemukiman yang kumuh dan jorok tampa sanitasi air yang bersih. Salahkah mereka dalam menjalani kehidupannya sebagai orang miskin? Tentu jawabnya tidak. Lantas siapakah yang salah, yang salah adalah kita sebagai orang kaya yang mengaku miskin. Dengan pengakuan kita sebagai orang miskin, kita telah merampas hak hak orang miskin. Terutama dalam hal penyaluran bantuan.

Senang Terhadap Kemiskinan :

Sebagai bangsa yang besar, hidup di Negara khatulistiwa, negeri yang dijuluki ratna mutu manikam, masyarakatnya tata tentram tata raharja, gemah ripah loh jenawi merasa senang di sebut sebagai bangsa yang miskin. Hal itu dapat dibuktikan dengan masuknya barang barang bekas dari Negara tetangga Malaysia kenegara Indonesia, seperti pakaian bekas (balpres) yang beredar bebas dipasaran, Jika ingin melihat masyarakat kaya berlagak miskin datanglah kekota Tanjungbalai pada hari minggu.

Ratusan orang yang datang dari penjuru kota di Sumatera Utara dengan menaiki mobil mewah, mulai dari mobil pribadi sampai kepada mobil milik pemerintah yang berplat merah tumpah ruah dipasar TPO kota Tanjungbalai hanya untuk mencari pakaiaan bekas, yang dinegara semenanjung malaka itu tidak lebih dari pada limbah. Perburuan barang bekas oleh orang orang kaya dari luar kota Tanjungbalai bukan saja kepada pakaiaan bekas, tapi melainkan mereka juga memburu barang barang bekas lainnya, seperti tempat tidur, tilam springbat, maubel dan alat alat elektronik yang kesemuanya adalah barang bekas sebagai limbah dinera tetangga Malaysia.

Teringat akan limbah, penulis teringat cerita seorang teman yang telah lama menetap dinegeri jiran itu. Penulis bertemu dengan dia ketika dia pulang kampung. Menurut ceritanya segala barang bekas yang masuk ke kota Tanjungbalai itu adalah barang yang dibuang oleh orang orang kaya dinegara Mahatir Muhammad ditempat tempat pembuangan sampah. Barang barang bekas yang dibuang oleh masyarakat kaya Malaysia itu dikutip oleh orang orang Indonesia yang tinggal disana, dan kemudian dijual kepada Anak Buah kapal (ABK) yang kapalnya masuk kepelabuhan Teluk Nibung kota Tanjungbalai, disamping ada juga yang dibawa melalui jalur gelap lewat kapal kapal para penyeludup dari kota Tanjungbalai.

Sedangkan mengenai pakaian bekas (balpres) teman tadi mengatakan, balpres itu adalah milik orang orang miskin dinegara miskin dimana penyalurannya melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Balpres tersebut katanya bukan berasal dari Negara tetangga Malaysia, tapi melainkan dari Negara Negara kaya di benua eropah, yang akan dikirim kenegara Negara miskin dibenua Aprika melalui transit Negara Singapura, Makanya kita heran kata siteman penulis, kok biasa bisanya balpres tersebut masuk kenegara Indonesia melalui kota Tanjungbalai dengan jumlah ribuan palpres setiap minggunya. Jika cerita teman penulis itu benar, alangkah naibnya kita sebagai bangsa yang besar yang telah merampas milik orang miskin.

Apakah dikarenakan kita sebagai bangsa yang suka terhadap yang namanya bekas, tentu mungkin juga ya, dan mungkin juga tidak. Ya, kita adalah bangsa yang suka yang namanya bekas. Buktinya, untuk kapal selam saja yang merupakan peralatan perang yang sangat penting untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari serangan musuh saja kita membeli kapal perang bekas dari Negara Jerman. Untuk alat transportasi, laut dan darat seperti kapal, mobil dan Kereta Api untuk angkutan umum kita juga membeli barang yang bekas dari Cina. Tapi yang anehnya untuk menjaga barang bekas yang bernilai sejarah tinggi, kita kurang bijak untuk menjaga dan merawatnya. Contohnya banyak peninggalan sejarah dinegeri ini yang hilang dan hancur karena kurang perawatan dan penjagaannya.

Apakah akibat semua ini karena kemiskinan kita, makanya kita hanya mampu untuk membeli yang bekas bekas yang terbuang di tong sampah? Kalau melihat kenyataannya pada saat ini, kita bukanlah bangsa yang miskin. Buktinya uang kita melimpah ruah, sehingga mudah di korupsi. Fakta membuktikan berapa banyak uang kita yang mengalir secara haram kekantong kantong para petinggi negeri ini. Ingat kasus korupsi Wisma Atlit, Hambalang, Pembangunan Sarana dan prasarana olah raga di Pekan Baru Riau, belum lagi masalah pajak yang terkenal dengan kasus Gayus Pertahanan Tambunan, yang melibatkan pengusaha pengusaha besar yang mengemplang pajak perusahaan yang dipimpinnya , dan kasus Cek pelawat Nunun Nurbaiti isteri waka Polri Dorojatun dalam pemilihan Gubernur BI yang melibatkan Miranda Gultum dan beberapa politisi yang becokol di senayan, serta sederet kasus kasus korupsi lainnya yang menghabiskan uang Negara ratusan triliunan rupiah. Dan yang terakhir dana pencetakan Al-Qur'an pun dikorupsi. " Nauzubillahminzalik" betapa bobroknya mental bangsa ini.

Perlu Kesadaran :

Adanya kesempatan para petinggi negeri ini mengkuras uang rakyat melalui jalan haram yang dilarang oleh agama manapun di dunia ini, membuktikan bahwa sebenarnya bangsa negeri ini adalah bangsa yang kaya. Kalau bangsa ini miskin bagaimana mungkin para petinggi negeri ini melakukan korupsi. Apa yang mau dikorupsi sementara Negara dan rakyatnya miskin. Karena kayanyalah bangsa dan Negara ini makanya peluang korupsi cukup besar dinegeri ini.

Lalu kenaapa kita sebagai bangsa yang besar yang sebenarnya kaya, tapi suka mengaku miskin sehingga membuat Negara lain memandang sebelah mata kepada bangsa ini. Seperti Negara Malaysia yang menganggap negeri ini sebagai tempat pembuangan limbah dari negaranya, entah sudah berapa kali Negara yang mengklaim dirinya sebagai bangsa rumpun melayu yang menjunjung tinggi adat istiadat mempermalukan kita dimata dunia dengan berbagai caranya yang licik. Malaysia telah memandang kita sebelah mata. Semua itu karena ketidak kedasadaran kita.

Sadarkah kita dalam hal ini? Disinilah diperlukan sebuah kesadaran dari diri kita. Kita harus sadar kalau kita adalah bangsa yang kaya raya. Bukan bangsa yang miskin. Jika kita menyadari akan semua ini tentu kita malu sebagai bangsa yang kaya tapi tetap mengaku miskin .Semoga!.

Tanjungbalai 30 juli 2012

aku terluka

Posted: 29 Jul 2012 11:09 AM PDT

REP | 30 July 2012 | 00:56 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

aku terluka saat kamu bermain api dengan nya (temen ku sendiri)
disaat aku sayang dan percaya, kamu hianati cinta ku dengan main belakang dengannya

aku terluka saat dia (temen ku sendiri) menikung kamu dengan rapi, sampai aku tertipu dengan wajah polosnya

aku terluka saat kamu lebih memilih untuk bersama dia (temen ku sendiri) ketimbang bersama ku yang pertama mencitaimu

aku terluka saat tau gimana kelakuanmu dibelakang ku, kamu tidur dengan dia (temen ku sendiri) disaat aku bener-bener tulus sayang menjagamu, melindungi agar tetap suci sampai saatnya

http://agengalau.blogspot.com/

Siapa yang menilai tulisan ini?

Lupa Kacang Sendiri

Posted: 29 Jul 2012 11:09 AM PDT

Beberapa hari ini saya rutin menyimak pemberitaan mengenai krisis pangan dan khususnya krisis "kedelai". Sungguh memprihatinkan jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam terutama terkenal dengan tanahnya yang subur. Letak geografis Indonesia pun sangat mendukung dan tidak seharusnya mengalami krisis pangan seperti sekarang ini.

Pemerintah sendiri terkesan tidak serius menangani hal ini. Yang terjadi malah seolah prihatin dan ramai-ramai segera mencitrakan bahwa seolah-olah ikut merasakan hal ini. Padahal sih dengan gaji dan fasilitas yang dapat dikatakan wow rasanya hanya membuat masyarakat menjadi semakin pintar untuk kurang mempercayai kinerja pemerintah saat ini.

Indonesia adalah negara kaya namun kurang jeli dalam memanfaatkan kekayaan alam yang dimilikinya. Pengakuan itu banyak datang dari luar negeri bahwa sebenarnya negara Indonesia sangat kaya. Jepang sendiri berani bertukar pulau semisal dengan pulau jawa, mereka datang tanpa bawa apa-apa dan orang di pulau jawa boleh bawa apapun ke Jepang.

Penelitian dan pengembangan terutama di bidang pertanian masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Menyikapi krisis kedelai di negara ini harusnya tidak perlu berlarut-larut jika dari awal pemerintah serius dalam pencegahan.

Di Indonesia ini sudah pasti banyak jenis kacang-kacangan, semisal kacang tunggak dan juga kacang koro dan banyak lagi. Dan yang namanya kacang rasanya tidak mustahil dapat pula diolah seperti halnya kedelai untuk jadi tempe atau tahu. Hanya saja kembali kepada keseriusan pemerintah dalam hal ini. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Bukan hanya penelitian dan pengembangan, sosialisasi dan implementasi dari hasil penelitian pun harus benar-benar serius sampai kepada petani. Akibat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian mengakibatkan para petani akhirnya beralih profesi semisal dengan menjadi buruh pabrik di kota-kota besar karena lebih menjanjikan untuk kesejahteraan. Sehingga banyak lahan pertanian menjadi terbengkalai dan bahkan ditinggalkan akibat dari rendahnya tingkat penghasilan dari hasil pertanian.

Kurangnya diversifikasi (penganekaragaman) bahan baku produksi untuk pangan seperti tempe atau tahu, mengakibatkan bertumpunya kebutuhan bahan baku hanya pada satu jenis bahan saja. Padahal dengan penganekaragaman bahan baku, maka permintaan terhadap satu jenis bahan akan menjadi berkurang dan juga stabil. Dengan berkurangnya permintaan, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, maka harga akan stabil dan bahkan turun. Hal sederhana ini pun kadang kurang mendapatkan perhatian.

Perilaku konsumtif masyarakat pun menjadi berperan dalam kenaikan harga pangan jika perilaku konsumtifnya hanya pada barang yang itu-itu saja. Padahal jika mau menggali masih banyak sumber bahan pangan yang bergizi seperti jamur-jamuran. Kurangnya sosialisasi dari bahan pangan bergizi akan membuat masyarakat cenderung hanya terpaku kepada satu atau beberapa jenis bahan pangan saja. Padahal masih banyak bahan pangan yang lain yang gizinya tidak kalah dengan kedelai dan harganya pun terjangkau.

Singkat kata, keseriusan dari semua pihak sangat dibutuhkan dalam menghadapi krisis pangan seperti ini di mana sudah mencapai tahap nasional. Jika kurang serius menanganinya, sudah pasti bangsa yang besar ini akan semakin terpuruk. Pengalaman harusnya dijadikan modal untuk kemajuan dan bukan untuk di sesali atau hanya dicitrakan seolah ikut merasakan akibatnya.

Janganlah hanya "tahu" bahwa makanan bergizi adalah hanya "tempe" karena jika seperti itu terus dan tetap bergantung kepada "kedelai" bukan tak mungkin lama-lama kita akan terkurung dalam kebodohan dan menjadi "keledai". Kalimat ini bukan untuk menghina atau apapun melainkan sebagai pelecut semangat bahwa kita adalah bangsa yang besar yang tidak akan runtuh hanya karena krisis pangan. Negara kita Luas dan Subur. Ingatlah pada point-point itu.

C.G

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar