Kompasiana
Kompasiana |
- Politik “Kesantunan Berprestasi” Ala Jokowi
- NEGARA TUHAN
- Konflik Suriah Dalam Perspektif Liga Arab
- Tebaran Doa di Langit Kamar
- Kekasih Di Negeri Padang, Air Mata ku Berlinang Malam
Politik “Kesantunan Berprestasi” Ala Jokowi Posted: 24 Jul 2012 11:23 AM PDT Kesederhanaan tampilan dan pendekatan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi), itukah yang menjadi kunci melejitnya memimpin perolehan suara dalam pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta? (Suara Merdeka, 14/07). Memang benar. Tapi track record selama memimpin Kota Solo yang dimiliki, karakter individu Jokowi yang tidak mencerminkan kesombongan mampu diracik dengan baik oleh tim pemenangan dan mesin politiknya baik lewat Partai Politik PDI-P-Gerindra dan konsultan komunikasi politiknya hingga menghasilkan kemenangan diputaran pertama pada 11 Juli dengan perolehan 1.104.011 suara mengungguli Incumbent Foke-Nara yang hanya meraup 966.032 suara. Jokowi-Ahok memang menang diputaran pertama. Namun untuk jadi pemenang Pilgub DKI yang sesungguhnya pasangan itu masih harus menghadapi putaran kedua di mana masing-masing kandidiat yang kalah tentu akan berkoalisi dengan segala kemungkinan situasi politik. Bagaimanakah taktis dan strategi tim dan mesin politik Jokowi-Ahok untuk memenangkan kembali diputaran kedua? Endorsement Jokowi-Ahok yang dikonsulaltani politik oleh kelompoknya Eep Sayaifullah Fatah dan tim peracik media, opini publik, serta manajemen isu oleh kelompok Cirrus menjadi kunci kemenangan bagi Jokowi-Ahok. Kecerdasan mereka dapat dilihat dari lima hasil kinerja yang tersistem dengan cantik. Pertama; mesin politik yang diperankan oleh partai politik PDI-P dan Gerindra hanya menjalankan konsep politik pemenangan yang dipermak oleh tim kreatif dan tim konsultan politik tersebut. Disparitas pembagian itu akan nampak dalam tataran elit antara Megawati-Prabowo sebagai titik tingkat lobi tertinggi. Perpecahan tim yang dimunculkan lewat media massa semata-mata sebagai taktik melihat permainan lawan. Kedua; mainsite kampanye yang langsung menyerang titik jantung kebutuhan masyarakat lewat pasar tradisional, slogan "JakartaBaru" yang berarti (JB; Joko Widodo Basuki), kostum kotak-kotak dan komunitas kotak-kotak bergaya keremajaan adalah gambaran hasil style cerdas pilihan mudah bagi rakyat Jakarta yang sesungguhnya butuh peremajaan figure pemimpin yang memiliki branding ala Jokowi. Ketiga; tim kreatif yang membesut Jokowi-Ahok dalam media massa, intertainment media face to face dengan warga Jakarta, prestasi program dan transparansi anggaran yang pernah berhasil dilakukannya selama menjadi Wali Kota Solo adalah nilai persuasi yang tak bisa ditampik oleh warga Jakarta. Hal itu adalah nilai kongkrit yang sudah djawab dalam diri Jokowi tanpa mengdepankan kesombongan. Keempat; lahirnya tokoh popular, mampu dijawab langsung dengan elektabilitas tokoh merakyat. Artinya wong cilik pun tanpa melalui pendekatan survey metodis pendekatan kreatifitas tim yang dijalankan oleh mesin politik "kesantunan berprestasi" di beberapa media massa dan ruang publik khususnya jantung kebutuhan masyarakat Jakarta, transposrtasi, pasar, tempat-tempat kumuh dan lain sebagainya langsung jatuh hati pada Jokowi. Inilah yang disebut "kesantunan bertprestasi" dalam menokohkan sosok Jokowi dengan segudang prestasi dan kemampuan yang tak melihat nilai fisik dan keculunan wajah kandidat. "Kesantunan berprestasi" beda dengan "pencitraan publik." Berprestasi ala Jokowi lebih mengedepankan isu prestasi dan tidak perlu menyombongkan diri dalam bentuk jargon tertentu. Tak banyak bicara tapi kinerja nyata yang ditonjolkan. Ia lebih percaya pada dirinya sendiri seiring dengan isu yang berkembang tanpa pembelaan dirinya dan cukup dicounter oleh tim pemenangannya. Kelima; kelincahan dan kelihaian tim, mesin politik Jokowi-Ahok yang menerapkan "taktik strategi kesantunan prestasi" bukan "strategi taktik pencitraan." Artinya kepastian memilih kandidat menjadi target utama dibandingkan ketertarikan pemilih terhadap kandidat. Ini yang disebut sistem "tembak langsung." Suka, dipilih, dan dicoblos. Tidak terlalu neko-neko dalam publikasi dan berkampanye, tidak menawarkan program yang muluk-muluk. Cukup bagiamana Jokowi mengerti kebutuhan masyarakat DKI Jakarta secara luas. Besutan Baru "Dari desa menuju ke kota adalah gambaran untuk mencerminkan kandidat Jokowi-Ahok. Yang satu dari Solo dan satunya dari Bangka Belitung Timur nun jauh dari Ibu Kota Jakarta." Memang benar, praktik Pilkada selama ada tokoh lokal dalam percaturan politik daerah rata-rata dimenangkan olehnya. Tapi Pilkada DKI kali ini beda meskipun dinilai sebagai barometer politik nasional. Bahwa kemenangan Jokowi-Ahok pada putaran pertama dalam mengungguli calon Petahana Foke-Nara mematahkan tesis Pilkada yang kerap terjadi. Lalu, partai politik incumbent juga bukan lagi sebagai pemain dan pemenang tunggal serta dominan dalam meraup kekuatan suara mayoritas. Bukan berarti DKI Jakarta beda dengan daerah lain secara politik tetapi kemajuan besutan kratifitas politik yang sesungguhnya menjadi nalar dan ruh kreatif tim sukses dan mesin politik yang dijalankan pasangan Jokowi-ahok melalui jantung-jantung kebutuhan masyarakat Jakarta dengan ketinggian nilai "kesantunan berprestasi" dan "tembak langsung." Artinya tim tahu dan paham betul bagaimana meramu kandidat untuk dipilih dengan besutan baru tanpa melihat nilai rasisme, budaya mayoritas, tapi melihat sudut pandang kebutuhan nyata rakyat Jakarta dengan bekal "kesantunan berprestasi", dan "keterbukaan hati pada wong cilik." Dan karakter serta gaya itu khas dimiliki oleh Jokowi selama memimpin Kota Solo. Bagaimana menggalang suara dengan pasti dan tak perlu basa-basi lewat publikasi media massa yang berlebihan. Suara terkantongi dengan pasti lewat besutan baru kejantung warga yang memiliki hak pilih. Dilema Capres 2014 Beragam wacana Capres 2014 sudah mulai menyesaki ruang publik. Terlebih Abu Rizal Bakrie satu-satunya Calon Presiden 2014 yang sudah mendeklarasikan diri lewat pengusungan partai Golkar. Pun isu tingginya hasil beberapa survey yang menunjukkan keterdipilihan dan kelayakan pada Prabowo Subiyanto. Boleh jadi mereka tampil untuk maju Capres 2014 tapi jika ada tokoh lain yang sama dengan gaya dan karakter Jokowi lebih dimungkinkan sangat berpeluang dalam percaturan politik pencapresan 2014. Dengan syarat "kesantunan berprestasi." Ikhwal itu ditandai oleh isu-isu kandidat selama ini bahwa Capres 2014 adalah wajah-wajah lama yang memiliki syarat kekurangan prestasi dan kesantunan nilai uji. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dinilai bagus dalam pencitraan semasa 2004-2009 pun tak setimpal dengan prestasi kinerjanya ketika dipilih kembali 2009-2014. Pilitik pencitraan ketika dimulai era SBY 2004-2014 ini mengingatkan format baru Pilkada DKI 2012 yang diperankan oleh Jokowi dengan format baru yaitu "kesantunan prestasi" bukan "pencitraan publik." Akankah Pilpres nanti merujuk pada format "kesantunan prestasi" ala Jokowi jika Pilkada DKI tetap disebut sebagai barometer politik nasional? |
Posted: 24 Jul 2012 11:23 AM PDT chapter I : tuhan - tuhan ketika engkau berpisah dengan kemarau, aku layu terpanggang cahaya rupanya mahkota tak cukup tegar untuk tumbuh kembali, tak kutemui teduh disini habis aku kaukunyah, menjadi bagian proses pencernaanmu ekstasi macam apa kau tenggak, hingga enggan berbaring sampai pagi ini? padahal langit-langit kulayangkan kembang-kembang yang mekar anak-anak dari bauran putik-peluhku aku telah gugur, hujanmu berselendang halimun gemeretak ego menggigil pecah meski do'a disemburkan sudah sampai habis puncak-puncak amarah dan penantian sia pada wuwungan atap rumah dan kembali kau turunkan hujan, dimana aku merindukan kemarau napasku sayup berdengus ketika manusiamu, pagi ini meminta kekuasaan aku hanya minta makan, karena bathin mampus ditalu waktu koyak dipasung azabmu dayaku cuma jejak-jejak kecil tak sebanding tombak takdir digenggammu mudah menyayat nadi linu mampu meluluhlantakkan nasibku apakah kurang persembahan ini? dentang langkahmu meraup segala telinga cakar implant dijadikan punya kuasa orang bodoh mana menantang dirimu pastilah ia tengah mabuk bukan main lalu dipastikan mati, atau setidaknya dikebiri chapter II : manusia menjelma tuhan cerita cinta dari dongeng apa yang membuatmu terbangun pagi ini? lenguh-lenguh mimpi tentang kisah asmara yang ada hanya pesakitan yang ternoda derap kaki jaran guyang, nisan yang membuatku kehilangan perempuan atau seremoni bugil yang bergentanyangan dan memagut mimpi anak2 keajaiban punya wajah, media menjadi guru spiritual mengikis teluh identitasku lalu memaksa si dungu menjadi tuhan suluh, ayat-ayat rumusan cipta paksamu yang melulu tentang uang perintah untuk memberi makan para kerdil berdinas serta menyediakan kencana emas sementara gerobakku merayap cemas dan tuhan-tuhan ini asyik bercinta, istri-istri bergelimpang dan timbunan upeti remang sementara madu kasihku terbentur batu karang lagi-lagi urusan uang dan tuhan-tuhan ini para penjarah negeri aku menjadi peziarah bagi kubur-kubur tanah sejati menarik pedati dan melahap jerami meminum peluh dari kendi-kendi usahaku sendiri lagi-lagi membayar upeti jaran guyang adalah mantra sakti tuhan mengorbankan tumbal bangkai perawan puasa-puasa darah, kilau upeti dari dukun mengenakan peci jaran guyang adalah tahta tuhan titah penguasa surat warisan kerajaan selamat tinggal kemarau, ini negeri hujan derap kaki punggawa-punggawa besi mengisi sesak jalan pembuluh kapital lalu lintasnya enggan tidur menyeret mayat-mayat hidup meminta lebih banyak bangkai perawan hanya demi jaran guyang demi menjadi tuhan antiklimaks : kematian ketuhanan dahulu, aku adalah pendusta tuhan atas pikiran dan perasaan lalu kubangun prasasti, ukiran mantra-mantra agar kelak tercipta kisah paling berani angkuhku mampu membuat hujan sebagai tarian pujaan tersirat dan akulah pemabuk paling sejati sampai, kabar buruk menjumput kelemahan ketuhanan menjinjing pergi ajal datang tanpa perlu menghunus belati aku terhempas, negeri menggengam tombak takdir tinggal malam muram nan getir dalam bui, berisi tuhan lainnya kamar jin, may 2010 |
Konflik Suriah Dalam Perspektif Liga Arab Posted: 24 Jul 2012 11:23 AM PDT Dalam pandangan negara-negara anggota Liga Arab terhadap konflik yang semakin tidak terkendalikan di Suriah sanagat beragam,karena perseps tersebut terkait dengan kepentingan politik mereka masing-masing sehingga semakin ruwetya masalah tersebut. Konstalasi itu jelas terlihat dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Liga Arab di Doha,Qatar ,salah satu negara kerajaan Teluk yang sangat keras terhadap rejim Damascus.Dalam seruan Liga Arab yang dikemukakan oleh Perdana Menteri(PM)Qatar ,Syeikh Hamad Bin Khalifa At Thani supaya Presiden Bashar Al Assad secepatya mengundurkan diri dari jabatannya.Ia menambahkan pula,bahwa Liga Arab akan memberikan jaminan keamanan bagi Al Assad untuk keluar dari Damascus,yang diartikan oleh sebagaian pengamat politik sebagai jaminan suaka politik bagi putra Hafis Al Assad tersebut. Namun demikian dari sekian jumlah anggota Liga Arab yang terdiri dari Arab Saudi,Qatar,Aljazair,Mesir, Iraq ,Kuweit,Oman Sudan itu dua diantaranya yakni Iraq dan Aljzair menentang seruan Liga Arab.Bagi Aljazair dan Iraq mengenai status Presiden Bashar Al Assad terserah warga Suriah sendiri,bukan karena desakan dan pemaksaan negara-negara lainnya. Menurut laporan itu yang dilansir kantor berita SPA ,Senin 23 Juli 2012 bahwa Aljazair sangat keberatan dengan seruan Liga Arab semacam itu,karena Liga Arab tidak memiliki "hak-hak istimewa"untuk itu tetapi hak semacam itu hanya dimiliki oleh warga Suriah.Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Iraq,Labbi Abbadi mengemukakan keberatannya pula,bahwa seruan negara-negara anggota Liga Arab seperti itu merupakan suatu intervensi terhadap masalah domistik Suriah. Sikap Aljazair itu bisa dipahami sebagai upaya untuk meredam ekses"Arab Spring"yang kini sedang berhembus diseluruh kawasan Timur Tengah.Apalagi sekarang rejim Aljeirs terkepung oleh keberhasilan gerakan rakyat Tunisia dan Libya ataupun Mesir,yang berhasil menggulingkan rejim dikdator dinegaranya masing-masing.Dan sekiranya seruan Liga Arab itu dibiarkan saja,tidak mustahil hal serupa akan melanda Aljazair dan juga Iraq. Aljazair memiliki sumbu yang bisa saja meledak kapan saja jika tersulut oleh ekses revolusi rakyat di kawasan itu,terutama "bom waktu"yang disimpan oleh Aljazair menyusul pembatalan sepihak kemenangan FIS dalam Pemilu tahun 1990-an yang masih kuat pengaruhnya.Sementara bagi Iraq yag kini dikuasai oleh kelompok Muslim Syiah dukungan Barat,akan terusik juga jika rejim Al Assad yang Syiah Alawiyin itu jatuh ketangan mayoritas Sunni.Hal ini berarti bisa merupakan suatu dorongan moral minoritas Sunni-Iraq bagi melakukan gerakan serupa terhadap rejim Bagdad yang Syiah model Teheran tersebut. Dalam konteks inilah maka negara-negara seperti Aljazair,Iraq dan juga Republik Islam Syiah Iran tidak kan mendukung seruang negara-negara Liga Arab tersebut.Dan mereka menghendaki langkah-langkah proses penyelesaiannya sebagaimana yang dikehendaki Rusia,China ataupun PBB,tetapi bukan sebagaimana yang dikehendaki Liga Arab , AS dan sekutunya.Untuk menjembataninya sekarang Rusia sedang mendekati Arab Saudi,yang dianggap sebagai salah satu negara yang berpengaruh dikawasan Teluk. |
Posted: 24 Jul 2012 11:23 AM PDT kurindu malam-malam seperti ini wahai doa-doa di plafon langit kamar kepulan kalbu ini telah menyemai jika hadirmu hanya sebatas ramadhan wahai doa yang bersemayam di langit kamar wahai doa yang hinggap di langit kamar |
Kekasih Di Negeri Padang, Air Mata ku Berlinang Malam Posted: 24 Jul 2012 11:23 AM PDT
|
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar