Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 11 Juli 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Pakar Dari Bandung Yang Jelek-jelekin Jokowi Ke Mana yah?

Posted: 11 Jul 2012 11:26 AM PDT

Jadikan Teman | Kirim Pesan

*Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis*Jadilah cahaya kebenaran walaupun kelap-kelip*... Lahir 1960. Senang baca, nulis, humor, diskusi, catur, bola, badminton, film, musik, makan enak, bicara blak2an, cinta orang jujur&berilmu. Pernah di Fak Sastra & Bahasa Inggris. Punya alias Engkong Ragile dan Kopral Kenthir. Nama asli: Agil, Facebook: Agil Abd Batati, Alamat: Jakarta/Tegal* Silakan kirim link saya sambut baik lho*

OPINI | 12 July 2012 | 01:20 Dibaca: 4   Komentar: 0   1 dari 1 Kompasianer menilai aktual

Mohon jangan diambil hati bila tidak berkenan… Sodara-sodara sebangsa dan setanah air Indonesia. Baru saja ada kabar bahwa Jokowi unggul di atas Foke pada Pilkada DKI Jakarta. Menurut hitungan cepat Jokowi meraih 43%, Foke 34%. Dengan demikian Jokowi adalah kandidat unggulan Gubernur baru. Pada putaran dua nanti Foke geser menjadi underdog (underdog artinya bukan di bawah anjing tapi artinya bukan unggulan).

Koq beda jauh yah dari kalkulasi pakar dari Bandung?

Lah, padahal beberapa waktu yang lalu sering muncul artikel dari seorang "pakar" Bandung. Dia rajin ngejelekin Jokowi dan Ahok, pasangan Jokowi. Katanya neh:

- warga Jakarta nggak respek sama Jokowi.

- Katanya warga Jakarta nggak mau sama yang nggak pakai baju koko.

- Katanya warga Jakarta merasa dihina budayanya oleh Jokowi.

Terus nih kata beliau yang katanya (ngakunya) pakar banget…ehm ehm bilang begini:

Menurut hasil googling menunjukkan nama Jokowi kurang banyak yang cari. Jadi itu tandanya Jokowi bakal keok di bawah Foke maupun Hidayat. Pokoke wajib hukumnya Jokowi keok bin koit pada putaran pertama.

HEMM… FAKTANYA?

Whuahahahahahaha…

Hihihihihihihi……………..

Tanpa penjelasan lebih lanjut dan lebih lembut jelas dong. Liatlah angka2 di atas. Sekarang ane mau numpang nanya ah. Boleh dong.

Yang bahlul siapa yah: Jokowi? warga Jakarta? atau pakar dari Bandung itu?

Demikian sambutan saya satu hari setelah pencoblosan Pilkada DKI Jakarta 11-07-2012… Pesen sponsor sing inyong: sedulur2 aja klalen melu nyoblos maning nang Putaran Kedua.

TERTANDA,

JOKERSEH

:::

*) lapak dongeng dan humor by Ragile


Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Aktual

Dicari Gubernur Nyang Ape Adenye

Posted: 11 Jul 2012 11:26 AM PDT

Baru saja pemungutan suara pilgub Jakarta usai. Hasilnya untuk sementara unggul pasangan Jokowi-Ahok ketimbang pasangan lainnya lewat penghitungan cepat. Kendati untuk itu, secara resmi KPU Jakarta lah yang akan mengumumkan perolehan suara masing-masing pasangan cagub dan cawagub. Tapi hasil sementara tersebut biasanya tak jauh berbeda dengan perolehan suara sementara itu.

Andai perolehan suara tidak banyak berubah, dipastikan pasangan Jokowi dan Ahok, serta Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan meneruskan pesta demokrasi di Betawi ini untuk putaran kedua. Tentunya putaran kedua ini yang selsnjutnya akan menjadi arena sesungguhnya dari pertarungan politik Jakarta untuk memastikan siapa yang menjadi pemenang. Sebab konon pesta pilgub Jakarta ini sudah menjadi etalase demokrasi di tanah air, di mana segala taktik, strategi politik macam-macam bisa dimainkan.

Menariknya, di luar kalkulasi politik yang ruwet, njlimet dan sulit diprediksi, rupanya keunggulan pasangan "Bang Jo" dan Ahok itu tak lepas dari "semangat"nya. Pasangan ini tetap semangat meski diapa-apain lewat segala macam cara yang seolah-olah menandaskan ketidakpantasannya memimpin Jakarta kelak.

Sebaliknya, pasangan Fauzi Bowo dan Nara ini kadung percaya diri untuk bisa menang satu putaran. Seiring dengan jargon kampanyenya di spanduk-spanduk yang nempel di sekitar jembatan atau poon atau tempat lainnya.

Jika bicara kedua pasangan ini maka di belakang mereka tentu adalah partai politik pengusungnya. Jokowi-Ahok dengan PDIP dan Gerindra, sementara Fauzi Bowo-Nara dengan Demokrat dan temen-temennya. Tapi di luar itu semua ada rakyat Jakarta yang bukan massa dari partai politik tersebut atau bukan massa dari ormas yang berafiliasi dengan salah salah satu pasangan.

Massa nonpartisan inilah yang kiranya turut mewarnai keunggulan pasangan Jokowi-Ahok tersebut ketimbang pasangan lainnya. Mau dihitung-hitung lewat segala macam cara, massa non partisan atau floating mass ini secara kuantitatif lebih besar jumlahnya. Belum lagi jika angka sekitar 40 persen yang konon golput itu yang kemungkinan juga adalah massa nonpartisan, amat potensial juga untuk diperebutkan suaranya oleh kedua pasangan ini di putaran kedua.

Tapi rasa-rasanya sih, untuk putara kedua ini suara massa non partisan termasuk yang konon golput itu akan memilih pasangan yang punya "semangat" baru. Karena ada kemungkinan massa semacam ini di tingkat akar rumput butuh hal yang konkrit dan tidak njlimet melihat sang calon itu.

Kemudian kalau soal program apa yang bisa menarik simpati rakyat dari masing-masing calon juga tidak punya pengaruh besar. Karena Jakarta sejatinya sudah tidak bisa diubah apa-apa dari segi persoalannya yang kian menumpuk itu. Intinya, rakyat Jakarta ingin pemimpin yang apa adanya dan punya pemimpin di luar mindset teori politik dan kepemimpinan segala macam. Terlebih pemimpin yang cendrung birokratis dan feodal seperti di zaman Batavia dulu, sudah bukan waktunya lagiuntuk mengelola Jakarta ini.

Karenanya, jika perhitungan sementara ini tetap pada posisi tersebut, maka rakyat Jakarta yang punya KTP Jakarta akan kembali memilih kedua kalinya. Untuk memilih ini tentu pemilih Jakarta sudah pinter-pinter untuk awas dengan pilihannya. Sementara untuk masing-masing calon gubernur itu, tentu juga patut awas dengan segala macam kepentingan yang ngeboncengnya kayak bandar-bandar yang ngasih modal untuk bantuin kampanye segala macam itu. Dan, konon kabarnya setiap pesta politik semacam ini, pemilik modal kagak sungkan-sungkan untuk merapat ke masing-masing calon yang potensial jadi pemenang.

Untuk itu, memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di putaran kedua nanti, bisa dibaca dengan cara-cara yang dilakukannya untuk menarik simpati rakyat Jakarta atau Betawi atau Batavia dulu. Buat kite rakyat Jakarte sih nyang penting pemimpin Jakarte ntu kagak macem-macem, dan mau ntarnye tuh kerja bakti bareng-bareng. Kagak korupsi, kagak deket sama temennye nyang korupsi, kagak sering-sering pake seragam nyang bikin kite kagok kalo ketemu, dan seterusnye deh.

Fenomena Psikologis Pengguna Twiiter

Posted: 11 Jul 2012 11:26 AM PDT

REP | 12 July 2012 | 01:14 Dibaca: 2   Komentar: 0   1 dari 1 Kompasianer menilai menarik

Setelah mengikuti perkembangan dunia Social Media. Akhirnya saya pun berani menyimpulkan bahwa kehidupan seorang pemilik akun di Social Media Twitter, berbanding terbalik dengan kehidupannya didunia nyata. Dan hal ini pun diperkuat oleh beberapa peryataan teman saya yang menulis bahwa : "Suka ga nyangka jg kdg2,org yg kesehariannya pendiam,klo di twitter kicauannya bs menuh2in timeline–»ini br don't judge book by it's cover". Kemudian ada juga yang menulis :"Banyak bgt y cowo yg diam/kalem di dunia nyata tapi berisik di dunia maya…"

Sepertinya itu benar, tetapi belum bisa dikatakan tepat. Kenapa benar? Untuk membuktikannya, bagi anda memiliki akun Twitter, coba perhatikan Timeline yang ada. Pastinya, orang yang paling banyak kicauannya merupakan orang yang sedikit pendiam dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu sudah saya buktikan sendiri. Tapi itu berlaku jika mereka sudah lama menggunakan Twitternya. Jika masih baru, maka itu dapatlah dimaklumi. Karena masih anget-angetnya.

Terus kenapa bisa dikatakan Belum tepat? Karena, ada beberapa orang juga yang banyak Ngetweet demi kepentingan suatu hal. Misalkan saja untuk meningkatkan popularitas dll. Coba anda perhatikan Selebriti-selebriti ataupun beberapa pejabat yang ada. Mereka pun banyak ngetweet (istilahnya), itu bukan berarti mereka seorang pendiam didunia nyata. Mereka malahan orang yang sangat agresif jika berbicara didepan banyak orang.
Jadi, bagi kalian ingin melihat karakter seseorang, maka dapatlah dilihat dari Twitter yang mereka miliki. Selidiki sejak kapan mereka mulai aktif didunia pertwitteran, kemudian jumlah tweet yang sudah mereka posting. Setelah itu, dapat anda simpulkan sendiri bagaimana karakter orang tersebut.


Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Menarik

PSIKOLOGI PEMILIH DITENGAH BADAI KORUPSI

Posted: 11 Jul 2012 11:26 AM PDT

Sejauh ini hasil quick count dari berbagai lembaga survey menggambarkan kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam pilkada DKI 2012. Hal ini merupakan berita yang mengejutkan berbagai pihak terutama lembaga-lembaga survey yang selama ini berkoar-koar dengan hasil survey nya yang memenangkan pasangan inkumben. Tidak bagi saya dan mayoritas warga DKI (saya sudah memprediksikan lewat postingan saya sebelumnya) bahwa pilkada ini akan dimenangkan pasangan yang diusung PDIP-Gerindera.

Tidak ada analisa yang menjlimet dari tulisan ini, tidak akan dijumpai teori yang cerdas dalam tulisan ini. Ini adalah tentang kesadaran (consciousness) sebagai warga negara sebagai personal.

Bermacam strategi kampanye dilakukan para kandidat-kandidat yang akan bertarung dalam pilkada DKI seperti penyebaran poster-pamflet-spanduk-brosur-selebaran baik berisikan tentang program, slogan maupun foto. Dilain kesempatan ada yang merlakukan pengobatan gratis, pengerahan massa, mengundang artis, bakti sosial, santunan dan banyak tingkah polah lain dimana sang pemilik suara terbanayak tidak atau minimal melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh para rival.

Jokowi-Ahok berkampanye simpatik dengan bertatapan langsung dengan masyarakat, bersahaja, jauh dari arak-arakan mobil mewah, malah menggunakan fasilitas angkutan umum serta menolak menggunakan stadion GBK sebagai unjuk massa. Tapi apakah itu kunci kemennagan pasangan ini? Tidak! Maksudnya bukan hanya itu, ini hanya remah hanya faktor kecil.

Kesahajaan kampanye yang dilakukan Jokowi dan Ahok tidak cuma pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta saja, tapi jauh sebelum itu.

Semua orang tahu kalau Jokowi saat ini memimpin kota SOLO, dia dikenal rakyatnya sebagai pemimpin yang bersahaja, dekat dengan rakyat, bersih dari korupsi dan sukses mengembangkan daerahnya, malah berani melawan keputusan atasannya untuk memberi peluang bagi kapitalis besar membuka mall diwilayahnya.

Banyak juga orang yang tahu sepak terjang Ahok sebagai bupati Belitung, tak jauh beda dengan Jokowi. Melihat Ahok sama dengan melihat Jokowi, mereka adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya karena merekalah satu-satunya pemimpin yang menjadi pelayan rakyatnya saat ini.

Tindakan mereka akhirnya terekam dalam benak masyarakat, masyarakat kini punya persepsi tentang pemimpin ideal.

Apakah hanya faktor tersebut diatas yang membuat mereka terpilih sebagai suara mayoritas hasil quick count? Tidak!

Pasangan Jokowi-Ahok berkebetulan berada pada tempat dan waktu yang tepat.

Pilkada DKI Jakarta yang dilakukan pada tgl 11 juli 2012 ini adalah momen besar bagi tokoh-tokoh yang dipersepsikan sebagai malaikat. Karena apa?

Saat ini di media berita tentang kebobrokan pejabat negara yang melakukan korupsi begitu intens dan mengerikan. Korupsi sudah seperti badai tornado yang melanda negara ini. Century sudah mulai dilupakan, namun ingatan itu masih ada lalu dihantam lagi dengan kasus petinggi-petinggi partai Demokrat yang diduga melakukan megakorupsi, korupsi kitab suci, kementerian agama yang diduga sebagai institusi yang paling banyak menghabiskan uang negara dan ribuan masalah lain. Pastinya membuat masyarakat jenuh seperti melihat kabut gelap yang mengerikan.

Gambaran tersebut menjadi kontras ketika sosok Jokowi-Ahok muncul ke permukaan. Pasangan ini seperti air bening ditengah gurun maka mereka layak dipilih.

Namun bila pemilu dilaksanakan 5 tahun yang lalu atau pada kesempatan lain, belum tentu pasangan ini menang.

Analoginya adalah seperti pada pemilu presiden tahun 2009 lalu, ketika dimenangkan dengan telak oleh pasangan SBY-Budiono.

Pada saat itu masyarakat punya persepsi tentang pemimpin yang tegas dan pro rakyat kecil pada sosok Mega-Prabowo, lalu ada sosok JK yang dinilai sebagai sosok yang bertindak cepat dan tepat. Namun mereka tidak memiliki suara yang signifikan sehingga bisa dikalahkan hanya dalam satu putaran.

Saat itu kehadiran sosok Mega-Prabowo tidak memiliki nilasi urgensi sebagai tokoh yang Tergas dan Prorakyat kecil, begitu juga JK-Wiranto kehadiran mereka tidak memiliki signifikansi yang penting untuk menjadi pemimpin yang betindak cepat dan tak ragu-ragu. Karena pada saat itu issue politik dalam negeri cenderung stabil. Tidak ada gejolak dan fluktuasi gelombang politik ekonomi  seperti saat ini.

Ini hanya sekedar asumsiku…….

Liputan Foto - Makam Sunan Ampel

Posted: 11 Jul 2012 11:26 AM PDT

Makam Sunan Ampel berada di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya,

Jawa Timur. Karena letaknya ditengah kota, Makam Sunan Ampel mudah dijangkau oleh kendaraan apapun.

Makam Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, terletak di belakang mesjid. Untuk mencapai makam harus melewati sembilan gapura, sesuai arah mata angin, yang melambangkan wali songo atau sembilan wali.

Makam Sunan Ampel tak pernah sepi dari peziarah, terutama di bulan Ramadan. Setiap hari sekitar seratusan peziarah berdatangan ke makam Sunan Ampel. Mereka datang dari berbagai daerah.


Hampir tiap hari, peziarah mengalir ke makam Sunan Ampel. Jika saat Ramadan terutama pada malam ganjil. Maklum Sunan Ampel adalah salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa. Bernama kecil Raden Rahmat, Sunan Ampel adalah anak salah satu Wali Songo, Sunan Maulana Malik Ibrahim.

————————————————————————————————

Air minum gentong ini berasal dari sumber air yang konon katanya airnya tidak pernah habis, bahkan pada musim kering sekalipun. Peziarah dapat meminum langsung air ini melalui gelas yang disediakan di sana. Atau anda juga boleh memasukkannya ke dalam botol untuk dibawa pulang. Ada sebagian orang yang menggunakan air ini untuk membasuh wajah. Menurut sebagian orang, air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Peraturan di daerah makam di tulis dengan 5 Bahasa, yaitu Indonesia, Arab, Belanda, Jawa, dan Melayu


Suasana di dalam makam, sebenarnya ada peraturan tidak boleh memotret di sekitar makam, namun foto ini saya ambil dengan "self timer" dan kamera saya gantungkan di depan perut / dada.


Tempat Buang Air bagi Pria


Suasana menuju pintu keluar

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar