Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 21 Juli 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Tanti Jomblowati

Posted: 21 Jul 2012 11:07 AM PDT

Telah ia baca berpuluh-puluh buku tentang cinta. Telah ia lahap semua artikel tentang bagaimana menaklukkan cinta. Bahkan, telah ia pelajari kisah hidup para martir, santo santa cinta: Laila Majnun dari Persia, Romeo Juliet dari Britania Raya, Tristan-Isolde dari negeri Perancis sampai Sampek Engtay dari dataran Cina. Toh, semuanya tak ada yang membantu. Ia masih belum bisa menaklukkan cinta.

Ingin rasanya, ia tulis surat kepada pengasuh kolom psikologi sebuah surat kabar terkenal yang selalu muncul tiap hari minggu. Akan ia keluhkan begini:

"Apakah yang salah dengan saya, Ibu?

Telah genap 18 tahun kuberkelana di dunia. Telah kujumpa ratusan jejaka beranekarupa tetapi tak ada satu pun yang mampir di beranda jiwa. Apakah saya kurang menarik, Bu?

Terus terang saya malu, Bu. Malu karena tak laku-laku. Sebenarnya saya cuma tak ingin berbeda dengan teman-teman. Sesekali saya ingin digandeng oleh lengan gempal, bersandar pada dada bidang, atau ditatap dalam-dalam oleh sepasang mata jantan penuh pengertian…tolong bantulah saya, Bu!"

Begitulah kira-kira yang ingin ia ungkapkan. Tapi, niat menuliskan surat konsultasi itu ia urungkan. Ia tidak yakin betul. Ia kurang percaya. Bagaimana mungkin ia begitu mudah mengulungkan nasibnya kepada seorang yang tak begitu mengenalnya. Tapi, bukankah seorang psikolog sudah siap-siap dengan segudang teori-teori dan berbekal cerita-cerita dari pengalaman nyata. Ah, baginya, itu tak ubahnya hanya ritual kebenaran yang akan cepat-cepat meminggirkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Maka dengan mantap ia urungkan niatnya menulis surat konsultasi itu. Ia lebih suka mencari jawab sendiri. Ia lebih suka menyimpannya sendiri. Bukankah dalam Kitab Suci, orang yang suka menyimpan perkara dalam hatinya, selalu dipuji?Lagipula, baginya, setiap masalah hanya bisa dipecahkan oleh empunya masalah itu. Bukan yang lain. Karenanya, malam ini sengaja ia persembahkan waktunya kepada lamunan. Dan, Ia berharap lamunan akan memberikan jawab.

Ia, gadis itu, kita sebut saja: Tanti. Ya, Tanti Jomblowati. Telah lama ingin ia akhiri masa sendirinya. Ingin ia gantung masa remajanya. Tapi, bagaimana, hingga sekarang belum juga ia ketemu belahan jiwanya. Sempat ia tergoda untuk menghakimi dirinya bahwa memang ia tak menarik! Tapi, rasanya itu tak mungkin. Teman-temannya sendiri malahan mengakui bahwa ia memang cantik. Tingginya semampai, rambutnya lurus, hitam sehitam malam, wajahnya bersinar bagaikan bulan, matanya hitam, dalam, bagai mata rusa, kulitnya kuning langsat dan seterusnya…hal-hal lain rasanya tak pantas disebutkan di sini.

Tanti sendiri merasa rajin merawat tubuhnya. Ia rajin mencuci wajahnya dengan facialfoam anti acne. Rajin pula ia menghindari makanan berlemak dan berminyak. Apalagi kacang, telah lama ia bermusuhan dengannya setelah tahu betapa jahatnya makanan itu. Memang jerawat sialan itu pernah mendarat di wajahnya yang mulus itu, tapi toh, ia bisa mengusirnya.Jadi, tak mungkinlah alasan mengapa hingga sekarang ia tak punya pendamping karena ia kurang menarik. Salah besar, baginya mengatakan itu. Bahkan lewat cermin di kamar mandi, Tanti pernah mengevaluasi dirinya: dari ujung rambut turun ke ujung kaki. Semuanya nyaris sempurna, tak ada ganjil.

"Kalau saja aku punya kekasih, pastilah besok aku datang ke pesta ulang tahun Rani dengan percaya diri! Tapi mengapa aku tak punya…."

Sesaat ia merasa menjadi manusia paling tak beruntung di dunia. Ia jadi ingat kata guru agamanya, "janganlah kawatir dengan segala sesuatu di dunia ini, Nak! Apalagi masalah phisik kita, kecantikan kita, semuanya toh akan lenyap. Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun keindahannya melebihi Salomo dengan segalakemegahannya.

Tentu saja, dalam keadaan begini, nasehat gurunya begitu saja terbang melayang. Ia malah geli memikirnya. Dalam hati kecilnya ia ingin tertawa.Meski bunga bakung adalah benda terindah di dunia namun lelaki paling bodoh pun tak akan jatuh cinta pada bunga, pak!Ia ingin protes dengan Gurunya itu. Mau tak mau hidup di zaman ini tersusun oleh kekawatiran-kekawatiran dan kekawatiran. Bapak seperti tak tahu saja? Tiap hari Tv, iklan, fashion, mall dan teman-teman selalu saja menambah hal-hal yang perlu dikawatirkan. Rasanya mudah sekali menginventaris kekawatiran-kekawatiran itu: tidak memiliki sesuatu seperti di iklan, tidak sama seperti teman-teman, tidak bisa mengikuti pembicaraan teman dst dst. Demikian kesimpulan Tanti. Jadi, tak memiliki kekasih di usia 18, apalagi di saat mau menghadiri pesta ultah, adalah kekawatiran yang beralasan.

Jadi bagaimana, apa yang harus aku perbuat? Tanya Tanti dalam hati. Apakah ia harus terus menerus memburu artikel tentang lelaki, atau tiada henti mempercantik diri ataukah ia mendaftarkan pada biro jodoh terdekat? Ah, untuk yang terakhir ini rasanya itu mustahil. Ia merasa masih terlalu muda. Mempercantik diri? Rasanya ia telah cantik. Lagi pula, ibunya selalu mendidiknya untuk meremehkan tubuhnya.

Ibunya pernah bersabda: "Jangan pernah iri pada lelaki, Ti! Biarlah mereka sekarang hobi dandan, rajin mencukur kumis, suka ke salon, teratur memotong kuku, dan tak pernah lupa pakai parfum! Janganlah kau seperti lelaki genit macam itu! Kau perempuan! Jangan kau pikir mahkota perempuan terletak pada tubuh dan kecantikan. Kecantikan itu hanya sementara. Suatu saat nanti, kau tak akan bisa menolak menyerahkan kecantikanmu kepada kerentahan. Pelan-pelan, tak ada lagi yang indah, semua berubah menjadi kendor dan menyeramkan. Maka, ketahuilah, Ti. Jangan pernah membanggakan kecantikan. Sesaat engkau mengagumi dirimu yang cantik, harusnya saat itu engkau sadar engkau akan jadi tua."

"Penting pula Kau ingat, Ti. Lelaki yang hanya mencintai tubuhmu, Ia seperti monster yang tak segan meninggalkanmu suatu saat nanti. Tetapi, lelaki yang mengagumi pancaran hatimu, setiap hari akan semakin mencintaimu, Ti!"

Ibu. Ya Ibu, mendadak Tanti ingin rindu Ibu. Di saat seperti ini, ingin ia mengadu. Di saat seperti ini, ia ingin rambutnya sekadar dibelai. Ia tercekat.Ada sesuatu yang hilang rasanya. Ia merasa amat kesepian. Seandainya ibunya masih ada, pasti ia tak kebingungan mencari tempat bercerita. Kalau ibunya masih ada tak mungkin dibiarkannya ia bersedih. Kalau ibunya masih ada, tak akan dibiarkannya ia tak percaya diri. Ia pun menangis lirih, nyaris tak bersuara.

Di tempat lain masih banyak cerita-cerita serupa yang membuat kita tertawa mendengarnya. Tentang Danti yang tak masuk kuliah gara-gara tumbuh jerawat tepat dihidungnya. Tentang mbak Dita yang tak jadi latihan kor gara-gara tak percaya diri setelah rambutnya dipotong. Atau, dik Lina yang tak jadi menari gara-gara lupa memakai parfum andalannya. Bahkan, barangkali Anda pun juga punya pengalaman serupa?!

@djagadlelanang 101011

Terima Kasih Pak Dirjen untuk “Ikat Pinggang-nya”

Posted: 21 Jul 2012 11:07 AM PDT

REP | 22 July 2012 | 00:49 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

"Semakin panjang ikat pinggang — semakin pendek umur-mu", sindiran Dirjen P2PL Prof.DR.dr.Chandra Yoga Aditama Sp.P, sontak membuat semua orang di ruangan tempat berlangsungnya PUP Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Palu, Sul-Teng, tertawa karena kalimat itu ditujukan langsung pada saya yang memang ikat pinggangnya lebih panjang dari rata-rata.

Cuma bisa miris karena hati serasa teriris, tapi itulah keadaan yang tidak bisa dipungkiri untuk orangyang punya berat badan mencapai tiga dijit. Sempat termenung namun pesan CERDIK pak Dirjen seakan menjadi pesan sentral pengelolaan penyakit tidak menular dalam diri saya maupun untuk masyarakat yang kelak kulayani.

Selangkah didepanku ada pak Dirjen yang dulu cuma bisa dilihat di koran maupun buletin Kemenkes RI, tak perlu waktu lama kuputuskan untuk foto bersama " Maaf Prof, saya yang ikat pinggangnya panjang , boleh foto bareng ? Klik….

13428926291081894136

Foto Bareng Prof CYA

Foto yang cukup langka untuk bisa terulang, terbayar sudah !" terima kasih Pak Dirjen untuk ikat pinggangnya."

Siapa yang menilai tulisan ini?

Preman pun Ikut Tarawih

Posted: 21 Jul 2012 11:07 AM PDT

Malam ini adalah malam kedua bulan Ramadhan tahun ini, dimana kaum muslim ramai berbondong-bondong ke masjid atau mushala bersama keluarga dan rekan-rekannya. Mereka berniat untuk mengikuti ibadah shalat tarawih berjamaah untuk tambah mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Malam yang cerah penuh berkah di Kota Solo The Spirit of Java. Tak ada hujan turun karena memang sudah memasuki musim kemarau. Bintang-bintang yang berkerlipan di angkasa ikut serta menyambut datangnya bulan suci yang penuh berkah ini. Pun hembusan semilir angin yang mencoba memasuki ruang-ruang kehangatan menjadi bukti bahwa seluruh alam ini menyambut dengan gembira dan gegap gempita, Marhaban Ya Syahru Ramadhan, Marhaban Ya Syahru Shiyam.

Aku bersama Mas Farid berjalan pelan menuju masjid Al Barokah, masjid kecil di tengah kampung etnis Madura. Satu per satu orang yang sedang duduk di emperan rumah-rumah dekat masjid kami coba untuk salami. Berjabat tangan sambil membalas senyum yang diberikan oleh mereka, senyum keikhlasan tentunya. Rata-rata usia mereka sudah 30 tahun ke atas, hanya satu dua orang saja yang terlihat masih muda seumuran dengan kami.

Dengan membaca doa masuk masjid—Allahummaghfirli dzunubi waftahli abwaba rahmatik—aku mulai memasuki masjid itu. Rupanya puluhan jamaah sudah khusyu' beri'ikaf dan berdzikir. Sebelum duduk ku sempatkan untuk melakukan shalat sunah dua rakaat terlebih dahulu, shalat tahiyatul masjid.

Nizam anak dari salah satu pengurus masjid mengambil mikrofon dan melantunkan bait demi bait shalawat yang sedang populer di sini bahkan di seluruh Indonesia, shalawat yang semakin populer karena sering dibawakan oleh Maulana Habib Syeich bin Abdul Qadir Assegaf. Bait-bait dalam bahasa Jawa pun ikut masuk dalam lantunan shalawat tersebut. Sungguh suasana ala santri yang sangat kental tentunya.

Tarawih

Pak Royali yang kali ini bertugas sebagai imam sudah datang, shalat Isya' pun dimulai. Bacaan yang indah dengan tartil dan tajwid membuat hati menjadi lebih tentram ketika shalat. Selesai shalat Isya' bapak dengan perawakan gempal ini memimpin dzikiran serta doa.

Kemudian shalat tarawih pun dimulai, namun sebelumnya seperti biasa Pak Muhar ketua pengurus masjid mengucapkan beberapa kalimat dalam bahasa arab yang menjadi ciri khas dalam shalat tarawih. Kalimat yang juga dimaksudkan untuk penanda tiap dua rakaat selama shalat tarawih ini berlangsung. Pada malam kedua ini beliau bertugas sebagai bilal.

Ku lihat jam di dinding terus berputar. Rakaat demi rakaat pun telah berlalu. Kali ini shalat tarawih terasa lebih cepat jika dibanding malam sebelumnya. Surat-surat pendek dalam tiap-tiap rakaat dalam shalat dibaca dengan cepat oleh Pak Royali. Namun tetap sesuai kaidah tajwid. Sepertinya beliau adalah alumni pesantren, karena bacaannya sangat fasih. Ketika menyampaikan kultum pun bisa dilihat bahwa beliau orang yang mengerti tentang agama, hadits-hadits dan kutipan ayat Al Quran sering kali dia keluarkan. Tak Cuma kali ini, ketika beliau menjadi khatib shalat jum'at pun juga seperti itu.

Hingga akhirnya shalat witir selesai dan doa pun dibacakan para jamaah masih terlihat khusyu' mengikuti rangkaian ibadah dalam shalat tarawih di sini. Kemudian dipimpin Pak Muhar jamaah diajak untuk mengucapkan niat puasa secara bersama-sama. Ya, inti puasa itu ada di niat kita. Puasa kita tidak sah jika kita tidak niat.

Kemudian jamaah dengan tertib membuat lingkaran untuk saling bersalaman satu sama lain. Tak lupa sembari melempar senyum ikhlas kepada jamaah lain.

Satu per satu jamaah pun ku salami. Dari yang usianya paling tua hingga anak-anak. Beberpa dari mereka ada yang mencium tanganku juga. Ini merupakan cerminan sikap baik yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Mencium tangan merupakan salah satu etika yang memang sejak zaman dahulu diajarkan oleh leluhur kita jika kita bersalaman dengan orang yang lebih tua dengan kita.

Hingga sampai pada barisan terakhir ku lihat ada seorang yang usianya kira-kira 25 tahunan. Dia tedak memakai sarung dan peci seperti jamaah yang lain. Wajahnya terlihat kusut. Kaos hitam dan celana pensil yang cukup ketat dengan percaya diri dia pakai untuk shalat ke masjid itu. Aku terkejut ketika melihat lengannya. Tato yang cukup banyak terukir di lengan orang itu. Dengan senyum dia menyalami satu per satu orang di masjid. Ku amati terus orang itu, dengan tatonya yang semakin terlihat jelas membuatku semakin terkejut dan tak mau berhenti memandangnya. Jamaah yang lain pun seperti itu.

Aku ingat wajahnya, kemarin aku melihatnya di dekat masjid. Dengan sepeda motor dan penampilan yang sama persis dia berhenti di salah satu rumah yang jaraknya sangat dekat dengan masjid. Kemarin ketika aku berboncengan dengan Mas Dalhar aku langsung berpikir dalam hati kalau orang itu adalah preman, karena melihat tampilan luarnya. Aku tak tahu siapa sebenarnya dia.

Namun dari apa yang ku lihat malam ini, dia yang ikut meramaikan shalat tarawih di masjid Al Barokah dengan pakaian apa adanya plus dengan tato yang menambah tampilan garangnya membuat aku berpikir ulang. Ternyata masih ada orang seperti dia, preman yang mau shalat. Entah siapa dia, apakah preman atau bukan aku tak tahu. Subhanallah, semoga apa yang dia lakukan membuat kita sadar bahwa apa yang diungkapkan dalam sebuah peribahasa itu memang benar. Don't judge a book by its cover. Dan hal ini membuatku ingat akan apa yang diceritakan oleh Gus Mus dalam cerpennya, Gus Ja'far. Kisah tentang seorang Kyai alim yang di dahinya tertulis dengan jelas satu kata, yaitu "kafir".

Semoga bermanfaat.

Ditulis pada 21/7 di Sekre PMII Kentingan UNS.

Jangan Lupa, Ikuti Siaran Langsung Tarawih dari Masjidil Haram

Posted: 21 Jul 2012 11:07 AM PDT

REP | 22 July 2012 | 00:40 Dibaca: 9   Komentar: 5   1 dari 2 Kompasianer menilai inspiratif

Sekedar mengingatkan, Kaum Muslimin di Indonesia atau dimanapun berada diseluruh pelosok Dunia bisa mengikuti siaran langsung Sholat Tarawih darri Masjidil Haram, Mekkah. Sejak Ramadhan tahun kemarin Pemerintah Saudi dalam hal ini Kementrian Kebudayaan dan Informasi Saudi Arabia telah meluncurkan kanal siaran Al Qur'an dan Sunnah.

Bekerjasama dengan Youtube, kanal ini bisa diikuti secara online dari seluruh pelosok dunia. Kanal Qur'an bukan cuma menyiarkan sholat tarawih tapi menyiarkan kegiatan di Masjidil Haram sepanjang hari. Kaum Muslimin bisa melihat suasana sebelum Sholat Magrib kemudian Sholat Isha yang dilanjutkan dengan Sholat Tarawih. Kaum Muslimin bisa mengikuti bagaimana suasana saat berbuka puasa di Masjidil Haram.

Sementara kanal Sunnah menyiarkan kegiatan di Masjid Nabawi, Madinah juga selama 24 jam. Kaum Muslimin bisa mengikuti langsung saat-saat berbuka puasa kemudian Sholat Magrib dan tentu saja Sholat Isha yang akan dilanjutkan dengan Sholat Tarawih.

Siaran selain Sholat adalah pembacaan ayat suci Al-Qur'an dari para Qori ternama dan Imam dua Masjid Suci yang dilatar belakangi kegiatan dari dua Masjid Suci. Ditambah informasi jadwal Sholat dibanyak Negara di Dunia berupa running text.

Dibawah ini saya sertakan Link nya:

Kanal Qur'an: http://www.youtube.com/user/SaudiQuranTv

Kanal Sunnah:

Perlu dicatat perbedaan waktu antara Waktu Saudi dan Waktu Indonesia Barat yaitu 4 jam. Waktu Indonesia 4 jam lebih awal.

Untuk mempermudah berikut saya sertakan jadwal Sholat Waktu Mekkah yang di konversi dengan Waktu Indonesia Barat (WIB) untuk tanggal 21 juli 2012.

hari/tgl

waktu

subuh

dzuhur

ashar

magrib

isha

sabtu  21 juli 2012

MEK

04:25

12:28

15:43

19:05

21:05

WIB

08:25

16:28

19:43

23:05

01:05


.


Siapa yang menilai tulisan ini?

2

Inspiratif
Bermanfaat

Kapan Emirates Melirik Stadion-stadion di Indonesia?

Posted: 21 Jul 2012 11:07 AM PDT

REP | 22 July 2012 | 00:37 Dibaca: 22   Komentar: 2   1 dari 1 Kompasianer menilai aktual
13428918761708096077

Santiago Bernabeu, Stadion Real Madrid CF (realmadridwallpaper.org)

Rp.613,4 Milyar/Tahun adalah Jumlah nominal yang ditawarkan dalam proposal Emirates kepada Real Madrid untuk menambahkan kata "Emirates" pada stadion legendaris milik Real Madrid Santiago Bernabue menjadi Fly-Emirates Bernabeu atau Emirates Santiago Bernabeu.

Mengapa tidak sepenuhnya menjadi Emirates Stadium seperti milik Arsenal ? Sepertinya pihak Emirates masih mempertimbangkan dan menghormati nama Santiago Berbabeu yang sudah digunakan sejak tahun 1955. Dan fans Real Madrid pun sepertinya tidak banyak bersuara karena memahami kondisi krisis ekonomi di Spanyol dan Eropa walaupun sebenarnya keadaan Klub Real Madrid CF tidak mengalami krisis keuangan. Jumlah yang menggiurkan dan sulit untuk ditolak oleh manajemen klub.

Stadion milik Real Madrid tersebut sebenarnya pada awalnya bernama Nuevo Estadio Chamartin pada awal pendiriannya yaitu pada tahun 1944. Kemudian untuk menghormati jasa besar Presiden Real pada periode 1943-1978, yaitu Santiago Bernabeu Yeste, maka sejak tahun 1955 nama Nuevo Estadio Chamartin diganti menjadi Santiago Bernabeu hingga sekarang dan menjadi salah satu stadion terkenal di dunia. Kini datanglah tawaran menggiurkan dari pihak Emirates dengan proposal yang menggoda namun menghormati sejarah, sudah barang tentu akan menjadi tawaran yang sulit di tolak pihak Real Madrid. Emirates sendiri baru saja meneken kontrak sponsor di dada pemain Real selama lima tahun ke depan. Lengkaplah brand Emirates di kubu Real Madrid jika tawaran perubahan nama stadion pun diterima. Industri sepakbola benar-benar menggiurkan.

Kapan ya stadion-stadion di Indonesia benar-benar di benahi dan dilirik oleh investor-investor seperti Emirates? hahaha 613 Milyar bisa buat beli Hak Siar Piala Dunia secara Tunai ya… per tahun lagi wow. Emirates datanglah ke Indonesia dan liriklah stadion-stadion di sini.

A.D.P  ~ 2012

Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Aktual
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar