Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 27 Juli 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Pendidikan Agama Islam Dilupakan di UKG 2012?

Posted: 27 Jul 2012 11:38 AM PDT

Uji Sertifikasi Guru (UKG) 2012 sudah di depan mata. Rekan guru di sekolah, sibuk belajar musiman menghadapi rencana pemetaan pemerintah terhadap kompetensi guru "mendadak" ini. Pribadi saya katakan mendadak, karena kebijakan ini tidak terdapat dalam program kerja tahunan kementerian terkait.

Beberapa peraturan telah dibuat dalam rangka menyukseskan perhelatan ini. Pemerintah tampaknya tak akan main-main. Beberapa pihak juga diuntungkan, sebut saja beberapa situs yang kemudian ranknya melonjak akibat software simulasi UKG yang dibuat.

Niat pemerintah yang tertera dalam petunjuk UKG, sepertinya sangat baik dan mulia. Dari tujuan terlihat bahwa:

  1. Pemetaan penguasaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional) sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
  2. Sebagai entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru.

Program pengembangan keprofesian berkelanjutan dan penilaian kinerja guru wajib dilakukan setiap tahunnya sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru.

Sasaran UKG adalah semua guru yang mengajar di sekolah, baik guru yang bersertifikat pendidik maupun guru yang belum memiliki sertifikat pendidik,yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2012.

Dari sebagian aturan-aturan yang dibuat, tampaknya tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Masalah tempat pelaksanaan misalnya. Tiba-tiba banyak sekolah yang memiliki jaringan internet (LAN) sesuai juknis, dan malah sekolah yang sudah memiliki fasilitas seperti yang tertera, tidak ditunjuk sebagai tuan rumah sama sekali. Hal ini terjadi mudah-mudahan hanya di kabupaten tempat tinggal penulis.

Namun ada hal menarik jika melihat dari Juknis yang dikeluarkan website bpsdmpk.kemdikbud.go.id/ukguru. Di situ disebutkan bahwa:

Peserta UKG adalah seluruh guru baik yang memiliki sertifikat pendidik maupun yang belum memiliki sertifikat pendidik. Jumlah total peserta UKG untuk guru bersertifikat pendidik 1.006.211 orang, dan guru belum bersertifikat pendidik 1.015.087 orang.

Namun, dalam kisi-kisi UKG yang dikeluarkan, tidak terdapat kisi-kisi untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Akses tanggal 25).

Penulis mencoba menanyakan kepada dinas terkait (Dinas Pendidikan Kabupaten, dan Kementerian Agama Kabupaten). Namun, sampai hari ini belum ada pernyataan resmi dan klarifikasi mengenai hal tersebut.

Ada apa dengan Guru Pendidikan Agama Islam, dan atau bidang studi pendidikan Agama Islam sendiri?, apaka terlupakan?, sudah dianggap kompeten, sehingga tidak perlu diuji lagi, atau malah sebaliknya?.

Penulis mencoba berpikir positif, bahwa ada hal lain, meski perlu informasi lebih lanjut. Mudah-mudahan pembaca bisa membantu.

Sebelumnya telah ditulis di Blog pribadi

Tidak adil.. Indonesia Belajar Terus, Malaysia Gak Pernah Belajar

Posted: 27 Jul 2012 11:38 AM PDT

REP | 28 July 2012 | 01:33 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Sungguh Takdir yang Tidak adil, kenapa Indonesia selalu dapat Pelajaran sedangkan Malaysia tidak pernah Belajar?? setiap bertanding dengan indonesia, malaysia selalu memberikan pelajaran yang berharga, les privat gratis tanpa dipungut biaya,  selalu diberikan kepada Timnas indonesia, tapi kenapa Timnas indonesia tidak pernah tahu apa arti kata terima kasih, bahkan tidak pernah menghargai pelajaran yang diberikan Timnas Malaysia.

Paling tidak sesekali membalas budi dengan memberikan pelajaran juga.. timnas indonesia jika gagal sangat enak sekali bicara alasannya.. hanya kurang beruntung, kalah kualitas, masih dalam proses, pemain masih minim pengalaman dan kurang jam terbang, lain kali harus lebih baik, lain kali pasti akan dibalas,  gara2 KPSI, Dualisme liga, digaganggu terus kekuasaanya,  pemain tidak lengkap..atau banyak lagi. dan akhirnya bisa menjadi sebuah kamus ALASAN JIKA NANTI KALAH karena tidak terbatasnya kosa kata alasan kalah dan jadilah sebuah KAMUS yang hanya dimiliki indonesia

seandainya semua masalah diatas dapat diatasi apakah kamus tersebut akan dijual kenegara lain?? supaya adil dan semua negara diseluruh dunia bisa merasakan memakai dan menggugunakan kamus ALASAN JIKA NANTI KALAH

Hal ini sangat tidak adil bagi Malaysia atau negara lain, karena tidak mempunyai KAMUS selengkap itu yang hanya  dimiliki oleh Timnas Indonesia, jika malaysia kalah atau negara lain kalah pasti federasinya atau suporternya bingung mau buat alasan apa.. karena tidak memiliki alasan yang sesuai dan selengkap Timnas Indonesia..

jadi saat ini masih adakah KEJUJURAN  dan FAIR PLAY kah  yang dimiliki Timnas Indonesia tanpa harus berbuat curang membuat persiapan kamus seperti itu saat melawan negara lain jika memang masih punya HARGA diri kenapa tidak pakai cara FAIR PLAY saja???

MENUNGGU TIMNAS INDONESIA TIDAK CURANG MEMAKAI KAMUS ITU HARUS TUNGGU BERAPA PULUH ATAU RATUSAN TAHUNKAH???


Siapa yang menilai tulisan ini?

Mengenang Tragedi 27 Juli.

Posted: 27 Jul 2012 11:38 AM PDT

27 July, 16 tahun silam terjadi sebuah Tragedi di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Kerusuhan ini merenggut 5 nyawa, 149 luka-luka. Komnas HAM menyatakan bahwa telah terjadi sejumlah pelanggaran HAM. Namun, sampai sekarang belum ada titik terang kasus ini, dan sampai saat ini juga belum ada satupun tersangka yang digiring ke meja Pengadilan.

Tragedi Berdarah ini berawal dari ketidaksetujuan Orde Baru dengan terpilihnya Megawati Soekarno Putri menjadi Ketua Umum Partai. Soeharto ingin mendudukan kembali Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Akhirnya ada ribuan massa yang diduga digerakan oleh Soerjadi maupun orde Baru untuk mengambil paksa Kantor yang terletak di Jlan Diponegoro tersebut.

Tidak terima, pendukung Megawati melakukan perlawanan, bentrokan pun tak terelakan yang berujung pada korban jiwa. Menurut laporan Komnas HAM, aksi penyerbuan tersebut merupakan garapan Markas Besar ABRI dan Kasdam Jaya. Fakta serupa juga terungkap dalam Dukomen paparan Polri tentang penyelidikan Kasus 27 July di Komisi I dan II DPRRI pada Tahun 2000 lalu.

Pasca tumbangnya Orde baru pengadilan koneksitas digelar, tepatnya pada masa kepemimpinan Megawati. Namun, hanya seorang buruh buruh yang terbukti mengerahkan masa. Sedangkan, gembong besar yang merupakan otak di belakang penyerbuan tersebut tidak pernah dihadirkan di persidangan.

Menurut rilis Tribun news (edisi petang 27/07) Tanggal 24 Juli 1996 terjadi pertemuan di Kodam Jaya dipimpin oleh Kasdam Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono dan memutuskan penyerbuan kantor PDI Pro Mega akan diambil alih Kodam Jaya. Peristiwa 27 Juli 1996 tidak berhenti pada penangkapan dan pengadilan massa PDI Pro Mega saja, tetapi berdampak luas terhadap penangkapan para aktivis pro demokrasi.

Masih banyak pelanggaran HAM berat di Negara ini yang masih terendap dan belum ada itikad baik pemerintah untuk memproses pelakunya. Sebut saja, Tragedi Tanjung priok pada 1983, Warsidi Lampung pada tahun 1989, DOM Aceh serta tragedi Semanggi. Kayaknya bangsa yang dikenal beradab dan berbudaya mengamini perlakuan, pengrusakan bahkan pembunuhan yang telah dilakukan Oknum-oknum yang berkuasa pada masa lampau.

13434136611656613534

Sambutan Mewakili Keluarga, Padahal Nggak Kenal”

Posted: 27 Jul 2012 11:38 AM PDT

Peristiwa itu terjadi 9 tahun yang lalu, kebetulan bertepatan dengan bulan puasa. Saat itu saya masih serumah dengan mertua di PMI (Pondok Mertua Indah).  sepulang dari kantor,  baru  5 menit menginjakkan kaki di rumah, tiba-tiba saya didatangi Pak RW, diminta untuk memberi sambutan mewakili keluarga, dalam upacara pemakaman jenazah. Berhubung upacara segera dimulai, saya tidak bisa menolak. Meski sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa saya selama ini belum pernah kenal sama sekali dengan lelaki yang meninggal tersebut.

Dalam sambutannya, menggunakan bahasa Jawa "kromo Inggil, saya menyampaikan permohonan maaf almarhum dan memohon kepada para pelayat sudi kiranya mendoakan kepergian almarhum.
" Ing mbok bilih nalika sugengipun, almarhum kagungan khilaf  saha lepat dumateng para pambela sungkawa, saestu keluarga namung saget nyuwunaken lumunturing sih pangaksami ( jika selama hidupnya, almarhum punya banyak kesalahan  dengan para pelayat, keluarga hanya bisa memintakan maaf)

Setelah prosesi pemakaman selesai, saya kemudian ngomong kepada mertua, bahwa sejujurnya saya belum pernah kenal, apalagi melihat wajah lelaki yang meninggal itu. Mertua saya kaget.
" Lho tadi kok sepertinya hafal benar dengan tabiat almarhum ?" tanya mertua saya
" Ya, cuma mengira-ira saja….toh kalau kita mendoakan kepada siapa pun juga, tentunya harus yang baik-baik" jawabku.

Padahal, maaf, saya baru tahu kemudian, bahwa lelaki itu meninggal  karena sakit yang cukup lama, akibat liver yang dideritanya bengkak. Karena selama hidupnya, dia adalah seorang pemabuk kelas berat.

Ramadhan, Hujan Hikmah dan Hidayah

Posted: 27 Jul 2012 11:38 AM PDT

13434122411629452279

gambar : artikel renungan kisah motivasi

Jika dahulu, sewaktu Saya kecil Ramadhan identik dengan suka cita meramaikan masjid. Begitu banyak kegiatan yang diadakan di masjid dekat rumah. Dari mulai pesantren kilat hingga berbagai perlombaan semacam MTQ, menulis kaligrafi dan berbagai kegiatan Islami lainnya. Jika bedug magrib berkumandang, selain nikmatnya berbuka bersama keluarga, suka citanya lebih besar kepada semangat berangkat tarawih. Keinginan untuk duduk di shaft terdepan seperti mendapati gelar juara pake bangett! *walaupun sampe masjid biasanya becanda terus sama teman-teman hehee…

Sungguh bersyukur diperkenankanNya Saya untuk merasakan itu semua. Namun kini, Saya rindu suara mengaji anak-anak yang terdengar melalui mikrophon masjid dan mushala. Saya rindu dengan riuh semangat anak-anak ke masjid, walaupun ada beberapa anak yang ke masjid hanya untuk bercanda dan tertawa ketika tarawih, tetap saja saya merasa masjid mulai temui keterasingannya. Ketika Anak-anak dan para orangtua lebih asik duduk-duduk di depan televisi, mengunyah sinetron , kartun dan persembahan media lainnya. Ketika masjid seperti memiliki kriteria kekhususan usia, 50 tahun ke atas. Ketika imam masjid dan mushala lebih menghargai kuantitas ketimbang kualitas dari rakaat tarawih, shalat menjadi olahraga penghasil keringat ngucurr… sayapun rindu akan tu'maninah dalam shalat… (sebuah puisi Tu'maninah Ramadhan)

Lelah dengan "Imam Kejar Setoran" (seperti diungkapkan Pak Bain Saptaman), sayapun beranjak ke masjid lain, mencari tu'maninah yang disembunyikan Tarawih Ramadhan di masjid-masjid besar. Saya menjadi lebih rutin untuk shalat di Masjid Attin, selain imamnya yang syahdu dalam membacakan ayat-ayat cintaNya, juga seakan ada relung dalam diri yang mengenali "inilah Ramadhan". Namun tetap saja dua sisi manusiawi selalu berdampingan. Ramai sekali masjid Attin kala itu, di dalam masjid yang tarawih asyik menikmati kerinduan akan persembahan kepada Yang Maha Menguasai kehidupan. Di luar masjid yang berjualan tak kalah khusuk menanti pembeli datang, ramai sekali hingga mirip pasar kaget. Di taman-taman luar masjid, juga tak kalah ramai, serangkai demi serangkai orang duduk-duduk santai, tersebar di seputaran lingkup masjid. Ada yang asik ngobrol dengan pasangannya, ada yang duduk berdua namun sibuk dengan alat komunikasinya masing-masing, ada yang memilih menjadi makmum shalat tarawih di taman luar masjid, mengikuti komando imam melalui mikrophon yang terdengar sepenjuru lingkup masjid. Ada juga yang hanya duduk menyendiri menikmati desir angin malam.

Oh ya, karena kesehatan mama yang kurang berkenan untuk mengikuti tarawih hingga dua puluh tiga rakaat, maka kami memutuskan untuk mengikuti delapan rakaat pertama dan memilih mengerjakan witir di rumah. Uniknya di masjid Attin, setelah rakaat ke delapan, jamaah terpecah menjadi dua imam. Imam yang satu melanjutkan tarawih hingga dua puluh tiga rakaat dan imam yang lainnya menggeser barisan jamaah ke belakang untuk melakukan shalat witir berjamaah. Imam 23 menggunakan pengeras suara, Imam witir seadanya saja mengimami tanpa pengeras suara, saya memilih untuk witir di rumah, karena Imam witirnya nda terdengar suaranya, nanti saya malah jadi ngikutin Imam 23, huehueeehueee… boleh dibilang, jamaah 23 dan 8 hampir sama banyaknya.

Di sepanjang perjalanan pulang, saya menemukan rumah-rumah makan, restoran pinggir jalan, pasar kaget di seputaran MNC TV, ramainya melebihi riuh rindu manusia di masjid. Belum lagi mal-mal yang penuh, parkir bejubel, kasir antri, banyak sekali manusia di mana-mana. Yang mencari amal Ramadhan, yang mencari rejeki, yang menikmati kebersamaan reuni bukber, yang terjebak kemacetan, yang terpenjara dalam rutinitas pekerjaan, semuanya sudah memilih caranya menikmati malam-malam Ramadhan yang hadir kembali di tahun ini. Masing-masing sudah dibentangkanNya jalan kehidupan. Ahh… beragamnya kehidupan ini, Saya bersyukur diperkenankan untuk menikmati keindahan harmoni interaksi manusia ini.

Sebuah kisah yang saya temukan terserak di belantara dunia maya, semoga melengkapi posting sederhana ini untuk diambil hikmahNya. (Sumber : FB artikel renungan kisah motivasi)

Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit. Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang itu pertama mulai bertanya,

"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa2 besar atau orang yang mengerjakan dosa2 kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa2 kecil."jawab Abu Nawas.

"Mengapa ?" kata orang pertama.
"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.

Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.
Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan diatas.

"Orang yang tidak mengerjakan keduanya". Jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang kedua.
"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan".

kata Abu Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna dan memahami jawaban Abu Nawas tersebut.

Orang ketiga pun bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti diatas. Abu Nawas lalu menjawab; "Orang yang mengerjakan dosa2 besar".
"Mengapa?" kata orang ketiga.
"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu". jawab Abu Nawas.

Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
" Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?".
" Manusia itu dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati".

"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas. " Anak kecil yang melihat bintang dilangit, ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata".

"Apakah tingkatan otak?" tanya murid Abu Nawas.

" Orang pandai yang melihat bintang, ia mengatakan bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan." jawab Abu Nawas.

"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.

" Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar, melainkan dengan ke Maha Besaran Allah."

kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban Yang berbeda.

_____________________________

Dengan segala kuasaNya, manusia memiliki keberagaman bersikap, berperilaku dan pola berpikir. Bintang di langit malam, bisa dipersepsikan berbeda bagi masing-masing kepala, bergantung bagaimana mereka memahamiNya. Karunia indera, mata-hati-telinga-perasa-peraba menjadi nikmat tak ternilai yang diamanahkanNya kepada manusia sebagai bekal menjalin persepsi akan apapun yang ingin dipahaminya. Ramadhan semacam "hujan" hikmah dan hidayah, akan menderas membasahi hati, atau hanya akan menjadi kelanjutan kerontang kemarau-kemarau sebelumnya, hanya bagaimana kita memahami tujuan dari kehidupan ini.

Selamat menikmati hidangan Ramadhan yang tersisa, semoga menjadi Ramadhan terbaik bagi waktu yang telah terlalui.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar