Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 07 Februari 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Cinta

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

Seru nih, pro PSSI vs pro KPSI

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

OPINI | 08 February 2013 | 03:12 Dibaca: 2   Komentar: 0   Nihil

Salam…selama ini saya lbih suka mengikuti berita2 perkembangan sepakbola di media online, khususnya sepakbola eropa. Justru perkembangan sepakbola negeri sendri terus terang sya kurang mengikuti, bukan masalah nasionalisme tetapi lebih kepada image yang sudah terbangun di otak saya bahwa sepakbola Indonesia (liga) isinya cuma mafia, korupsi, pengaturan skor, tawuran dlll…pokoke negatif. sorry yeee, blh dong beda pendapat :))).

Ketika kisruh sepakbola tentang adanya dualisme kepengurusan ramai diperbincangkan dan di angkat diberbagai media, saya menjadi berpkir "ini pasti seru" dan menarik untuk diikuti. Kalau dulu ada 2 pihak antara (NH cs yang tidak mau dilengserkan vs masyarakat pecinta bola yang mau melengserkan:), namun untuk yang sekarang saya melihat ada 4 pihak yang berkepentingan yakni pro PSSI, pro KPSI, pemerintah (Menpora) dan masyarakat pecinta bola. Pro PSSI vs pro KPSI jelas, karena merekalah yang sedang bertikai dan menjadi lakon dalam kekisruhan ini. Dan pemerintah yang seharusnya netral tetap saja (dari dulu) mau ambil bagian dengan dalih untuk menyelesaikan konflik atau mungkin punya kepentingan lain, entahlah….bagaimana dengan masyarakat pecinta bola? mereka termasuk saya, mungkin bingung harus  memihak siapa atau mungkin  malah tidak memihak siapa2. Tapi yang pasti tetap berharap konflik ini berakhir dan Timnas Indonesia menjadi lebih baik lagi. amin. Namun saya akui bahwa dengan adanya konflik ini, saya menjadi tertarik juga untuk menonton pertandingan IPL maupun ISL walaupun tidak intens.

Di hampir sebagian besar media online pada kanal sepakbola indonesia, selalu terjadi perdebatan antara pro PSSI vs pro KPSI. Namun yang paling membuat saya tertarik adalah perdebatan antara pro PSSI vs pro KPSI yang ada di kanal bola Kompasiana ini, karena perdebatannya cerdas, selalu disertai dengan bukti2 atau sumber yang menjadi rujukan dari argumentasinya. Namun demikian, benar atau tidaknya argumentasi yang disampaikan, tetap saja diperlukan kebijaksanaan pembaca dalam memahami, memaknai dan menganalisanya. Antara pro PSSI vs pro KPSI ini, masing-masing kubu sangat getol dalam mempertahankan argumentasi yang mereka ungkapkan. Saya melihat tidak ada kata menyerah karena mungkin menurut mereka ini menyangkut gengsi, harga diri atau bahkan mungkin materi entahlah egp.. dan saking serunya, tak jarang perdebatan menjadi sangat keras, kasar, penuh umpatan, hinaan dan caci makian. (tp biar saja itu urusan mereka..)

Saya pribadi tidak memihak siapa2, saya hanya masyarakat pencinta bola yang sedang menonton hiburan seru dan gratis dikanal bola kompasiana ini sambil minum kopi, rokokan dan menikmati pisang goreng yang sudah mulai dingin :))))

salam

Siapa yang menilai tulisan ini?

Sesederhana Coklat

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

OPINI | 08 February 2013 | 03:07 Dibaca: 30   Komentar: 0   Nihil

Belum sampai dua jam apa lagi empat belas. Menyimak sekumpulan teman, bicara tentang hal berguna apa yang bisa di-nyata-kan di harinya bulan dua tanggal empat belas. Semangat menyimak tentunya yang diperlukan hanya diam,pasang mata, pasang telinga dan tidak perlu pasang kuda-kuda. Kalaupun bicara, yang keluar kira-kira cuma dua sampai empat belas kata.

Saya rasa, orang kebanyakan sudah cukup mengerti atau paling tidak pernah mendengar tentang hari kasih sayang. Untuk momen ini, tidak sedikit pula orang yang dari jauh-jauh hari sudah mempersiapkan sesuatu untuk diberikan kepada mereka yang di sayang  atau kekasih. Ini sudah membudaya di kalangan kita.  Tidak memungkiri, dulu sewaktu SMA saya mengalaminya. Yang ada di pikiran saat itu, menurut saya inilah waktu yang pas untuk memberikan sesuatu kepada pacar biar dibilang romantis. Dan pikiran saya pun sesempit dompet yang isinya bila dihitung-hitung hanya cukup untuk satu batang coklat.

Bisa dibilang hari kasih sayang hampir identik dengan coklat. Ini versi saya yang sekali lagi jaman dulu waktu masih pantas pakai baju putih abu-abu. Bukan berarti pula " saya sayang kamu, maka saya kasih kamu coklat". Tidak seperti itu. Selain karena ikut-ikutan saja, membawakan pacar sebatang coklat saat ngapel memang hal paling romantis yang pernah saya lakukan selama  kami menjalin hubungan. Sebelumnya, selama bertemu kami lebih sering membicarakan masalah pelajaran dan Pekerjaan Rumah untuk dikerjakan bersama. Sulit dibedakan antara ngapel dengan belajar kelompok.

Ganti tahun, berubah pula pemahaman tentang hari kasih sayang. Kami lebih terbiasa saling menyayangi meskipun bukan di hari kasih sayang. Dan sayangnya, kenapa juga saya masih bawa coklat seperti tahun lalu. Ternyata meskipun sesederhana coklat dan kebetulan cuma setahun sekali saya membelikannya, Ini menjadi simbol bahwa kita sesekali perlu memberikan sesuatu untuk lebih menunjukkan rasa sayang kita, meskipun kekasih atau orang yang kita sayangi benar-benar tahu bahwa memang kita sangat menyayanginya.

Yang pernah merayakannya, valentine day menjadi secuil cerita, menyita memori kepala, membawa kita larut dalam romantisme saat itu. Mereka yang masih muda, atau pernah muda, hari itu seakan berwarna merah muda.

Siapa yang menilai tulisan ini?

Stress No Way ! walau Target drop…Masih Bahagia

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

suatu kali penulis tercengang-cengang saat beruntung bisa makan satu meja dengan para empu yang melahirkan menejer-direktur  terkemuka di negeri. mereka inilah sarang ilmu yang menginspirasi kelahiran pola pikir  para eksekutif level atas akan pentingnya integritas dan kuatnya determinasi mencapai target tertinggi."Kalau dipikir-pikir, kita-kita ini yang salah, lantaran memberi virus agar mereka terus mengejar tahunan yang terus dipertinggi, setinggi mungkin, sampai nyaris tak tercapai. kalau pun tercapai korbannya kebahagiaan keluarga…", tutur salah seorang simbah mentor menejer itu.

Hah?!

bukanlah logika umum institusi yang profit oriented, maupun yang low profit, atau yang nirlaba sekalipun, seperti  sudah menjadi ritual suci, setiap jelang tutup tahun menggelar raker (rapat kerja), rakor (rapat koordinasi), renstra (rencana strategis) tahunan. apapun alasannya, sellau yang dikejar angka kuantitas yang lebih tinggi dari kemarin. disitu ukuran kesuksesan lembaga itu. lalu bila setelah tutup tahun dievaluasi , ternyata pencapaiannya mencapai diatas 100 persen, berarti semua berhasil, apalagi kalau bisa melebihinya, pasti ganjaran bonus menanti diterima, bertubi-tubi.

ada komisi, insentif, bonus gaji ke-13 , ke 15 dst, bisa juga berupa tawaran jalan-jalan ke Singapura hingga Roma …

sungguh anak-anak muda di negeri ini  yang sudah berbari di jajaran profesional, bersikejar dengan lincahnya, memburu target lebih tinggi dan tinggi lagi. sampai waktu kerja yang 8 jam dirasa kurang, boleh ditambah 10 jam, atau 24 jam pun masih dirasa kurang. kalau perlu kos di kantor atau gila-gilaan klejar target di lapangan.

begitulah setelah semua terlampaui, menejemen bergerak cepat membayar semua jerih lelah itu dengan bayaran yang menggiurkan. tapi lalu apa gunanya semua bonus itu, bila jodoh tak terkejar lagi, karena masa lajang habis untuk gila-gilaan menjadi jongos target kantor. dibawa pulang pun, anak-anak sudah tak ada yang melek karena lelah menunggu ayah dan ibu pulang, karena nyaris selalu lembur. labih sial lagi kalau anak-anak berperilaku buruk di luar dan menyusahkan sampai melanggar hukum bahkan,,,

lalu apa guanaya semua tumpukan materi itu?

bukankah kita mengejar hantu

hantu yang kita ciptakan sendiri?

target-target marketing, keuntungan perusahaan, dampak luasan pengaruh yang lebih luas, bukankah rekaan kita sendiri. mestinya kita berbahagia bila itu tercapai?

nyatanya seringkali tidak.

kebahagiaan lari

justru disaat pencapaian sukses  tercapai…

semua sisi dunia seolah meninggalkan kita pacar, anak-anak, istri, suami, orang tua, mereka semua tesenyum menerima bingkisan hasil kerja keras kita, tetapi hatinya menangis…lantaran kehilangan kehangatan dan perhatian kita selama ini.selama tahn berjalan kemarin.

nah jadi apa yang lebih penting?

tumpukan materi segunung?

atau tumpukan segelas kebahagiaan?

sulit menjawabnya, karena ini menyangkut ego terdalam kita. konon kita ini hidup untuk sukses. siapa yang tak suskes harus hidup di sisi lain dunia. di relung gelap labirin bumi.

banyak yang stres lantaran dirinya, tim-nya, kantornya tak mencapai target tahunan kemarin. haruskah menyesali semuanya? stres? depresi? no way !?

biarkan kegagalan itukita terima, diketahui orang, tim lain. biarkan.terima dengan rileks

sadaralah bahwa kita lupa menghitung faktor penting dalam hidup selain sekedar target tinggi, yaitu KEBAHAGIAAN. kebahagiaan keluarga di rumah. kebahagiaan teman satu tim, satu kantor. bilakegagalan diteriam dengan hati yang lapang, senyum yang sportif. mengapa harus susah hati.

banyak orang gagal hari ini.

di Amerika Eropa saja, tak terhitung pengusaha gulung tikar. usaha kita bisa bertahan saja, sudah teramat bagus. apalagi bila dalam masa hibernasi ini,kita berhasil mengumpulkan elemen penting dari sebuah tim di kantor, yaitu: empati, kebersaman, kesegaran humor yang saling menghibur, keperduliaan yang saling menguatkan menyemangati. kenapa mesti bersedih.

senyumlah

esok hari yang beda

bulan yang beda

tahun yang

kesempatan merengkuh hasil tertinggi akan datang pada individu-tim-organisasi yang paling rapi barisan shaf-nya.

majulah insan kuat negeriku.

libas semua negeri tetangga, dengan prestasi dan ketulusan untuk ebrbahagia, bukan kejumawaan atau ego pribadi.

salam 45 !

Menakar Kekuatan SBY vs Anas

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

Tadi malam (7/2), SBY memanggil para Sengkuni yang mengawaki 'penggulingan' Anas sebagai Ketua Umum. Materi yang dibahas dalam pemanggilan itu kira-kira seputar  perkembangan lapangan. Yang menarik adalah, juru bicara Sengkuni bukan lagi Jero Wacik, tapi beralih ke Syarif Hassan. Apakah ini berarti Jero Wacik tidak perform dalam pandangan SBY sehingga harus mengganti juru bicara ke Syarif Hassan? Agaknya demikian.

Sebelum pertemuan di Cikeas, Anas Urbaningrum kedatangan tamu dua televisi swasta nasional (TVOne dan Metro TV). Katanya, program LIVE Ekslusif. Dalam wawancara itu, Anas sepertinya mengingatkan para senior nya di Demokrat untuk solid dan mematuhi aturan main partai. Sepertinya Anas memberi isyarat, bahwa dibelakangnya juga memiliki kekuatan yang patut diperhitungkan. Anas menyinggung bahwa impeachment atau pelengseran presiden dari jabatan juga harus mematuhi aturan main.

Pertanyaannya, seberapa kuatkah SBY dan Anas?

SBY menganggap bahwa ia sebagai pendiri partai, sebagai Ketua Majelis Tinggi, sebagai Ketua Dewan Pembina, dan sebagai Presiden, masih memiliki kekuatan untuk mengendalikan partai. Kader-kader dari pusat sampai anak ranting, dipercayai masih akan mendukung SBY. SBY diyakini masih kuat. Paling tidak, itulah masukan-masukan yang diterima SBY dari para Sengkuni. Karena itu, dengan lantang Jero Wacik, Syarif Hassan, Ruhut Sitompul dkk menginginkan SBY mengambil alih kepemimpinan partai. Dalam bahasa komunikasi politik, mengambil alih itu = menggulingkan Anas. Orang-orang disekeliling SBY meyakini bahwa SBY masih memiliki magnet perekat bagi kader partai. Dengan magnet perekat yang dimiliki itu, rasanya tidak apa-apa jika Anas digulingkan atau dikriminalisasikan. Muncullah kemudian pernyataan-pernyataan dari tokoh senior partai yang mendorong-dorong KPK agar segera menjadikan Anas tersangka.

Disisi lain, Anas membeli isu penggulingannya dari Jabatan Ketua Umum itu dengan himbauan agar seluruh kader kompak dan bersatu. Anas mengingatkan agar kader konsentrasi menghadapi Pemilu 2014 yang akan datang. Ia juga menghimbau agar kader partai mematuhi aturan main partai.

Lemahkah Anas menghadapi kekuatan SBY? Sebenarnya tidak. Jika ditakar kekuatan SBY-Anas, sepertinya SBY tidak akan berani menggulingkan Anas dengan melanggar konstitusi partai. SBY pun sepertinya tidak akan berani berhadapan terang-terangan untuk memaksa Anas mundur. Mengapa? Setidaknya ada 2 kekuatan Anas yang perlu dihitung SBY;

1) Anas memiliki ratusan ribu kader loyalis di dalam Partai Demokrat. Kader loyalis ini umumnya anak-anak muda yang kritis dan lebih berani menghadapi tantangan. Semangat mereka biasanya semangat pejuang. Jika Anas dipaksa mundur, internal Partai Demokrat pasti akan goyah. Pada pemilu 2014, peroleh suara partai itu mungkin jauh lebih rendah dari hasil survei SMRC.

2) Anas diam-diam didukung oleh barisan organisasi massa terbesar di republik ini. NU, Muhammadiyah, KAHMI, HMI, Kelompok Cipayung. Barisan kader organisasi ini tersebar ke semua partai politik dan pemerintahan, termasuk para penegak hukum. Jika kali ini Anas yang jadi pesakitan, para pendukung Anas itu tentu tidak akan tinggal diam. Giliran berikutnya bisa saja SBY dan para pengikutnya yang akan jadi pesakitan.

SBY tentu sedang menghitung-hitung kekuatan itu. Hasil pertemuan Majelis Tinggi nanti malam (8/2) akan sangat ditentukan oleh hasil hitung-hitungan SBY dalam melihat kekuatan Anas.  Salah hitung akan berakibat fatal bagi SBY.

Seperempat Malam Dalam Rindu

Posted: 07 Feb 2013 12:30 PM PST

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar