Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 12 Februari 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Akar kemiskinan, beras murah…!!!

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

Sebagai pecandu kopi dan rokok, saya kadang merasa berdosa juga pada keluarga, mereka yang saya perjuangkan dengan keringat mengucur tiap hari, selalu juga saya racuni ketika malam tiba, khususnya dengan asap rokok. Maka ketika keinginan ngopi dan merokok sudah tidak bisa saya kuasai, maka saya segera keluar rumah untuk ngopi dan ngerokok di warung kecil tidak jauh dari rumah.

Di warung aki (sebutan kakek dalam bahasa sunda), kami sudah membentuk komunitas sendiri, aki sudah tahu, jika kami sudah duduk, maka itu alamat akan lama, kopi yang kami pesan itu, biasanya akan habis setelah dua sampai tiga jam, mengapa bisa begitu? Karena sambil ngopi, kami biasanya ngobrol ngalor-ngidul.

Malam ini, kami membahas kenapa masyarakat kita kok miskin? Padahal kandungan material tambang diperut bumi begitu kaya, tanah dipermukaan begitu subur, tetapi ekonomi masyarakat, mengapa begitu memprihatinkan.

Mengapa Indonesia miskin? Karena Presidennya orang Jawa, coba lihat Singapore, Jepang, Brunei dan Thailand? Mengapa mereka tidak miskin, karena Presidennya bukan orang Jawa. Kata teman saya, memulai berkata serius, tetapi karena kami sudah tahu, prilaku teman yang suka bergurau ini, maka kamipun tidak kaget, bahkan kami semua tertawa, ada kecerdikan di kalimat kawan itu, dengan mempermainkan analogi yang menyesatkan.

Kalau saya, berpendapat lain, karena harga beras murah…, coba liat harga beras di Jepang, coba liat harga beras di Singapore, coba liat harga beras di Saudi, semuanya mahal, dan mereka semuanya makmur, jadi pendapat saya, akar kemiskinan itu, karena harga beras murah, andai saja harga beras kita, semahal di Jepang, tentu tingkat kemakmuran kita sama dengan Jepang. Atau jika saja harga beras kita semahal di Singapore, tentu kita akan semakmur Singapore. Sekali lagi, kami tertawa lepas, baru saja diskusi kemiskinan dimulai, sudah dua orang yang membuat banyolan, gimana kalau diskusi ini diteruskan? Tentu semakin banyak banyolan yang keluar.

Saya tidak becanda, kata kawan tadi meneruskan kalimatnya, tidak ada senyum diwajahnya, nampaknya dia bicara serius. Ketika beras raskin (beras yang dijual murah untuk orang miskin) datang, maka berlomba-lombalah orang kampong kita mengaku sebagai orang miskin, walaupun mereka memiliki sawah cukup dan beras cukup, tetapi beras yang dimilikinya, dijual ke Pasar, dengan harga pasar, lalu mereka membeli beras raskin untuk di konsumsi, mengapa demikian? Karena ada keuntungan disana, yakni dari selisih harga antara beras yang dijual dengan harga beras raskin.

Apa artinya ini? Artinya, dengan adanya beras raskin, tiba-tiba saja, jumlah penduduk miskin bertambah, tiba-tiba saja ada sekelompok orang yang mengalami degradasi moral, mengambil kesempatan dalam kesempitan, yang ujung-ujungnya akan melahirkan sifat malas dan culas. Demikian kawan tadi mengakhiri kalimatnya.

Lalu bagaimana sikap Pemerintah sebaiknya? Bukankah tujuan Pemerintah baik, dengan menyalurkan raskin akan menolong mereka-mereka yang miskin. Tanya saya pula, ingin tahu, solusi yang ditawarkannya.

Iya…. Hentikan beras raskin, bahkan kalau perlu harga beras dinaikkan dua kali lipat dari harga yang sekarang. Dengan harga yang sekarang saja, petani sudah kewalahan, karena biaya untuk bibit dan pupuk saja sudah demikian tinggi, ditambah waktu tiga atau empat bulan kemudian, agar panen dapat dilaksanakan. Ketika padi yang mahal ini dijual ke Pasar, maka harga pasar rendah, margin yang diperoleh demikian tipis, akibatnya petani tetap miskin, pekerjaan bertani sudah tidak menjanjikan lagi, anak-anak petani, sudah tidak berminat meneruskan pekerjaan orang tuanya, mereka lebih suka menjadi buruh pabrik di kota. Penghasilan buruh yang minim, tetap menjadikan mereka kaum urban yang miskin, kemiskinan hanya dipindahkan dari desa ke kota, tetapi hakekatnya tetap sama, tetap miskin, dilain pihak Negara sangat dirugikan, karena berkurangnya komunitas penghasil makanan pokok rakyat Indonesia. Padahal kalau saja harga beras dinaikkan dua kali lipat dari harga sekarang, maka petani akan makmur, anak-anak mereka yang sudah terlanjur jadi buruh pabrik di kota akan segera pulang, menggarap sawah, memakmurkan negri, menjadikan Negara ini swasembada pangan. Jadi, saya berkesimpulan, akar kemiskinan itu, karena harga beras yang murah. Demikian kawan ini menyudahi penuturannya, terlihat malam ini dia begitu cerdas, jalan pikirannya seakan benar, padahal masih banyak variable-variabel penyebab kemiskinan yang luput dari perhatiannya. Tetapi karena niat awal saya tadi hanya ngopi dan merokok, maka saya tidak banyak membantah dan memberi masukan.

Saya liat kopi saya sudah mulai kandas, pada batang terakhir dari rokok yang saya hisap, sayapun segera mohon diri, disepanjang jalan menuju rumah, saya masih mengingat ucapannya, akar kemiskinan itu, karena harga beras yang murah ….. Wallahu A'laam

angka togel

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

Jadikan Teman

  |  

Kirim Pesan

Sujud syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT dan saya sekeluarga sangat berterimakasih banyak kepada (KI MANDALA ) atas bantuannya saya bisa menang togel dan nomor ghoib yang diberikan AKI alhamdulillah BENAR2 berhasil..karna sekarang ini kehidupan saya jauh lebih baik dari sebelumnya dan semua utang2 saya sudah pada lunas semua,,!!! jika anda mau bukti bukan rekayasa silahkan hubungi KI MANDALA di (0_8_2_3_4_8_9_8_5_7_1_4) ini lah kisah nyata dari saya

OPINI | 13 February 2013 | 02:31 Dibaca: 2   Komentar: 0   Nihil

Sujud syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT dan saya sekeluarga sangat berterimakasih banyak kepada (KI MANDALA ) atas bantuannya saya bisa menang togel dan nomor ghoib yang diberikan AKI alhamdulillah BENAR2 berhasil..karna sekarang ini kehidupan saya jauh lebih baik dari sebelumnya dan semua utang2 saya sudah pada lunas semua,,!!! jika anda mau bukti bukan rekayasa silahkan hubungi KI MANDALA di (0_8_2_3_4_8_9_8_5_7_1_4) ini lah kisah nyata dari saya

Pagi Yang Menutup Hati

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

Anas Tijitibeh

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

SBY ambil kendali Partai Demokrat. Mengetati aturan dan ancam pecat yang tidak sepaham. Anas disuruh fokus kasus Hambalang. Benarkah ini solusi mengatasi problem internal partai, atau puncak kejengkelan SBY yang selalu gagal menjerat Anas? Bagaimana pula Anas menyikapi ini?

Anas kembali dihajar. Ini bukan kali pertama. Jika faksi Anas yang kini semakin kuat melakukan perlawanan, Partai Demokrat tidak sekadar kalah dalam pemilu mendatang, tetapi bubar. Azas tijitibeh jadi nyata. Mati siji mati kabeh mengancam partai ini. Harakiri?

Partai Demokrat tak kunjung tenang. Partai ini terus gonjang-ganjing. Faksi yang ada saling mencari salah. Dan itu yang mengusik partai ini tetap berseteru. Tidak perduli di tahun penting mendekati pemilu, dimana setiap partai sedang merekadaya untuk padu.

Pangkal ribut ini kali soal hasil sigi rendahnya tingkat elektabilitas Partai Demokrat. Kemerosotan itu sebenarnya aksiomatif. Partai bermasalah pasti akan ngunduh wohing pakarti. Memanen yang ditanam. Mengalami penurunan tajam.

Sayangnya, penurunan itu bukan tunggal penyebabnya, tetapi multi. Kader banyak terlilit korupsi, SBY yang mendekati akhir jabatan, dan tentu, 'manajemen konflik' yang tetap diuri-uri dalam partai ini adalah masalah yang memperpuruk performa Partai Demokrat. Ini penyebab kenapa elektabilitas Partai Demokrat jeblok.

Terlalu naif rasanya kalau itu dikatakan karena pengurus partai ini belum paham politik. Atau ada partai lain yang menskenario agar partai ini terpuruk. Dengan begitu, jika kisruh yang laten itu akibat gawe dalang, maka dalang itu tentu tidak jauh dari tiga faksi yang 'terbaca' saat Kongres Bandung.

Dalam Kongres itu terdapat tiga faksi besar. Pertama kelompok Marzuki Alie. Ini punya 'pasukan inti', bergerilya mendegradasi Anas Urbaningrum pasca kalah. Kendati powernya mengecil tergerogoti manuver Anas, tetapi itu tetap berperanan besar dalam menjaga perseteruan internal partai, agar rebut itu tidak kunjung padam.

Kedua adalah kelompok Andi Mallarangeng. Kendati secara personal Andi telah keluar karena terkena masalah, tapi itu tidak serta-merta melemahkan kelompok ini. Ketua Dewan Pembina disebut-sebut ikut mandegani. Itu yang membuat partai acap gonjang-ganjing dengan sikap ambivalensi, seperti yang terlihat dalam sikap SBY 'ambil-alih' kali ini. Sedang kekuatan ketiga adalah kelompok Anas Urbaningrum.

Dalam pandangan publik, Anas adalak sosok yang lama dikuyo-kuyo karena 'tidak diharapkan' kehadirannya. Dalam proses waktu, Anas dihadapkan pada dua pilihan, mundur atau melawan. Jika mundur, usia muda dan kariernya di politik wassalam. Sedang jika melawan, head to head dia akan berhadapan langsung dengan SBY.

Kalkulasi itu yang memaksa Anas tampil sebagai negator. Melawan. Menang cacak kalah cacak. Barisan darimana asal-muasalnya datang dikoordinasikan. Dan 'HMI Conection' itu kini berdiri di belakang Anas, tumbuh rimbun di hampir semua cabang, selain loyalis yang sudah teruji zaman.

'Barisan anak muda' itu yang kini sedang menggalang kekuatan. Itu dikuati 'kelompok hijau' yang tidak seberapa 'diopeni' SBY, dan kubu abu-abu yang merasa 'sakit hati'. Dengan begitu, melihat Anas di tahun 2012 amat kontras dengan posisinya di tahun 2013. Anas kini kuat, percaya diri, dan siap atau tidak siap akan siap jika dipaksa untuk diajak bertarung. Akankah Partai Demokrat akan jadi Padang Kurusetra oleh Dewan Pembina melawan tunas-tunasnya?

Perang tersamar memang sudah kama terjadi. Itu ditaksir semakin dadrah di tubuh partai ini, karena yang pro atau kontra SBY dan Anas ikut terlibat di dalamnya. Namun yang menjadi pertanyaan, beranikah itu dilakukan terbuka agar terang benderang siapa yang kalah dan siapa yang menang. Jika yang tua menang okelah. Tapi bagaimana jika kalah. Ditaruh mana wajah mereka?

Ada faksi yang kalah atau menang hakekatnya Partai Demokrat kalah. Taruhannya memang hanya satu, Partai Demokrat hancur. Partai pemerintah yang superior ini akan berubah menjadi debu, terbang kemana-mana tanpa ada yang menggubris. Akankah demi ambisi pribadi-pribadi partai ini harus dikorbankan?

Rasanya, perang bubat yang sudah terbuka itu perlu dihitung ulang jika mungkin. Akurlah menjelang pemilu. Atau jika tidak, peranglah sebenar-benar perang agar cepat bubar. Rakyat bosan melihat partai yang dulu enak dipandang dan merdu didengar itu sekarang kok jadi ikut hobi berantem.

Catatan : Diambil dari kolom saya di detik.com

Mempertanyakan Kepedulian KADIN untuk Industri Perkapalan Nasional

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

Pemberitaan yang dilansir oleh media online asal China baru-baru ini sangat menyentak insan industri perkapalan di Tanah Air. Betapa tidak, berdasarkan berita dari laman situs Global Times China yang dipublikasikan pada media internet dikabarkan bahwa  "Indonesia to import 2,500 ships from China to boost logistics performance (Indonesia akan mengimpor 2500 kapal dari China untuk meningkatkan kemampuan logistik)."

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia telah menyepakati perjanjian pembelian 2500 unit kapal dari industri perkapalan di Negeri Tirai Bambu dengan nilai sangat fantastis: hingga 5 miliar dollar AS. Tindakan yang sangat menghantam perkembangan industri perkapalan dan galangan di Tanah Air itu justru dipandang oleh Natsir Mansyur-–salah seorang pengurus KADIN–sebagai "usaha untuk menguatkan operasi logistik" perdagangan di Indonesia.

Ada beberapa hal yang sangat disayangkan dari langkah KADIN ini. Pertama, langkah ini diambil ketika industri perkapalan di Indonesia sedang menggeliat tumbuh dengan kenaikan hingga 50% sejak dicanangkannya Inpres No.5/2005. Dengan pertumbuhan tersebut, dunia perkapalan dan industri maritim penunjang lainnya dapat diharapkan untuk menyokong kegiatan ekonomi dan transportasi barang dan jasa

Kedua, langkah ini diambil oleh sebuah organisasi yang menjadi wadah perhimpunan pengusaha di Indonesia yang tugas utamanya menaungi dan melindungi para anggotanya. Sekadar diketahui, di dalam tubuh KADIN sendiri tercatat banyak pengusaha perkapalan yang menjadi anggota.

Menurut basis data IPERINDO total galangan yang berada di Indonesia berjumlah sekitar 200 galangan kapal dengan berbagai skala dan kemampuan produksi. Aneh bin ajaib, sebagai lembaga induk, KADIN tidak mengikutsertakan anggotanya maupun IPERINDO dalam merumuskan kebijakan superspektakuler tersebut.

Ketiga, hal ini mencerminkan sikap dan pandangan KADIN secara umum terhadap industri kita secara nasional. Saat ini terlihat secara sangat nyata bagaimana industri-industri di Indonesia satu per satu rontok. Deindustrialisasi terjadi dengan deras tak terbendung. Dimulai dari industri tekstil kita yang sudah tiarap akibat serbuan produk tekstil dari China.  Lalu industri konstruksi pesawat yang hanya bisa menjadi penonton ketika salah satu maskapai penerbangan nasional kita memborong 250 unit pesawat penumpang komersial dari raksasa manufaktur Boeing asal Amerika Serikat, tanpa menyisakan sedikit pun pemesanan bagi dalam negeri. Kini KADIN yang sering berdiri di depan menyuarakan slogan "Cintai Produk Dalam Negeri", sekarang malah menjadi pionir terdepan dalam proses pembelian 2500 kapal ini.

Adapun jika menyoal sumber pendanaan proyek tersebut jika bersumber dari bantuan yang bersifat pinjaman luar negeri, KADIN tetap memiliki kewajiban di tataran moril untuk paling tidak melakukan bargaining akan pengerjaan proyek tersebut agar dapat dikerjakan sebagian di industri-industri galangan dalam negeri. Dari sini peran Pemerintah sebagai regulator sangat dibutuhkan guna dapat menjamin agar Industri dalam negeri dapat ikut andil dalam proyek besar ini dan tidak sekedar menjadi penonton di pinggir lapangan. Kiranya banyak bentuk pelibatan industri lokal yang dapat diikutkan seperti industri komponen, interior, baja  atau bahkan dalam bentuk pembagian kuota berapa unit yang dapat dibangun didalam negeri. Kesemuanya bermuara pada upaya agar apapun kebijakan yang diambil tetap menjadikan rakyat Indonesia melalui industrinya sebagai pemenang.

Kondisi industri perkapalan di Indonesia sekarang tengah sangat membutuhkan berbagai dukungan dan insentif dari berbagai pihak guna mempercepat pertumbuhan industri bersangkutan. Karena sifatnya sebagai heavy industry (industri berat) dan padat modal, industri perkapalan kita adalah industri yang memiliki turunan (derivatif) yang sangat luas dari hulu ke hilir di dalam rantai pasok produksi: mulai dari industri baja, industri komponen, permesinan, elektrikal hingga industri pelayaran. Mungkin kita dapat mencontoh negeri Jiran, Malaysia, dimana industri perkapalan mereka menikmati banyak insentif seperti ketersediaan pinjaman lunak (soft loan) hingga Insentif Pajak  yang memungkinkan galangan kapal dapat tumbuh dengan baik (Khalid, 2012).

Bisa dibayangkan, ketika industri perkapalan kita bisa mendapatkan order superspektakuler dari KADIN ini tentu akan mampu menggairahkan dan memperkuat pertumbuhan industri perkapalan serta ekonomi kita secara keseluruhan.

Para pelaku industri perkapalan nasional tentunya akan sangat mengharapkan lembaga dengan spektrum sebesar KADIN Indonesia dapat melakukan kajian ulang terhadap kebijakan yang hendak diambil tersebut. Akan lebih indah lagi sekiranya keputusan yang sedemikian spektakuler tersebut dapat memberi kesempatan bagi para pelaku industri perkapalan nasional untuk menjadi tuan di negerinya sendiri.

Dan kalau bukan kita siapa lagi…

————————————–

Online sources :

1. Indonesia to import 2,500 ships from China to boost logistics performance –http://www.globaltimes.cn/content/758637.shtml

2. (Malaysian) – Potential in shipbuilding.

http://thestar.com.my/maritime/story.asp?file=/2012/9/3/maritime/11954922

Ini Cerita Tuhan

Posted: 12 Feb 2013 11:43 AM PST

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar