Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 28 November 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Orang-orang asing di gedung sebelah

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

Mengunjungi Mujamma’ Malik Fahd

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

REP | 29 November 2012 | 02:21 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Selasa, 13 Muharram 1434 H, saya bersama rombongan mahasiswa baru di Ma'had Ta'limul Lughoh (Kelas Persiapan Bahasa) Universitas Islam Madinah mengunjungi Mujamma' Malik Fahd -Rahimahullah- (Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd) yang juga merupakan Percetakan Al-Qur'an terbesar di dunia.

Perjalanan ditempuh sekitar 15 menit dari kampus, sesampainya di depan pintu masuk Percetakan Al-Qur'an tersebut, kami berbaris untuk menuju ruang utama dimana kami melihat video yang menjelaskan sejarah penulisan Al-Qur'an dari zaman sahabat sampai dengan sekarang.

Al-Qur'an yang dicetak di Mujamma' Malik Fahd ini terkenal dengan sebutan "Mushaf Madinah Al-Munawwarah" dan banyak sekali macam-macam Al-Qur'an yang dicetak, antara lain: Al-Qur'an berukuran kecil, sedang dan besar, Al-Qur'an per 6 juz / per juz, Al-Qur'an dan terjemahannya ke berbagai bahasa asing, dan masih banyak lagi.

Setiap pengunjung yang datang ke tempat ini berhak mendapatkan Al-Qur'an secara gratis. Sesuatu yang unik di tempat ini yaitu papan penunjuk jalan menggunakan 4 bahasa: yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Urdu dan Bahasa Indonesia.

Mengapa Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang digunakan?
Menurut saya mungkin banyak jamaah haji Indonesia yang mengunjungi tempat ini sehingga dicantumkan juga dengan bahasa Indonesia, hehehe :D

Madinah Al-Munawwarah, 14 Muharram 1434 H

Siapa yang menilai tulisan ini?

Kunker DPR, SMA, dan Pebisnis

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

Study Banding DPR yang "salah alamat" di Jerman begitulah judul berita di  Antara News tanggal 26 November 2012. http://www.antaranews.com/berita/345337/studi-banding-dpr-yang-salah-alamat-di-jerman

Membaca lebih dalam, dan semakin jelas betapa kunjungan itu tidak bermanfaat. Pertama, mereka (DPR) menemui badan yang "salah". Kedua, mereka nampak jelas tidak memiliki visi dan misi yang jelas untuk kunjungan itu. Yang lebih memprihatinkan lagi ialah rombongan yang berangkat mencapai belasan orang dan menghabiskan milyaran rupiah.

Dalam tulisan ini saya ingin membanding kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh orang-orang non DPR.

Sekarang mari kita bandingkan dengan kunjungan ke luar negeri yang dilakukan oleh sebuah SMA di Jakarta. SMA ini merencanakan mempererat kerjasama dengan sebuah sekolah di London agar tercipta suatu sistem "sister school" yang bisa memberikan manfaat seluas-luasnya kepada para siswa tentang kehidupan, cara belajar, cara bersosialisasi, dan sebagainya di negara lain.

Guru yang akan mendampingi para siswa, jauh-jauh hari sudah membuka komunikasi dengan pihak yang berkompeten dengan hal ini di London. Komunikasi secara intensif dilakukan. Segala hal yang diperlukan untuk kelancaran program "sister school" dipersiapkan. Akhirnya saat mereka bertemu di London, semua sudah beres. MOU pun tidak ada revisi, cuma perlu penandatanganan saja.

Biaya untuk memberangkatkan rombongan ke London selama 10 hari cuma menghabiskan USD 3,700.00 (Tiga Ribu Tujuh Ratus US Dollar) saja per orang atau sekitar US 74,000.00 (sama dengan Rp 740.000.000,00 dengan kurs 1 USD = Rp 10.000,00). Tidak mencapai milyaran rupiah! Hasil yang dicapai jelas dan membawa manfaat bagi kedua sekolah dan para siswanya.

Mari kita bandingkan juga dengan kunjungan seorang pebisnis ke luar negeri.

Adalah Mukes seorang pebisnis, merencanakan ekspansi pasar. Dia melakukan kunjungan kerja ke Brasil, Paraguay, dan China. Jauh-jauh hari sebelum dia melakukan kunjungan dia sudah bertanya kebutuhan  para agennya di negara-negara tersebut. Dia pun mempersiapkan berbagai macam sample-sample barang yang akan ditawarkan. Dia pergi dengan membawa satu koper besar sample produk.

Hasil dari perjalanan itu? Dia berhasil menjual 20 kontainer tekstil ke tiga negara tersebut. Ongkos perjalanannya yang mencapai USD 25,000.00  bisa tertutup dengan menjual 20 kontainer tekstil.

Mari kita bandingkan ketiga kasus tersebut. Sebuah SMA dengan ongkos sekitar Rp 740.000.000,00 memberangkatkan 20 orang selama 10 hari dan manfaatnya jelas bagi kedua sekolah. Demikian juga dengan Mukes. Keluar ongkos USD 25,000.00 tapi bisa menghasilkan 20 kontainer. Bagaimana dengan kunjungan anggota DPR? Adakah hasilnya? Seharusnya bila tidak ada hasil, mereka yang berangkat harus mengembalikan uang yang mereka pakai.

Bila kelakuan para pemegang amanah di negara ini masih bertindak seperti itu kasihan sekali negara ini. Alangkah baiknya kunjungan-kunjungan kerja ditiadakan saja. Kalaupun berangkat tidak perlu beramai-ramai seperti rombongan pawai anak-anak TK.

Fadjar

http://fs-buku.blogspot.com/

Presiden Bencana !

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

sukmana ayu

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

afa

Posted: 28 Nov 2012 11:29 AM PST

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar