OPINI | 12 November 2012 | 22:25 Dibaca: 0   Komentar: 0   Nihil

Korupsi ? Ya, korupsi bukan hanya ada di Indonesia saja, korupsi juga ada di berbagai negara dan diberbagai kalangan masyarakat saat ini, tak jarang pula korupsi kadang menjadi berita utama yang sering diperbincangkan oleh orang banyak. Sementara itu, masalah korupsi yang dihadapi oleh masing-masing negara mungkin berbeda dan masing-masing negara mungkin perlu praktek atau cara pembarantasan khusus untuk menyesuaikan dengan lingkungan setempat.

Kisah sejarah pemberantasan korupsi di Hong Kong adalah salah satu contoh yang sangat menarik dan juga hebat. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, Hong Kong dipenuhi dengan korupsi. Korupsi merajalela di sektor publik. Bayangkan, kru ambulans akan menuntut uang dulu sebelum mengambil orang sakit. Bahkan suster rumah sakit meminta "tips" dulu sebelum memberikan pasien sebuah pispot ataupun memberikan hanya sekedar segelas air. Menawarkan suap kepada para pejabat juga diperlukan ketika melamar pekerjaan ataupun jabatan. Korupsi adalah masalah yang sangat serius di kepolisian Hong Kong saat itu. Hampir semua polisi terlibat kasus korupsi. Petugas polisi yang korup menawarkan perlindungan kepada kegiatan perjudian dan narkoba. Hukum dan ketertiban berada di bawah ancaman. Banyak masyarakat yang menjadi korban korupsi. Namun, mereka hanya mampu menelan kemarahan mereka.

Dari lembaga penegak hukum, kantor-kantor pemerintah, pemilu lokal, pokoknya korupsi di mana-mana. Uang hitam beredar dan mafia seperti jadi pemerintah yang bertengger dengan polisi. Situasi tampak seperti tak ada harapan untuk diperbaiki, dan pemerintah tampak tak berdaya dalam melakukan apa pun.

Kisah korupsi dan mafia saat itu, hampir mirip dengan cerita perang antar mafia di film-film Hongkong, saling tembak dan saling bunuh.

Malah karena sudah terlalu parahnya perkorupsian di kepolisian Hongkong, istri diminta untuk melayani atasanpun tidak bisa berbuat apa-apa.

Sampai pada akhirnya ada juga polisi baik mempunyai gagasan dan keberanian untuk melawan korupsi yang telah parah itu. Polisi baik itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah kolonial Inggris. Gubernur koloni Inggris di Hongkong ketika itu, Sir Murray Mac Lehose (1971-1982), seorang pemimpin Hongkong yang keras dan berani dalam mengambil tindakan tegas.

Usaha dalam memberantas korupsi dibantu oleh sejumlah polisi baik yang bermental baja, yang rela mempertaruhkan nyawa berperang melawan mafia pengadilan. Boleh dibilang, sejumlah polisi gila karena seperti punya nyawa cadangan, dan mereka benar-benar melakukan perang melawan mafia Hongkong tersebut. Mafia-mafia Hongkong dibuat kalang kabut, kepala polisi pun kelabakan menghadapi semua polisi baik yang berada langsung di bawah komando sang Gubernur.

Pada awal tahun 1970, Hong Kong mulai mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Aspirasi orang meningkat, dan korupsi adalah salah satu masalah utama mereka. Sampai terjadilah protes publik yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dan berubah menjadi demonstrasi nasional. Dan puncaknya lahirlah Komisi Independen Anti Korupsi (ICAC) yang dibentuk pada tahun 1974.

Pihak pemerintah Hongkong dalam usaha pemberantasan korupsi juga melakukan berbagai macam tindakan yang sama-sama gilanya. Yang paling drastis adalah tindakan pemecatan pada semua aparat polisi, jaksa dan hakim di seluruh Hongkong, diganti sementara waktu dengan polisi, jaksa dan hakim dari India dan Australia. Selain itu, pada waktu yang sama, Hongkong juga melakukan perekrutan polisi, hakim, dan jaksa baru yang diseleksi dengan sangat ketat.

Bukan hanya aparat penegak hukumnya saja yang dipecat, petugas administrasi yang bekerja di semua kantor polisi, jaksa dan hakim juga dipecat.

ICAC kemudian difokuskan pada tiga bidang utama, penyidikan, pencegahan dan pendidikan. Kegiatan ICAC yang paling penting adalah menerima dan menyelidiki keluhan maupun aduan. Pengaduan dapat diterima lewat nomor bebas pulsa selama 24 jam. ICAC mempunyai kekuasaan antara lain dapat memeriksa rekening bank dan dokumen bisnis. Para tersangka mungkin akan diminta untuk mengungkapkan aset mereka, pendapatan, harta mereka dan lain-lain. ICAC dapat menangkap setiap orang yang diduga melakukan tindak korupsi. Pada saat yang sama, ada checks and balances untuk memastikan bahwa ICAC bertanggung jawab atas segala hasil penyelidikan.

Kekuasaan yang disebutkan di atas tunduk pada pengawasan peradilan hukum. ICAC juga bertanggung jawab kepada pertanyaan tentang fungsinya bahwa siapa pun mungkin terlibat korupsi, tak terkecuali anggota ICAC sendiri. Kegiatan lain dari ICAC adalah untuk memeriksa sistem dalam organisasi dan mengusulkan anti-korupsi. Hal ini telah menyebabkan peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem publik, prinsip mereka bahwa "Pencegahan lebih baik daripada mengobati". Kegiatan penting ICAC lainnya adalah menyebarkan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang peran ICAC. Kegiatan ini juga membantu mengumpulkan dukungan publik untuk setiap anti-korupsi. Pejabat ICAC mengunjungi sekolah-sekolah, perguruan tinggi untuk berinteraksi dengan pemuda dan menjelaskan kepada mereka tentang hukum anti-penyuapan, dan kode etik lainnya untuk mencegah korupsi dari masyarakat.

Jadi, bagaimana Hong Kong hari ini? Sekarang Hong Kong dianggap sebagai salah satu tempat yang paling bebas dan terbersih dari korupsi di dunia saat ini. Ini memberikan contoh menarik yang mengubah aturan dapat mengalahkan korupsi.

ICAC, didukung oleh kemauan yang kuat untuk memberantas korupsi dari pemerintah, menggunakan aturan dan pendidikan sebagai senjata, terbukti mampu secara dramatis mengurangi korupsi dan mengubah sikap masyarakat terhadap ancaman tersebut.

sumber:

wikipedia

buku history of Hong Kong

dan blog-blog tetangga

Pada awal periode 1990an terjadi konflik di afrika yang terjadi antara beberapa kubu, yaitu ANC, Inkhata dan mandela, konflik ini disebabkan karena kesalahfahaman pandangan politik antar kubu. Hingga konflik ini menimbulkan banyak korban.

Konflik ini adalah konflik yang tidak banyak diketahui dunia, atau disebut dengan (the hidden war) Pada konflik ini, terlibat 3 orang fotografer (kevin carter, ken oosterbroek, joao silva) mereka bekerja di bawah naungan The Star, mereka bertugas meliput kejadian – kejadian ditengah konlik tersebut. Awalnya mereka hanya mencari uang demi kepentingan individu, tetapi dalam tugas mereka bertemu dengan seorang pekerja bebas yaitu (greg marinovich) seorang fotografer.

Awalnya mereka dengan greg tidak saling mengenal, pada saat itu greg masuk ke area perkampungan untuk mengambil gambar, dan hasilnya menakjubkan, lalu ia menunjukan hasil foto - foto tersebut ke pada the star, dan bertemu kembali dengan ke 3 fotografer itu, the star pun tertarik dengan foto – foto greg, greg pun bergabung dengan the star dan ke 3 fotografer itu, kemudian mereka bertugas bersama dalam konflik di afrika.

Mereka membentuk sebuah klub dengan nama ( the bang bang club). Pada saat bertugas ideologi mereka hanya uang dan uang, tetapi greg berbeda, sudut pandangnya berubah ketika melihat situasi yang begitu memprihatinkan, akhirnya ia tergerak untuk menyampaikan fakta ini kepada dunia supaya mereka tau bahwa ini bukanlah (the hidden war) ini adalah perang yang ironis.

Pada saat pengambilan foto, greg mengambil sebuah foto yang dramatis dan mengubah pandangan dunia pada saat itu, greg mendapatkan penghargaan dari hasil fotonya tersebut

( foto greg yang mendapat penghargaan pulitzer)

Setelah kejadian tersebut, mereka ber 4 terus meliput kejadian kejadian disana, dan mendapatkan banyak foto, dalam pekerjaan ini sangat memacu adrenalin, mental, dan emosi.

Tetapi kevin carter yang bertingkah aneh dan ceroboh karena ketergantunganya terhadap obat obatan dan narkoba, membuatnya dikeluarkan dari the star, kevin mengalami depresi dan mencoba menenangkan diri ke daerah sudan. Di sana ia menemukan hal yang ironis, yaitu krisis kelaparan yang melanda sudan, kevin pun tergerak untuk menyampaikan pesan kepada dunia dengan fotonya yang menakjubkan, ia mengambil gambar seorang anak perempuan kelaparan yang berada di depan burung pemakan bangkai, Foto tersebut menjadi pembicaraan dan perhatian dunia hingga ia mendapatkan penghargaan pulitzer dari fotonya tersebut.

(Foto kevin carter yang mengguncang dunia)

Tetapi foto tersebut mebuatnya depresi, karena dunia mempertanyakan nasib dari anak yang berada dalam fotonya, ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang terus menerus mendatanginya, hingga ia mengalami trauma yang mendalam, ditambah lagi dengan kematian sahabatnya, ken oosterbroek pada saat bertugas. Kevin merasa depresi dan trauma dengan semua kejadian itu, hingga akhirnya ia bunuh diri dan menuliskan pesan sebelum kematianya.

Ini adalah isi pesan yang ia, sebelum kematiannya.

"I am depressed … without phone … money for rent … money for child support … money for debts … money!!! … I am haunted by the vivid memories of killings and corpses and anger and pain … of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners … I have gone to join Ken if I am that lucky."

Setelah kejadian itu, konflik di afrika berkahir dengan damai, berkat ke 4 fotografer ini, kevin carter, ken oosterbroek, joao silva, greg marinovich. Mereka berhasil mengubah dunia lewat foto fotonya yang luar biasa.

Ini adalah sudut pandang saya mengenai foto dan trauma yang mendalam dalam konflik di afrika.

Semoga bermanfaat, terima kasih…

Ikbal kusumah

FIKSI | 12 November 2012 | 22:13 Dibaca: 21   Komentar: 0   Nihil