Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 24 November 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


engkau takdir lain bagiku

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

Tahukah Kau

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

Kabupaten Bireuen Memiliki Bank Swasta Terbanyak di Dunia

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

REP | 25 November 2012 | 02:12 Dibaca: 26   Komentar: 0   1 menarik
13537841441753980483

Kekayaan Bahasa di Bireuen

Bila anda pergi ke Aceh tepatnya ke Kabupaten Bireuen, maka jangan terkejut jika sering mendengarkan masyarakat disana pergi ke Bank atau menjaga Bank.

Bank yang disebut-sebut oleh mayoritas masyarakat Bireuen bukanlah Bank tempat penyimpanan uang seperti Bank Rakyat Indonesia, Bank Nasional Indonesia, Bank Aceh, Bank Aceh Syari'ah dan Bank lainnya. Tapi, Bank yang dimaksud adalah kios-kios yang yang terdapat di kampung/desa di kabupaten Bireuen.

Saya ketika berkunjung ke tempat saudara di Bireuen, kebetulan uang didalam dompet habis, jadi mau mengambil uang dari ATM. Saya bertanya,"disini Bank yang dekat dimana?", saudara saya langsung menjawabnya "dijalan masuk kesini (menuju rumah) ada tapi agak jauh, pakai motor saja untuk kesana". Tanpa berpikir panjang saya langsung pergi ke Bank yang dibilang tadi. Setelah sampai disana, saya bertanya lagi sama orang yang duduk di depan kios, "Pak, disini Banknya dimana ya?" Bapak itu langsung menjawab,"Inilah Banknya..!" Saya pun jadi bingung. Maaf pak, maksudnya Bank untuk mengambil uang.." kalau itu di kotanya, jawab bapak itu.

Ternyata Bank yang dimaksudkan bukanlah Bank yang seperti kita inginkan, hanya kios kecil yang berisi makanan ringan/snack untuk anak-anak.

Sempat berfikir, darimana asal-usul penamaan Bank untuk kios kecil yang ada di kampung/desa di daerah Bireuen?

Siapa yang menilai tulisan ini?

1

Menarik

Kopi adalah ISTRI kedua ku

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

Kopi adalah istri kedua ku, rasa nya berlebihan kalau ku sebutkan seperti diatas, artinya bahasa nya kelihatan lebay atau alay seperti istilah yang ngetren saat ini, apakah aku mesti koprol untuk memuja kopi ini, karena aku adalah penikmat kopi dalam satu dasawarsa ini.

Berdasarkan fakta bahwa kebiasaan minum kopi dapat memberikan manfaat sekaligus dapat pula merugikan maka dapat  simpulkan bahwa paling baik mengkonsumsinya adalah secara wajar, kata orang-orang di google sich tetapi kewajaran nya sampai berapa gelas per hari sampai saat ini aku tidak tau secara pasti hehehehehe. Tetapi pernah ketemu tulisan tapi link nya lupa bahwa untuk kesehatan sebaiknya cukup minum 1-3 cangkir kopi sehari atau setara 85-200 mg untuk membuat tubuh terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Dan minumlah kopi untuk mengawali aktivitas pekerjaan sekitar setengah sampai satu jam sebelumnya.

Aku mengkonsumsi kopi 6 s/d 8 gelas per hari lengkap dengan 2 bungkus rokok. Kalau dihitung-hitung aku juga penyumbang pajak yang lumayan besar yach hehehehe.  Apalagi kerja ku yang tiap hari di depan laptob dan notebook untuk melihat pergerakan mata uang asing dari Senin pagi sampai Sabtu pagi tanpa kehadiran kopi rasanya tidak bergairah dan kurang biusnya kalau tidak dirangsang dengan kopi.

Tetapi sampai saat ini alhamdulillah tidak merasakan keluhan atau gangguan mengenai kesehatan mudah-mudahan sehat-sehat terus tentu nya dan tak kurang satu apapun…….amiiiiin. Inti nya kenali tubuh dan sugesti tubuh jangan di doktrin tubuh. Doktrin tubuh agar selalu tetap sehat, karena doktrin tubuh yang selalu tetap sehat akan tercipta semangat tubuh yang sehat juga. Terkadang sakit itu adalah doktrin dari pikiran juga yang menyebabkan tubuh sakit. Kalau di doktrin tubuh selalu tetap sehat insya Allah tubuh selalu sehat. Ilustrasinya sederhana kalau di doktrin sejak kecil dengan faham bahwa kena air hujan bisa sakit pasti badan sakit apabila terkena air hujan. Jadi doktrin lah tubuh agar selalu tetap sehat.

Secara umum kebiasaan minum kopi dapat memunculkan efek kecanduan baik secara psikologis maupun fisiologis pada saat tidak mengkonsumsi, maka tubuh akan terasa letih atau lelah, tak bersemangat dan mengantuk, bener ini memang kurasakan kalau tidak mengkonsumsi kopi ada waham demikian dan bahkan mual sampai muntah-muntah. Tetapi kalau mual sampai muntah biasanya air yang digunakan untuk menyeduh kopi tidak terlalu panas sehingga kopi susah untuk larutnya.

Dalam secangkir kopi terkandung kafein yang dapat menambah gairah agar tidak loyo apalagi terselip rokok sebagai lampu tangan di tangan kanan, wooow gagah dan percaya diri sekali dalam melakukan aktifitas. Jadi wajar saja kalau kopi adalah istri kedua ku yang selalu menemani ku di sisi kanan meja kerja. Yang lebih setia daripada istri pertama.

Kalau dipikir-pikir lebih setia  istri kedua ku dibanding istri pertama karena kopi sebagai  istri kedua ku selalu menemani ku dan berada disamping kanan ku setiap hari tanpa pernah henti aku selalu menyeruputnya kalau misalnya habis segera seduh lagi dan seruput lagi. Apalagi malam ini udara diluar dingin dan secangkir kopi hangat menemaniku saat ini di taman dengan aroma yang khas, waooooow.  Maaf yach istri pertama ku aku selingkuh malam ini diluar di taman ini dengan istri kedua ku untuk menemaniku berselancar di dunia maya ini.

Salam dari istri kedua ku. Kopi ku yang mantabbbbbb.

Mohon maaf….

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

OPINI | 25 November 2012 | 02:07 Dibaca: 28   Komentar: 0   Nihil

Untuk semua rekan yang terkasih, dan juga semua rekan yang berada di seberang sana….

hidup terasa lama untuk menebar kebencian…

namun hidup terasa singkat, ketika menebar kebaikan…

seribu hari dihabiskan, tidak cukup untuk menebus perbuatan buruk sendiri…

seribu tahun dihabiskan, tidak cukup untuk membalas perbuatan baik orang lain…

semua yang kita lakukan, laksana menabur garam di laut, laksana menyendok pasir di gurun…

semua akan berpulang kepada diri sendiri, untuk bisa memberikan apa yang terbaik bagi sesama…

penyesalan muncul belakangan, seiring dengan memudarnya waktu…

kebahagiaan muncul duluan, ketika memutuskan untuk memaafkan…

raga ini hanya sementara, di dunia yang fana…

dan perjumpaan ini hanya sementara, di dunia yang maya…

terimakasih untuk segala tawa, segala debat…..segala sayang dan segala caci ….

teriring permohonan maaf dari diri ini…

Cirebon, 25 November 2012

Vincentius Franky Suyanto

Siapa yang menilai tulisan ini?

Asmara: Mengapa Harus Mencintai Wanita?

Posted: 24 Nov 2012 11:54 AM PST

Asmara. Kata itu tidak jauh dengan cinta. Kesan yang ditimbulkan adalah indah, menyenangkan, dan (mungkin) nikmat. Secara sempit, keduanya memiliki cakupan pengertian yang agak berbeda. Cinta memiliki teritorial yang amat luas dalam aspek kehidupan, sedangkan asmara tidak jarang hanya berbicara tentang cinta antardua insan.

Cinta khusus, demikian istilah penulis dalam uraian kali ini. Sedikit banyak akan dibahas tentang kisah asmara penulis. Cinta khusus ini, lebih spesifik lagi, menekankan hubungan antara dua insan yang berbeda lawan jenis. Sejauh ingat penulis, rasa tertarik akan lawan jenis dirasakan ketika duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Rasa tertarik ini mulai konvergen ke arah titik di mana wanita itu menarik. Pada fase sebelumnya, penulis baru pada tahapan bahwa wanita itu berbeda dari jenisnya. Hanya berbeda, belum ada rasa tertarik (yang nampak jelas). Dengan kata lain, penulis kiranya pada waktu itu baru dapat menggunakan ukuran-ukuran tertentu untuk menilai wanita. Ukuran-ukuran itu pun jumlahnya masih terbatas oleh karena variabel-variabel yang dikenal untuk diukur juga sedikit. Sebagai contoh, si A itu cantik. Karena cantik, penulis menjadi suka. Cantik menjadi salah satu ukuran yang penulis kenal waktu itu. Pun dengan variabel yang tidak banyak, yakni seperti kecerahan kulit sebagai determinan untuk menentukan kecantikan wanita. Dengan ukuran-ukuran itu, penulis mulai memiliki rasa ketertarikan lebih nyata.

Waktu demi waktu, rasa ketertarikan penulis terpelihara dan tumbuh seiring jua dengan bertambah dan beragamnya ukuran-ukuran penilaian lawan jenis. Adapun ukuran-ukuran itu seperti kecantikan, kecerdasan, perilaku, ucapan, dan sebagainya. Makin dewasa dan bersamaan dengan banyaknya pilihan-pilihan tipe wanita, penulis lebih selektif dan evaluatif dalam menilai mereka. Namun demikian, meskipun sampai saat ini sudah banyak pilihan wanita diiringi dengan semakin sempurnanya ukuran-ukuran yang digunakan, penulis mengakui belum mengungkapkan penilaian terbaiknya pada yang bersangkutan (wanita idaman penulis). Banyak pertimbangan mendasar atas diurungkan niat penulis ini, selain karena waktu yang masih terlalu dini.

Pola hubungan antara wanita dan laki-laki adalah unik. Setidaknya, penulis sudah mengetahui macam patron hubungan antar-lawan jenis dan serta batasan-batasannya, baik yang dibatasi maupun yang terlihat bebas.

Selanjutnya, penulis mengalami masa mempertanyakan diri (self-questioning) atas gejala unik dan aneh atas hubungan antar-lawan jenis ini. Pada bangku kelas satu SMA, penulis sempat mempertanyakan bagaimana manusia bereproduksi. Dengan lugu, penulis berusaha mendapatkan jawaban atas pertanyaan ini dengan bertanya pada orang kepercayaan penulis. Percaya dalam hal waktu itu penulis anggap berkompetensi untuk menjawabnya, yakni kakak penulis. Pertanyaannya sederhana, dengan sedikit metode perbandingan: orang yang menikah itu kan kadang memiliki anak, nah bagaimana mereka berproses seperti itu? Penulis pada waktu itu juga menyampaikan tebakan/hipotesis awal jawaban: apakah mereka karena menikah yang menjadi diperbolehkannya bersentuhan antar-kulit menjadikan mereka mempunyai anak? Begitu tebakan jawaban yang penulis sampaikan didahului pertanyaan. Memang sedikit banyak diakui pada waktu kecil penulis sudah agak terbiasa membaca teks-teks agama (kitab-kitab hadits, fiqih, muamalah, dsb) sehingga hukum bersentuhan yang bukan mahram sudah diketahui penulis. Pun demikian hal yang membatalkannya, yakni yang membuat persentuhan tidak terlarang, yaitu salah satunya adalah pernikahan. Penulis ingat jawaban kakak adalah berbelit-belit disertai perumpaman yang sulit dimengerti. Entah pada dasarnya saat itu kakak penulis benar-benar tahu atau tidak, kesan secara jelas yang pertama dirasakan adalah hal yang demikian itu masih dikira aneh sehingga pendidikan seks di Indonesia masih dianggap tabu. Setidaknya, begitu yang penulis pikir. Hingga pada suatu saat, penulis menemukan bagaimana cara manusia berketurunan di dalam teks agama yang (kebetulan) menjelaskan bab munakahat (perkawinan). Agaknya harus diakui untuk mengetahui hal itu dibutuhkan kerja keras untuk menginterpretasikan kata-kata atau frasa yang merujuk pada hal tersebut. Terasa sulit, karena tidak jarang hal tersebut dituliskan dengan frasa idiomatik yang jika diinterpretasikan secara leterlek akan jauh berbeda dengan makna sesungguhnya yang dimaksud. Disadari memang tujuan pembuat teks-teks agama tersebut adalah menjujung norma kesopanan agar hal-hal semacam itu tidak ditulis secara blak-blakan. Tujuannya supaya hal-hal demikian masih dianggap suatu hal yang suci dan sakral.

Setelah mengetahui bagaimana manusia bereproduksi, penulis agaknya tidak menerima dengan kehendak Tuhan. Mengapa harus demikian? Tidakkah ada cara lain yang lebih baik, kenapa Tuhan menakdirkan manusia dengan cara itu? Akan tetapi, rasa kontra ini tidak menjadikan penulis anti-wanita, anti-nikah, atau bahkan menyukai sesama jenis. Tidak. Penulis tidak berubah menjadi seperti itu. Semuanya dilarang dalam norma agama.

Perlahan, penulis memikirkan semua yang dilakukan Rasulullah Saw adalah baik, termasuk dalam hal menikah dan bagaimana cara mendapatkan keturunan. Penulis berpendapat bahwa hal tersebut adalah dalam koridor kehendak Tuhan yang baik. Hal itu suci, tidak kotor dan jorok. Penulis mulai paham dan menerima hal tersebut sebagai hal yang wajar, lumrah, dan dirasa naluriah-alamiah.

Tidak jauh dari fase ini, yakni saat menduduki kelas dua SMA, penulis mengalami fase tidak ingin menikah dengan wanita. Jika manusia sudah terpuaskan hanya dengan beribadah dengan Allah Swt, kenapa menikah itu dianjurkan? Meskipun wanita itu cantik dan menarik. Ya, wanita itu cantik. Apakah cukup dengan alasan cantik, misalnya, seorang laki-laki harus menikahinya? Toh ada yang sampai tua tidak menikah dan mereka baik-baik saja. Sekalipun atas dasar rasa cinta atau pun tertarik, toh rasa ini akan menemui titik ekstremnya di mana setelah itu rasa tertariknya akan demi sedikit berkurang, entah di mana masanya, pasti akan dilewati. Begitu anggapan penulis waktu itu.

Waktu bergulir, pertanyaan dan kebimbangan penulis mulai terjawab. Sekali lagi, ini kehendak Tuhan untuk suka pada wanita. Penulis mulai memahami cintailah wanita (mungkin dalam hal ini adalah menikah) karena Allah Swt. Di sini penulis mulai sadar akan kehendak Allah Swt yang mensyaratkan manusia melakukan serangkaian hal wajib untuk dapat saling mencintai. Misalnya, untuk dapat saling mencintai, Tuhan mensyaratkan menikah, pun Tuhan tidak menyukai perceraian. Pernikahan supaya rasa cinta di antara manusia dapat langgeng dan terjaga, atau sebagai wadah latihan saling mencintai, dalam suka maupun duka. Pemerkosaan adalah rasa cinta di satu sisi duka, di satu sisi suka, prostitusi juga demikian. Lain lagi dengan pacaran yang di satu sisi ada pihak yang ingin terlecehkan (kehormatan dan kesuciannya) dan di satu sisi ada pihak yang ingin dan suka melecehkan (kehormatan dan kesuciannya). Memang tingkatan pacaran berbeda-beda (mulai dari hanya sekadar ber-sms mesra sampai free sex), namun prinsip dasarnya adalah sama. Tidak ada mekanisme hubungan yang lebih baik selain pernikahan. Pernikahan memberikan status yang jelas untuk wajib dan saling mencintai dalam ikatan yang sempurna dibandingkan yang lain (pacaran, pelacuran, kawin kontrak, dll).

Di sini, penulis mulai menyadari bahwasanya mencintai wanita adalah memuliakannya. Sedangkan memuliakan wanita adalah memuliakan Tuhan. Mencintainya pun harus dengan cara yang benar, cara yang direstui Tuhan.

Berkaitan dengan siapa wanita yang penulis suka, sejauh ini penulis hanya menilai dengan berbagai macam pertimbangan apakah baik (prospektus) apabila si X berumah tangga dengan penulis kelak. Hanya sebatas ini. Belum ada keinginan menggebu untuk mengungkapkannya. Memang disadari penulis belum layak pada fase itu.

Namun, ada gejala-gejala unik yang penulis alami. Setiap kali penulis menilai bahwa si X ideal untuk menjadi pendamping hidup, pasti ada hal-hal yang menjadikan penulis membatalkan nominasinya: 1. ternyata si Xnya penulis diam-diam sudah memiliki pacar. Diam-diam, jadi sulit untuk mengetahuinya. Boleh jadi hubungan itu terbatas diketahui hanya oleh mereka berdua dan orang-orang tertentu yang dekat dengan mereka saja. Mereka mungkin tidak terkesan ingin menutup-nutupi, tidak ingin diketahui oleh semua orang. Akan tetapi, banyak orang yang tidak atau belum tahu akan hubungan itu. Sakit setelah mengetahui itu. Rasa sakit sebelum sakit sesungguhnya. Perkiraan penulis meleset 2. ternyata si Xnya penulis (dulu) sudah pernah pacaran. Terkadang informasi bahwa si Xnya penulis telah berpacaran didapat dari teman-teman si X. Mengetahui ini tentu sakit, sebelum sakit yang sesungguhnya. Perkiraan penulis lagi-lagi meleset 3. si Xnya penulis sudah ada yang suka. Memang boleh jadi belum atau tidak pacaran. Namun demikian, si Xnya penulis serasa sudah ada yang memiliki sebelum dimiliki penulis secara sah. Tidak terlalu sakit, namun menganggu 4. uniknya, wanita yang didaulat menjadi si Xnya penulis, dalam masa yang akan datang (tidak jarang) akan segera memiliki pacar atau akan segera menjalani hubungan pacaran. Penulis sendiri berpikir mengapa seperti ini, kenapa harus meleset, dan itu sering. Penulis tetap berprasangka baik pada Tuhan bahwa Tuhan ingin menunjukkan belum saatnya penulis untuk memilih si X, masih jauh, terutama sebagai pendamping hidup. Namun demikian, penulis juga berdoa agar selalu diberi petunjuk untuk dipilih si X yang baik, yang nantinya akan melahirkan anak-anak shalih-shalihah untuk penulis. Memang si Xnya penulis terkesan sulit karena mengharapkan wanita yang belum tersentuh oleh laki-laki lain sebelum penulis. Ia setidaknya belum pernah berbagi kemesraan (yang merupakan kehormatan dan kemuliaannya). Betapapun, penulis percaya laki-laki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik. Penulis bersabar untuk tidak pacaran dan melakukan jenis-jenis hubungan lain yang tidak direstui Tuhan. Semoga Tuhan juga memilihkan wanita yang baik untuk mendapatkan anak yang shalih-shalihah, yang nantinya memudahkan penulis mendapatkan surgaNya atas doa anak-anak penulis. Amin.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar