Kompasiana
Kompasiana |
- Hati-Hati Belanja di Hypermart
- Kesalahpahaman Ninoy N Karundeng Terhadap Penyebab Konflik Sosial dan Makna Xenofobia
- Manfaat Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
- MENGUNGKAP PAMALI ORANG BALARAJA (Materi Lifestyle Nonformal Para Karuhun )
- Di Balik Layar Kata Kita: Bahasa Identitas Bangsa
- 5 Kata Paling Populer Di Jakarta
Hati-Hati Belanja di Hypermart Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT 30 October 2012Hiji mangsa Raja di zaman pamarentahan dinasty umayah boga maksud mecak kataatan jeung kajujuran rahayatna. Raja ngumumkeun ka rahayatna supaya ngumpulkeun sasendok madu. Eta madu kudu di kumpulkeun dina hiji ...
29 October 2012Salam wa rahmah. Nembe noongan rubrik anu aya dina Kompasiana. Sidik dipangluhurna aya rubrik Bandung anu subna aya Nyunda. Sajongjonan kuring rada bingung. Naon ari nyunda? Naha sagala rupa anu kaitanna ...
22 October 2012Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad Ieu munajat atawa du'a anu dicokot tina buku susunan Ustadz Jalal. Kusimkuring diguar. Sugan engke tiasa noron per bagean munajat. Tah dihandap ieu, manawi ...
| ||||||||||||
Kesalahpahaman Ninoy N Karundeng Terhadap Penyebab Konflik Sosial dan Makna Xenofobia Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT Dalam merespon tulisan saya sebelumnya, "Xenofobia Sebagai Salah Satu Penyebab Utama Konflik Sosial", saudara Ninoy R Karundeng membuat tulisan, "Xenophobia Bukan Penyebab Kerusuhan SARA di Indonesia: Kepemimpinan Lemah!". *** Dalam tulisannya tersebut beliau menyebutkan bahwa penyebab konflik yang muncul belakangan disebabkan oleh radikalis seperti Islam gaya Arabia.
Sesungguhnya pendapatnya ini kebablasan, terjebak dalam logika generalisir dan prasangka yang berlebihan. Entah berdasarkan apa dia mengatakan bahwa konflik-konflik yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh Islam garis keras, atau paling tidak seharusnya beliau menyebutkan dengan spesifik kerusuhan yang mana yang dia maksudkan. Saya sangat menyayangkan kalimat "para radikalis seperti Islam gaya Arabia", kalimat yang terlalu umum dan "stereotype". Kemudian selanjutnya saudara Ninoy memberikan pendapat yang sifatnya prasangka negatif yang sebaiknya dibuktikan, bahwa gerakan Islam garis keras ini dimanfaatkan oleh sebagian wakil rakyat dan pemimpin. ***
Untuk kutipan di atas, saya sangat setuju, karena seyogyanya pemimpin bersifat adil terhadap semua komponen kepemimpinannya, sensitif dalam mendeteksi adanya potensi kerusuhan sosial di wilayah kepemimpinannya, bertindak tegas dalam menghilangkan potensi kerusuhan dan tegas dalam mengatasi kerusuhan yang sudah terjadi. ***
Pada kenyataannya memang sudah banyak kerusuhan yang terjadi walaupun alhamdulillah, tidak sampai membuat Indonesia bubar, dan saya tegaskan bahwa xenofobia adalah penyebab kerusuhan yang ada di dunia ini. Pembahasan yang lebih dalam mengenai xenofobia, insyallah dalam tulisan tersendiri, yang merupakan penjabaran yang lebih luas dari kutipan di bawah ini,
Ya, benar bahwa xenofobia bisa dijadikan alat untuk kepentingan orang atau kelompok yang tidak berperikemanusiaan, tetapi xenofobia bukanlah sesuatu yang baru, telah terjadi dalam keluarga nabi Adam Alaihissalam, dalam peristilahan mungkin iya relatif baru. Xenofobia ini adalah sifat yang sebisa mungkin harus dihilangkan dari peradaban manusia. Berdasarkan pendapat saudara Ninoy dalam tulisannya itu, saya mengambil kesimpulan bahwa beliau salah dalam memahami makna xenofobia. Kepada pembaca yang benar-benar berminat mendalami xenofobia, dari sekian banyak literatur, saya sangat merekomendasikan tulisan Innocenzo Fiore berikut,
*** Kepada saudara Ninoy N Karundeng, saya membuat tulisan ini dalam konteks diskusi, saya benar-benar minta maaf apabila ada kata-kata yang kurang tepat, dan dengan senang hati menerima kritik dan saran. Salam Hangat dan Damai Sahabat Kompasianers… [-Rahmad Agus Koto-] | ||||||||||||
Manfaat Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT OPINI | 02 November 2012 | 23:27 Dibaca: 14 Komentar: 0 Nihil Tidak sedikit guru yang mengabaikan apa sebenarnya manfaat dari penilaian pembelajaran. Yang terpikir adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran dan untuk laporan kepada wali kelas. Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa manfaat yang lain diantaranya :
Demikian beberapa manfaat dari penilaian, mudah-mudahan ini menambah sedikit wawasan bagi rekan guru, dengan harapan di dalam menyusun instrumen penilaian kedepan lebih baik lagi sehingga manfaatnya dapat optimal sesuai tujuannya. Siapa yang menilai tulisan ini? | ||||||||||||
MENGUNGKAP PAMALI ORANG BALARAJA (Materi Lifestyle Nonformal Para Karuhun ) Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT "Ulah ngakan buah urut lalay bisi borok susu….!" Jangan makan buah bekas kalong nanti payudaramu busuk! Begitu anak gadis di kampung Kami selalu diingatkan oleh para orang tua, dari kecil hingga sekarang. Pantang lain diantaranya, "Jangan makan pisang ambon…" bisi aamboneun, GR sendiri (baca: ngerasa cantik sendiri). Sedang bagi bujang, Jangan makan tunggir (ekor) ayam, takut diperbudak perempuan. Jangan makan daging burung puyuh, ntar ditinggalkan istri dan kerjanya ngurus anak. Pantangan lain bagi anak-anak. Jangan makan Jantung pisang, nanti kena penyakit jantung koroner. Jangan makan ceker ayam, nanti tulisannya jelek. Jangan minum kopi nanti jundeul alias bodoh. Selain makanan pantangan, karuhun Balaraja juga medogmatis perilaku tataetika. Diantaranya, jangan berdiri di tengah pintu, jauh jodoh. Duduk di atas meja, banyak hutang. Duduk di atas bantal, pantat bisa bisulan. Pantangan pun berlaku bagi suami yang beristri hamil. Diantaranya, jika hendak mandi jangan melilitkan handuk, nanti sang bayi lehernya terjerat tali ari-ari. Jika ada tamu jangan melihat di balik tirai, nanti saat bersalin kepalanya saja keluar sedang badan orok susah keluar. *** Orang yang lahir di Balaraja era ≤ 1980 banyak mengenal pamali alias per-tabu-an. Tabu salah satu ciri khas manusia zaman baheula. Tabu menjadi materi ajar nonformal dari generasi ke generasi. Materi pelajaran ini, membenam, membekas dan berkembang biak di benak otak gaya hidup masyarakat Balaraja, hingga kini. Saya yakin di bagian lain bumi Nusantara juga mengenal istilah tabu. Tentu saja, beraneka ragamnya. Tetapi tentunya memiliki tujuan dan maksud berbeda-beda. Lain ladang lain belalang, lain orang lain pula isi kepalanya. Yang membuat saya heran (mungkin kata orang sekarang, sugesti) pengalaman pribadi saya saat proses persalinan anak pertama. Anak saya lahir macet pas jidat karena ibunya kehabisan nafas beberapa kali sehingga harus dibantu oksigen oleh bidan kampung. Dampaknya, saat masih bayi di kepala anak saya, tampak garis merah melingkar membelah rambut dan jidatnya. Saya tahu betul…! Sebab punya kebiasaan apabila istri melahirkan. Saya selalu mengikuti dan melihat prosesi lahiran anak kami keluar dari rahim ibunya. Dan saat hamil istri, saya selalu memperhatikan kejadian apa pun dari balik tirai. Maklum, ini kebiasaan sewaktu masih bujang. Dari itu saya mulai setengah percaya kata-kata orang tua. Efek hubungan psikologi anak-orangtua ternyata sangat tinggi. Dalam hati saya, "Gak mau lagi-lagi dweh. Ngeri broooo…!" Pamali Warning ! Saya pikir kita jangan memasabodohkan semua pamali tersebut. Sebab tidak mungkin orang tua dulu mengajari itu bertujuan untuk memperbodoh turunannya. Saya yakin itu…! Walaupun, ada pamali guzhul fikri para Kumpeni. Jangan makan Ikan, cacingan luuh! Contoh saja pelajaran siloka (tidak langsung ke maksud dan tujuannya) berdiri di tengah pintu, duduk di bantal, duduk di meja berarti pelajaran etika yang tidak elok dipandang mata. Nah, kalau pantang makanan? Seperti anak yang candu minum kopi membuat jundeul. Ini benar, setelah saya baca artikel menurut penelitian dari Carnegie Mellon University, USA. Ternyata minum kopi berlebihan menyebabkan, Jundeul… ! Kalau anak Gadis tidak boleh makan pisang Ambon. Arti implisitnya juga jangan makan pisang cowok Jawa, Sunda, Padang, Batak, Bule, Negro dan lain-lain. Takut perutnya bengkak 9 bulan. Hahay… Tinggal, kita tunggu hasil penelitian dari efek makan tunggir ayam, jantung pisang, daging puyuh. Etc. Mungkinkah di antara penyebab kanker payudara (borok susu) juga akibat makan buah bekas lalay? Tafsiran saya dalam hati, Lalay badot, meureun…! (Kalong laki-laki, kalie hehe…). Bisa saja tokh…? ** Ket: Foto diunggah dari Embah Google | ||||||||||||
Di Balik Layar Kata Kita: Bahasa Identitas Bangsa Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT Program talkshow Kompas TV Kata Kita membahas tentang penggunaan bahasa di masyarakat Indonesia. Sudahkah Anda bangga berbahasa. Pernah dapat pesan pendek melalui telepon pintar seperti ini? 1928: Soempah Pemoeda 2000: Sumpah Pemuda 2010: Sump4h P3mud4 2012: Cumpaah? Miapaah? Evolusi, atau bahkan revolusi, bahasa kita memang menarik. Itulah yang menjadi alasan Kata Kita KompasTV mengambil tema tentang bahasa. Episode kali ini mengundang tiga tamu istimewa, sastrawan sekaligus pakar entimologi alias ilmu asal-usul kata Remy Sylado, selebritis dan aktivis jejaring sosial Melanie Subono, serta Ketua Umum Wikimedia Indonesia Siska Doviana. Suasana lalu-lintas Jakarta Selatan yang tak bersahabat membuat pengambilan gambar di Mezzaluna & Puriartha Showroom, Kemang Raya, tertunda hampir dua jam. Butuh strategi tersendiri untuk membuat mood para narasumber terjaga di tengah macet nan membuat suntuk. Termasuk saya, yang kebagian peran menjemput Remy Sylado di Taman Ismail Marzuki. Pria bernama lahir Yapi Panda Abdiel Tambajong ini tercatat pernah menjadi wartawan, dosen, pegiat teater, penulis novel, pemain film, kritikus sastra, dan juga pemusik yang produktif mengeluarkan album. Nama penanya diambil dari angka 23761, notasi yang diambilnya dari chord pertama lirik lagu All My Loving karya The Beatles. "Itulah lagu pertama Beatles yang saya mainkan," kata pria 67 tahun ini. Remy gemar sekali berpenampilan serba putih, mulai baju, ikat pinggang, sampai sepatu. Tentu, selain rambut yang menjadi ciri khasnya menjadi mudah dikenali saat ia mengirim pesan pendek, "Sy di depan XXI". Tentang kebiasaannya berputih-putih ini, Remy tertawa lepas, "Ah, itu karena saya memang suka putih. Tapi, kalau di rumah, saya bisa pakai apa saja, kembang-kembang, jeans, atau kotak-kotak." Hanya sepelemparan batu menuju Kemang, antrean mobil kian merayap. Remy Sylado ingat, ada yang kurang dari performa dirinya. "Kalau ketemu toko kecil, mampir dulu ya." Maka, di kemacetan Jalan Bangka, ia melompat, masuk ke sebuah minimarket, dan keluar dengan membawa sebatang silet cukur. "Sudah lama saya tak membersihkan janggut," katanya, lalu bersiul-siul riang setelah menyapu bagian dagu dan kumisnya. Kegelisahan sang munsyi Di restoran yang ditata jadi panggung dadakan, dipandu tuan rumah (ini padanan dari kata host) Kata Kita Timothy Marbun, Remy kembali jadi bintang. Ia memang Munsyi, ahli kalau bicara soal bahasa. Menurut Remy, dalam teks Proklamasi Kemerdekaan RI, hanya satu kata benar-benar bahasa Indonesia, yakni "yang". Sisanya serapan dari kata dalam bahasa Inggris, Belanda, Sansekerta, Portugis, dan lain-lain. "Proklamasi sendiri berasal dari bahasa Belanda yakni proclamatie, bukan bahasa Inggris. Karena kalau ambil bahasa Inggris, yang dipakai proclamation," kata penulis buku 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing ini. Buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia ini ditulis dengan nama samarannya yang lain, Alif Danya Munsyi. Melanie Subono diundang sebagai representasi anak muda, yang dianggap memberikan inspirasi melalui blog, maupun kicauan twitter kepada lebih dari 300 ribu pengikutnya. Tegas Melanie membantah penggunaan bahasa Indonesia membinasakan bahasa daerah. "Saya kira keduanya saling melengkapi," katanya. Remy pun menimpali, dengan memberikan contoh beberapa kosa-kata bahasa daerah yang kini lazim dipakai dan dianggap sebagai bahasa Indonesia. "Kata patungan dan ngabuburit itu bahasa Sunda. Sementara kata baku tembak berasal dari kosa-kata bahasa Manado," katanya. Sebaliknya, Remy mengaku sedih pada penggunaan bahasa asing yang kian merajalela di negeri ini. Menurutnya, kata-kata seperti busway, underpass, atau three in one harus segera dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. "Mengapa sih pakai singkatan dalam bahasa asing? Apa itu JORR? Jalan Ora Rampung Rampung?" protesnya. Di tengah arus penggunaan bahasa Indonesia 'gaul' pada kasus-kasus tertentu, bahasa formal tetap harus jadi acuan utama. Seperti yang disepakati para relawan Wikimedia Indonesia, sebagai mitra lokal pengelola situs Wikipedia. "Kami berpatokan pada bahasa yang baku. Misalnya kami memilih menggunakan kata Cina, bukan China, dan penyandang cacat, bukan disabilitas, karena memang kata-kata itulah yang formal," kata Siska Doviana. Membicarakan bahasa, yang sering disebut sebagai identitas sebuah bangsa, ternyata amat menarik dan tidak menjemukan. Selengkapnya, saksikan di Kata Kita Kompas TV, Selasa, 6 November 2012 pukul 22.00-23.00 | ||||||||||||
5 Kata Paling Populer Di Jakarta Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT OPINI | 02 November 2012 | 23:20 Dibaca: 19 Komentar: 0 Nihil Sebagai warga ibukota Jakarta, saya tentu saja terus mengikuti perkembangan kota kelahiran tercinta. Walaupun sekarang sedang merantau, berita tentang Jakarta menjadi topik keseharian yang saya cari di media online. Nah, terinspirasi dari berbagai macam berita yang saya baca di sebuah 'online news' - bukan kompasiana - ada beberapa kata yang sering dipakai dalam pemberitaan ibukota. Dari situ saya membuat suatu kesimpulan paling tidak ada 5 kata paling populer di kota yang saat ini 'dibesut' oleh bapak Jokowi : 1. Macet 2. Padat 3. Panas 4. Banjir 5. Jokowi Ayo semangat pak Gubernur! Salam hangat dari Shanghai! |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar