Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 02 November 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Hati-Hati Belanja di Hypermart

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

Hayu atuh Kompasianer Bandung,

urang sasarengan nyerat blog nganggo

Basa Sunda yu?

30 October 2012

Hiji mangsa Raja di zaman pamarentahan dinasty umayah boga maksud mecak kataatan jeung kajujuran rahayatna. Raja ngumumkeun ka rahayatna supaya ngumpulkeun sasendok madu. Eta madu kudu di kumpulkeun dina hiji ...
Usman Kusmana Komentar

29 October 2012

Salam wa rahmah. Nembe noongan rubrik anu aya dina Kompasiana. Sidik dipangluhurna aya rubrik Bandung anu subna aya Nyunda. Sajongjonan kuring rada bingung. Naon ari nyunda? Naha sagala rupa anu kaitanna ...
Ahmad Sahidin Komentar

22 October 2012

Allahumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad Ieu munajat atawa du'a anu dicokot tina buku susunan Ustadz Jalal. Kusimkuring diguar. Sugan engke tiasa noron per bagean munajat. Tah dihandap ieu, manawi ...
Ahmad Sahidin Komentar

Kesalahpahaman Ninoy N Karundeng Terhadap Penyebab Konflik Sosial dan Makna Xenofobia

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

Dalam merespon tulisan saya sebelumnya, "Xenofobia Sebagai Salah Satu Penyebab Utama Konflik Sosial", saudara Ninoy R Karundeng membuat tulisan, "Xenophobia Bukan Penyebab Kerusuhan SARA di Indonesia: Kepemimpinan Lemah!".

***

Dalam tulisannya tersebut beliau menyebutkan bahwa penyebab konflik yang muncul belakangan disebabkan oleh radikalis seperti Islam gaya Arabia.

"Konflik yang muncul belakangan disebabkan oleh para radikalis seperti Islam gaya Arabia, bukan Islam Indonesia yang moderat. Islam garis keras yang marasuk ke mana-mana. Kampanye kekerasan lewat kampus, sekolah dan sebagianya pada akhirnya menciptakan masyarakat yang anti perbedaan. Keadaan ini didukung oleh kepentingan politik para wakil rakyat dan pemimpin yang ingin mengakomodasi kelompok konservatif dan garis keras ini."

Sesungguhnya pendapatnya ini kebablasan, terjebak dalam logika generalisir dan prasangka yang berlebihan. Entah berdasarkan apa dia mengatakan bahwa konflik-konflik yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh Islam garis keras, atau paling tidak seharusnya beliau menyebutkan dengan spesifik kerusuhan yang mana yang dia maksudkan.

Saya sangat menyayangkan kalimat "para radikalis seperti Islam gaya Arabia", kalimat yang terlalu umum dan "stereotype".

Kemudian selanjutnya saudara Ninoy memberikan pendapat yang sifatnya prasangka negatif yang sebaiknya dibuktikan, bahwa gerakan Islam garis keras ini dimanfaatkan oleh sebagian wakil rakyat dan pemimpin.

***

"Peran pemimpin yang tidak tegas dan kepemimpinan yang lemahlah yang menyebabkan kerusuhan mudah meledak. Mereka tidak lagi percaya dan tidak melihat para pemimpin sebagai panutan."

Untuk kutipan di atas, saya sangat setuju, karena seyogyanya pemimpin bersifat adil terhadap semua komponen kepemimpinannya, sensitif dalam mendeteksi adanya potensi kerusuhan sosial di wilayah kepemimpinannya, bertindak tegas dalam menghilangkan potensi kerusuhan dan tegas dalam mengatasi kerusuhan yang sudah terjadi.

***

"Jika xenophobia sebagai penyebab kerusuhan, maka sejak dulu pasti akan banyak kerusuhan dan Indonesia sudah bubar. Program Transmigrasi juga tak akan berhasil."

"Jangan mau mendengarkan tesis tentang kebencian antar golongan dan agama dijadikan alat, dan xenophobia dijadikan kampanye baru model untuk memecah belah kerukunan bangsa."

Pada kenyataannya memang sudah banyak kerusuhan yang terjadi walaupun alhamdulillah, tidak sampai membuat Indonesia bubar, dan saya tegaskan bahwa xenofobia adalah penyebab kerusuhan yang ada di dunia ini.

Pembahasan yang lebih dalam mengenai xenofobia, insyallah dalam tulisan tersendiri, yang merupakan penjabaran yang lebih luas dari kutipan di bawah ini,

"Munculnya sifat xenofobia ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah miskomunikasi, trauma, akses informasi yang terbatas dan kecemburuan sosial."

Ya, benar bahwa xenofobia bisa dijadikan alat untuk kepentingan orang atau kelompok yang tidak berperikemanusiaan, tetapi xenofobia bukanlah sesuatu yang baru, telah terjadi dalam keluarga nabi Adam Alaihissalam, dalam peristilahan mungkin iya relatif baru.

Xenofobia ini adalah sifat yang sebisa mungkin harus dihilangkan dari peradaban manusia.

Berdasarkan pendapat saudara Ninoy dalam tulisannya itu, saya mengambil kesimpulan bahwa beliau salah dalam memahami makna xenofobia.

Kepada pembaca yang benar-benar berminat mendalami xenofobia, dari sekian banyak literatur, saya sangat merekomendasikan tulisan Innocenzo Fiore berikut,

"The psychological dynamics that make people xenophobic"   Rivistadipsicologia Clinica - (PDF).

***

Kepada saudara Ninoy N Karundeng, saya membuat tulisan ini dalam konteks diskusi, saya benar-benar minta maaf apabila ada kata-kata yang kurang tepat, dan dengan senang hati menerima kritik dan saran.

Salam Hangat dan Damai Sahabat Kompasianers…

[-Rahmad Agus Koto-]

Manfaat Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

OPINI | 02 November 2012 | 23:27 Dibaca: 14   Komentar: 0   Nihil

Tidak sedikit guru yang mengabaikan apa sebenarnya manfaat dari penilaian pembelajaran. Yang terpikir adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran dan untuk laporan kepada wali kelas.

Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa manfaat yang lain diantaranya :

  1. Perbaikan (remidial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM. Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajarnya sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai.
  2. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif.
  3. Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya.
  4. Pelaporan. Hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.

Demikian beberapa manfaat dari penilaian, mudah-mudahan ini menambah sedikit wawasan bagi rekan guru, dengan harapan di dalam menyusun instrumen penilaian kedepan lebih baik lagi sehingga manfaatnya dapat optimal sesuai tujuannya.

Siapa yang menilai tulisan ini?

MENGUNGKAP PAMALI ORANG BALARAJA (Materi Lifestyle Nonformal Para Karuhun )

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

1351872550766481518

"Ulah ngakan buah urut lalay bisi borok susu….!"

Jangan makan buah bekas kalong nanti payudaramu busuk!

Begitu anak gadis di kampung Kami selalu diingatkan oleh para orang tua, dari kecil hingga sekarang.

Pantang lain diantaranya, "Jangan makan pisang ambon…" bisi aamboneun, GR sendiri (baca: ngerasa cantik sendiri).

Sedang bagi bujang, Jangan makan tunggir (ekor) ayam, takut diperbudak perempuan. Jangan makan daging burung puyuh, ntar ditinggalkan istri dan kerjanya ngurus anak.

Pantangan lain bagi anak-anak. Jangan makan Jantung pisang, nanti kena penyakit jantung koroner. Jangan makan ceker ayam, nanti tulisannya jelek. Jangan minum kopi nanti jundeul alias bodoh.

Selain makanan pantangan, karuhun Balaraja juga medogmatis perilaku tataetika. Diantaranya, jangan berdiri di tengah pintu, jauh jodoh. Duduk di atas meja, banyak hutang. Duduk di atas bantal, pantat bisa bisulan.

Pantangan pun berlaku bagi suami yang beristri hamil. Diantaranya, jika hendak mandi jangan melilitkan handuk, nanti sang bayi lehernya terjerat tali ari-ari. Jika ada tamu jangan melihat di balik tirai, nanti saat bersalin kepalanya saja keluar sedang badan orok susah keluar.

***

Orang yang lahir di Balaraja era 1980 banyak mengenal pamali alias per-tabu-an. Tabu salah satu ciri khas manusia zaman baheula. Tabu menjadi materi ajar nonformal dari generasi ke generasi. Materi pelajaran ini, membenam, membekas dan berkembang biak di benak otak gaya hidup masyarakat Balaraja, hingga kini.

Saya yakin di bagian lain bumi Nusantara juga mengenal istilah tabu. Tentu saja, beraneka ragamnya. Tetapi tentunya memiliki tujuan dan maksud berbeda-beda. Lain ladang lain belalang, lain orang lain pula isi kepalanya.

Yang membuat saya heran (mungkin kata orang sekarang, sugesti) pengalaman pribadi saya saat proses persalinan anak pertama. Anak saya lahir macet pas jidat karena ibunya kehabisan nafas beberapa kali sehingga harus dibantu oksigen oleh bidan kampung. Dampaknya, saat masih bayi di kepala anak saya, tampak garis merah melingkar membelah rambut dan jidatnya.

Saya tahu betul…! Sebab punya kebiasaan apabila istri melahirkan. Saya selalu mengikuti dan melihat prosesi lahiran anak kami keluar dari rahim ibunya. Dan saat hamil istri, saya selalu memperhatikan kejadian apa pun dari balik tirai. Maklum, ini kebiasaan sewaktu masih bujang.

Dari itu saya mulai setengah percaya kata-kata orang tua. Efek hubungan psikologi anak-orangtua ternyata sangat tinggi. Dalam hati saya, "Gak mau lagi-lagi dweh. Ngeri broooo…!"

Pamali Warning !

Saya pikir kita jangan memasabodohkan semua pamali tersebut. Sebab tidak mungkin orang tua dulu mengajari itu bertujuan untuk memperbodoh turunannya. Saya yakin itu…!

Walaupun, ada pamali guzhul fikri para Kumpeni. Jangan makan Ikan, cacingan luuh!

Contoh saja pelajaran siloka (tidak langsung ke maksud dan tujuannya) berdiri di tengah pintu, duduk di bantal, duduk di meja berarti pelajaran etika yang tidak elok dipandang mata.

Nah, kalau pantang makanan? Seperti anak yang candu minum kopi membuat jundeul. Ini benar, setelah saya baca artikel menurut penelitian dari Carnegie Mellon University, USA. Ternyata minum kopi berlebihan menyebabkan, Jundeul… !

Kalau anak Gadis tidak boleh makan pisang Ambon. Arti implisitnya juga jangan makan pisang cowok Jawa, Sunda, Padang, Batak, Bule, Negro dan lain-lain. Takut perutnya bengkak 9 bulan. Hahay…

Tinggal, kita tunggu hasil penelitian dari efek makan tunggir ayam, jantung pisang, daging puyuh. Etc.

Mungkinkah di antara penyebab kanker payudara (borok susu) juga akibat makan buah bekas lalay? Tafsiran saya dalam hati, Lalay badot, meureun…! (Kalong laki-laki, kalie hehe…). Bisa saja tokh…? **

Ket: Foto diunggah dari Embah Google

Di Balik Layar Kata Kita: Bahasa Identitas Bangsa

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

Program talkshow Kompas TV Kata Kita membahas tentang penggunaan bahasa di masyarakat Indonesia. Sudahkah Anda bangga berbahasa.

13518731851517259757

Kata Kita membahas Bahasa Kita. Saatnya bangga berbahasa Indonesia.

Pernah dapat pesan pendek melalui telepon pintar seperti ini?

1928: Soempah Pemoeda

2000: Sumpah Pemuda

2010: Sump4h P3mud4

2012: Cumpaah? Miapaah?

Evolusi, atau bahkan revolusi, bahasa kita memang menarik. Itulah yang menjadi alasan Kata Kita KompasTV mengambil tema tentang bahasa. Episode kali ini mengundang tiga tamu istimewa, sastrawan sekaligus pakar entimologi alias ilmu asal-usul kata Remy Sylado, selebritis dan aktivis jejaring sosial Melanie Subono, serta Ketua Umum Wikimedia Indonesia Siska Doviana.

Suasana lalu-lintas Jakarta Selatan yang tak bersahabat membuat pengambilan gambar di Mezzaluna & Puriartha Showroom, Kemang Raya, tertunda hampir dua jam. Butuh strategi tersendiri untuk membuat mood para narasumber terjaga di tengah macet nan membuat suntuk. Termasuk saya, yang kebagian peran menjemput Remy Sylado di Taman Ismail Marzuki.

Pria bernama lahir Yapi Panda Abdiel Tambajong ini tercatat pernah menjadi wartawan, dosen, pegiat teater, penulis novel, pemain film, kritikus sastra, dan juga pemusik yang produktif mengeluarkan album. Nama penanya diambil dari angka 23761, notasi yang diambilnya dari chord pertama lirik lagu All My Loving karya The Beatles. "Itulah lagu pertama Beatles yang saya mainkan," kata pria 67 tahun ini.

Remy gemar sekali berpenampilan serba putih, mulai baju, ikat pinggang, sampai sepatu. Tentu, selain rambut yang menjadi ciri khasnya menjadi mudah dikenali saat ia mengirim pesan pendek, "Sy di depan XXI". Tentang kebiasaannya berputih-putih ini, Remy tertawa lepas, "Ah, itu karena saya memang suka putih. Tapi, kalau di rumah, saya bisa pakai apa saja, kembang-kembang, jeans, atau kotak-kotak."

Hanya sepelemparan batu menuju Kemang, antrean mobil kian merayap. Remy Sylado ingat, ada yang kurang dari performa dirinya. "Kalau ketemu toko kecil, mampir dulu ya." Maka, di kemacetan Jalan Bangka, ia melompat, masuk ke sebuah minimarket, dan keluar dengan membawa sebatang silet cukur. "Sudah lama saya tak membersihkan janggut," katanya, lalu bersiul-siul riang setelah menyapu bagian dagu dan kumisnya.

Kegelisahan sang munsyi

13518732171687508779

Timothy Marbun, pemandu Kata Kita. Membincangkan bahasa bersama tiga tamu

Di restoran yang ditata jadi panggung dadakan, dipandu tuan rumah (ini padanan dari kata host) Kata Kita Timothy Marbun, Remy kembali jadi bintang. Ia memang Munsyi, ahli kalau bicara soal bahasa.

Menurut Remy, dalam teks Proklamasi Kemerdekaan RI, hanya satu kata benar-benar bahasa Indonesia, yakni "yang". Sisanya serapan dari kata dalam bahasa Inggris, Belanda, Sansekerta, Portugis, dan lain-lain. "Proklamasi sendiri berasal dari bahasa Belanda yakni proclamatie, bukan bahasa Inggris. Karena kalau ambil bahasa Inggris, yang dipakai proclamation," kata penulis buku 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing ini. Buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia ini ditulis dengan nama samarannya yang lain, Alif Danya Munsyi.

Melanie Subono diundang sebagai representasi anak muda, yang dianggap memberikan inspirasi melalui blog, maupun kicauan twitter kepada lebih dari 300 ribu pengikutnya. Tegas Melanie membantah penggunaan bahasa Indonesia membinasakan bahasa daerah. "Saya kira keduanya saling melengkapi," katanya.

Remy pun menimpali, dengan memberikan contoh beberapa kosa-kata bahasa daerah yang kini lazim dipakai dan dianggap sebagai bahasa Indonesia. "Kata patungan dan ngabuburit itu bahasa Sunda. Sementara kata baku tembak berasal dari kosa-kata bahasa Manado," katanya.

Sebaliknya, Remy mengaku sedih pada penggunaan bahasa asing yang kian merajalela di negeri ini. Menurutnya, kata-kata seperti busway, underpass, atau three in one harus segera dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. "Mengapa sih pakai singkatan dalam bahasa asing? Apa itu JORR? Jalan Ora Rampung Rampung?" protesnya.

Di tengah arus penggunaan bahasa Indonesia 'gaul' pada kasus-kasus tertentu, bahasa formal tetap harus jadi acuan utama. Seperti yang disepakati para relawan Wikimedia Indonesia, sebagai mitra lokal pengelola situs Wikipedia. "Kami berpatokan pada bahasa yang baku. Misalnya kami memilih menggunakan kata Cina, bukan China, dan penyandang cacat, bukan disabilitas, karena memang kata-kata itulah yang formal," kata Siska Doviana.

Membicarakan bahasa, yang sering disebut sebagai identitas sebuah bangsa, ternyata amat menarik dan tidak menjemukan. Selengkapnya, saksikan di Kata Kita Kompas TV, Selasa, 6 November 2012 pukul 22.00-23.00

5 Kata Paling Populer Di Jakarta

Posted: 02 Nov 2012 09:46 AM PDT

OPINI | 02 November 2012 | 23:20 Dibaca: 19   Komentar: 0   Nihil

Sebagai warga ibukota Jakarta, saya tentu saja terus mengikuti perkembangan kota kelahiran tercinta. Walaupun sekarang sedang merantau, berita tentang Jakarta menjadi topik keseharian yang saya cari di media online. Nah, terinspirasi dari berbagai macam berita yang saya baca di sebuah 'online news' - bukan kompasiana - ada beberapa kata yang sering dipakai dalam pemberitaan ibukota.

Dari situ saya membuat suatu kesimpulan paling tidak ada 5 kata paling populer di kota yang saat ini 'dibesut' oleh bapak Jokowi :

1. Macet
Kata ini sepertinya sangat 'nempel' di lidah dan hati warga Jakarta. Malam ini saja dari satu situs berita online saya mendapatkan lebih dari sepuluh kali penggunaan kata macet di dalam satu halaman situs tersebut

2. Padat
Kata ini teman dekat dari macet, jadi ibarat perangko ketemu amplop bisa dikatakan dimana ada kata macet, kata padat juga ikut nimbrung

3. Panas
Nah kata ini juga populer di Jakarta. Setiap hari pasti ada warga Jakarta yang mengatakan 'Panas sekali ya hari ini' :-)

4. Banjir
Kata ini juga identik dengan ibukota tercinta. Terlebih dengan pembangunan banjir kanal timur maka kata ini dipastikan sangat melekat dibenak warga ibukota

5. Jokowi
Kata terakhir ini cukup unik, karena baru belakangan kata yang bukan lain adala nama gubernur DKI yang baru ini sangat populer baik di media massa maupun media mulut warga Jakarta karena membawa harapa besar untuk mengenyahkan empat kata sebelumnya. Semoga harapan ini tidak disia siakan sehingga kelak kata yang paling populer di seantero ibukota adalah nama sang gubernur dan kata tersebut bermakna positif

Ayo semangat pak Gubernur!

Salam hangat dari Shanghai!

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar