Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 28 Desember 2013 1 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


“BRONDONG”, BO’….! (Kepada Perempuan dalam Penantian 7)

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

Siapa bilang pilihan menikah dengan perempuan berusia lebih tua itu menjadi dilema hanya bagi laki-laki? Sebagian perempuan -sama halnya juga dengan sebagian lelaki- juga merasakan dilema jika dihadapkan pada pilihan menikah dengan laki-laki yang lebih muda. Ini penggalan lain diskusi saya dengan teman yang saya sebutkan pada episode sebelumnya. Sedikit nyeleneh ya, pilihan judul episode kali ini…? Ya… saya pun tersenyum saat menuliskannya, sepintas terbayang lambaian tangan waria sambil mengucapkan kata itu. "Brondong, bo'..!". Hahaha… akhirnya saya tertawa.

Konon, ada beberapa argumentasi kenapa umumnya laki-laki enggan menikah dengan perempuan yang lebih tua. Pertama, alasan peluang memperoleh keturunan. Untuk alasan ini saya sangat memaklumi dan memang salah satu tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan yang baik. Dalam kajian hukum Islam, di antara maqashid syariah adalah memelihara kehormatan dan juga keturunan. Ditinjau dari ilmu terkait reproduksi, alasan ini juga sangat dimaklumi sebab masa fertilitas perempuan itu stabil sampai usia sekitar 35 tahun, dan mulai menurun setelah usia 40 tahun. Jadi, manusiawi dan masuk dalam timbangan syar'i saya pikir. Tapi kita juga tentu sama-sama mafhum bahwa urusan memperoleh keturunan juga adalah urusan amanah dari Allah. Ummul mukminin Khadijah melahirkan anak-anak shalehah juga pada usia lebih 40 tahun. Sedangkan ibunda Aisyah yang lebih belia tidak diberikan Allah amanah yang sama. Bercermin pada kisah pernikahan-pernikahan Rasulullah memang benar-benar mengantarkan kita pada lautan hikmah tak bertepi.

Dalam kehidupan saat ini, berbagai permasalahan keturunan juga kita temui dalam banyak sekali varian kasus. Seminggu lalu saya mendengarkan diskusi 2 orang rekan di kantor tentang memperoleh keturunan. Beberapa kisah teman-teman lain sempat mereka bicarakan. Bahkan ada yang sudah lebih 20 tahun menikah, belum juga memiliki keturunan. Saat itu, saya hanya berpikir, "Begitulah hidup, selesai 1 fase masalah, akan selalu ada masalah lainnya. Sebelum menikah, orang selalu bertanya kapan menikah, setelah menikah juga akan kembali ditanya kapan punya anak, begitu seterusnya". Selain urusan umur -dan takdir Allah tentunya- kesehatan reproduksi adalah hal yang harus selalu diperhatikan oleh siapapun yang ingin memiliki keturunan. Sehingga, secara ilmiah resiko tidak memiliki keturunan bisa diminimalisir. Intinya, meskipun secara rasional peluangnya lebih kecil, tapi tidaklah harga mati.

Alasan kedua adalah tradisi. Tradisi umum masyarakat Indonesia masih sangat tabu dengan pernikahan dimana usia calon suami lebih muda dibanding calon isteri. Berbeda 180º jika calon isteri lebih muda, kesannya lebih "prestisius". Kadang, terpikir kenapa demikian tidak adil? Tapi, itukan mungkin hanya pemikiran saya. Repotnya, kalau sudah berurusan dengan tradisi, maka kita dihadapkan pada demikian banyak pertimbangan, ya hubungan dengan keluarga besar-lah, gunjingan masyarakat sekitar-lah, dan sebagainya. Pernah ada kisah sedikit lucu sekaligus miris yang dialami seorang sahabat saya sekitar 10 tahun lalu. Muslimah ini termasuk "idola" di kalangan muslimah yang mengenalnya. Cerdas, aktif, ber-duit dan jelasnya shalehah. Meski usianya sudah menjelang 30 tahun waktu itu, parasnya imut, masih layak dianggap mahasiswa tahun-tahun awal. Waktu itu, beliau menjalani proses ta'aruf dengan laki-laki yang lebih muda beberapa tahun. Ketika sesi berkenalan dengan keluarga si calon, awalnya semua berjalan lancar. Calon mertua dan keluarga tampak senang. Sampai kemudian terjadilah kesalahan kecil namun berakibat fatal. Ketika bicara dengannya, karena sebelumnya terbiasa, si lelaki tetap memanggil "kakak". Sontak keluarga kaget dan bertanya berapa umur calon menantu. Ternyata, selama ini perbedaaan umur tidak terkomunikasikan dengan keluarga. Akhirnya, keluarga menolak dan semuanya berakhir.

Meskipun tabu di Indonesia, kecuali di beberapa kota besar, pasangan perempuan lebih tua dari laki-laki tampaknya tidaklah tabu di negara-negara Barat, dan juga di negara-negara Arab. Sebelum menulis episode ini, saya sempat membuka-buka kembali referensi kisah-kisah sahabat Rasulullah. Jarang sekali saya temukan rincian umur saat menikah dibahas dalam beberapa referensi yang ada. Tapi sekedar bahan analisis saya tuliskan kisah salah seorang shahabiyah Rasulullah yang dikenal dengan julukan isteri para syuhada, Atika binti Zaid. Meski saya tak berhasil menemukan tahun lahir beliau tapi kita bisa mencoba membandingkan umur suami-suami beliau. Atika pertama sekali menikah dengan Abdullah bin Abu Bakar. Setelah Abdullah syahid, Atika menikah dengan Umar bin Khattab yang umurnya lebih muda 9 tahun dari mertua pertama Atika (Abu Bakar). Setelah Umar syahid, Atika menikah dengan Zubair bin Awwam, suami adik iparnya, Asma binti Abu Bakar. Zubair sendiri lebih muda 13 tahun dari Umar, suami keduanya. Setelah Zubair wafat, dalam usia 50an tahun, Atika menikah dengan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW. Lihatlah bagaimana Atika memiliki 4 orang suami dari usia yang berbeda jauh. Abdullah dan Zubair mungkin sebaya, tapi Umar jauh lebih tua dari mereka, sedang Husein jauh lebih muda dari mereka. Jika dibandingkan dengan usia Rasulullah, Umar lebih muda 10 tahun dan Husein lebih muda 55 tahun dari Rasulullah. Tidakkah ini menarik?

Pertanyaannya adalah, jika pun usia calon isteri lebih tua, tapi padanya terdapat suatu keutamaan sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sunnahnya, kenapa menjadi demikian tabu dalam tradisi kita yang mayoritas muslim? Untuk kondisi ini, komunikasi intensif dengan keluarga besar menjadi salah satu solusi yang sangat layak dicoba. Tradisi memang tak akan berubah secara tiba-tiba dan dramatis, tapi perlahan tetap bisa berubah.

Ketiga, adalah alasan keindahan fisik; semakin tua, semakin tak cantik. Saya jadi ingat candaan populer di kalangan aktivis-aktivis dakwah kampus zaman awal saya kuliah dulu. Waktu itu awal tahun 2000an, saat tema menikah dini menjadi populer. Dalam candaan itu disebut bahwa para aktivis muda umumnya mencari calon isteri yang tinggi, berkulit putih, berparas cantik, dan bahkan ada yang menyebut kriteria tertawanya renyah. "Parah! Tertawa saja sudah seperti kue. Apa sebelum nikah harus uji tertawa dulu?", begitulah tanggapan saya ketika mendengar kisah itu. Ungakapan "Don't judge a book by the cover", tampaknya tak berlaku bagi kelompok ini. Meskipun kriteria ini termasuk 1 dari 4 kriteria memilih pasangan yang diajarkan Rasulullah, tapi pada prakteknya tidak menjadi pertimbangan utama Rasulullah dalam menikahi sebagian dari isteri-isteri beliau. Setelah ibunda Khadijah wafat, perempuan yang mendapat anugerah menjaid isteri Rasulullah dan merawat anak-anak beliau adalah ibunda Saudah binti Zam'ah. Meski tidak terkategori cantik, tapi beliau dikenal dengan keikhlasan dan kemurahan hatinya. Sampai-sampai ibunda Aisyah yang pencemburu pun kehilangan rasa cemburunya khusus kepada beliau. Membahas alasan ini, saya hanya bisa tersenyum tipis saja, benar ini sangat manusiawi dan diperbolehkan. Walaupun mungkin perlu dipertimbangkan kembali jika alasan ini dijadikan pertimbangan utama dalam memilih. Toh, kata Rasulullah, jika ingin beruntung maka utamakanlah kriteria agama.

Namun, tak semua juga laki-laki enggan menikah dengan perempuan yang lebih tua. Saya banyak memiliki teman-teman yang menjalani pernikahan seperti ini dalam keharmonisan. Salah seorang rekan kerja saya (perempuan) beberapa tahun lalu, menikah dengan laki-laki yang 9 tahun lebih muda. "Mas", demikian dia memanggil suaminya, yang kadang sengaja dengan sangat romantis. Sahabat lainnya dalam sebuah organisasi (laki-laki), menikah dengan senior kami yang lebih tua 3 tahun. Kadang-kadang, jaim sekali sahabat saya itu di depan isterinya. Saya pun kadang tertawa melihatnya, mengingat saya paham betul karakter asli sahabat saya itu. Kadang memang terukir kisah-kisah lucu, tapi itulah warna pelangi yang mereka pilih dalam bahtera rumah tangganya. Bahkan, ada seorang senior saya di sebuah organisasi lain (perempuan) yang menikah dengan yuniornya di organisasi. Dengan sumringah dia pernah berkisah, "Kalau lagi sebel, kadang saya akan memanggil suami dengan kata dek, lalu kami akan tertawa", katanya. Tak tanggung-tanggung, pasangan ini malah dikenal di kalangan rekan-rekannya sebagai pasangan romantis yang sering memberi pelatihan keluarga sakinah secara berpasangan. Di luar kisah yang saya tulis, bisa jadi ada kisah-kisah gagal, tapi setidaknya banyak contoh yang sukses. Sunnah alam.

Sejujurnya, saya tertarik dengan tausiyah seorang ustadz yang diceritakan sahabat saya tadi dalam diskusi. Taushiyah yang diakuinya juga menginspirasinya dalam pencarian jodoh yang alhamdulillah telah bertemu dalam ijab-qabul beberapa hari lalu. Baiklah saya kutipkan taushiyah tersebut.

"Ingin isteri yang lebih muda, belajarlah dari rumah tangga Rasul dengan Aisyah. Romantis memang, menyenangkan, cantik, tapi Aisyah sebagai perempuan muda pencemburu degan isteri yang lebih tua. Lihatlah rumah tangga Rasul degan Khadijah, romantismenya berbeda degan yang tadi, juga tak secantik Aisyah, kehidupannya tak seperti bagaimana riangnya bersama Aisyah. Tapi lihat kesabarannya, lihat keibuannya, lihat jua pengorbanannya. Meski Aisyah juga berkorban banyak, tapi tetap tak mampu mengalahkan Khadijah. Lihat juga konflik yang pernah ada. Karena cantik dan mudanya Aisyah, Rasul pun sempat terhasut oleh fitnah, apalagi kita yangg insan biasa. Tapi lihat bagaimana tingkat kesetiaan Khadijah. Bukan tak ada lelaki yang juga ingin memperistri beliau, tapi Rasul merasa nyaman dan tenang dari seorang Khadijah".

Sebuah taushiyah yang sangat indah saya pikir. Walaupun tentu saja realitas sekarang tidak selalu seperti perbandingan dalam taushiyah ini. Semua kembali lagi pada sosok seperti apa yang kita temui dalam kehidupan kita. Tua atau muda, sama-sama memiliki potensi fujur dan taqwa sebagaimana diisyaratkan Allah untuk seluruh manusia dalam QS. Asy-Syams: 8.

Lalu, apa alasan sebagian perempuan juga enggan menikah dengan laki-laki lebih muda? Alasannya juga tidaklah tunggal. Di antaranya adalah tingkat keyakinan terhadap kepemimpinan laki-laki berusia muda. Sebagai makmum dalam rumah tangga, perempuan itu mengharapkan imam yang lebih dewasa, mampu memimpin dengan arif-bijaksana juga penuh kasih-sayang dan perhatian. Meski tak semua, setidaknya kekurang-dewasaan laki-laki muda banyak ditemui. Mungkin inilah rahasianya kenapa perbedaan usia dalam pernikahan bukan permasalahan pelik di kalangan para sahabat Rasulullah. Sebab, para sahabat Rasulullah memiliki jiwa kepemimpinan tak mumpuni. Ali bin Abi Thalib, Hanzholah, Mush'ab bin Umair, adalah sedikit dari tokoh-tokoh muda pengukir tinta emas sejarah. Selain alasan itu, ada juga alasan yang cenderung melankolis; perempuan takut kehilangan. Kecenderungan perempuan yang lebih cepat terlihat tua serta alasan lainnya, memberikan kekhawatiran perempuan akan kehilangan suaminya. Walaupun, sebenarnya yang tua juga belum tentu setia. Sampai-sampai ada istilah "Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi". Mungkin juga masih ada alasan lain di luar ini yang belum saya temukan.

Pada akhirnya, saya ingin menyampaikan sebuah pandangan yang agak ideal, walaupun sebenarnya untuk diri saya sendiri belum sepenuhnya terinternalisasi. Perbedaan usia dimana laki-laki lebih muda, bukanlah sebuah persoalan yang demikian menakutkan untuk pernikahan. Secara syariat tak ada halangan, fakta-fakta lapangan juga menunjukkan peluang keberhasilan menjadi keluarga samara. Jika nampak kebaikan di dalamnya, jika lewat istikharah Allah memberi petunjuk jalan, maka mantapkan keputusan untuk menjalani. Demikian juga sebaliknya. Hal terpenting, jangan memagari diri bahwa hal ini tabu atau menakutkan. Siapa yang tahu apa yang terbaik untuk hidup kita, selain Sang Khaliq…?

Sebagai penutup, saya tuliskan kisah yang baru saya dengar dalam pekan ini. Sahabat saya bercerita, bahwa dia insya Allah sedang dalam proses menuju pernikahan. Calon suaminya lebih muda 6 tahun. Ketika sahabat saya itu bertanya tentang masalah umur pada si lelaki, anda tahu jawabannya apa? Sangat jenaka, tapi juga menggugah. "Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata laki-laki lebih cepat meninggal 6 tahun dari perempuan. Jadi, kalau usia kita berbeda 6 tahun, artinya nanti kita akan sama-sama meninggal", jawab laki-laki tersebut dengan mantab. Saya pun sampai tertawa mendengar kisah itu. Ya, kalaupun benar data statistik itu, masak analoginya sampai pada waktu meninggal dunia bersama. Teiring do'a, semoga proses menuju pernikahan sahabat lancar, barokah dan langgeng sampai tua. Wallahu a'lam bish-shawab.

Catatan:

Ini adalah tulisan berseri, yang episode sebelumnya saya posting di facebook dan blog saya. Silahkan mampir, semoga bermanfaat :-)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Sejuta Surat Al Ikhlas untuk Bangsa (Haul ke- 4 KH. Abdurahman Wahid)

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

Sejuta Surat Al Ikhlas untuk Bangsa (Haul ke- 4 KH. Abdurahman Wahid, Membangun Keikhlasan Bangsa).

Kediaman Presiden RI ke-4 KH.Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan malam ini (28/12) berubah menjadi lautan manusia. Ribuan manusia menghadiri peringatan haul Gus Dur, ya ini tahun keempat Gus Dur meninggalkan kita. Kali ini keluarga Gus Dur yang diwakili putri keduanya Yenny Wahid mengajak jamaah dan masyarakat yang hadir di Ciganjur berdoa untuk bangsa Indonesia. Doa agar semua diberikan keikhlasan dalam membangun bangsa dengan membaca sejuta Surat Al Ikhlas. Bukan untuk kepentingan golongan, kelompok, partai tapi membangun bangsa Indonesia dengan ikhlas.

13882578321720725954

Harapan dengan sejuta Surat Al Ikhlas semua elemen bangsa bekerja membangun tanpa korupsi. Tuhan memberikan keberkahan dan memberikan jalan keluar dari semua masalah besar yang sedang dihadapi bangsa ini. Mulai dari korupsi, keadilan yang belum tegak, dan kerukunan agama hanya sebagai teori. Dan tentunya  tahun 2014 semoga hadiah berupa pemimpin dan persatuan bangsa menjadi jawaban dari sejuta surat Al Ikhlas.

Penulis tertarik dengan inisiasi keluarga Gus Dur untuk melakukan pembacaan satu juta surat Al Ikhlas. Kenapa? Karena kandungan makna surat ini adalah ketauhidan. Menggantungkan semua kebutuhan, keinginan dan tujuan dalam membangun bangsa hanya kepada Tuhan. Refleksi mendalam bagaimana keangkuhan manusia terutama dalam membangun bangsa ini selama ini, harus diakui tidak ada yang berhasil. Terlalu sombong dengan kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah bangsa ini, namun tidak ada yang beres. Sebaliknya,bertubi-tubi bangsa ini didatangi masalah besar yang tidak kunjung selesai. Garong uang rakyat, kesejahteraan rakyat hanya janji, hukum yang tajam kebawah. Bangsa ini lupa bahwa kemampuan manusia itu terbatas, butuh tangan Tuhan untuk menyelesaikan masalah itu semua.

Melalui haul Gus Dur elemen bangsa diingatkan kembali bahwa ada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tempat bergantung untuk mengadu segala masalah, bergantung agar diselesaikan masalah bangsa ini. Bergantung kepada Tuhan agar kesejahteraan rakyat akan terwujud secepatnya. Keadilan terwujud di semua tingkatan dan KPK cepat bubar.  Tuhan yang tidak ada satu makhluk yang manandingi, dan Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Menurut penulis surat Al Ikhlas ini yang menjadi pegangan Gus Dur selama hidupnya. Seperti diketahui Gus Dur dikenal sebagai pemberani, tidak takut walaupun membahayakan dirinya. Karena menurut Gus Dur ketika membela yang tertindas, Tuhan yang akan melindungi dirinya. Gus Dur meskipun sudah wafat empat tahun lalu, namun masih tetap peduli kepada bangsa ini.

Semoga satu juta surat Al Ikhlas memberikan hujan keberkahan kepada seluruh elemen bangsa Indonesia. Membangun Indonesia dengan bergantung kepada Tuhan akan sangat mudah dan hasilnya sangat optimal. Membangun bangsa dengan ikhlas, kuncinya bergantung kepada Tuhan, Gitu Aja Kok Repot!

Dalam kesempatan itu, tampak di panggung duduk bersama tokoh nasional lintas golongan, suku, agama mulai dari KH. Hasyim Muzadi, Prabowo Subianto, Franz Magnis Suseno hingga Kapolri, Jenderal Sutarman. Hampir semua tokoh yang hadir memiliki kesan terhadap Gus Dur.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Bahagia Itu Sederhana

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

Mencari kebahagiaan sebenarnya itu sederhana. Tidak perlu dengan kita memiliki uang banyak untuk membeli segala hal. Tidak perlu mempunyai segala hal yang kita inginkan. Tidak juga harus mengunjungi berbagai tempat yang harus menghabiskan budget banyak. Bahagia itu cukup dengan hal yang sederhana. Sesederhana kita menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang seperti orang tua kita, saudara, sahabat, dan pasangan. Dengan mengumpul dan menghabiskan waktu dengan mengobrol dan bergurau bersama. Terkadang hanya membicarakan hal-hal sepele tetapi bisa menjadi bahan bercandaan yang membuat kita tertawa. Orang-orang terkadang tidak sadar bahwa hanya dengan hal sepele itu kita mampu merasakan bahagia. Mereka yang tidak bersyukur, pasti akan merasa kurang dan kurang dengan apa yang telah mereka miliki. Padahal jika kita mampu merasakan kehangatan saat kita sedang bersama orang-orang tersayang, kita akan mampu bersyukur atas segala yang telah kita miliki. Kehangatan itu bisa kita rasakan misalnya dengan kumpul keluarga, berkumpul saat mengerjakan tugas bersama, mengobrol di kelas, makan di kantin dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan atau dapat melakukan kegiatan lain seperti berfoto bersama, main game bersama, membuat sesuatu yang kreatif yang bisa dikerjakan bersama-sama. Dari kebersamaan yang dijalin, selain mendapatkan kebahagiaan, kita juga dapat mengambil pelajaran bagaimana kita memahami karakter dan sifat oang lain. Pokoknya bahagia itu sederhana tanpa memandang materi yang dijadikan sebagai tolak ukur sebuah kebahagiaan.

Berbagi dengan sesama juga dapat memberikan rasa kebahagiaan tersendiri. Disitu kita akan merasakan bagaimana menyenangkannya jika kita bisa membantu sesama yang membutuhkan. Memberikan perhatian juga mampu memberikan rasa bahagia. Karena disitu orang akan merasakan bahwa kita peduli dengan dirinya. Sehingga orang akan merasa senang dengan perhatian yang kita berikan. Nah, jika orang lain telah merasa senang dengan kita, otomatis kita akan merasa bahagia telah membuat orang lain senang dengan perlakuan kita. Kepuasan-kepuasan hati yang didapat dari hal-hal yang seperti itulah yang membuat diri kita merasa bahagia tanpa harus dengan melakukan hal-hal yang besar. Melainkan dengan hal-hal yang sederhana yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, sering-seringlah bersyukur kepada tuhan atas apa yang telah diberikan untuk kita, semakin besar rasa syukur kita semakin mudah kita mendapatkan kebahagiaan.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Sri Mulyono, minta urun rembug hadapi Somasi Presiden

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

Sri Mulyono minta urun rembug hadapi Somasi Presiden

Saya memposting tulisan Kompasioner Sri Mulyono berjudul " Disomasi Presiden RI, Saya Minta Masukan dari Kompasianer" tanggal 28 Desember pukul 22.16. Wib. yang pada intinya Kompasioner Sri Mulyono minta masukan kepada kita selaku warga kompasiana. Berupa masukan pendapat , bahan, wacana , argumentasi hukum , saran , sikap atau apa sajalah yang kira kira bisa menjadi solusi baginya atas Somasi yang yang dikirimkan oleh Pengacaranya Pak SBY " Palmer Advokat dan Konsultan Hukum Presiden Republik Indonesia Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono dan Keluarga" kepada Sri Mulyono .

Kalau melihat langkah hukum Palmer advokad dan konsultan Hukumnya Pak SBY terhadap postingan Sri Mulyono yang berjudul " kejarlah daku kau terungkap " sepertinya tidak main main.

Pada postingan tanggal 28 Desember , Sri Mulyono menceriterakan bahwa dia sudah menerima dua kali surat Somasi dari Pengacaranya Pak SBY. Yaitu Somasi pertama di lontarkan oleh Pengacaranya Pak SBY kepada Sri Mulyono pada tanggal 14 desember dan Somasi kedua pada tanggal 20 Desember atas tulisannya yang berjudul " kejarlah daku kau terungkap "

Oleh karena itulah Sri Mulyono minta bantuan kita para kompasioner , apa yang harus dilakukan oleh Sri Mulyono menanggapi somasi pengacaranya Pak SBY itu.

Kita harus melihat kasus ini secara jernih.

Disamping Kompasioner yang lain yang ahli hukum tentunya , Saya hanya ngerti sedikit hukum , Namun sebagai rasa simpati sesama warga Kompasiana dalam hal ini mencoba memberikan masukan kepada Mas Sri Mulyono menghadapi Somasi yang dilontarkan oleh Pengacaranya Pak SBY tersebut;

1. Sebenarnya Somasi bukanlah suatu tindakan hukum aktif yang berdiri sendiri dan biasanya somasi itu lebih banyak digunakan dalam wilayah hukum perdata, namun dalam praktek juga digunakan dalam wilayah hukum pidana. Somasi itu adalah langkah hukum yang bersifat reaktif atas suatu keadaan tertentu. Seperti dalam kasusnya Mas Sri Mulyono ini, dimana pihak Pak SBY , tidak dapat menerima isi tulisan Sri Mulyono dalam lapak Kompasiana yang berjudul " kejarlah daku kau terungkap " Menurut pihak Pak SBY mungkin tulisan Sri Mulyono itu sudah "kelewatan" dan tidak sesuai fakta. Maka pihak SBY menempuh cara elegant dengan melakukan somasi terhadap Sri Mulyono.

2. Sebenarnya Pihak Pak SBY sudah berniat baik. Dengan mengirimkan somasi ke Sri Mulyono , Pak SBY memberi tahu ini lho masalah anda !!!. tentang tuduhan anda kepada saya dan juga memberi tahu posisioning yang diambil oleh Pihak SBY terhadap isi tulisan anda di Kompasiana. Namun Somasi juga berisi ancaman, bila diantara para pihak tidak ditemukan solosinya, maka kasus ini akan berlanjut ke Pengadilan. ( Disini terlihat niat baik Pak SBY, bisa saja Pak SBY langsung menyeret Sri Mulyono ke Pengadilan dengan sangkaan Penistaan atau pitnah, tanpa terlebih dahulu mengirim somasi ke Sri Mulyono).

3. Kemudian apa yang harus dilakukan oleh Kompasioner Sri Mulyono menanggapi Somasi Pengacaranya Pak SBY ?

Sebagaimana postingan Sri Mulyono tanggal 28 desember DI Kompasiana tersebut, Sri Mulyono menyebut permintaan Pengacaranya Pak SBY. Dalam Somasi Pengacaranya Pak SBY minta agar Sri Mulyono segera  memberikan keterangan dan bukti bukti atas tuduhan yang dia tulis dalam Kompasiana dengan judul Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap.

Nah itu . Sesuai dengan surat Somasi , Sri Mulyono harus menjawab Somasi Pengacaranya SBY dengan mengemukakan bukti bukti seperti keterangan saksi saksi apa yang ia lihat sendiri, apa yang saksi dengar sendiri dan bahwa benar apa yang ditulis oleh Sri Mulyono dalam Kompasiana dengan judul Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap. Kemudian juga berikan data data tertulis seperti surat surat yang ada kaitannya dengan tulisan di Kompasiana, seperti surat undangan rapat rapat termasuk kliping Kliping Surat Kabar yang memuat dan mendukung argumentasi Sri Mulyono dalam postingan dikonpasiana . judul Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap.

Sehingga jika kasus ini sampai bergulir ke pengadilan, maka dengan bukti bukti yang ada pada Sri mulyono , merupakan petunjuk bagi hakim untuk mengambil Keputusan.

Selanjutnya jika Sri Mulyono tidak dapat menunjukan bukti bahwa apa yang ditulisnya di kompasiana dengan judu Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap benar adanya. Saran saya segera meminta maaf kepada Pak SBY. Dan secara jantan akui kekhilafan kita selaku manusia biasa. Saya yakin dengan sikap kenegarawanan Pak SBY , anda akan dimaafkan oleh Pak SBY. Sepanjang anda jujur mengaku bersalah dan khilaf serta minta maaf dan tak lupa pernyataan anda tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Saya yakin seyakinnya anda akan dimaafkan Pak SBY. akui saja bahwa Tulisan anda di Kompasiana dengan judul Anas : Kejarlah Daku Kau Terungkap adalah khilafan anda. Saya kira Itu saja yang diminta Pak SBY kepada anda.

Demikian sebaliknya, jika anda tetap ngotot bertahan anda benar. Maka anda harus buktikan dengan sungguh sungguh dan benar apa yang anda tulis itu bukan tulisan opini atau bukan Tulisan berisi Fitna atau bukan tulisan sekedar sensasi dan penistaan.

Bagi para Kompasioner lainnya kasus Sri Mulyono ini , ada hikmahnya bagi kita semua, sebagai bahan pembelajaran. Dalam alam demokrasi seperti negara yang kita cintai ini, kita boleh dan punyak hak untuk mengemukakan pendapat, opini , tulisan tetapi dalam koridor hak hak azazi manusia, Kita boleh beropini dan menulis sepanjang tidak melanggar hak orang lain.

Semoga bermanfaat.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

‘SYAHADAT ‘ Yang Terhenti Dileher ” SADDAM HUSEIN “

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

"  Seorang  penjahat ?  Benar.   Seorang  pembunuh  ?   Benar.   Seorang  tukang  jagal   ?  Benar.    Tapi  dia  tetap  kuat  sampai  akhir.       Kejahatan  dia  sudah  tak  terhitung  lagi,   dan  pantas  digantung  hingga  seribu  kali,    dihidupkan  lagi,     digantung  lagi.   Namun  perasaanku  ketika  itu  sangat  aneh.   Dan  saya  belum  pernah  mendapatkan  perasaan  aneh  seperti  ini   "      Itulah  sepenggal  kalimat  dari  lawan  politiknya   "Rubaie "  mantan  penasehat  keamanan  nasional  Irak.      Saat  detik - detik  eksekusi   Sadam Husein.   Dimana  'Rubaie  sebagai  ketua  pelaksana.

Sepuluh  tahun  sudah  eksekusi  itu   tepatnya,  30 Desember  2006    tiga  tahun  setelah  menjalani  proses  persidangan  yang  panjang   dari  sejak  tertangkapnya  pada  tahun  2003.   Proses  eksekusi  yang  yang  direkam  dengan  vidio   ponsel  dan  sempat  beredar  didunia  maya  saat  itu.

Sebelum   prosedural  eksekusi  dijalankan,   lantas  diproses,    terjadi  percakapan  via  vidio  antara    presiden   George  W  Bush  dengan  perdana  mentri  Maliki.    "  Apa  Yang  Akan  Kalian  Lakukan  Terhadap  Penjahat  Itu "   Tanya  Bush.      "  Kami  Gantung  Dia  "     Jawab  Maliki.     Lantas    George  W  Bush     Seraya  mengacungkan  JEMPOL   tanda   SETUJU.

Siapa  yang  tidak  mengenal,  Saddam  Husein    tokoh  yang  penuh  kontropersial.  kegilaannya   yang  membuat  gerah  Amerika.      Propaganda  dan    politic  liciknya  Amerika,   menyudutkan  pemerintahan  Saddam  Husein.  Yang  pada  akhirnya,   Amerika  Serikat  melakukan   invasi  ke - Irak    Maret  2003  Dan  dunia  akhirnya  tahu,  bahwa  tuduhan  Amerika  terhadap  negara  Irak    tidak  terbukti,  karena  yang  dibidik  adalah  Saddam Husein. Dan  negara  Irak  menjadi  berkeping-keping.     Kecongkakan  Amerika  tidak  berhenti  disitu,  sebelum  yang  dibidik  tertangkap  hidup  atau  mati.  ' Saddam  Husein '        Perburuan   Amerika  menemukan  target,   yang  menjadi   tujuan  liciknya  dia  menginvasi  Irak.        Dan….  Akhir    dari  pelarian  dan  persembunyian    tak  mengenal  lelah.   Sang  presiden yang  teraniaya   '  Saddam  Husein  '  terhenti  setelah  ditangkap  oleh  pasukan  elit  AS.  pada  sebuah  lubang   kotor  dan  pengab.  Dengan  wajah  dan  rambut  yang  tak  terawat,  nyaris  seperti gelandangan.   Seorang  yang  pernah  begitu  berkuasa  dinegrinya,   digiring   dibawah  todongan  senjata  pasukan  Amerika.

Dua  Puluh  Enam  Tahun,  Saddam  Husein  memerintah  Irak  dari  Tahun  1979  sampai  denagn   2003     Atas   andil   AS.  dan  dalih  tekanan  dan  sangsi   masyarakat   international,   akhirnya   Saddam  Husein,     setelah  menjalani  proses  persidangan  rumit,   divonis  bersalah   melakukan  Kejahatan  Kemanusiaan,  terkait  pembantaian  148 warga  syah.  Dan  berakhir  pada  tiang  gantungan.

Menit  -  menit   terakhir   Saddam  Husein  menghadapi  tiang  Gantungan,  Rubaie   yang  mengepalai  pelaksanaan eksekusi   menuturkan.      Begitu  tegarnya,  dan  kuatnya  seorang    Saddam  Husein,  dan  tetap  kuat  sampai akhir  diujung  jerat  tali  gantungan.     Sikapnya    masih  memancarkan  kharisma,   tenang  dan  normal.  Tidak  ada  tanda  -  tanda  ketakutan,  tidak  ada  kata-kata  yang  keluar  dari  bibirnya  saat  memamsuki  ruang  eksekusi.     Tidak  pula   permohonan   ucapan  maaf  buat  rakyat  Irak.

Sejumlah  pasukan  pengawal,  yang  membimbingnya  memasuki  ruang   khusus  hakim,  membacakan  sederat  dakwaan  sebelum  di-eksekusi.     Masih  dalam  posisi  tangan  terborgol,   dia  masih  dapat  menggapit  Alqur'an  diantara  sepuluh  jarinya.   Suara  yang  keluar  dari  bibirnya   saat  itu,    serapah  dan    menyumpah.   Mampuslah  Amerika ,   Mampuslahn   Israel,   Hidup  Palestina.

Lantas  kemudian,   Saddam  digiring  ketiang  eksekusi.  Dia  berhenti   melihat  tiang   gantungan   dan  berkata     "  Dokter,  ini  untuk  laki - laki  "         Saatnya  tiba   Saddam   naik  tiang  gantungan,   dengan  keadaan  kakinya  masih  terikat   rantai,  sehingga  harus  dibantu  papah  oleh  pasukan  eksekutor.     Sesaat  sebelum  digantung,   para  saksi   mengejek   Saddam   dengan   meneriakkan   beberapa   nama   musuhnya  yang  terbunuh,      pada   waktu  Saddam  berkuasa.       "  Hidup  Imam Mohamad  Baqr Al-sadr  "  dan  " Muqtada ! Muqtada !  "                    Dan   Saddam   menjawab.     "  Apa  Itu  Sikap  Laki-Laki  "

Sampai  terjadi  kejadian   yang  tak  terduga,  aneh.    pada  saat  tali  tuas  gantungan   ditarik  oleh  eksekutor,   Macet….    sampai  dua  kali  baru  menwaskan  Saddam  Husein.   Menit  berlari  kedetik -  detik  terakhir,  sebelum  tuas  tali  menjerat  lehernya,     Saddam  Husein   mulai  mengucapkan  kalimat  ' SYAHADAT '    yang  tak   ' TUNTAS '   karena  tekanan   tali  yang  menjerat  lehernya.

(  Sumber :  Berita  Satu. com  -   AFP  )

Saya  Sadur  sekedar  berbagi  dalam  hikmah.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Merebahkan Penat di Alun-Alun

Posted: 28 Dec 2013 11:37 AM PST

Sejak menjejakkan kaki pertama kali Kota Malang, Alun-alun kota adalah tempat yang paling sering saya kunjungi. Selain mudah dijangkau karena cukup satu kali menggunakan angkot dari tempat kost, tempat ini juga berdekatan dengan sejumlah pusat perbelanjaan, baik yang modern maupun tradisional. Sekitar beberapa ratus meter dari alun-alun, ada pasar yang menjadi sentra perdagangan berbagai komoditi di Kota Malang. Ibu kost memberitahu kalau pasar itu adalah bernama Pasar Besar. "Harganya murah-murah di sana" ujarnya setengah promosi. Di Pasar Besar ini, aroma kedaerahan yang identik dengan intensitas tawar menawar yang tinggi dan penataan dagangan apa adanya, membungkus kuat berbagai transaksi antara penjual dan pembeli. Tapi sisi itulah barangkali yang membuat pasar, dengan suasana yang amat mirip dengan Makassar Mall, ini mampu bertahan di tengah gempuran pasar-pasar modern.

1388256782362129026

Alun-alun Kota Malang

Kok malah bahas pasar? Back to the laptop. Sebagai orang perantauan yang awam soal dinamika sosial masyarakat Malang, Alun-alun yang dulunya tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan dan tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah raja kepada kawula, adalah celah paling lebar leluasa untuk dapat mengintip potret kecil masyarakat Malang. Pengunjung tempat ini tidak hanya berasal dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan atas. Tengok saja pelataran parkirnya.  Selain disesaki ratusan sepeda motor juga dipenuhi oleh berbagai jenis mobil, mulai yang murah (walapun tidak murah menurut ukuran saya) sampai yang sejenis Jeep Hammer (tongkrongan kaum the have).

Apa yang menarik dari Alun-alun kota ini sampai tak pernah sepi pengunjung? Bagi saya, tempat yang dikelilingi sejumlah beringin raksasa ini adalah  surga bagi pedagang kaki lima. Mulai dari pedagang asongan, jam tangan, aksesoris, kaos, celana, mainan, poster, buku, kacamata, kopiah, blankon, gantungan kunci, jagung bakar, tahu goreng, kopi, dan ragam pedagang lainnya tumpah ruah.  Landscape alun-alun yang didominasi pedagang, menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk mampir melihat-lihat lalu membeli. Selalu ada transaksi di sini.

1388256857813912530

Mencoba jam tangan baru

Alun-alun juga adalah surga bagi anak-anak kecil. Kita mudah menemukan pasangan muda dengan anak kecil yang matanya berbinar-binar. Bahkan keluarga tua, juga rajin hilir mudik di tempat ini. Inilah tempat keluarga hemat memanjakan anak. Setiap sore, sejumlah pertunjukkan selalu mewarnai keramaian alun-alun. Ada pertunjukkan wayang orang yang diperankan anak-anak kecil. Ada pertunjukkan topeng monyet yang menggemaskan. Penonton (yang murah hati) cukup memasukkan selembar atau dua lembar uang seribuan pada mangkuk bekas tempat sabun seusai pertunjukkan. Uang koin lima ratus perak pun tak jadi masalah.

13882569751817106577

Surga anak kecil

Setiap kali keluarga kecil saya datang dari Sulawesi, alun-alun selalu menjadi destinasi pertamauntuk memperlihatkan kepada mereka betapa semaraknya kota ini. Berada di tempat yang menyatukan hasrat berbagai orangtua muda untuk menghadirkan sejumput kebahagiaan bagi anak-anaknya, selalu adalah kesan unik yang mekar di hati saya karena tanpa sadar, tempat yang sejuk ini kadang telah menjadi tempat saya membaringkan sedikit kepenatan sekaligus "melarikan diri" dari target-target akademik yang selalu ada setiap pekan. Tempat ini juga menjadi tempat saya mengais-ngais bahagia melalui sepercik kenangan saat dua jagoan kecil saya tak lagi menemani karena harus pulang ke tanah Sulawesi.

Selarik pertanyaan membuncah di hati saya. Mengapa di tanah sulawesi kami tak punya alun-alun? Mengapa tak ada tempat di sana yang setidaknya, fungsinya mirip dengan alun-alun, tempat yang menjadi pusat interaksi berbagai kalangan masyarakat tanpa motif kapital? Apakah roda pembangunan sudah tidak lagi menyisakan ruang-ruang kosong bagi kami untuk menyatu dalam sebuah celah kecil di tengah derap pembangunan dan perebutan kursi kekuasaan?

Tradisi alun-alun di Pulau Jawa memang tidak setenar di Sulawesi. Tradisi alun-alun setahu saya ada di Makassar yaitu di Lapangan Karebosi. Sewaktu kuliah S1 tahun 90-an, semangat berbaur masyarakat kota masih nampak merona di Kota Daeng. Tak heran, pemandangan  lapangan karebosi nyaris sama dengan pemandangan Alun-alun Malang. Setiap sisinya selalu diramaikan dengan aneka pedagang kecil yang mencari nafkah dengan untung yang tak seberapa. Adapula tempat unik, yaitu lapak catur yang selalu dikerumuni orang yang mencoba menjajal kemampuannya bermain catur. Saban minggu, saya sangat suka ke lapangan karebosi. Namun seiring waktu, tradisi Alun-alun itu menguap seketika saat pemerintah kota memutuskan membangun mall bawah tanah di Lapangan kebanggaan masyarakat Makassar.

Sekeliling Lapangan  Karebosi, yang jauh lebih luas dari Alun-alun Kota Malang, kini telah dipagari dengan jeruji besi. Tampak indah dan bersih. Tetapi ada asa yang terpenjara oleh jeruji pagar besi itu. Riak interaksi masyarakat lapis bawah kini itu tak lagi menjadi bagian hiruk pikuk kota. Mereka disingkirkan. Citra diri lapangan karebosi sebagai landmark masyarakat Makassar yang senang bersosialisasi, telah berganti menjadi landmark kota dengan roda perekonomian yang melaju tinggi.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

1 komentar:

mas ofit mengatakan...

assalamualaikum.. maaf, saya mau curhat.. krna saya lg bingung luar biasa.. saya umur 42 thn msh nganggur dan jomblo. dulu thn 2003 saat msh kerja di majalaya bdg saya sering dimutasi, diremehkan teman dan atasan krna otak dan tenaga saya payah, uang sering dipinjam teman teman tp bnyk yg tdk mau bayar, shg saya tdk betah dan mengundurkan diri, nyari kerja lg baru sebentar dipecat krna tdk becus kerja, nyari kerja lg sulit. di kampung saya di prwkerto buka usaha kecil kecilan bangkrut, jualan barang secara online tdk laku laku.. dulu saya di bdg kalau nyari jodoh sering ditolak cewe, diremehkan cewe, dibohongi teman, dimanfaatkan teman, diancam org, dipukul orang dll.. di kampung saya nyari jodoh tambah sulit krna sepi dan cewe yg jarang ada yg cantik, kalau ada yg agak cantik saingannya bnyk.. akibatnya saya selama 15 thn tiap hari marah marah, berkata kotor, susah tidur, kdng banting barang barang, sering berdoa yg buruk buruk dll. apa saya kena gangguan ghaib? dulu kakek dan uwa saya paranormal sakti.. saya sdh 12thn agak rajin ibadah tp nasib tdk berubah.. dulu thn 2003 saat merantau ke bdg saya melamar cewe nama nya nurjanah (andir ciparay) karyawati iwamatex, tp lamaran saya ditolak, saya sampai skrng blm mampu melupakan dia. yg bikin saya cinta mati dg nur krna dia cantik, pendiam, lugu, rajin sholat, tdk matre, jarang keluyuran, dia juga jadi tulang punggung keluarga krna ortu nya petani miskin. saya mengira nur jodoh saya, krna saya kalau ada di dkt dia hidup saya semangat, hati saya damai, tp ternyata dia cewe yg paling sulit saya dapatkan. saya ngejar dia 2 thn (2001-2003) tp saya ditolak habis habisan pdhl dia sdh putus dg pacarnya. saya bilang kpd dia saya tdk akan nikah atau akan bunuhdiri jika dia menolak saya terus, tp dia tetap menolak saya. nur mentang2 cantik shg sombong dan jual mahal. saya pernah diusir sama dia saat saya main ke rumahnya, mungkin dia sdh dipelet cowok lain shg kelakuan nya spt kemasukan jin.. dia memuja mantan cowoknya dan dia meremehkan saya. saya nyari cewe yg lain gagal lg. saya ditolak lagi, dibohongi teman, dimanfaatkan teman dll saat nyari cewe. saya sdh pernah ditolak cewe 7x. bukan krna saya kurang ganteng tp krna saya cupu dan loyo. cewe suka cowo yg jantan atau yg mapan. thn 2005 saat nur sdh nikah dg mantan pacar nya saya sering kirim surat berisi kata kata kasar dan ancaman kpda dia shg dia keguguran 3x krna sakit hati, kemudian thn 2009 dia cerai dg suaminya dan nur mencari cari saya supaya saya melamar dia, tp saya tdk berani datang krna saya yg merusak rumah tangga dia. selain itu saya sdh di kampung tdk merantau ke bdg lagi. tp saya sdh minta maaf kpd nur lewat surat. krna dulu saya lg stres berat krna saya merantau ke bdg sering dijahati org dan sering ditolak cewe. kemudian saya pulang kampung saya nganggur dan jomblo berthn thn. kalau nur bukan jodoh saya, kenapa saya seumur hidup cuma mencintai dia seorg. kpda cewe lain saya tdk pernah bsa mantap.. saya selalu ragu, minder dll.. saya yg berjuang dan berkorban mati matian utk mendapatkan nur, saya tdk dpt apa apa, tp cowok lain yg nyantai malah bsa nikah dg dia. mungkin krna saya cucu paranormal sakti shg nasib saya sial terus. meski saya terus meningkatkan ibadah tp nasib tdk pernah berubah. saya sejak kecil sering dibully teman. ada yg bilang saya bodoh dan lemah, manusia aneh, tdk punya masa depan, tdk berguna dll..saya kalau dihina, ditipu, dipukul, difitnah dll saya msh agak tegar tp saya kalau ditolak cewe, terutama cewe yg sangat saya cintai saya langsung terpuruk.. saya skrng males nyari cewe dan nyari kerja krna trauma. selain itu hati saya dipenuhi kemarahan, kebencian dan dendam.. saya kalau ketemu cewe sombong spt nur lg akan saya bunuh. solusinya bgmana? wassalam..

Posting Komentar