Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 19 Desember 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Apa Kata Pengemudi Taksi di Singapura tentang Orang-orang Indonesia?

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

Beberapa saat yang lalu, saya mendapat undangan pernikahan salah seorang kerabat yang tinggal di Singapura. Saya pun memenuhi undangan tersebut dan pergi  dengan rombongan sirkus –keluarga saya, maksudnya – Dan saya ingin menceritakan pengalaman unik selama dalam perjalanan dengan menggunakan taksi. Terutama cerita dari para pengemudi taksi di Singapura, yang sudah meninggalkan kesan yang gimana gitu buat saya.

Sesampainya di Changi kami langsung mencari taksi yang berjajar rapi di terminal kedatangan. Pengemudi taksinya seorang laki-laki berumur sekitar 60 tahun-an, ber-etnis Tionghoa. Sepintas bapak ini nampak galak, dengan alis tebal yang meninggi –seperti pendekar di film-film kungfu , macam Shin Tiaw Eng Hiong– etapi…ternyata bapak supir menyapa kami dengan ramah, sambil menanyakan hotel tempat kami menginap. Akhirnya saya kebagian duduk depan, di samping pak supir yang sedang bekerja – karena adik-adik saya ngak ada yang mau duduk depan, apalagi ibu saya. Akhirnya supaya tidak terjadi keributan dan tawuran di negeri orang –gara-gara masalah sepele – saya pun dengan legowo menggalah.

Perjalanan pun dimulai, fyi saya tuh orangnya suka sok nge-wawancarai orang, mungkin karena sifat saya yang super kepo. Dan tanpa bisa dicegah, saya pun  mencuri-curi pandang ke si engkoh –soalnya penasaran – ini orang beneran galak,  apa cuma penampilannya saja? Mungkin waktu saya lirik dia berasa  dan langsung menyeringai – Cling …engkoh itu memamerkan gigi emasnya –alamak, saya hampir loncat dari tempat duduk, tapi saya berusaha menenangkan diri dan berhasil. Karena gugup saya berusaha mencairkan suasana dengan membuka pembicaraan –sebenernya sih, tujuan saya sok akrab karena rasa keingintahuan saya tentang orang-orang Indonesia dimata orang Singapura. Dan juga saya ingin melakukan observasi kecil-kecilan sebagai bahan membuat tulisan –jiah , gaya bener – tapi yang paling mendekati kebenaran adalah saya pengen banget jadi penulis perjalanan–ahayy sedap – bahasa kerennya ingin menjadi travel writer – squidward face. Okay, lanjut…simak wawancara saya dengan si engkoh.

13874779041955393693

Gagal fotoin si engkoh, akhirnya fotoin jalanan. dok. pribadi

Awalnya si engkoh bertanya, kami dari Indonesia atau Malaysia? Ya saya jawab tanpa kepalsuan, kalo kami dari Jakarta, Indonesia. Eh si engkoh belum saya wawancarai malah langsung nyerocos cerita sendiri secara otomatis. Ya udah, akhirnya saya malah banyak diem dengerin dia cerita dan sesekali ketawa kalo ada ceritanya yang lucu.

Engkoh itu cerita, bahwa istrinya masih keturunan Indonesia –pantes dia sangat fasih berbahasa Indonesia – tinggalnya di sekitaran jalan Hayam Wuruk. Dia bilang pernah ke Indonesia dan betah, karena di Indonesia itu bebas, bisa buang sampah sembarangan –tanpa  takut didenda – menerobos lampu merah ataupun menerobos palang kereta api. Menurut engkoh orang Indonesia nyalinya gede-gede ngak ada takutnya dan ngak ada matinya, misalkan ngak takut melanggar lalu lintas karena bisa nyogok polisi :P –mungkin dia mau bilang kalo orang Indonesia itu ngak disiplin dan seenaknya sendiri –tapi ngak semua loh, ini menurut analisa saya aja – he he he.

Trus dia nanya, kali (sungai) di sepanjang jalan Hayam Wuruk – Gajah Mada kenapa bisa berwarna hitam? Saya spontan angkat bahu, dalam hati saya membatin –belum liat yang di Sunter, di sana airnya lebih hitam dan baunya legend bangeud– Lalu engkoh melanjutkan cerita, kalo dia sangat senang belanja di sogo jongkok (Pasar Kaget). Pasar kaget di Indonesia, dengan  uang 10 ribu rupiah dia bisa dapet celana pendek 3 potong. Saking senangnya –pada saat  itu– dia langsung pakai celana pendek yang dibelinya, tapi begitu dipakai sekali, belum setengah hari celana itu sudah sobek dan terbelah menjadi dua –ujung -ujungnya  dia mau bilang bahwa, murah sih murah tapi masak sekali pakek – hanya satu malam sekali pakek, alias ngak mengutamakan mutu…he he he.

Akhirnya tanpa terasa kami sudah sampai di depan lobby hotel. Saya mengucapkan terima kasih karena dia sudah sangat ramah. Walaupun sepertinya ceritanya sedikit agak-agak menyindir, tapi memang begitulah keadaannya.

"Okay, nice to know you," kata saya, si engkoh pun melambaikan tangannya.

"Jiah akrab lo, mpok?" kata salah seorang adik saya. Saya cuma nyengir –sambil lempar poni – Tapi ceritanya belum selesai.

Pengemudi taksi yang kedua adalah seorang yang ber-etnis India. Saya sempet lirik-lirik name tag-nya dan dia bernama Rui Khan. Saat itu saya dan rombongan sirkus baru saja selesai makan di City Square Mall. Btw ada cerita lagi nih saat hendak makan, saat itu sesampainya di kawasan Little India saya berpisah dengan rombongan sirkus. Jadi ceritanya saya mau cari pernik-pernik di Mustafa Centre –tempat menjual kain kain Sari dan aksesoris ethnic khas India– saya pun berpisah dari rombongan sirkus, karena ada yang rewel kelaperan pengen  makan duluan mereka pun mencari makan di resto-resto sepanjang Mustafa Centre…Nah setelah mendapatkan apa yang saya cari –gelang keroncong ethnic titipan temen –lalu saya menyusul rombongan sirkus. Saat akan memasuki ruangan restaurant tiba-tiba saya dikepung oleh karyawan restaurant tersebut. Saya heran dong? Intinya saya ngak boleh masuk, padahal rombongan sirkus sudah ada di dalam. Salah satu dari karyawan resto yang mengepung saya lalu menjelaskan bahwa saya tidak boleh makan di situ karena mereka tidak menyediakan makanan halal. Alamak … mungkin mereka melihat saya pake kerudung sebagai identitas bahwa saya Muslim yang dilarang makan makanan yang diharamkan, sementara rombongan sirkus memang ngak ada yang pake kerudung.  Salah satu dari karyawan tersebut lalu merekomendasikan beberapa restaurant halal  di City Square Mall yang berdekatan dengan Little India. Baik juga ternyata, untung rombongan sirkus nungguin saya jadi belum ada yang pesen makanan, baru pesen minuman…

1387477999215489567

dok. pribadi

Kembali ke cerita tentang Rui Khan. Awalnya pengemudi taksi ini sangat ramah, etapi lama-lama ngomongnya nyinyir. Dia dengan sok taunya menebak bahwa kami pasti orang Indonesia. Langsung saya jawab dengan penuh semangat "yes absolutely right!" Trus dia bilang orang Indonesia itu hobinya shopping, buang-buang uang di Singapore, padahal hasil korupsi –nyinyir kan? – akhirnya saya jawab aja pakek bahasa betawi –padahal dia ngomong pakek bahasa Inggris, yang saya juga ngak terlalu ngerti karena logatnya aneh –biarin aja,  sekalian ngak nyambung …heu heu.

"Yaelah bang, ane kagak shopping, barusan juga selese makan noh tadi, ane kemari pan ade acara keluarge en itu pun akomodasi dibayarin ame yang punye hajat palingan cuma modal tiket pesawat doangan…"

"What did you say?" katanya bingung.

"Forget it lah bang, daripade ane esmosi ngemeng sama situ," kata saya kalem.

Tapi akhirnya saya kepikiran juga, berarti orang Indonesia dimata pengemudi taksi  Singapura, ya seperti itulah. Yang paling ngak enak ya cap orang Indonesia itu tukang korupsi. Tapi  ane jujur, dapet duit dari dagang  yang penting halal walaupun orang-orang sering ngak nganggep serius profesi pedagang –kalo ini asli curcol –…he he he

13874781421535084164

wajah ditutup terkait kebijakan privasi :P

Udah ah, kalo saya nyerocos terus bisa dijadiin buku nih –written by CE, travel writer wannabe – :P

________________

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Apa Khabar JAYA HARTONO, TIMNAS ke FINAL Mas

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

Menyusul hasil kekalahan menyakitkan 1 : 4 enam hari yg lalu, Timnas INDONESIA dari THAILAND, mantan pemain timnas era 90-an ini menganggap peluang Indonesia meraih medali emas sudah tertutup. Kekalahan tersebut, membuat langkah Indonesia semakin terjepit, karena masih harus melawan tuan rumah Myanmar.

"Saya sudah bilang, kalau Indonesia bisa lewati Thailand berarti bisa. Kalau tidak, berarti enggak. Selesai sudah, Indonesia tidur. Habis. [Peluang] sangat sulit," kata Jaya kepada Goal Indonesia. Ditambahkan, untuk lolos dari fase grup, seharusnya Indonesia tidak boleh kalah dari Thailand, mengingat masih ada batu sandungan lainnya yang tak bisa diremehkan, yakni Myanmar.

"Kan di grup kita itu, persaingan tiga tim, Indonesia, Myanmar, dan Thailand untuk lolos dari fase grup. Tapi kita justru kalah," ujarnya.
Kekalahan Indonesia dari Thailand membuat Jaya kecewa. Sebab, untuk lolos, Indonesia harus bisa mengalahkan Thailand.

Itulah cuplikan berita, hasil wawancara Goal.com dgn Jaya Hartono per tanggal 13 Desember 2013, salah satu pelatih klub dan mantan pemain nasional di era 90an.

Ternyata hingga artikel ini ditulis, INDONESIA sudah lebih dahulu nongkrong di FINAL disusul oleh THAILAND 90 menit kemudian, setelah mengalahkan SINGAPORE di Semifinal lainnya, walaupun di penyisihan TIMNAS kita kalah telak dari Thailand tapi tiket Final kita duluan yg dapat.

Sebagai seorang Pelatih dan mantan pemain nasional, kita tidak habis pikir mengapa dia berkata seperti itu, bukankah lebih baik terus memotivasi para pemain supaya fight habis2an disisa laga demi mendapatkan tiket semifinal. Apalagi sebagai mantan pemain nasional, pasti pernah merasakan pasang surut penampilan Tim, namun harus tetap optimis sampai benar2 dinyatakan tidak lolos.

Apa akan dikatakan oleh Jaya Hartono jika dia dalam posisi Rahmad Darmawan, mendapati Tim nya sedang turun performanya, sedangkan jalan untuk lolos masih terbuka lebar.
Optimis kan, Optimis pasti itu yg dia katakan.

Sampai saat ini belum tahu lagi apa komentar beliau mendapati Timnas asuhan RD sudah berada di partai puncak. Kita tunggu komentar berikutnya.

SALAM

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

[Sarapan Pagi] Tinggalkan yang Bukan Kepentingan, Kita!

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

Tinggalkan yang Bukan Kepentingan Kita!

"Sebaik-baiknya Islam seseorang ialah, ketika ia meninggalkan apa yang, bukan menjadi kepentingannya. (HR. Turmudzy)

Sekarang ini banyak sekali manusia yang satu dengan manusia lainnya. Mereka saling sikut-sikutan, caci-memaki, hina-dina dan saling mengeluarkan "kebon binatang" dari mulut hingga ujung-ujungnya  saling mengumpat lalu bermusuhan dan mengalami perpecahan. Entah, di dunia pertelevisian (broadcast), dunia hiburan (infotainment), dunia maya (media online) maupun dunia nyata (hidup bermasyarakat). Semua mengalami hal itu. Saling sikut-sikutan, caci-memaki, hina-dina dan saling mengeluarkan "kebon binatang" dari mulut hingga ujung-ujungnya  saling mengumpat lalu bermusuhan dan mengalami perpecahan.

Padahal kenapa hal itu (bisa) terjadi? Cuman sepele saja masalahnya! Mau tahu itu apa?

Kebanyakan orang sok kepo, suka ikuticampuri urusan orang lain dan tidak punya kepentingan tapi urusi masalah atau ikut  nimbrung saja (bahasa media online: tukang kompori orang)! Padahal tidak disadari kalau orang yang mengurusi orang lain ternyata belum benar pada dirinya sendiri dan juga mempunyai masalah pula. Ibarat pepatah jadul. "Belek di mata tidak terlihat tapi belek gajah di Way Kabas mudah dilihat" Entahlah, apa yang terjadi pada matanya.

Menang itulah yang terjadi di mana pun kita berada. Tentu kalau kita sudah tiada mungkin tidak bisa melihat manusia-manusia itu. Tapi ada pula manusia-manusia masih mencampuri yang bukan kepentingannya. Masih membicarakan orang yang sudah mati. Naudzubillah.

Inilah realitanya yang ada. Hingga bagi si ahli waris atau yang ditinggalkan pun terusik dengan manusia macam itu. Padahal lagi-lagi bukan kepentinggannya! Tapi ini ada saja ikut mencampuri.

Jadi tidaklah salah bila di dunia sering terjadi saling sikut-sikutan, caci-memaki, hina-dina dan saling mengeluarkan "kebon binatang" dari mulut hingga ujung-ujungnya  saling mengumpat lalu bermusuhan dan mengalami perpecahan. Jika tidak sabar pun saling bunuh akan terjadi! Karena apa?

Ya, karena banyaknya manusia-manusia yang bukan kepentingannya pada  orang sok kepo, suka ikuticampuri urusan orang lain dan tidak punya kepentingan tapi urusi masalah orang atau ikut  nimbrung saja (bahasa media online: tukang kompori orang)! Walau sebenarnya mereka hidup di dunia tentu Sang Maha Tahu tidak akan tidur. Tentu saja ada balasan dan ujian untuk manusia-manusia macam itu dari Sang Kuasa jika tidak bertaubat dan mengintropeksi diri.

Untuk haruskah hidup ini dipenuhi kegelimangan dosa dan nisata pada manusia lainya?

Hanya masing-masing personality yang lebih mengetahuinya. Tak ada manusia lainnya yang mengikuticampuri. Semua masing-masing pada tugas dan kewajibannya sebagai seorang hambaNya. Untuk apa berada dan hidup selama berada di muka bumi ini. Wallahua'lambishwab.[]

diruangtanpatelingdanmata,20122013

-Hidup hanya sekali tak ingin mati dalam keadaan tak berarti!-

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Berita Foto Bugil Hendaknya Menjadi Pelajaran Para TKW

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

13874775331087743283

Foto dok. merdeka.com

Jauh dari keluarga menjadi salah satu penyebab para TKW (Tenaga Kerja Wanita) bebas bergaul dengan siapapun. Untuk mengusir rasa penat, mengisi waktu kosong dan sebagai teman dalam kesendirian banyak diantara mereka menjalin hubungan pertemanan dengan lawan jenis baik via online maupun ofline. Dari pertemanan berlanjut menjadi TTM (Teman Tapi Mesra). Berawal dari rasa simpati dan empati karena seringnya berbagi cerita menjadi awal tumbuhnya benih-benih asmara.

Ketika asmara telah masuk ke relung jiwa, cinta menjadi buta. Setelah dimabuk cinta, para wanita sering kali lupa segalanya. untuk membuktikan cintanya apapun diberikannya. Hingga Foto bugilnya-pun (maaf) kadang diberikannya. Tak terfikirkan apa nanti resikonya.

Berita di Republika hari ini "Foto Tanpa Busana Disebar Pacar, Seorang Perempuan Lapor Polisi" hendaknya menjadi pelajaran untuk para TKW.

Berikut saya kutipkan beritanya;

SEMARANG — Seorang perempuan warga Kaliarang Baru, Gunungpati, Semarang, Y (23), melaporkan mantan pacarnya Nug (38) ke polisi karena telah menyebarkan sejumlah foto telanjang dirinya.

Y usai melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Kota Semarang, Rabu, mengatakan, foto bugil dirinya disebar melalui 'Blackberry Messenger' ke sejumlah orang.Korban mengaku kejadian itu diketahui pertama kali justru melalui kakaknya sendiri.

"Dikirim ke kakak saya, waktu dibuka ternyata foto bugil saya," katanya.

Y mengatakan berhubungan asmara dengan Nug sekitar enam bulan. Ia juga mengakui pelaku sempat mengambil foto telanjangnya. "Tapi saya tidak menyangka kalau disebarkan," tambahnya. Ia menjelaskan sewaktu berhubungan asmara, pelaku mengaku sebagai seorang bujangan. Namun, seiring perjalanan waktu terungkap bahwa pelaku sudah memiliki istri dan anak. Ia memutuskan hubungan asmara dengan pelaku setelah mengetahui latar belakang yang sebenarnya.

"Mungkin sakit hati terus menyebarkan foto," katanya.

Dengan berita yang sama, di media online yang lain yaitu Merdeka.com memberitakan tentang bagaimana perasaannya dan apa yang terjadi dengannya setelah kejadian itu.
"Kaget mas, sewaktu diperlihatkan isi pesan kakak saya. Tidak lain foto itu juga disebar ke Paman dan teman-teman lainnya," tutur dia. Yul menambahkan semenjak kejadian foto itu tersebar membuatnya diusir dari rumah orang tua dan malu terhadap teman-temannya.

"Saya berharap dia segera ditangkap. Ini sudah mencemarkan nama baik saya dan keluarga," katanya.

Hi ngeri kan…? bagaimana kalau hal itu terjadi dengan anda? saya juga pernah baca di media sosial bahwa banyak kejadian dengan adanya foto bugil pacar, dijadikan sebagai alat untuk memeras dan mengancam si perempuan ketika diputus nanti. Apa enggak berbahaya? padahal lelaki yang seperti itu biasanya hanya berniat untuk melampiaskan nafsu saja.

Semoga hal itu tidak terjadi dengan anda. marilah kita sama-sama memperkuat keimanan kita dan selalu memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa agar terhindar dari hal-hal yang demikian adanya. Aamiin…!

Salam Positif…

By Bang Tono

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Agama Tidak Berguna Jika Hanya Dijadikan Alasan untuk Membunuh

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

OPINI | 20 December 2013 | 01:21 Dibaca: 7   Komentar: 0   0

Ramai di pemberitaan, menjelang Perayaan Natal pihak kepolisian Indonesia menangkap beberapa terduga Teroris yang akan melakukan teror yang lebih dikenal dengan Bom Natal.

Ada juga beberapa kasuh di beberapa negara terjadi dan catatan sejarah manusia dibunuh karena perbedaan keyakinan atau agama, hal ini masing-masing pihak merasa paling benar dan paling baik dengan agamanya.

Sekarang pertanyaan yang paling mendasar, "Apa gunanya Agama?" Jika agama digunakan sebagai pembenaran atas pembunuhan manusia??

Atau ini Hanya Politik? Politik Agama??

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Orchestral Version

Posted: 19 Dec 2013 11:24 AM PST

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar