Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 08 Desember 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Inilah Alasannya…

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

Yusril Ihza Mahendra,ancaman Partai lain.

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

OPINI | 09 December 2013 | 02:30 Dibaca: 3   Komentar: 0   0

Meski hanya sebagai Mantan Mentri, Yusril Ihza Mahendra juga bisa jadi ancaman untuk calon2 Presiden dari Partai lain Kecuali Jokowi.Dari segala pendidikan Dan kedewasaan berpolitik dan bicara nya Yusril dapat di andalkan untuk Capres di 2014 nanti,sayangnya dia di calon kan oleh Partai yg kebanyakan tidak di sukai oleh rakyat indonesia pada umum nya.Kalau saja Yusril di calon kan Partai Golkar atau Demokrat,akan menjadi sangat ketat persaingan melawan Jokowi, jika Jokowi jadi di calon kan PDIP.Jika tidak,Yusril akan berhadapan dengan Prabowo dari Gerindra,untuk itu saya sangat menyayangkan  kok mau nya Yusril di calonkan oleh PBB ?.Dan heran nya,Partai Golkar,Demokrat dan lain nya selain PBB tidak jeli melihat Yusril ?.Yang jelas,untuk pemilihan Presiden nanti sudah terlihat calon2 kuat yg diterima rakyat Indonesia yaitu; Prabowo,Jokowi (Kalau) Dan Yusril Ihza Mahendra.Namun dari ketiga nya saya masih berharap Megawaty mau merela kan Jokowi menjadi Capres PDIP.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Demokrasi Korupsi

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

Korupsi oh korupsi, mungkin kosakata korupsi di kamus masyarakat Indonesia sudah menjadi seperti vocabulary of daily activity. Kalau sholat yang wajib bagi umat muslim aja sehari lima kali, kata korupsi mungkin minimal sekali didengar oleh masyarakat Indonesia. Entah lewat televisi, Koran, radio, bahkan bahan gosip untuk tetangga yg lagi jadi OKB (Orang Kaya Baru). Siapa orang Indonesia yang enggak tau arti kata korupsi? Anak kecil saja sudah banyak yang cita-citanya mau jadi koruptor.

13865307771779640371

Minggu kemarin JakartaPost keluarkan tabel seperti yang diterdapat diatas. Mungkin bagi kita yang lihat sekilas isi tabelnya, kita bisa bilang,"lumayan dah naik 4 peringkat". Tapi kalau kita ingat lagi tentang prestasi bangsa ini yang katanya masuk 20 besar kekuatan ekonomi dunia, penyelenggara dan yang akhirnya mencapai kesepakatan di WTO Bali, pertumbuhan ekonomi yang edan dalam golongan MIST, atau daulat sebagai Negara dengan kekuatan ekonomi yang kokoh setelah krisis Amerika Serikat & Eropa, pastinya kita akan berpikir,"seberapa besar ketidakeffisienan dan kerugian yang telah disebabkan oleh praktik korupsi?". Dengan korupsi (ketidakeffisienan) aja Indonesia punya sederet prestasi dibidang ekonomi, gimana kalau enggak korupsi? Mungkin kita sekarang sedang duduk santai kayak dipantai dan hati yang teduh seperti punya payung sendiri.

Manusia enggak lepas dari kekurangan, apalagi kalau ada kesempatan untuk melakukan korupsi. Korupsi bukan akhlak, budi pekerti, dsb, korupsi itu masalah kesempatan dan penyakit hati yang sudah menjelma jadi bagian sejarah panjang negeri ini. Mau kyai, pastur, akademisi, professor, artis, ketua mahkamah konstitusi sampai pemimpin politik berbasis agama saja bisa terjerat kasus korupsi. Mau hanya sebatas produksi buku, kaos, celana dalam, daging sapi, izin proyek, bangun stadion olahraga sampai pengesahan undang-undah dan penipuan bank bermotif ancaman krisis, semua bisa jadi alasan untuk kesempatan melakukan korupsi. Dari level yang tinggi sampai level ayam tetangga dan uang dari orang tua saja bisa ditilep di negeri seribu maling. Ada kesempatan untuk jadi kaya raya dan punya banyak barang mewah ditambah dengan mental dan moral yang lemah, siapa yang enggak akan ambil kesempatan untuk menilep uang publik?

Semua orang tahu kalau yang namanya korupsi menyebabkan ketidakeffisienan, dari jumlah biaya yang besar tapi tidak keluar hasil yang diharapkan. Semua orang mencaci-maki korupsi dan koruptor, tapi belum tentu semua orang yang mencaci-maki itu kuat menahan godaan untuk melakukan praktik korupsi.

Orang katakan kalau korupsi terbesar ada di jaman orde baru Soeharto, tapi ternyata sejak jaman VOC yang namanya korupsi sudah menjadi bagian dari perjalanan panjang sejarah ini. Kalau jaman VOC praktik korupsi sebatas raja-raja daerah dan kompeni dan jaman orde baru korupsi dipraktikkan oleh lingkaran oligarki Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya, jaman sekarang dimana demokrasi telah dilahirkan, yang terjadi bukan demokrasi politik menciptakan demokrasi ekonomi seperti yang di cita-citakan oleh para founding fathers Indonesia,tetapi demokrasi politik menciptakan demokrasi korupsi, siapapun bisa dan berhak untuk melakukan korupsi!

Bagaimana praktik demokrasi korupsi ini bisa terjadi? Ada dua contoh praktik demokrasi korupsi yang semakin berkembang setelah demokrasi politik pasca reformasi '98. Pertama di level mahasiswa dan kedua di level pemerintahan daerah.

Pertama, cerita di level mahasiswa. Terkadang pemikiran mahasiswa yang segar dan muda bisa lebih maju dibanding pemikirang orang-orang tua kolot bangkotan yang duduk dikursi pemerintahan. Buktinya demokrasi kampus, pemilihan ketua organisasi mahasiswa dikampus dimulai terlebih dahulu ditahun '70an sebelum reformasi '98 (walaupun masih kalah cepat dibanding pemilu '55). Sayangnya bukan hanya pemikiran positif dan konstruktifnya saja yang bisa maju selangkah, tapi pemikiran 'maling'nya pun lebih maju dan setara dengan koruptor-koruptor yang tua kolot bangkotan!

Dalam beberapa kampus, yang namanya beasiswa dan uang kemahasiswaan ditangani oleh ketua mahasiswa, mau ketua BEM fakultas, himpunan, atau presiden kampusnya. Dan yang namanya dosen atau pejabat rektorat, bukan hanya membangun & menjalan kebijakan kampus selain tugas pokoknya sebagai dosen, tapi juga mengamankan kedudukannya di rektorat!

Begini motif kronologinya, saat pemilu kampus bertarungnya beberapa calon beserta kompatriotnya, mau dari golongan incumbent, golongan opisisi, sampai golongan mau eksis. Pemilu dari golongan incumbentnya besar-besaran, pundi-pundi dananya banyak, begitu juga dengan golongan opsisi dan golongan mau eksis yang punya sponsor masing-masing. Alhasil, terpilihlah satu pemenang sebagai ketua organisasi mahasiswa yang kemudian diberi tanggung jawab memegang dana untuk kegiatan kemahasiswaan dan beasiswa. Ini dia masalahnya, dananya bukan dipakai untuk kegiatan kemahasiswaan yang positif atau memberikan beasiswa untuk mahasiswa yang kurang mampu, tapi untuk beli laptop, beli motor, start-up bisnis, bahkan formulir beasiswa yang dikasih sama rektorat malah dibagi-bagikan untuk kompatriotnya si pemenang!

Kalau motifnya selalu seperti itu setiap tahun dan dengan indikasi tidak ada kegiatan kemahasiswaan (yang bisa dilihat dari LPJ organisasinya), kenapa bapak-ibu dosennya diam? Ya gimana enggak diam kalau beberapa dosen yang menjabat direktoratnya adalah alumni organisasi yang serupa dengan mahasiswa yang menjabat sekarang? Hubungannya bukan hanya seformal dosen dan mahasiswa, tapi juga se-informal kakak dan adik. Dengan terus menerus memberikan tanggung jawab keuangan kemahasiswaan ketangan mahasiswa, maka dengan efektif meredam suara mahasiswa yang ingin memprotes kebijakan kampus! Dosennya diam, mahasiswanya pun enggak ada yang protes dikasih uang, ya berlanjutlah terus demokrasi korupsi dilevel mahasiswa.

Jadi kalau mahasiswa sejak reformasi malah makin kece dan enggak punya sejarah gerakan mahasiswa, jangan heran! Jangan heran kalau gerakan mahasiswa jaman 2000an enggak punya kontribusi yg signifikan seperti tahun '66, '78, '80an, dan '98. Kalau mahasiswa teriak 'rakyat' lebih baik dilirik sekali lagi, apa betul teriakan 'rakyat'nya sebesar hatinya mengenal 'rakyat'nya.

Kedua, di level pemeritah daerah. Demokrasi prabayar, dimana harus sebar-sebar uang dari hal yang formal seperti bikin spanduk dan pasang iklan sampai sebar uang untuk beli suara, menyebabkan demokrasi rasanya mahal. Ingat, bukan mahal perjuangan melawan rezim otoriter demi mendapatkan sistem demokrasi, tapi mahal untuk jadi pemenang dalam demokrasi! Alhasil setiap calon bertarung mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk gede-gedean baligo dan siapa pemilik senyum termanis. Masyarakat tanpa tahu masa lalu calon pemimpinnya harus memilih masa depan daerahnya. Mesin partai juga pragmatis, sedikit tahu kapabilitas calonnya dan banyak tahu tentang seberapa banyak uang calonnya.

Singkat cerita, setiap kompetisi pasti punya pemenang dan keluarlah pemenang dari pemilu daerah. Karena demokrasinya demokrasi prabayar yang musti keluarin uang duluan, memungkinkan si kepala daerah GMR (Gak Mau Rugi). Daripada mengeluarkan uang untuk kasih makan ayam, mending halaman depan rumah dikasih buat orang lain dan kita dapat uang mukanya! Ini yang terjadi kalau kita pilih pemimpin bodoh tanpa visi, integritas, dan niatan ikhlas berbuat untuk publik. Pemasukan daerah datangnya dari DAU dan DAK yang diberikan oleh pemerintah pusat, penghasilan asli daerah (PAD), dan pajak. Slot PAD lebih banyak didapatkan dari pengolahan kekayaan sumber daya alam, hutan dijual, gunung dibabat, izin investasi untuk pengolahan sumber daya alam lebih mudah diberikan, dsb. Hasilnya 15 tahun demokrasi di warnai dengan laju defortasi tercepat selama 12 tahun! Kepentingan golongan yang bersembunyi dalam kepentingan ekonomi telah merusak kepentingan sosial, budaya, dan lingkungan.

Kekayaan sumber daya alam diterjemahkan sebagai penghasil uang, bukan sebagai penyangga kehidupan. Jangankan memberikan stimulus pendidikan kepada anak-anak daerah untuk mampu mengolah sumber daya daerahnya sendiri yang harus mengeluarkan uang, lebih baik memberikan izin kepada pengusaha untuk mengolah sumber daya alam daerahnya sehingga mendapatkan dana dari pengusaha pengolah. Belum lagi kalau kita hitung perizinan tersebut memberikan uang sogokan kepada kepala daerah atau merupakan upeti sebagai bantuan si pengusaha membantunya saat kampanye pilkada. Gila sudah negara ini, demi nafsu pribadi mereka perkosa ibu pertiwi.

Kalau enggak percaya sama saya, silahkan percaya sama Google dengan mencari tahu kaitan antara materi dan kualitas pendidikan terhadap potensi SDA. Berapa banyak anak asli daerah yang jadi bos perusahaan minyak yang bercokol didaerahnya? Dan berapa banyak korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah. Dan bukan bulan lagi kalau jaman sekarang kemajuan suatu daerah sangat bergantung dari kualitas pemimpinnya. Kalau pemimpinnya ngajakin ngaji ditengah jalan bolong-bolong ya hasilnya juga bodong.

**

Mungkin satu-satunya berita bagus adalah berita tertangkapnya koruptor oleh KPK, ingat ya berita tertangkapnya koruptor! Bukan berita pengacara berantem sama anak bocah, anak bocah bunuh orang banyak gara-gara bawa mobil, atau hebatnya artis untuk move on sehingga bisa cerai-kawin-cerai-kawin melulu. Tentu yang namanya penjahat ditangkap itu berita bagus, karena dari berita itu kita bisa bicara sampah serapah mencaci maki para koruptor. Dan semakin sering koruptor ditangkap KPK semakin banyak juga kata-kata sampah serapah yang ditematkan kepada mereka. Alhasil dari kegiatan positif menangkap korupor berakhir menjadi dosa karena kelewatan ngatain koruptor haha.

Kita apresiasi kegiatan KPK, tapi perlu ingat bahwa KPK juga komisi yang harus terus berbenah. Salah satunya ialah berbenah untuk tidak hanya fokus pada operasi yang berorientasi kepada para pejabat (baca: penjahat), tetapi juga fokus menegakkan dan menciptakan sistem hukum.

Bukan barang baru lagi, tapi sudah jadi barang KW kalau yang namanya hukum di Indonesia 'katanya' bisa dibeli, dibuat-buat, bahkan diteliti dengan cermat untuk ketahui bagaimana caranya melakukan korupsi. Sebagai contoh, penyusunan RUU tentang tembakau yang pernah dirilis oleh majalah TEMPO beberapa bulan yang lalu. Berapa miliar harga satu pasal dalam penyusunan RUU Tembakau demi mengamankan produksi rokok di Indonesia? berapa banyak receh 1000 perak yang diterima oleh para pembuat UU itu? Mungkin kalau uang korupsi berbentuk pecahan koin 1000 perak, kita bisa liat gedung KPK seperti rumah penyimpanan uangnya paman Gober. Apa yang pernah dirilis oleh majalah TEMPO tempo lalu itu memberikan kita gambaran bagaimana korupsi dilakukan pada level penyusunan peraturan. Peraturannya saja sudah dibuat-buat, bagaimana pelaksanaannya? Bagaimana penegakan hukumnya? Inilah ciri-cirinya bangsa yang sudah mau tamat: sangat hebat mencari 'pembenaran' dan semakin sulit mencari 'kebenaran'. Bahkan sampai aturan tertulis dalam peraturan pun belum tentu bisa dijustifikasi kebenarannya.

Ya, akhir kata dibalik kepedihan yang diderita bangsa ini, selalu masih ada optimistik menyambut masa depan yang lebih baik. Lebih baik naik satu peringkat di Corruption Perceptions Index daripada enggak maju sama sekali. Demokrasi korupsi yang melanda negeri ini setelah demokrasi politik menjadi lawan kejam yang merugikan urat nadi bangsa ini. Lawan, lawan, dan lawan praktik korupsi!

13865309251215722443

Jaga alam kita kita dari setan korupsi!

SELAMAT HARI ANTI KORUPSI

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

SANG KYAI, FILM TERBAIK FFI 2013

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

1386530104210194105

Ada sedikit 'kegetiran' beberapa minggu setelah film Sang Kiai diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Ekspektasi akan jumlah penontonnya meleset dari apa yang diharapkan. Dengan tema yang diusung, membawa tokoh besar dari organisasi keagamaan terbesar di Indonesia (Nahdlatul Ulama), Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari, harusnya film ini dapat menarik penonton setidaknya satu jutaan. Nyatanya, data penonton yang dihimpun Film Indonesia (FI) untuk 10 film Indonesia 2013, peringkat teratas, Sang Kyai hanya bertengger di posisi ke sembilan dengan raihan, 220.350 penonton (FI, 10 Film Indonesia Peringkat Teratas).

Melesetnya perkiraan jumlah penonton ini, bukan sesuatu hal yang tak dapat diprediksi mengingat beberapa hal. Pertama, segmen film yang 'berat', agak sulit membuat penggemar film bioskop, yang biasanya anak-anak muda perkotaan, melirik film ini. Kedua, film ini diputar di bioskop-bioskop yang jarang ditemui di basis-basis santri yang lebih banyak di kampung-kampung atau kota-kota kecil di Indonesia. Padahal ekspektasi pada film ini untuk mendapatkan jumlah penonton yang banyak muncul dari asumsi bahwa basis cerita dari film ini memiliki ikatan yang kuat dengan kaum santri. Ketiga, kalaupun di lingkungan 'kaum santri' terdapat bioskop, bagi kalangan santri, menonton bioskop masih menjadi hal yang tabu. Kemudian menjadi begitu wajar kalau rating penonton film Sang Kiai ini kurang bagus.

Tapi, kegetiran di atas akhirnya sirna dengan adanya kabar baik dari ajang bergengsi penghargaan Piala Citra Festifal Film Indonesia 2013, di Marina Convention Center, Semarang, pada Minggu (8/12/2013). Film "SANG KIAI" karya sutradara Rako Prijanto akhirnya dinobatkan sebagai Film Terbaik Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2013. Sang Kiai yang diproduksi oleh Rapi Film ini juga meraih tiga penghargaan dalam kategori lain yakni Sutradara Terbaik (Roko Prijanto), Peran Pendukung Pria Terbaik (Adipati Dolken), dan Penata Suara Terbaik (Khikmawan Santosa, M Ikhsan, Yusuf A Pattawari).

"Sang Kiai" berhasil menjadi pemenang mengungguli empat nominator lainnya yakni Belenggu (karya sutradara Upi Avianto), 5 Cm (Rizal Mantovani), Laura dan Marsha (Dinna Jasanti), serta Habibie dan Ainun (Faozan Rizal).

Film Sang Kiai juga berhasil menyabet peraihan Piala Citra terbanyak dengan empat piala, diikuti 'Habibie & Ainun' yang memenangkan tiga piala dari 8 nominasi. Sementara 'Belenggu' membawa pulang dua piala dari 13 nominasi.

Film "Sang Kiai" merupakan salah satu film terbaik yang pernah ada yang dibuat di Indonesia. Film ini mengisahkan tentang salah seorang ulama Ahlussunnah wal jama'ah yang juga Rais Akbar Nahdlatul Ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia, Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari yang berjuang mempertahankan NKRI bersama para santri-santrinya yang diikuti oleh pondok-pondok pesantren di Nusantara.

Dengan fatwanya "Resolusi Jihad", KH Hasyim Asy'ari mengimbau dan mengajak para santri keluar dari 'barak-baraknya' di pesantren untuk berjihad fisabillilah melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar Pertempuran Surabaya dalam melawan sekutu, yang dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945, mempertahankan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Film yang dibintangi oleh Ikra Negara yang memerankan KH. Hasyim Asy'ari, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken, Meryza Batubara, Norman Akuwen, Dimas Aditya dan Suzuki Naburo ini juga terpilih dalam nominasi Film Asing Terbaik (Best Foreign Language) di ajang Piala Oscar 2014 di Hollywood Amerika Serikat.

"Film ini akan kami bawa ke ajang piala Oscar di Hollywood mewakili Indonesia untuk kategori film asing terbaik pada 9 Desember 2013 nanti," kata Gope Samtani, pemilik Rapi Film.

Kemengan Film Sang Kiai pun disambut gembira para pecinta film Indonesia. Berbagai kicauan menggema atas penganugerahan tersebut yang disambut dengan ucapan selamat atas keberhasilan Film Sang Kiai dalam menyabet penghargaan bergensi ini, seperti yang tertera dalam akun Twitter NU Online (@nu_online) berikut ini:

Akun @Kyai_blak2an misalnya mengatakan, Keberhasilan Film Sang KIAI di FFI 2013 tidak hanya utk para Kyai dan Warga Nadliyin, Tp milik semua Pejuang bangsa ini.

Akun @gpansorbanten berkicau, Khushushon ilaa hadratus syaikh Hasyim Asy'ari, alfatihah… #sangkiai #FFI2013.

Akun Rifqy ‏@rifqy_mochammad summa ila ruhi ustadi KH Hasyim As'ari bin hawa ghafarallahu dzunubahu syaiunlillahilahumulfatihah.

Terkait mewakili Indonesia di Piala Oscar ‏@alobatnic berkicau, Film SANG KIAI adalah film yang menggambarkan Indonesia seutuhnya, Bhineka Tunggal Ika. Cocok untuk bertarung di Oscar.

Sementara @madanirgarcia berkata, Masuk nominasi Oscar memang sepantasnya buat film berdedikasi tinggi seperti Sang Kyai.

Bahkan, @Moh_Hammad berpendapat, Filem Sang Kiai Sang Filem Indonesia, nampaknya akan menang juga di Piala Oscar Holliwod tahun depan. Saya yakin itu. Congrats!

Sebelumnya, Remy Silado, salah seorang juri, mengatakan, kelima film yang menjadi nomine memiliki kualitas bagus dari berbagai aspek penilaian. "Semuanya layak mendapatkan piala citra," ujarnya Jumat lalu. Dia mengklaim kualitas FFI tahun ini lebih bagus dari sebelumnya.

Tahun ini juga, FFI memperlombakan 53 judul film bioskop, 80 judul film dokumeneter pendek, 21 judul film dokumenter panjang, 119 judul film pendek, 75 judul film televisi, dan 93 judul film animasi pendek.

Jumlah film bioskop yang ikut diseleksi tahun ini lebih besar dari tahun 2012 dan 2011 yang masing-masing sebanyak 45 dan 41. Pada FFI kali ini pula untuk pertama kalinya diberikan penghargaan tertinggi untuk film animasi dan penata busana terbaik.

Berikut daftar Pemenang Penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) 2013

Film terbaik:
Sang Kyai

Sutradara terbaik:
Rako Prijanto (Sang Kyai).

Pameran Utama Wanita Terbaik:
Adinia Wirasti (Laura dan Marsha).
Pemeran Utama Pria Terbaik:
Reza Rahardian (Habibie dan Ainun).

Pemeran Pendukung Wanita terbaik:
Jajang C. Noer dalam film "Cinta Tapi Beda".
Pemeran Pendukung Pria terbaik:
Adipati Dolken (Sang Kyai).

Penata Busana terbaik:
Retno Ratih Damayanti (Habibie dan Ainun).
Penata Musik terbaik:
Aksan Sjuman (Belenggu).
Penata Suara terbaik:
Khikmawan Santosa, M Ikhsan, Yusuf A Pattawari (Sang Kyai).
Penyunting Gambar terbaik:
Cesa David Luckmansyah (Rectoverso).
Penata Efek Visual terbaik:
Eltra Studio (Moga Bunda Disayang Allah).
Penata Artistik terbaik:
Iqbal (Belenggu).
Pengarah Sinematograf terbaik:
Yudi Datau (5 Cm).
Penulis Skenario terbaik:
Ginatri S Noer dan Ifan Ardiansyah Ismail (Habibie dan Ainun).
Penulis Cerita Asli terbaik:
Anggoro Saroto (Sang Pialang).
Film Pendek terbaik:
Simanggale (sutradara Donni, produksi FFTV IKJ.
Film Animasi Pendek terbaik:
Sang Suporter (sutradara W Darmawan, produksi Pinkblues)
Film Dokumenter Panjang terbaik:
Denok dan Gareng (sutradara Dwi Susanti Nugraheni. produksi Jawa Dwipa Film).
Film Dokumenter Pendek terbaik:
Split Mind (sutradara Andri Sofiansyah, produksi FFTV IKJ)

SELAMAT ATAS TERPILIHNYA 'SANG KIAI' SEBAGAI FILM TERBAIK INDONESIA TAHUN 2013

SANG KYAI, "MEDIA SYIAR NU", FILM TERBAIK FFI 2013

(Muslimmedianews/tempo/RMI NU- image MMN- )

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Guru Muda

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

Serasa baru kemarin pakai baju putih celana abu-abu. Menikmati masa-masa sekolah bersama teman-teman. Sekarang masa sekolah itu dapat dinikmati lagi, tapi dengan seragam yang berbeda, yaaa bukan seragam putih abu-abu lagi yang dikenakan, tetapi seragam guru lah yang dipakai sekarang.

Baru sekarang saya mengerti apa yang mereka katakan dulu kepadaku, "nikmatilah masa sekolahmu, nanti jika masa sekolah itu telah terlewatkan, kau tak akan pernah bisa mengulang lagi masa-masa itu." Ada rasa menyesal dulu waktu STM mengapa tak "nakal" karena yang mudah diingat sampai saat ini adalah sifat nakal ataupun karena prestasi. Menjadi siswa yang biasa-biasa itu ternyata tak menyenangkan untuk dikenang.

Tak terasa waktu untuk menjadi guru muda akan berakhir. meninggal semua rutinitas sekolah yang selama 3 bulan lebih ini dijalani. Meninggalkan predikat guru muda berarti juga meninggalkan kota Bukittinggi, meninggalkan bangun pagi, meninggalkan mandi pagi yang sangat dingin, meninggalkan aktifitas pergi pagi pulang sore, meninggalkan pakaian yang selalu rapi, meninggalkan upacara bendera, meninggalkan makanan dikantin dengan menu itu-itu saja, meninggalkan sapaan murid, dan meninggalkan meninggalkan kos yang mahal.

Minggu ini adalah minggu terakhir saya mengajar dikelas X TEI dan XI TAV. Tak akan ada lagi kegiatan belajar mengajar. Kegiatan terakhir kami dikelas adalah melaksanakan Ujian Harian 2 (UH 2). Pada kesempatan terakhir berkumpul dengan mereka tak lupa saya mengucapkan terima kasih telah bisa menjadi bagian dari mereka, saya juga minta maaf jika selama berada disekolah membuat kesalahan, mendoakan mereka agar sukses saat Ujian Akhir Semester nanti. Ini saat yang paling saya benci, mengucapkan kata perpisahan kepada mereka.

Tak lupa saya meminta kepada mereka untuk membuat kesan dan pesan buat saya di bawah jawaban ujian mereka. Ini adalah kesan dan pesan kelas XI TAV untukku, mantan guru mereka :

"Pesan : Jika Bapak sudah menjadi guru, mengajarnya harus lebih tegas lagi dan suaranya dikuatkan lagi.
Kesan : Saya senang belajar dengan bapak karena mengerti apa yang bapak ajarkan kepada saya. Thank Sir."

"Kesan : Cara mengajarnya terlalu ketat."

"Kesan : Belajar dengan Bapak sangat seru, selain cara belajarnya yang efektif juga penuh humor, sangat menyenangkan.
Pesan : Semoga Bapak jadi sukses, dan jangan lupa kepada kami jika Bapak tidak mengajar disini lagi. !!"

"Pesan : Bapak kalau mengajar suaranya dikeraskan lagi donk Paak…
Kesan : Selama belajar dengan Bapak saya cepat mengerti, buktinya saya dapat 100 pada saat ujian Mid..

"Kesannya dan Pesannya : Thank's For All for Pak Hendri Okferianto."

"Kesan : selama belajar dengan Bapak saya merasa senang.
Pesan : Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak ajarkan semoga Bapak nanti jai guru yang baik dan sukses. Aamiin."

"Kesan : Belajar mengasyikkan, dimengerti dengan beliau. Beliau ceria.
Pesan : Jadilah guru yang disenangi murid :D "

"Menyenangkan karena banyak interaksi dengan guru dan murid. Dan tidak terlalu banyak tugas dan mencatat. Hati-hati perjalan pulang pak, semoga selamat."

"Kesan : Selama saya belajar dengan Bapak, saya sangat senang karena bapak tidak terlalu serius dan tidak pemarah, dan selama belajar dengan Bapak saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi guru.
Pesan : Bapak harus bisa mencapai cita-cita yang Bapak inginkan dengan kemampuan Bapak dan selalu bersabar."

"Kesan : Selama saya belajar dengan Bapak banyak hal yang saya sukai."
Pesan : Kalau bertemu diluar nanti kita harus saling tegur sapa dengan baik."

"Selama belajar dengan Bapak menyenangkan dan apa yang Bapak ajarkan dan cara mengajarnya pun menyenangkan dan Bapak supaya lebih baik mengajarnya cara mengajarnya pun banyak interaksi, komunikasinya pun bagus, dan saya senang belajar dengan Bapak…"

"Kesan : Asyik cara belajarnya.
Pesan : Semoga Pak Hendri berhasil."

"Menyenangkan, Asik dan penuh canda tawa."

"Jangan terlalu serius dalam mengajar dan jangan terlalu longgar saat menaati peraturan."

"Menurut saya cara mengajar Bapak kurang tegas, seharusnya Bapak bisa lebih tegas lagi dalam pemberian tugas pada siswa-siswanya."

"Selama belajar dengan Bapak Hendri, dalam pelajaran KV 11 selama satu semester banyak kesan-kesan yang saya alami, yang jelas belajarnya "GREGET."

"Pesan : Cara belajar Bapak sudah sangat baik. Tapi sayalah yang salanteh angan, saya minta maaf Pak."

"Menyenangkan, asik, menarik, inovatif."

"Pesan : Menegur urang tuh harus labiah kareh stek pak, jan sampai lanteh angan se murid ka apak."

"Pesan : Semoga makin sukses nantinya.
Kesan : Belajarnya nyantai, good luck Pak !!"

"Pesan : Jadilah guru yang tegas.
Kesan : Sangat berkesan."

"Kesan : Saya sangat senang sekali belajar dengan Bapak, karena Bapak ramah, baik, dll.
Pesan : Jadilah seorang pahlawan tanpa tanda jasa."

Itulah kesan dan pesan 23 siswaku kelas XI TAV. Terima kasih atas masukkannya kepada Bapak, semoga dikemudian hari Bapak menjadi orang yang lebih baik lagi, menjadi orang yang dapat bermanfaat untuk sesama.

Foto bersama XI TAV Grup A :

20131203_151559 20131203_151632 20131203_151701 20131203_151711

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Kreativitas dalam Kurikulum 2013

Posted: 08 Dec 2013 12:10 PM PST

13865296131269869550

http://jakartaweekend.com

Kreativitas. Itulah kata kunci dari Kurikulum 2013. Menurut Mendikbud Mohammad Nuh saat menyosialisasikan kurikulum baru ini, kreativitas inilah modal dasar untuk melahirkan anak-anak yang inovatif, yang mampu mencari alternatif-alternatif dari persoalan atau tantangan di masa depan yang makin rumit.

Kreativitas adalah kemampuan melakukan atau menemukan hal baru. Yaitu untuk menjawab berbagai permasalahan yang kita hadapi.

Dalam konteks permasalahan kehidupan yang makin kompleks, kreativitas menjadi sangat relevan. Masalah pengangguran sebagai contoh. Para lulusan sekolah harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja, bahkan mungkin menciptakan lapangan kerja baru. Mereka tidak bisa hanya pasrah pada kemampuan yang dimilikinya saat itu tanpa berusaha mengembangkan diri dan meng-update kemampuanya dengan belajar dan terus belajar.

Membludaknya informasi akibat teknologi internet juga menuntut lulusan sekolah untuk mereaksikan informasi-informasi itu dan mensintesis makna baru. Satu kuncinya: belajar tiada henti dengan mengembangkan kreativitas.

Tentu, tuntutan ini harus dijawab oleh para praktisi pendidikan karena merekalah yang dianggap paling bertanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia. Kurikulum 2013 sudah mengakomodasi hal itu. Tinggal dalam pelaksanaannya, guru sebagai ujung tombak pendidikan, kini beraksi.

Saya sangat apresiatif dengan pendekatan yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013: tematik-integratif. Dengan pembelajaran secara tematik, anak didik akan belajar secara kontektual berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari. Topik pembelajaran adalah hal-hal yang secara riil ada di lingkungannya, bukan topik asing yang berada di luar dimensi keberadaan mereka.

Dengan pembelajaran secara integratif, anak didik bisa berpikir secara holistik dalam memaknai pengalaman-pengalaman mereka. Mereka menjadi terbiasa menyeselesaikan masalah dari sudut pandang keilmuan yang luas: matematika, sains, IPS, agama, dan lain-lain. Di samping itu, pembelajaran integratif di sini juga diartikan bahwa pembelajaran mengembangkan potensi anak didik dalam tiga ranah secara imbang: kognisi (pola pikir), afeksi (sikap), dan psikomotori (skill).

Di sini saya contohkan salah satu pembelajaran tematik-integratif pada kelas I SD tema peristiwa alam. Kita ambil subtema: pelangi. Kita bahas asal mula terbentuknya pelangi. Mula-mula air dari permukaan bumi –baik dari sungai maupun laut- menguap. Terbentuklah awan. Di udara, awan ini membentuk lapisan yang kerapatannya lebih besar daripada lapisan di atasnya. Sinar matahari yang menembus dua lapisan yang berbeda kerapatannya mengalami pembelokan atau pembiasan. Besarnya sudut pembiasan ditentukan dari panjang gelombang masing-masing penyusun sinar matahari. Akibatnya sinar matahari itu berpendar menjadi tujuh warna sinar penyusunnya: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Terbentuklah pelangi.

Apabila saat pembahasan peristiwa alam ini tengah terjadi pelangi di luar, siswa bisa diajak menyaksikan langsung pelangi itu. Mereka diminta menghitung ada berapa macam warna pelangi itu, dan apa saja warnanya.

Mereka lalu diajak kembali ke kelas. Mereka diminta membuat puisi dengan tema pelangi.

Jelas terjadi integrasi dari beberapa pelajaran: IPA, matematika, bahasa Indonesia, dan agama. Integrasi juga terjadi dari tiga ranah kemampuan siswa yang dikembangkan: kognisi, afeksi dan psikomotori.

Guru tentu dituntut untuk mencari bentuk-bentuk lain strategi pembelajaran. Ini harus didukung dengan kebijakan tentang sistem evaluasi. Sistem evaluasi yang menentukan kelulusan haruslah menyeluruh berupa transkrip nilai yang diambil dari rapor sejak kelas I. Bukan hanya nilai ujian nasional di ujung kegiatan pembelajaran yang berlangsung hanya dalam beberapa hari. []

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar