Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 27 Desember 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Menuai Badai di Tahun Baru

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

Rencana apa yang telah anda siapkan? Menjelang akhir tahun 2013, mungkin sejuta harapan sedang anda susun. Tentang keinginan punya rumah pribadi yang terpisah dari ortu atau mertua. Tentang pekerjaan yang ditargetkan bergaji diatas Rp.5 juta. Tentang usaha yang anda rintis dan menjadi persiapan masa tua anda.

Atau tentang kekasih, istri, anak, dan orang yang anda cintai. Bakal anda posisikan seperti apa? Tentu semuanya bermuara pada keadaan bahagia. Anda sedang bercita-cita bahagia. Lebih dari yang anda rasakan di tahun 2013 ini. Pertanyaannya, mampukah anda meraih bahagia jika apa yang anda impikan tidak tercapai?

Saya sepakat bahwa hidup harus terencana. Hidup juga harus termotivasi dari mimpi besar nan mulia. Tak mungkin juga candi Borobudur berdiri megah kecuali inisiator telah bermimpi besar. Tak mungkin pula tugu monas tinggi menjulang kecuali pelopornya bermimpi hebat.

Tetapi mimpi harus kita letakkan pada keadaan sehari-hari. Jika bangun kita selalu diatas jam 7 pagi, ketika kerja di kantor kita bermalas-malasan. Atau kita suka cekcok dengan teman, istri, mertua atau orang tua. Bisa juga kita suka menghabiskan waktu hanya untuk senang-senang.

Maka percayalah, mimpi anda adalah badai. Ia siap menggulung anda dalam lautan kekecewaan.Setiap tindakan yang berlawanan dengan hukum sukses, pasti akan menjadi badai. Sebab yang disebut sukses pada dasarnya kondisi dimana kita menjadi berarti. Arti dalam bentuk tindakan, ucapan, ataupun pemikiran positif

Nah, yang tahu diri anda ya anda sendiri. Apakah kita hanya menjadi insan yang pandai bermimpi. Sementara karakter yang harus dipenuhi justru tak kita penuhi? Ayo, mulai saat ini jangan menantang badai.

Tahun 2014, harus kita songsong dengan perilaku positif. Tidak usah boros, apalag foya. Tidak usah happy-happy jika memberi efek lupa. Tak usah pula bertingkah nekat jika menjerumuskan kita pada insan tak berguna. Apapun acara yang anda siapakan tuk menyambutnya, pastikan akan membuat anda mengerti betapa waktu sangat berharga.

Berpikir, merenung, mengingat kebesaran Tuhan itu sangat mulia. Karena itulah kesejatian yang sebenarnya. Tak membuat lupa dan menjadikan diri tahu diri. Hidup ini, akan kemana, dan berakhir dimana, itulah yang harus kita pastikan dalam kesadaran di tahun 2014.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Suara Anak Jalan

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

Bagi Mahasiswa inilah ‘Hantu’

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

Bila anda pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi tentu tidak asing dengan istilah skripsi, yaitu tugas akhir yang kerap menghantui mahasiswa di penghujung pendidikan dan momen yang harus dilewati sebagai syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1), sebagai mana di atur dalam pasal 15-16 PP No.60 tahun 1999 tentang perguruan tinggi. Ujian tersebut berupa ujian semester dan ujian akhir program studi, yakni skripsi (S1), tesis (S2), disertasis (S3).

Guna menjawab berbagai tantangan dunia berikut sebagai permasalahan umat manusia sebagai penghuninya, lembaga pendidikan memiliki pengaruh besar untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai lulusan yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan tersebut, mareka yang menempuh pendidikan (mahasiswa)akan terus dinanti oleh masyarakat melalui lembaga pemerintahan, swasta atau dalam bentuk LSM yang memberikan kostribusi pemikiran, kapasitas ilmu dan sebagainya.

Saya mempunyai seorang abang leting yang mengaku sering sulit menemui dosen pembimbing. Ketika dihubungi hanphonenya tidak diangkat. Ketika di-sms tidak dibalas , dan ketika dia berkunjung kerumah terkadang kurang dilayani.

Ada pula seorang teman bercerita bahwa ia telah menyerahakan skripsi untuk dosen pembimbingnya. Ia disuruh dating kembali seminggu kemudian, tapi ketika datang skripsi yang telah di janjikan itu belum diperiksa karena terlalu banyak skripsi yang ditanganinya.

Seorang teman juga bercerita maslah lain. Dia menggambarkan denga analogi yang apik. Katanya, ketika dua gajah yang berkelahi maka semut dan rumputlah yang menjadi korban. Dia menjadi bingun dan frustasi karena karena pembimbing I dengan pembimbing II skripsinya bersikeras pad aide masing-masing.

Seorang sahabat juga terang- terangan merekayasa hasil penelitiian. Alasannya karena dia tahu skripsinya akan berakhir dilemari atau di tempat yang sedikit lebih baik dari tong sampah. Ini juga menjadi satu pelajaran mareka terkadang terpaksa 'mendaur ulang' bulat-bulat skripsi orang lain.

Ada pula trauma skripsi yang membesut gejala research phobia. Setelah menyelesaikan skripsi, mareka menutup diri dan menolak bergelut hal-hal yang berbau penelitian. Begitu mendengar kata penelitian, kenign kerut seperti kembali ke masa suram, kalau kita terjun kelapisan bawah kita juga akan berhadapan dengan gejala lain yang sudah menjadi rahasia umum.

Malahan banyak kita dengar dengan kata phobia skripsi, ada yang baru setengah jadi lansung putus asa, karena tanpa ada kepedulian atau perhatian seorang dosen pembimbing oleh karena itu dia terlantar begitu saja.

Bermacam masalah biasa mewarnai perjalanan mahasiswa dalam perjuangannya pada fase akhir studi yang di geluti. Masalah dalam penyelesaian skripsi bisa datang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari mencari judul, penelitian, pokok atau rumusan masalah, aspek pembahasan dan menarik kesimpulan, kelengkapan literatur rujukan, referensi yang tepat sampai dengan sikap dosen.

Berbicara tentang seorang dosen atau pembimbing yang mengawasi mahasiswa dalam pengerjaan skripsi, pasti dapat di rasakan pahit manisnya tingkah seorang pembimbing. Pembimbing kerep lee that cengkonek ( banyak tingkah ) ketika membimbing mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Tak jarang mahasiswa dipersulit dalam segala kepentingannya. Banyak dosen yang berambisi mempermainkan mahasiswa dan tingkah seorang dosen membuat sebagian mahasiswa trauma menjumpai beliau ini.

Ada juga kakak sepupu saya sudah sangat lama membuat skripsinya berbagai macam sudah ia lakukan tetapi dosen itu tetap menerimanya. Akhirnya di buat skripsi seperti yang pertma kali di buatnya dan dia kasih kembali ke dosennya tau-taunya skripsi di erima deuhhhh.

Sikap ketidak siapan mahasiswa skripsi juga menjadi permasalahan utama untuk menembus jenjang S1. Padahal selama empat tahun mareka hidup dilingkungan kampus, mengikuti kuliah berjam-jam dengan jumlah SKS yang cukup memadai, hari-harinya berbalut dengan dunia internet atau pintu ilmu. Namun hal itu tidak menjadi gerbang bagi mareka untuk memudahkan menyusun skripsi. Justru sebaliknya, dunia maya menjadi jurang pemisah antara mahasiswa dengan skripsi.

Jika mahasiswa di hadapkan dengan dua pilihan, antara manjat kelapa atau nyusun skripsi, misalnya, maka dengan sponta mareka lebih memilih manjat kelapa di bandingkan dengan kerja merampung skripsi. Mengapa demikian ? boleh jadi, antara lain disebabkan karena ke tidak mampuannya merankai sebuah skripsi atau karya ilmiahnya.

Atas dasar ini semua, mahasiswa jangan menjadikan dunia pendidikan sbagai wadah bermain, panggung bersenang-senang, sehingga luput dari tujuan diadakan pendidikan. Terlebih juga pada dosen jangan menonjol sikap egoisme di depan mahasiswa. Mareka terkadang juga lelah, susah karena harus bolak-balik menjumpai dosen pembimbing, terlebih mareka yang tinggal jauh dari kampus.

Demikian pula sebaliknya, mahasiswa harus sabar, kedepankan menghormati kepada para dosen, sebab mareka adalah tak ubahnya seperti 'orang tua' kita di kampus, yang tak hanya membimbing kita dalam menyusun skripsi, tapi juga banyak mahasiswa lain yang mengantre giliran bimbingan. Dengan upaya ini mudah-mudahan mahasiswa tidak menganggap lagi skripsi sebagai 'hantu' yang menakutkan.

Semoga !!!!!!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Media dalam Genggaman Sebuah Era

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

Era digital semakin terasa, kecanggihan-kecanggihan teknologi sudah semakin cepat perkembangannya. Pertumbuhan kebutuhan manusia pun semakin meningkat dan bervariasi. Salah satunya adalah kebutuhan manusia dalam mendapatkan sebuah informasi. Dimana kini masyarakat semakin menuntut media untuk bergerak lebih cepat dalam menyampaikan berita yang terkini. Tidak hanya itu media juga dituntut harus bergerak mengikuti kemajuan teknologi agar dapat mengimbangkan tingkat kebutuhan manusia saat ini.

Maka dari itu kini lahirlah yang dinamakan media online yang mengisi keragaman bentuk media, dan menambahkan sturktur sosok media itu sendiri yang sebelumnya hanya terdapat media cetak dan elektronik saja. Media online pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori yaitu E-paper dan Online media.

E-paper sendiri merupakan edisi digital dari surat kabar yang dicetak, jadi dapat dikatakan masyarakat dapat memilih kemauan mereka, ada beberapa orang yang lebih suka membaca surat kabar dalam bentuk fisik, atau dalam bentuk cetak. Namun ada juga orang yang karena mengikuti arus perkembangan teknologi, maka mereka memilih untuk membaca surat kabar berupa digital yang lebih simpel dan tidak membutuhkan ruang gerak yang banyak.

Selain itu ada juga online media, atau ringannya sebut saja berita online. Berita online ini berbeda dengan yang lainnya. dari segi waktu berita online memiliki jangka waktu yang cepat dalam mempublikasikan sebuah berita. Hal ini disebabkan karena kemudahan dalam publikasi berita. Tidak perlu menunggu naik cetak baru berita disebarkan, hanya membutuhkan sebuah koneksi internet pun wartawan sudah dapat menuliskan berita yang didapatkannya.

Namun dari sisi berita, karena hanya mementingkan kecepatan maka berita yang diterbitkan tidak terlalu mendetail. Hanya beberapa kejadian saja yang terjadi pada waktu itu. Maka dari itu berita pada berita online lebih ringkas. Selain itu ada faktor lain mengapa berita online biasanya lebih ringkas dan terpotong-potong yaitu kriteria pembaca online. Pada dasarnya mata manusia memiliki keterbatasan dalam hal melihat cahaya terus menerus, jadi pada saat membaca di gadget, tingkat konsentrasi lebih cepat menurun.

Dari perkembangan-perkembangan itulah pola kerja wartawan ikut berubah. Karena hadirnya struktur baru dalam sebuah media yaitu media online maka, struktur pada wartawan pun bertambah. Yang pada awalnya hanya terdiri dari wartawan cetak dan elektronik, kini menjadi bertambah dengan adanya wartawan media online. Jika dilihat kerja wartawan cetak mingguan/bulanan mereka memiliki jangka waktu yang panjang untuk memperoleh berita,walaupun demikian berita yang disuguhkan harus berbeda dan mendalam dibanding berita yang lebih cepat.

Berikutnya wartawan cetak harian, berita yang dicari dan disuguhkan lebih cepat dibandingkan wartawan cetak mingguan/bulanan, karena mereka mencari dan mengolah berita seharian penuh dan akan langsung diterbitkan pada esok hari. Adapula wartawan media elektronik, pola kerjanya memang lebih cepat dibanding dari dua wartawan sebelumnya. Karena biasanya, berita yang ditampilkan pada media elektronik memiliki kurun waktu yang banyak dalam sehari, seperti pagi,siang,sore dan malam. Maka kerja wartawan pada media ini jauh lebih cepat dibanding wartawan cetak harian dan cetak mingguan/bulanan.

Dari beberapa pola kerja di beberapa media, hanya wartawan media online dituntut untuk kerja lebih cepat dibandingkan wartawan media cetak dan elektronik. Ketika sebuah berita dituntut untuk cepat dalam memberitakan informasi terbaru, maka para pencari berita pun harus bekerja dengan gesit untuk mendapatkan berita yang masyarakat inginkan. Sebut saja suatu kasus terjadi dihari tersebut, maka mereka bergerak dan terus mengikuti perkembangan. Di saat perkembangan terjadi, maka berita harus dipublikasikan, dan seterusnya akan begitu sehingga tuntas.

Dari kecepatan wartawan dalam menghasilkan sebuah berita itu lah muncul kelemahan dari jenis media ini, yaitu akan sering terjadi typo atau yang bisa disebut dengan kesalahan kata yang ditulis. Jika pada media cetak, terdapat proses yang dinamakan editing bahasa, dimana tulisan yang ingin dimuat di koreksi lagi agar menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan etika penulisan jurnalistik.

Jika pada media elektronik seperti televisi, maka terdapat naskah yang sudah ditulis saat ingin menyampaikan berita, maka naskah akan disusun secara rapih agar mudah dimengerti oleh masyarakat. Dari kedua hal itu, pada media online tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan editing bahasa. Maka sering terjadi ralat dalam sebuah pemberitaan yang di unggah.

Adapula hal baru yang tercipta akibat datangnya media online. Dan itu adalah citizen journalism, dimana warga atau masyarakat umum bisa membantu dan ikut serta dalam menyampaikan sebuah berita. Kecanggihan teknologi membuat masyarakat umum bisa menghasilkan berita, sebagai contoh suatu kejadian terjadi di suatu tempat dan seseorang yang berada ditempat tersebut merekam kejadian yang terjadi dan dipublikasi melalu sosial media. Hal itu membuat suatu kejadian akan dapat lebih cepat tersebar.

Lahirnya media online memberikan warna baru pada dunia jurnalistik. Namun juga membuat kekhawatiran baru dengan adanya media online. Pasalnya media online bisa menjadi pilihan utama masyarakat terutama masyarakat maju untuk mendapatkan berita, karena sifatnya yang lebih fleksibel dan mudah di akses. Namun tetap media-media lain memiliki keunggulan yang memang tidak dimiliki media online, maka eksistensi seperti media cetak akan masih kuat dikedepannya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

LILIN MALAMKU

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

lilin…

mungkin kau tak kekal, layaknya mentari yang setia menyinari

mungkin juga kau akan rapuh, karna sifatmu sementara

atau mungkin juga cahayamu tak seindah cahaya bintang malam itu

tapi setiap sepercik cahayamu pancarkan harapan baru…

lilin..

aku takut malam datang..

karena malam ku sepi,malam ku tak berarti,malamku gelap

karna gelapku bagaikan kematianku.

tapi,sepercik cahaya lilinku memberi harapan

bahwa ada cahaya kecil yang setia menemani..

lilin malamku..

aku tak mengizinkan cahayamu redup

walau aku tau sang waktu akan memakan sinarmu

aku pun tak rela jika kau tak lagi menghiasi setiap dinding ruang hatiku.

aku belajar dari kau,

kau kecil,mungkin tak berguna ketika malam telah berganti..

tapi kau sangat berarti ketika setiap sudut mata tak mampu menerawang, kau hadir memberikan penerangan.

aku ingin seperti kau,

memberikan sedikit hal tapi berarti untuk semuanya..

by: Zhopie fi qolbie insani

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

You’ll Never Forget A Good Teacher

Posted: 27 Dec 2013 11:16 AM PST

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Aku cuma seorang remaja cewek biasa yang pengen berbagi pengalaman hidupku yang biasa-biasa aja, yang kadang aku liat dengan 'kacamata' yang nggak biasa. Hope u enjoy it! :)*satu lagi: bukan cewek yang pinter bahasa Inggris, tapi suka sok-sok nulis pake bahasa inggris hasil translate-an google terjemahan*

OPINI | 28 December 2013 | 01:23 Dibaca: 1   Komentar: 0   0

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar