Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 18 Desember 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Bermawas Diri

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

Beda

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

Cisah Temukan Nisan Kakek Sultan ‘Ali Mughayat Syah

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

Nama-Lamuri-yang-disebutkan-pada-batu-nisan-di-Pante-Raja-Pidie-Jaya-kanan-dan-Lamuri-dalam-sebuah-karya-geografi-ditulis-Burzuk-Syahriyar-Ar-Rahmhurmudziy-pada-abad-ke-5-H. (Sumber: CISAH)

Nama-Lamuri-yang-disebutkan-pada-batu-nisan-di-Pante-Raja-Pidie-Jaya-kanan-dan-Lamuri-dalam-sebuah-karya-geografi-ditulis-Burzuk-Syahriyar-Ar-Rahmhurmudziy-pada-abad-ke-5-H. (Sumber: CISAH)

PIDIE JAYA – Tim Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH)  berhasil menemukan makam Sultan Munawwar Syah di Desa Meunasah Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie Jaya, Sabtu (16/11/2013). Sultan Munawwar Syah adalah kakek dari Sultan 'Ali Mughayat Syah, pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal abad ke-16 Masehi.

"Penemuan ini pada awalnya didasari  informasi dari buku Tawarikh Aceh dan Nusantara yang ditulis H.M. Zainuddin pada dekade 60-an abad ke-20 Masehi. Tim CISAH berusaha menulusuri  kebenaran informasi itu lagi, dan akhirnya menemukan makam Sultan Munawwar Syah," ujar Sukarna Putra dari CISAH kepada Misykah.com, belum lama ini.

Sukarna Putra menyebutkan, setelah menaiki bukit terjal yang disebut dengan Buket Tu di desa tersebut, pihaknya tiba di sebuah kompleks pemakaman kuno. Komplek makam itu dikenal masyarakat setempat dengan Jirat Teungku Meurhom.  "Jirat ini dulunya sering diziarahi untuk melepaskan nazar atau hajatan lainnya," ujar Ilyas, warga setempat. "Tapi sekarang sudah agak jarang orang yang melespakan nazar," tambahnya lagi.

Pantauan tim CISAH, pada nisan makam sebelah selatan atau kaki, baik sisi depan maupun belakangnya, terdapat tulisan menyebutkan secara terang bahwa Sultan Munawwar Syah adalah putera dari Sultan Muhammad Syah Lamuriy. Dari data sejarah yang pernah dihimpun CISAH dari kawasan situs sejarah Lamreh dan Kuta Leubok, Sultan Muhammad Syah berpusara di lokasi situs pemakaman Kuta Leubok, Aceh Besar, setelah meninggalnya pada 908 Hijriah.

"Temuan ini dengan demikian memastikan bawah kawasan situs Lamreh dan Kuta Leubok merupakan kota tinggalan sejarah kerajaan Lamuri yang pernah disebut dalam prasasti Tamil peninggalan kerajaan Chola di India Selatan (1000-1200 M) dan laporan-laporan Arabo-Persia," kata Sukarna Putra.

Penyebutan "Lamuriy" pada epitaf nisan tersebut, menurut peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad, sejauh ini merupakan satu-satunya dan adalah kali pertama ditemukan di Aceh. Di samping telah menyingkap suatu kenyataan sejarah yang baru bahwa indatu para penguasa Aceh dalam masa abad ke-16 adalah Sultan Muhammad Syah yang dimakamkan di Kuta Leubok, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.

Editor    : safar iqbal
Sumber : www.misykah.com

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Ada Sarina, di Swiss

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

13873909912027846867

Sarina, di tempat kerjanya.

Orang Indonesia ada di mana mana, termasuk di kota Zurich, Swiss. Sarina adalah salah satunya. Sejak beberapa tahun ia menjadi pelayan di salah satu tempat ngopi di Bandara Zurich. Ia begitu ramah manakala tahu bahwa pelanggannya adalah orang Indonesia. Setidaknya demikianlah yang kami rasakan ketika mesti menunggu jemputan di Bandara Internasional Zurich, Swiss. Sarina adalah salah seorang dari sekian banyak orang Indonesia yang tinggal dan bekerja di Swiss. Kepada kami dengan gayanya yang ramah ia menuturkan bahwa sudah bertahun-tahun berada di Swiss.

"  Saya dari Ambon ", demikian tutur perempuan yang menikah dengan pria Swiss dan mempunyai dua orang anak itu. Tidak seperti temannya, iapun tidak keberatan ketika saya mengambil foto di tempatnya ia bekerja.

" Saya tidak bekerja full di sini. Sebagai ibu rumah tangga, ia bekerja tiga kali seminggu ", demikian tuturnya lebih lanjut.

Menurut informasi teman teman di KBRI Bern, ada sekitar lima ribu orang Indonesia di Swiss, 3 ribu di antaranya di Bern, yang merupakan Ibukota negara. Selain belajar, tidak sedikit yang bekerja di negara makmur ini termasuk yang bekerja di KBRI di Bern dan Perwakilan Tetap RI di Jenewa.  Rasanya mereka yang tinggal di Swiss merasa nyaman, tentu karena penghasilannya memadai untuk hidup sehari hari. Tentu tidak ada yang penghasilannya di bawah standar  minimal, sebab biaya hidup di Swiss memang lebih tinggi di banding negara Eropa lainnya.  Harga untuk makan diluar rumah sangat mahal untuk ukuran kantong Indonesia. Suatu kali kami berenam makan siang di salah satu restoran Cina dengan menu sederhana. Setelah makan selesai dan membayar, harganya lebih dari dua juta rupiah.

Bagi warga negara Swiss dan mereka yang bekerja di negara ini, kehidupan memang terasa nyaman. Semuanya tercukupi. Termasuk para petani. Pemerintah punya komitmen tinggi untuk melindungi kehidupan para petani dan peternak. Teman di KBRI Bern menceritakan agar peternak sapi dapat hidup dan berkembang, pemerintah Swedia memberi subsidi 2 Franc Swiss tiap hari perekornya. Pelayanan publikpun sangat nyaman. Walaupun penduduknya sedikit, yaitu hanya sekitar 6 juta, angkutan umum sangatlah diperhatikan. Bus umum dan trem listrik tersedia setiap saat dengan jadwal waktu yang tepat.

Karena itu, pantaslah jika Sarina dan lainnya betah berada di negara ini.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Sustainable (Alamku Nafasku) Mining

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

OPINI | 19 December 2013 | 01:22 Dibaca: 1   Komentar: 0   0

Sulit di percaya bahwasanya dunia mining dapat berkesinambungan. Bagi siapa ? untuk siapa ? Mungkin bagi pemilik saham dan pekerja tapi bagaimana dampak yang akan terjadi ke masyarakat ? Kalimantan timur, pulau dimana aku lahir tepatnya di Balikpapan kota yang dekat dengan hasil bumi yang sangat melimpah. Samboja. Iya Samboja daerah perbatasan Balikpapan-Samarinda tepatnya di Kabupaten Kutai Kertanegara adalah daerah yang sangat kaya dengan hasil bumi. Pertambangan yang luas dan juga daerah pengeboran beberapa perusahaan asing semua jadi satu disana. Jika kita amati dari atas dengan menggunakan copper, sebagian dari daerah ini sudah menjadi "raksasa pengerukan pertambangan". Bagaimana bisa ? Terlalu banyak masyarakat yang tidak peduli dampat buruk dari pengerukkan hutan daerah sekitarnya, padahal jika di amati lebih dekat jarak antara pemukiman warga dan lokasi pengerukkan rata-rata tidak lebih dari 5km. Bagaimana bisa warga atau pemerintah setempat mengijinkan hal tersebut ?

Bencana yang sudah terbukti, banjir, air hujan yang menggenang di daerah pemukiman warga tidak menyadarkan mereka bahwa itu dampak kecil dari pengerukkan hutan daerahnya. Sangat di sayangkan bukan ? Aku tak tau harus bertanya kemana atau memberikan unek-unek ku ini. Di satu sisi au sangat peduli dengan masyarakat sekitar atas society effects yang sebenarnya mereka alami, namun mengapa mereka hanya "menganggukkan kepala" ? Di sisi lain kemana kebijakan pemerintah yang seharusnya bersikap bijak kepada perusahaan-perusahaan kontraktor pertambangan ?

Di liat secara luas, hasil dari mining sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi beri aku alasan kongkrit mengapa mining harus ada dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari ?

Salam Semangat,

Ayunita

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Talkshow ‘Hipnotis’ di TV dan Kelayakannya

Posted: 18 Dec 2013 11:08 AM PST

13873909121382188380

sumber : wikimedia.org

Hipnotis adalah suatu tindakan yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tertidur seperti tersugesti yang pada tahap berikutnya mengakibatkan seseorang tidak sadar dan berada dalam pengaruh orang yang melakukan hipnotis tersebut. Ada banyak persepsi tentang Hipnotis ini, seperti di kalangan awam sering disebut sihir yang sering disalah gunakan. Sehingga banyak kasus penipuan dan perampokan di tempat-tempat tertentu dikarenakan terhipnotis sehingga secara tidak sadar memberikan seluruh harta benda dan melakukan apapun yang diperintahkan oleh ahli hipnotis. Jadi tidak heran banyak yang menjadi korban akibat dahsyatnya kekuatan hipnotis ini. Hal ini juga yang memunculkan berbagai persepsi negative tentang ahli hipnotis. Bahkan akan dicurigai melakukan tindakan criminal jika ketahuan ahli hipnotis. Namun sepertinya itu dulu, di zaman sekarang justru orang yang ahli hipnotis bermunculan di televisi. Bahkan ada ajang yang justru diadakan untuk mencari orang-orang yang ahli dibidang ini dan tidak sedikit juga acara talkshow yang materinya secara pokok adalah Hipnotis.

Program acara televisi yang menyisipkan dan bahkan menayangkan tema ini adalah Ajang pencarian bakat THE MASTER di RCTI, Uya Emang Kuya di Indosiar, Hitam Putih di Trans 7, Suka Suka Uya di MNC TV, dan mungkin masih ada yang lainnya. Acara talkshow yang berakhir dengan hipnotis ini pada akhirnya membeberkan rahasia orang-orang yang di hipnotis. Baik berupa aib maupun hal paling pribadi semua terungkap melalui acara ini.

Public Figure yang terlihat paling ahli dalam hal mensugesti manusia di jagad hiburan tanah air adalah Dedy Corbuzier dan Uya Kuya. Dedy dan Uya sama-sama menjadi terkenal dengan kemampuannya menghipnotis orang-orang di acara yang dibawakan mereka saat ini.

Dedy menjadi host di acara Hitam Putih yang ditayangkan oleh Trans 7. Acara ini menghadirkan bintang tamu yang sedang banyak diperbincangkan masyarakat. Umumnya mereka adalah orang yang memiliki kasus ataupun konflik dengan public figur. Jadi secara sederhana, Dedy akan membongkar secara gamblang bagaimana kebenaran dari berita yang sedang beredar dengan cara menghipnotis narasumber yang dihadirkan. Karena pengaruh hipnotis, maka narasumbernya akan menjawab semua pertanyaan dedy secara jujur dan blak-blakan. Sehingga ada juga yang pada akhirnya tidak menyukai beberapa pengakuan di acara ini. Sebut saja Farhat Abbas yang menyebut Dedy sebagai 'kompor' yang memanas-manasi berbagai kasus yang narasumbernya dihadirkan disini.

Acara yang hampir serupa adalah talkshow Suka Suka Uya (Susuya) yang ditayangkan di MNC TV. Acara ini dipimpin oleh Uya Kuya dengan asistennya pedangdut Janeta Janet dan mantan News Anchor yang mendadak jadi pelawak, Jeremi Teti. Susuya lebih gamblang lagi menurut saya. Di sini Uya akan menghipnotis semua pihak yang sedang memiliki konflik yang sengaja dihadirkan di studio. Jadi semua rahasia mereka terbongkar di acara ini. Episode terbaru menghipnotis Siti Badriah yang secara polosnya akibat dihipnotis Uya mengakui bersedia menjadi istri kedua Uya Kuya atas pertanyaan Jeremi Teti. Bahkan Badriah mempertanyakan mengapa Uya mau bertahan dengan istrinya. Istri Uya yang saat itu berada di studio berlagak marah namun hanya bercanda. Entah itu disetting atau tidak, tapi agak penasaran juga apa yang ada di pikiran Istri Uya mendengar pengakuan jujur Badriah.

Acara-acara Hipnotis ini mungkin sekarang bermunculan di televisi dikarenakan susahnya mendapatkan pengakuan jujur saat ini dibandingkan dulu. Jika dulu seseorang bisa popular karena prestasi yang diraih, maka lain dengan sekarang. Seseorang bisa mendadak terkenal hanya bermodalkan kasus sensasional dan kontroversi. Inilah yang menjadi bukti banyaknya kepalsuan dan kebohongan terutama di dunia entertainment. Maka acara berbasis hipnotis dimunculkan guna mendapat kejujuran dari seseorang.

Hal demikian tentunya wajar saja. Namun kelayakannya menjadi dipertanyakan saat hal paling pribadi seseorang menjadi terungkap ke seluruh public yang menontonnya. Sebut saja masalah orang tua, perselisihan keluarga sampai hal paling senonoh yang dilakukan bersama pacar. Meskipun di sensor bahkan tidak jarang juga mereka yang dihipnotis mengumpat dan mengucapkan caci-maki. Dengan dalil telah mendapatkan kesepakatan dari narasumber, maka menjadi layak.

Disinilah mungkin perlu kehati-hatian dari produksi program televisi dalam menayangkan sesuatu. Jikapun pengakuan-pengakuan tersebut menaikkan rating acara, tetapi perlu juga memotong beberapa adegan yang tidak layak public tahu secara mendalam. Di samping itu acara seperti ini kurang pantas untuk dibuat live untuk memfilter ucapan narasumber yang kadang tak terduga.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar