Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 29 Desember 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Selembar Surat Pengharapan di Akhir Tahun Untuk TUHANku

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

sekelumit Doa Akhir Tahun Untuk Tuhanku

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

Atasi kemacetan mal - Utk Jokowi/Ahok

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

OPINI | 30 December 2013 | 01:25 Dibaca: 8   0

Besok jalan layang  Kampung Melayu - Tanah Abang akan diresmikan Jokowi. Jauh2 hari sudah diketahui orang banyak: utk ke Kampung Melayu, jalan layang ini hampir tidak berguna, justru menambah kemacetan di depan mal Kota Kasablanka, yg tiap hari sudah macet.  Kebetulan, kemarin Ahok juga teriak soal kemacetan di mal TA dan sekitarnya.

Saran saya, BEBANKAN tanggung jawab macet ke pemilik mal. Kasih garis kotak kuning (yellow box) di depan mal. Larang semua kendaraan antri ataupun stop di depan mal. Kalau tenaga polisi lalulintas kurang (atau tidak dapat diharapkan), taruh 20 satpol PP utk menangkap mereka yg stop (atau cari akal/peraturan lain deh)… Pengelola mal akan memikirkan cara menangani menurunnya jumlah pengunjung. Mungkin mal dapat mengurangi lahan parkirnya utk pelebaran jalan, dst. Mereka akan dapat bertahan hidup dgn caranya sendiri.

Kemacetan terjadi karena para pejabat yg memberi izin (yg mungkin sekali kongkalikong dengan pengelola mal). Bila pejabat itu benar2 melakukan analisis soal lalulintas (bukan hanya AMDAL), pasti diketahui hal2 yg akan menjadi menyebab kemacetan lalulintas. Tapi di masa lalu semua dibiarkan saja (kita ketahui bersama mengapa dibiarkan).

Pemprov DKI berani melarang mobil berhenti di sepanjang jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk; putusan yg berhasil mengurangi kemacetan di situ, tapi mematikan ratusan bisnis kecil di sepanjang jalan itu. Mengapa tidak berani melakukan hal yg sama pada mal ???

Satu hal lagi: kasih waktu yg cukup lama pada mal utk bebenah sehingga tdk terlalu merugikan mereka..

============

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Laga Tandang

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

OPINI | 30 December 2013 | 01:23 Dibaca: 2   Komentar: 0   0

Tulisan saya yang berjudul "Bapak Pelacuran" telah dihapus dari Kompasiana oleh redaksi Kompasiana, yang bertindak sebagai juru pengadil atau wasit terhadap semua tulisan yang di posting di Kompasiana. Harapan saya semoga ada penjelasan kepada saya dari jajaran wasit yang bertugas yang bisa dikirim ke email saya yang sudah tercantum.  Bila dalam orde lama ada Bapak Revolusi sebagai pelopor revolusi, dalam orde baru ada Bapak Pembangunan sebagai pelopor pembangunan, dalam orde reformasi ada Bapak Reformasi sebagai pelopor reformasi, kenapa tidak bisa memberikan gelar Bapak XXXXXXXXX kepada pelopor legalisasi XXXXXXXXX.

Menulis di Kompasiana untuk saya atau untuk penulis yang sepemikiran dengan saya adalah ibarat menjalani sebuah pertandingan di kandang lawan. Dipastikan wasit lebih memihak tuan rumah ketimbang menjadi pengadil yang adil.

Saya akan tetap menjalani semua laga tandang ini, karena menurut saya inilah tempat bertanding yang terbuka walau tidak adil dalam perang pemikiran dengan semua yang bertopeng kemoderenan, toleransi, HAM, persamaan dan lain-lainnya.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

rindu di akhir tahun

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

Membaca : melatih pemahaman dalam teks bacaan

Posted: 29 Dec 2013 11:04 AM PST

REP | 30 December 2013 | 01:19 Dibaca: 0   Komentar: 0   0

Membaca : melatih pemahaman dalam teks bacaan

Membaca merupakan hal yang membosankan bagi sebagian orang. Namun dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai pengetahuan yang luar biasa. Dapat dikatakan dengan membaca kita dapat mengetahui isi dunia. Yaaa peribahasa ini memang benar. Dengan membaca kita dapat mengetahui semua hal yang sebelumnya kita tidak mengetahui dapat tahu akan hal tersebut. Namun dalam proses membaca bukan hanya bagaimana kita dapat membaca kata demi kata dalam bacaan tersebut, dibutuhkan proses pemahaman dalam membaca (reading comprehension) untuk menggambarkan proses pemahaman terhadap makna suatu materi tertulis.

Dapat di bayangkan , misalnya kita diberi 3 kalimat yang berbeda namun mempunyai satu arti yang sama. Seperti kalimat pertama "pemain bola itu menendang bola ke gawang dan mencetak satu gol". Kalimat kedua"pemain bola yang menendang bola ke gawang mencetak gol". Dan kalimat yang terakhir "bola yang ditendang ke gawang mencetak gol oleh pemain'". Kalimat pertama sangat jelas dan sangat mudah dipahami. Sedangkan kalimat kedua sedikit mengalami kesulitan dan kalimat ketiga lebih sulit dari kalimat ketiga. Perbedaa perbedaan inilah memberi aktivitas yang baru pada otak. Apa maksudnya ? semakin sulit kalimat yang kita baca untuk dipahami, semakin memberi aktivitas kerja di otak untuk memikirkannya.

Beginilah yang dilakukan oleh setiap individu yang membaca. Setiap mereka memahami kata per kata dari teks bacaan yang mereka baca. Semakin tinggi aktivitas otak yang dilakukan. Apalgi jika kita belum memahami kalimat yang kita baca. Maka otak kita akan semakin bekerja untuk memahaminya. Intensitas di wernicke dan di broca akan meningkat seiring dengan tingginya tingkat kerumitan kalimat yang akan kita pahami tersebut. Secara umum, hal tersebut akan menambah dimensi baru dan pentig terhadap pemahaman kita mengenai otak dan tentang bahasa. Jumlah akitivitas neural dalam otak akan meningkat seiring dengan tingginya tingkat kerumitan pemahaman dalam suatu kalimat yang kta baca. Hal ini membantu kita untuk lebih mengerti akan kalimat atau suatu bahasa lainnya dalam kosa kata bahasa kita.(rer)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar