Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 28 November 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Mendikbud akan Buka Porseni Nasional Ke-8 IGTKI - PGRI

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Perhelatan Pekan Olahgara dan Seni (Porseni) Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia (IGTKI) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-8, hari ini, Jumat 29 Nopember 2013, akan dibuka.

Pembukaan Porseni Nasional ke-8, hajatnya guru-guru TK seluruh Indonesia ini, rencananya akan dibuka siang hari oleh Mendikbud, Mohammad Nuh,  di Gedung Pencak Silat TMII, Jakarta Timur. Dan akan diikuti oleh ratusan guru-guru yang tergabung dalam IGTKI seluruh Indonesia.

Tujuan diadakanya Porseni ini, bertujuan untuk meningkatkan daya kreatifitas para guru TK. Dan diharapkan, melalui kegiatan pekan olahraga dan seni (porseni) bagi guru-guru TK dari berbagai provinsi di Tanah Air ini bisa menjadi ajang yang tepat untuk membangkitkan semangat dan kerja sama membangun pendidikan bagi generasi penerus.

Semoga Porseni Nasional Ke-8 IGTKI – PGRI ini berjalan sukses.

-  heny darwis, Ketua IGTKI Kec. Pulogadung, Jakarta Timur

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Renaissance dan Konvensi

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Ribut-ribut penyelenggaraan Konvensi Capres Partai Demokrat dan Konvensi Capres Rakyat, mengingatkan ku pada konvensi Renaissance.

Partai Golkar pernah melakukan konvensi capres pada 2004. Tapi Renaissance juga pernah melakukan konvensi pada 2006. Setidaknya, Renaissance lebih maju sedikit ketimbang Partai Demokrat, hehehe..

Periode kepemimpinan Renaissance 2006-2007, di awal sejak terpilih, langsung dihadapkan pada suksesi. Hampir setiap tahun seperti itu. Kita harus suksesi Korkom, Intra, hingga Pesmaba.

Dulu, kovensi ini lahir karena berbagai kegelisahan kader. Konvensi yang kita utamakan saat itu adalah untuk pimpinan lembaga intra, baik HMJ, BEM, hingga Presma.

Ya, kegelisahan saat itu adalah banyak kader-kader Renaissance yang ketika terpilih di intra cenderung 'meninggalkan' komisariat. Mulai dari tidak aktif di agenda komisariat hingga benar-benar keluar dari komisariat.

Kekesalan pun tidak bisa dihindari. Banyak yang benci, dan akhirnya terjadi permusuhan sesama kader. Kader komisariat benci dengan kader di intra, begitu juga sebaliknya. Padahal, saat pemilu, semua berjibaku siang dan malam, beradu argumen hingga terkadang fisik dengan organ yang lainnya. Tapi, saat sudah jadi, seoalah terlupakan begitu saja.

Banyak asumsi masing-masing kader. Ada yang bilang, kader komisariat di lembaga intra itu bekerja. Kalau kerjanya bagus, tentu Renaissance juga bagus. Alasan lainnya, kader di lembaga intra, sudah bekerja dan lebih baik komisariat menghibahkan kadernya di intra untuk bekerja dan konsen disana.

Ya namanya Renaissance, tidak ada yang mau ngalah, selalu berdebat. Tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya klaim kebenaran. Itu prinsip yang dipahami. Jangankan soal seperti ini, untuk membeli makan saja itu debat dulu.

Kembali soal konvensi 2006. Beberapa posisi yang diperebutkan, karena banyak peminat. Seperti Ketua BEM, Ketua HMJ, itu adalah posisi yang tidak sedikit kader tertarik. Tapi pola konvensi, juga ada campur tangan komisariat. Hanya, walau tidak ada hitam di atas putih, tapi campur tangan ini tidak mutlak.

Beberapa hari digodok oleh beberapa pimpinan komisariat dan senior, akhirnya muncul beberapa nama, untuk posisi tertentu. Dari bawah, Ketua HMJ Ilmu Komunikasi atau Himakom itu ada namanya Arif (orang Kalimantan), HMJ Ilmu Pemerintahan Khikmawanto (arek Lamongan), untuk Presma Joko Pitoyo, Ketua Umum Renaissance 2005-2006. Beberapa posisi lagi masih belum terpetakan siapa saja.

Untuk posisi Ketua BEM atau Gubernur Mahasiswa, ada beberapa yang menyatakan siap.

Saat hari H atau pelaksanaan konvensi dilakukan, ramai komisariat oleh para kader. Untungnya, komisariat agak besar, jadi bisa menampung. Saat itu, komisariat Renaissance ada di gang 15B Tlogomas, di belakang Revolusi. Lokasinya di ujung bawah, gelap dan jalannya agak kecil.

Beberapa kader yang baru aktif, lama gak muncul pun hadir. Rapat konvensi dimulai. Mulai dari tingkat HMJ.

Himakom muncul nama Arif. Dia orangnya cerdas dan kemauan membacanya sangat tinggi. Teman-teman seangkatannya juga tidak menafikkan itu. Bahkan, dalam sejumlah lomba debat yang dilakukan oleh Korkom UMM, kelompoknya Arif ini pasti juara satu. Dia juga mulai vokal di tingkatan cabang. Bahkan, saat Muscab pernah menjadi presidium sidang.

Seperti diduga sebelumnya, Arif akan aklamasi. Karena seangkatan dia, tidak ada yang berani, beradu argumen. Soal IP, jangan ditanya. Harus diakui, saya juga kagum dengan anak ini. Saya bilang, dia akan menjadi kader dari Ikom yang bisa diharapkan di komisariat. Sebab, jarang kader Ikom yang bisa eksis di komisariat.

Saat hendak ditetapkan Arif sebagai calon tunggal yang akan kita ajukan, tiba-tiba muncul suara seorang immawati. Wajahnya terasa asing tapi sebenarnya akrab. Itu karena dia tidak ikut DAD di Renaissance tapi di komisariat lain. Akrab karena kakaknya juga pimpinan komisariat FKIP.

Ya, dia adalah Korry Elyana, immawati yang tomboi dan slengean. Maklum anak band dan anak JUFOC, jadi rada gaul. Celana robek-robek ala rocker. Itulah dinamika di Renaissance. Mulai dari jilbab panjang, jilbab biasa, tidak berjilbab tapi pakaian longgar, hingga yang pakaian ketat, semua tersaji di Renaissance.

"Kamu itu lho rif (Arif, red) banyak yang enggak suka. Aku kan sekelas sama kamu. Anak-anak pada gak suka ama kamu," kata Korry lemah lembut, kemayu seperti putri ayu.

Sontak, pengakuan lugu dari Korry ini membuat situasi berubah. Beberapa pertanyaan ke Korry dari senior akhirnya bermunculan. Ketakutan kita, walau dia pintar tapi kalau tidak disukai, tidak akan terpilih. Era saat itu, di Ikom tidak perlu orang pintar, asalkan dia ganteng, populer dan baik, sudah modal yang cukup.

Arif juga tidak disukai beberapa teman di kelas yang lain. Ini yang memberatkan. Akhirnya, keputusan di pending. Beberapa elit Renaissance saya ajak bicara. Ini persoalan serius, bukan soal kapabilitas tapi elektabilitas.

Akhirnya, dalam rapat terbatas itu, kami ambil beberapa opsi. Kalau Arif dipaksakan maju, susah untuk menang, walau dia ditempatkan di nomor 2. Berarti pilihannya tidak mencalonkan Arif.

Kalau seperti itu, siapa orangnya?

"Kenapa kita tidak ajukan Korry aja? Dia terkenal, banyak teman di Ikom, dan anak JUFOC, pasti bisa meraup suara," kata seorang elit Renaissance.

Secara elektabilitas memang Korry tinggi. Tapi bagaimana dengan kapasitas? Dia tidak teruji. Apalagi, ini soal lembaga intra. Korry lebih interes soal musik dan foto. Bukan seminar keilmuan, formalitas yang biasa dilakukan di HMJ.

Kami kembali mencari opsi. Pilihannya, menempatkan Korry di nomor dua. Harus ada seseorang yang bisa memainkan peran nanti di HMJ. Korry untuk menarik voters atau pemilih saja.

Korry bersedia dengan skema itu. Walau agak dipaksa, dia siap di nomor dua. Akhirnya, kita memutuskan Fahmi (Ikom 2004 asal Probolinggo). Fahmi bersedia, dan kita sepakat mengusung duet Fahmi-Korry dan menyingkirkan Arif.

Saat itu, tidak terpikirkan oleh kami bagaimana perasaan Arif. Memang, ini keputusan yang terlalu jahat bagi dia. Di hadapan rapat, Arif tidak masalah dia tidak jadi. Namun, sore itu, terakhir kali kami melihat dia ke komisariat. Besok dan seterusnya, dia memilih menyeberang. Mungkin karena nafsu politiknya dan nafsu jabatan, dia memilih berada di seberang bersama kompetitor.

Arif dapat posisi yang bagus, calon Wakil Gubernur Mahasiswa (Wagubma). Ya, lebih tinggi ketimbang calon Ketua Himakom. Keputusan yang salah dari dia, karena dia kalah total. Semenjak itu, karir politik dan organisasi dia habis. Sayang sebenarnya, tapi itulah. Orang pintar tidak selamanya bisa diandalkan. Yang dibutuhkan adalah tidak ego dengan kepintarannya. Tapi kepintaran itu harus dibagi, istilahnya kesalehan sosial. Arif hilang ditelan jaman, apalagi selama itu, Renaissance sangat berjaya dari tingkat HMJ hingga Fakultas.

Kembali ke konvensi. Kini untuk posisi Ketua BEM. Ada beberapa calon yang siap. Mereka adalah Fitra Kurniawan (IP 2003), Farida (Ikom 2004), Rustam (Almarhum, IP 2004). Mereka memaparkan visi-misi. Setelah itu, kembali elit Renaissance dan beberapa senior mempertimbangkan ini.

Persoalannya sebenarnya klasik. Ini terkait tingkat keterpilihan. Untuk Fitra, mungkin agak susah. Walau dia senior, ganteng, tetapi tidak mencerminkan elektabilitas di semua jurusan. Hanya populer di rekan-rekan seangkatan. Belum tentu rekan-rekannya itu ikut pemilu.

Kandidat kemudian muncul dua orang. Almarhum Rustam dan Farida. Keduanya, punya kelebihan dan kekurangan. Almarhum terlalu reaktif, tidak populer di basis massa yang banyak yakni di Ikom. Farida, kemampuan memimpin masih belum teruji, apalagi dia Kabid Kader Renaissance, tentu akan terpecah.

Walau sebenarnya aku tahu motif Farida. Dia ingin menjadi Ketua BEM karena sesuai dengan bidang Kader. Dia sempat meyakinkan ku untuk aktif di kedua bidang. Dia juga beralasan agar kader di intra tidak lari karena ada dia sebagai Ketua BEM. Masuk akal dan aku setuju.

Kita juga saat itu mengukur kemampuan lawan. Istilah salah satu teori perang Tsun Ju, intinya lihat kemampuan lawan mu. Salah satu kandidat lawan adalah sosok yang populer juga, anak Ikom 2003. Rina namanya.

Dia sempat aktif di Renaissance. Tidak pernah ikut DAD tapi kedekatan dengan Renaissance tidak bisa diragukan lagi. Tapi kini dia memilih berseberang. Beberapa immawan ganteng yang sempat dekat dengan dia, sempat membujuk Rina. Tapi dia tetap bersikukuh. Tidak ada piliha lain selain kata lawan.

Tapi bukan keputusan saya saja. Ini keputusan kolektif dan banyak elit yang juga memberi pertimbangan. Farida punya basis massa. Almarhum juga punya kemampuan membendung lawan-lawan kita. Akhirnya, diputuskan Almarhum calon Gubernur dan Farida Wagubnya.

Keputusan sulit itu diambil. Walau aku tahu Farida pasti kecewa. Orang Ikom selalu disepelehkan, dianggap tidak mampu. Ya wajar muncul itu. Waktu itu, sentimen jurusan sangat kuat. Ada yang tidak dewasa menyikapinya. Ada juga yang dewasa menyikapinya, dan Farida adalah salah satu immawati yang dewasa menyikapinya.

Perjuangan yang tidak gampang. Walau melawan Rina, kita berhasil menang. Suksesi Himakom juga demikian. Seperti sudah diprediksi, kita menang telat. Korry berhasil menjadi Wakil Ketua Himakom. Perempuan tomboi, slengean, rocker. HMJ IP juga demikian. Tidak ada perlawanan karena Khikmawanto kuat dengan geng-gengnya.

Mengingat mereka, kini Farida sudah menikah dengan Luthfi, kader Hukum yang tinggal di komisariat Renaissance. Almarhum Rustam, insya Allah Desember ini dia akan ultah, ku kirimkan surah Alfatihah dan doa untuk mu sobat, semoga istri dan dua anak mu yang kau tinggal, menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi keluarga, agama dan bangsa.

Korry, alhamdulillah. Sekarang bukan Korry yang dulu lagi. Kini lebih cantik dibalut jilbab, alhamdulillah. Senior saya di Pasca Sarjana Univ.Muhammadiyah Jakarta, kini sedang mengandung alias hamil tua. Dia juga sudah siap-siap hengkang dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, dan akan menjadi dosen di Muhammadiyah Tangerang. Suaminya, itu Khikmawanto, biasa dipanggil Aming. Mereka membina keluarga kecil yang harmonis, alhamdulillah.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Anak teknik itu romantis loh!!!

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

OPINI | 29 November 2013 | 01:35 Dibaca: 6   Komentar: 0   0

eh siapa bilang anak teknik tu kasar, anak teknik tu romantis kali..
kami hanya ingin berbuat untuk pasangan itu gini ya,
#TeknikSipil :
kami membangun jembatan cinta yang panjang dan utuh untuk kesetian kami
kami membuat jalan yang lurus dan rata untuk kelancaran cinta kami
kami membeton cinta kami agar tak mudah goyah dan goyang akan keseriusan cinta kami
dan kami merancang anggaran cinta kami agar cinta kami sejahtera selamanya..
#TeknikElektronika
kami memprogram cinta agar berjalan setia dan utuh
kami merancang komunikasi cinta kami yang selalu terjaga
kami selalu memodernisasi cinta agar selalu awet dan tidak cepat rusak
kami tak pernah kekurangan informasi cinta dalam proses cinta tersebut
#TeknikMesin
kami menjalankan cinta agar selalu padu dan berjalan semestinya
kami membentuk cinta yang kuat dalam kondisi apapun
kami tak akan kehabisan akal memperbaiki cinta yang telah rusak pada proses jalannya cinta tersebut
#TeknikElektro
Kami menyampaikan cinta secara positif untuk terhubungnya cinta
cinta akan selalu terhubung antara penghantar dan penerima
konsletnya cinta kami, akan kami usahan untuk memperbaikinya
#TeknikIndustri
kami selalu menjaga kelestarian cinta kami
kami memberi produk cinta yang berkualitas terhadap pasangan kami
takkan ada limbah cinta yang terbuang

Kalau ada tambahan ya monggo ditambahin aja..!!!
hahahaha, pemikiran yang suram , maaf bukan untuk merendahkan!!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Bagiku Arti Kemerdekaan

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Bengcu Menggugat Muslihat Forensik Hipnosis Adi W Gunawan

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Gambar: theempire88.com

Gambar: theempire88.com

Ketika saya menyuruh anda tidur, anda pun berusaha untuk tidur. Dalam kondisi demikian, meskipun nampak tidur namun anda terjaga. Saya lalu memberitahu anda bahwa jemari anda menjadi kaku begitu saya menghitung sampai tiga. Kemudian saya menyuruh anda mengepal namun tidak bisa karena jemari anda kaku. Anda melakukan yang saya suruh, berlagak tidak bisa mengepal karena jemarinya kaku. Saya pun membual kepada penonton bahwa anda dalam kondisi hipnosis alias trance. Lagak tidur anda dan dongeng saya memicu dan memacu penonton berangan-angan anda tidak bisa mengepal karena saya membuat jemari anda kaku dengan kekuatan hipnotis. Itulah hipnotis. Itu sebabnya dikatakan, "Hipnotis adalah sulap tanpa trik."

Memberanikan diri bertanya, di dalam blog berjudul, "Forensik Hipnosis: Untuk Terapi atau Penyidikan?" Adi W Gunawan bersaksi:

Saya ingat beberapa tahun lalu saat saya membantu klien, sebut saja Yon, yang adalah korban selamat dari pengemboman hotel Ritz Carlton. Yon datang ke saya, dari Jakarta, setelah selama sekitar tiga bulan menjalani sesi terapi intensif namun tidak berhasil. Yon, yang adalah saksi mahkota, sempat diwawancarai oleh beberapa televisi nasional dan diminta menceritakan apa yang terjadi saat pengeboman itu.

Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran. Dan setelah itu tiba-tiba di dalam restoran ada suara ledakan sangat keras. Sampai di sini ia pasti langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu rata-rata antara setengah jam sampai satu jam untuk Yon bisa kembali ke kondisi normal dan ia tidak bersedia melanjutkan ceritanya.

Apa yang terjadi? Saat menjawab pertanyaan wartawan, Yon kembali mengalami peristiwa ini, di dalam pikirannya, dan ia kembali "mengalami" (revivifikasi) kejadian ini. Dengan demikian setiap kali ia menceritakan kejadian ini, ia mengalami trauma ulang. Semakin lama kondisinya menjadi semakin parah karena trauma yang berulang. Menurut profesional yang menanganinya, Yon mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Selain mengalami stres ia juga tidak bisa melihat meja makan ukuran kecil, kerumunan orang banyak, pintu darurat, dan mendengar suara keras seperti mercon, guntur, atau suara sepeda motor yang digeber. Setiap kali melihat atau mendengar salah satu dari hal ini ia pasti langsung "hang" selama hampir setengah jam.

Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon? Saya akan jelaskan di akhir artikel ini. Kembali ke pertanyaan di atas yang belum dijawab, "Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon?"

Mengingat Yon telah berkali-kali mengalami trauma ulang karena diminta menceritakan apa yang terjadi, saya memutuskan untuk tidak mengakses memorinya. Yang saya lakukan adalah menggunakan teknik khusus, tanpa perlu mengakses memori, namun langsung mencabut emosi keluar dari segmen memori itu.

Hasilnya? Hanya dalam waktu sekitar satu jam saya berhasil membantu Yon mengatasi masalahnya. Usai terapi Yon pulang ke Jakarta dan langsung masuk kerja seperti biasa dan sama sekali tidak ada masalah.

Bengcu Menggugat:

Adi W Gunawan adalah pemilik sekolah hipnotis Institute Of Mind Technology yang manawarkan pelatihan hipnotis dengan harga puluhan juta rupiah dan hipnoterapi dengan biaya jutaan rupiah. Bagaimana cara dia memikat pelanggannya? Dengan tipu muslihat cerita bohong yang diceritakan sebagai kisah nyata. Tujuannya agar pembaca menyangka dirinya sakti mandraguna dan percaya hipnotis adalah KESAKTIAN ilmiah yang sudah teruji keampuhannya.

Tersebut di atas adalah salah satu kebohongan Adi W Gunawan untuk mendukung tipu muslihatnya tentang Forensik Hipnosis. Dari mana kita tahu Adi W Gunawan melakukan pembohongan publik? Dengan menguji kesaksiannya secara ilmiah.

Tentang Yon, korban bom Jakarta 2009, Adi W Gunawan menulis, selain mengalami stres ia juga "hang" selama hampir setengah jam bila:

  1. Melihat meja makan ukuran kecil
  2. Melihat kerumunan orang banyak
  3. Melihat pintu darurat
  4. Mendengar suara keras mercon, guntur atau suara motor digeber

Ketika bom meledak di loby hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta tahun 2009, tidak ada suara motor yang meraung-raung digeber sama sekali. Juga tidak ada kerumunan orang banyak. Pengebom bunuh diri berjalan tenang ke hotel Ritz Carlton lalu, "BOOOM!" Anda bisa melihat rekaman CCTV-nya di atas. Suara ledakan bom nggak ada mirip-miripnya dengan suara raungan motor digeberlah yao.

Di Ritz Carlton ada dua restoran. Yang satu namanya Lobo, letaknya di lantai Loby. Di Lobo tidak ada pintu darurat. Lobo bukan restoran padang yang semua makanan disajikan lalu anda mencomot yang dimaui. Juga bukan restoran Tionghoa yang makanannya disajikan dalam mangkuk dan piring besar lalu anda keroyok rame-rame dengan teman.

Di Lobo setiap tamu dilayani secara pribadi oleh satu pelayan. Di Lobo, Satu menu makanan atau minuman dibawa oleh satu pelayan untuk disajikan kepada satu tamu. Di Lobo, saya belum pernah melihat pelayan membawa makanan di tangan yang satu dan minuman di tangan lainnya. Di Lobo tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran.

Restoran kedua di Ritz Carlton namanya Asia, konsepnya all you can eat dan open kichen. Tamu memesan makanan ke juru masak di dapur-dapur yang bertebaran. Setelah menerima pesanannya tamu lalu membawanya sendiri ke mejanya untuk dimakan.  Di restoran Asia, tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran.

Saya lupa namanya namun di Ritz Carlton ada lounge tempat mendengarkan musik bahkan menari di lantai dansa, juga ada ruang karaoke. Di kedua  tempat itu anda bisa memesan minuman dan makanan, namun keduanya tidak pernah disebut restoran.

Menurut Adi W Gunawan, Yon adalah saksi mahkota yang sudah diwawancarai oleh beberapa televisi nasional. Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran lalu ada ledakan keras. Sampai di sini ia langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu antara setengah sampai satu jam untuk kembali ke kondisi normal.

Kerabatku sekalian, apabila Adi W Gunawan tidak membual mustahil anda tidak menemukan rekaman wawancara Yon di Youtube, bukan? Apabila nyata, kisah Yon "hang" pasti sudah diberitakan oleh berbagai mas media, bukan? Nyatanya, tidak!

Biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri. Ketika membual Adi W Gunawan sama sekali tidak pernah menyangka bualannya akan DIUJI, itu sebabnya dia pun membual seenak jidatnya.

Kerabatku sekalian, anda percaya Adi W Gunawan punya kesaktian mengakses memori dan mencabut emosi? Bahkan kesaktian mencabut emosi tanpa mengakses memori? Ha ha ha ha ha ….. percaya dari hongkong?

Adi W Gunawan meraih gelar Doktor Pendidikan dari Universitas Negeri Malang dengan predikat cum laude tahun 2012. Aneh bin ajaib, ya? Pendidikannya tinggi sekali namun, kenapa cara dia mencari uang RENDAH sekali ya? Memangnya nggak MALU?

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yg kebal hukum: Hakim atau Dokter ?

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

OPINI | 29 November 2013 | 01:32 Dibaca: 5   Komentar: 1   1

Saya agak bingung dengan pernyataan MA dan KY. terutama Pak Artidjo yang mengatakan bahwa siapapun termasuk Dokter tidak kebal hukum.

Pertanyaan saya: Pada kasus HAKIM MA yang bernama YAMANI, yang merubah HUKUMAN MATI menjadi BEBAS dari seorang gembong Narkoba: http://nasional.kompas.com/read/2012/10/11/16101245/DPR.Putusan.MA.Vonis.Bebas.Gembong.Narkoba.Aneh.

Apa namanya itu?

APA HUKUMANNYA?

Cuma kena hukuman etik, dirumahkan lalu diberhentikan. Hayo Artidjo, jika anda memang penegak hukum tanpa pandang bulu, bagaimana dengan pasal PEMALSUAN PUTUSAN? Berapa banyak korban yg mati sia2 karena narkoba yg dijual oleh gembong narkoba itu? Si YAMANI BEBAS SEKARANG. DIMANA KEADILAN YG KATANYA DIBELA ARTIDJO ? Jadi prinsip Equality before the law nya mana?

Kalau dokter yang berusaha menyelamatkan orang tapi gagal dan pasiennya meninggal itu salah, tapi kalau Hakim MA yth membebaskan gembong narkoba, yg secara aktif menjual bahan berbahaya dan membunuh banyak orang dibebaskan karena, itu hanya masalah etika?
HAYO, SIAPA YG KEBAL HUKUM SEKARANG? HAKIM MA? atau DOKTER

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar