Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 17 November 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Analisa Tulisan Tangan SBY dan Bu Ani (Dari Mata Najwa)

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

Senang rasanya ketika saya menonton siaran ulang Mata Najwa episode Membaca Penguasa. Di episode tersebut, seorang grafolog diundang sebagai narasumber. Apakah ini artinya grafologi sudah mulai diperhitungkan sebagai ilmu serius di negeri ini? Di negara-negara barat grafologi sudah lama memberikan bantuan kepada penegak hukum, psikiater, konsultan SDM, dan beberapa bidang lainnya. Namun, patut digarisbawahi bahwa grafologi bukanlah sains pasti, bahkan banyak pihak menganggap grafologi bukanlah sains sama sekali karena lemahnya bukti-bukti konsisten empiris. Menurut saya, seburuk-buruknya, grafologi adalah pseudo-sains yang didasarkan pada studi-studi serius dan dengan disiplin ilmiah seperti ilmu-ilmu lainnya.

Deborah Dewi yang menjadi narasumber di Mata Najwa, sebetulnya sudah sangat baik dalam menganalisa tulisan tangan SBY dan Bu Ani. Tapi, ada beberapa catatan yang perlu saya tambahkan.

Yang pertama adalah grafologi sulit untuk menjelaskan karakter seseorang (atau menjelaskan apapun) jika hanya diberikan beberapa kalimat tulisan tangan sebagai bahan analisa. Untuk mendapatkan baseline yang jitu saja memerlukan beberapa paragraf. Analisa grafologi yang mendalam, setidak-tidaknya memerlukan dua lembar tulisan tangan yang ditulis di kertas A4 polos. Yang kedua adalah bukan hanya dari panjang (kuantitas) tulisan tapi juga dari segi konteks isi tulisan juga harus dilihat. Jika ingin melihat karakter dan motivasi seorang pelamar kerja di perusahaan asuransi tentunya grafolog tidak bisa menganalisa dari tulisan sang pelamar tentang tumbuh-tumbuhan. Ya bisa juga sih, tapi akan cenderung tidak relevan. Jadi, panjang tulisan akan menunjukkan konsistensi dan memperdalam analisa, konteks tulisan akan membantu relevansi pada suatu tujuan analisa tertentu.

Di luar kritik-kritik di atas, Deborah Dewi sudah berhasil dengan jelas memperkenalkan ilmu ini ke masyarakat luas. Analisanya ke tulisan Bu Ani dan SBY juga saya setujui semua walau masih ada beberapa yang sebetulnya bisa diangkat. Hal ini mudah dimaklumi karena durasi yang diberikan kepadanya tentu tidak banyak dan mungkin ia sedikit berhati-hati dalam menganalisa tulisan tangan kepala negara di televisi nasional. Maka izinkan saya, bukan grafolog tapi hanya penggemar, mencoba menambahkan sependek yang saya kuasai.

Tulisan Tangan SBY

1384715804426493787

Lagi-lagi, karena bahan yang hanya sedikit maka sangat sulit membaca secara makro tulisan tangan SBY dan beberapa yang bisa dibaca sudah diterangkan oleh Deborah Dewi. Hanya dua yang luput, yaitu kemiringan tulisan ke kanan bukan hanya berarti orang tersebut lebih banyak menggunakan perasaan tapi juga bisa menunjukkan orang tersebut cenderung ekstrovert, suka bertemu orang-orang baru dan menikmati interaksi dengan orang banyak. Dan tulisan tangan SBY cenderung mojok ke kanan (tidak menyisakan banyak margin di kanan) bisa berarti bahwa dia adalah orang yang takut dengan ketidakpastian dan masa depan.

Secara mikro, ada beberapa yang mencolok tapi belum disinggung oleh Deborah Dewi. Yang paling mencolok tentunya adalah bagaimana SBY menitikan "i", jauh ke kanan garis awal "i". Ini menggambarkan bahwa ia adalah orang yang tidak sabaran dan ingin cepat bertindak. Tentunya ini berlawanan dengan persepsi orang kebanyakan yang menganggap SBY itu lelet bin lambat dalam mengambil keputusan. Tetapi, seperti yang disampaikan oleh Najwa, selalu ada dua sisi mata uang dalam karakter seseorang. Dan, karakter ketidaksabaran SBY muncul ketika beberapa kasus-kasus yang menerpa pribadinya.

Selanjutnya tulisan huruf "t" SBY menunjukkan bahwa dia adalah orang yang mempunyai determinasi dan kemauan kuat. Tapi juga sekaligus keras kepala dan susah mengiklaskan sesuatu hal. Selain itu, huruf "t" SBY juga lagi-lagi menggambarkan bahwa dia adalah orang yang tidak sabar. Huruf "s"-nya SBY juga menarik untuk ditelaah karena huruf "s" cukup banyak terlihat di tulisan tersebut dan tidak konsisten. Tapi, karena saya masih belum yakin dan mungkin juga karena belum ahli maka perbedaan huruf "s" pada kata "studi" (lebih besar) saya anggap sebagai penekanan terhadap kata tersebut.

Yang terakhir yang bisa dilihat dari tulisan SBY yang super pendek ini adalah bagaimana caranya ia memulai suatu kata. Dari caranya memulai suatu kata, SBY terlihat seperti orang yang mudah kesal, tersinggung, bahkan marah jika kehilangan muka, disindir, diganggu, atau disuruh mengerjakan sesuatu hal yang sebenarnya tidak dia inginkan. Untuk analisa ini sebetulnya lebih baik jika kita melihat konteks. Dan walaupun konteksnya kurang sesuai, cara SBY memulai kata cukup konsisten (hampir semua kata dimulai dari baseline mengarah ke atas) untuk disimpulkan.

Tulisan Bu Ani

138471591056256721

Tulisan Bu Ani

Tulisan Bu Ani sedikit lebih sulit dianalisa ketimbang SBY. Hal ini dikarenakan tulisan lepas sejatinya lebih memendam perasaan daripada tulisan sambung, setidak-tidaknya itu yang saya alami. Tapi marilah kita coba saja telaah. Secara umum saya setuju sepenuhnya dengan Deborah Dewi bahwa Bu Ani adalah orang yang jeli dan logis yang terlihat dari spasi, kemiringan tulisan dan pola bagian tengah huruf-hurufnya. Dari margin kiri dan kanan juga terlihat kalau Bu Ani adalah orang yang ekonomis dalam batas wajar (bukan pelit). Jika hanya dilihat dari makro saja, sepertinya Bu Ani lebih cocok jadi presiden ketimbang suaminya.

Dari cara Bu Ani menulis bagian bawah huruf "y", "g" dan "j" terlihat bahwa ia adalah orang yang proporsional di kehidupan pribadinya, tidak berat sebelah dan mampu menjaga harmoni. Sedangkan dari cara Bu Ani menuliskan bagian atas huruf "t", "l" dan "h" terungkap bahwa ia adalah orang yang berbangga diri dengan sedikit kecenderungan ke arah angkuh atau merasa superior.

Yang paling menarik bagi para pembaca mungkin adalah bagaimana Bu Ani menuliskan huruf "i". Jika SBY secara ekstrim menitikkan "i" jauh ke kanan, Bu Ani malah menitikkan "i" dengan terukur dan tepat. Masalah "i" Bu Ani bukan pada peletakan titik tapi bagaimana caranya ia menitikkan "i". Bu Ani menitikkan "i" dengan sedikit memberikan aksen garis atau dengan gaya menyabet seperti ketika ingin menulis tanda kutip('). Hal ini berarti bahwa Bu Ani mudah terganggu dengan kesalahan-kesalahan minor, mudah habis kesabaran untuk orang-orang yang "gagal paham" atau yang tidak bisa belajar dari kesalahan. Bu Ani juga cenderung berlebihan dalam mengritisi dirinya sendiri jika ia berbuat kesalahan.

Dari kedua tulisan tangan, ada beberapa analisa lagi yang sebetulnya bisa saya angkat, tetapi karena minimnya bahan (atau minimnya pengetahuan) saya masih agak ragu dalam mengambil kesimpulan. Wong, kesimpulan-kesimpulan di atas juga sebenarnya cenderung prematur dan dapat berubah jika ada bahan tambahan. Salah satu di antara yang menarik untuk diangkat adalah membaca tanda tangan kedua orang ini. Di dunia grafologi, tanda tangan dianalisa terpisah dengan tulisan tangan. Tanda tangan menunjukkan bagaimana seseorang ingin dilihat oleh dunia atau orang lain. Saya belum cukup "semedi" untuk dapat menganalisa tanda tangan. Sayangnya, Deborah Dewi tidak membahas hal ini.

Terima kasih untuk Mata Najwa yang memberikan panggung untuk grafologi dan Deborah Dewi yang sudah membawa grafologi ke audiens yang lebih banyak.

Salam…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Perempuan Berkacamata itu, Misteriusnya Jatuh Cinta

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

Hari Pahlawan, Komunitas Pemuda Lakukan Tabur Bunga di TMP Kusuma Bhakti Solo

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

REP | 18 November 2013 | 02:07 Dibaca: 3   Komentar: 0   0

13847149641464666176Peringatan Hari Pahlawan Nasional merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Banyak kegiatan yang dapat diisi sebagai tanda penghormatan terhadap para pahlawan bangsa.

Seperti yang dilakukan oleh komunitas keluarga besar 234 Solidarity Community atau 234SC Regwil Solo yang melakukan kegiatan tabur bunga serta renungan malam di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti, Solo pada (10/11) lalu.

Menurut saudara Angga, salah seorang pengurus 234SC Solo, mewakili Ketua 234SC Regwil Solo, Bpk. Hari Nursanto, mengatakan, kegiatan tabur bunga serta renungan malam ini bertujuan untuk mengajak seluruh anggota menghormati dan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur.

Menurutnya, kegiatan positif ini wajib diikuti pemuda pemudi Indonesia agar semakin peduli terhadap pejuang yang telah gugur maupun veteran yang masih hidup.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

You

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

Siti dan Sang pencuri (humor 18+).

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

Cerita sedikit Lucu ini saya dapatkan ketika saya masih duduk di kelas 6 SD,Dan mungkin ada banyak para pembaca sekalian sudah mengetahuinya.

Ada sepasang suami istri yang baru saja menikmati sebagai pasangan pengantin baru, sang wanita bernama Siti Dan si laki laki bernama Dalmin.mereka berdua asli Jawa.

Baru saja menikmati indahnya arti sebuah pernikahan Siti harus rela di tinggal sang suami Dalmin karena tugas kerja ke luar  kota.

Tiba pada suatu malam siti yang tinggal di rumah sendirian di satroni seorang pencuri. Ketika asyik menggondol barang2 milik siti , tak di sangka siti terbangun lalu teriak mallllll, belum sempat selesai teriakannya si pencuri ITU membekap mulut siti. Melihat keadaan siti yang memakai pakaian tidur yang tipis mulai pikiran si pencuri kepada barang curian lainnya. Ya si pencuri pun melakukan aksi tambahan mencuri haknya so dalmin.

Ketika asyik beraksi dengan barang jarahannya si Siti teriak " Tolong Kang Mas Dalmin"

Si pencuripun kaget lalu menjawab" INI dah Mentok mbk Yu"

Teriak lagi si siti "Tolong kang Dalmin"

'INI dah mentok" jawab lagi si pencuri. Berkali2 siti berteriak seperti itu sambil memelas Dan jawaban si pencuri tetap sama "dah mentok" sampai akhirnya selesai sudah hajat si pencuri. Walaupun adegan 18+ sudah selesai si siti sambil nangis bilang  "tolong Mas Dalmin". Si pencuripun bingung lalu bilang sama siti " kan udah slesei masa minta di Dalemin terus" . "Dalmin ITU suami saya setaaan"jawab siti ." oh kabuurrr" pencuripun segera melarikan diri. Bye bye.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Ekonomi Perbanyak Doa

Posted: 17 Nov 2013 11:27 AM PST

Nilai tukar rupiah kembali mencatatkan rekor terendah baru minggu lalu (Rabu, 13/11) dalam hampir lima tahun terakhir. Mengantisipasi tekanan terhadap rupiah lebih lanjut, sehari sebelumnya, Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen. Kenaikan Bi Rate yang cukup kerap—lima kali dalam lima bulan terakhir yang totalnya 175 basis poin—merupakan salah satu pertanda pembenahan sektor riil mandul.

Kebijakan fiskal bisa dikatakan tidak membantu sama sekali, bahkan dalam beberapa hal kontraproduktif. Pemerintah lebih memilih Jalan pintas dengan penuh kesadaran: pertumbuhan ekonomi dikorbankan!

Dalam pertemuan tahunan perbankan minggu lalu, Gubernur Bank Indonesia mengimbau perbankan untuk menahan laju kredit dan tidak jorjoran menaikkan suku bunga untuk menyerap dana masyarakat. Dengan alasan meredam pemburukan akun semasa (current account), Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit tahun depan di kisaran 15 persen-17 persen, jauh lebih rendah ketimbang pertumbuhan kredit bulan September lalu sebesar 23,1 persen.

Menteri Keuangan pun telah berulang kali mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan bakal terus tertekan, bahkan hampir pasti di bawah 6 persen pada tahun 2014. Tak ayal, tingkat pengangguran pada Agustus 2013 naik, baik dibandingkan Agustus 2012 maupun Februari 2013, menjadi 6,25 persen.

Semua petinggi penentu kebijakan ekonomi mengambinghitamkan ketidakpastian ekonomi dunia dan rencana pemotongan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) sebagai biang keladi pemburukan ekonomi Indonesia. Padahal, sumber masalah lebih banyak berasal dari dalam negeri, terutama kegagalan pemerintah menghadirkan pertumbuhan berkualitas. Pertumbuhan sektor penghasil barang terus melambat. Yang paling kentara adalah sektor industri manufaktur, dari tingkat tertingginya pada triwulan III-2012 sebesar 6,4 persen menjadi hanya 4,9 persen pada triwulan III-2013.

Pembenahan infrastruktur tak kunjung menampakkan hasil nyata, bahkan dalam banyak hal memburuk. Ranking komponen Infrastruktur dalam indeks kinerja logistik (logistics performance index) melorot dari peringkat ke-69 pada tahun 2010 menjadi ke-84 pada tahun 2012. Pemadaman listrik semakin kerap. Kemacetan menggila. Kondisi bandara bertambah semrawut. Alih-alih menawarkan penyelesaian menyeluruh, pemerintah pusat malahan menumpahkan kesalahan kepada pemerintah daerah. Alih-alih menyuntikkan dana lebih berarti dari anggaran negara (APBN), pemerintah justru kian mengandalkan swasta dengan mengedepankan skema private-public partnership, sedangkan alokasi dana untuk subsidi energi terus menggelembung, tahun ini dan tahun depan diperkirakan naik lagi menjadi sekitar Rp 350 triliun.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin tidak berkualitaslah yang menjadi biang keladi dari pemburukan kinerja ekonomi Indonesia, bukan faktor eksternal. Bukankah pertumbuhan ekonomi dunia mulai membaik? Bukankah pertumbuhan perdagangan dunia tahun ini lebih tinggi ketimbang tahun lalu?

Di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed tentang pemotongan stimulus, bukankah selama ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia selalu positif dalam jumlah yang tergolong lumayan besar? Bahkan, pada triwulan III-2013, investasi asing langsung neto triwulan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, sebesar 5,1 miliar dollar AS. Dalam Sembilan bulan terakhir (Januari-September), investasi asing langsung sudah mencapai 12,8 miliar dollar AS, hampir menyamai keseluruhan tahun lalu sebesar 14 miliar dollar AS.

Investasi portofolio juga tak bisa dikatakan jeblok. Selama Januari-September 2013, arus neto investasi portofolio mencapai 8 miliar dollar AS, hanya sedikit di bawah keseluruhan tahun lalu sebesar 9,2 miliar dollar AS. Investasi portofilio paling buruk terjadi pada triwulan IV-2012, tetapi itu pun masih positif walaupun kecil sebesar 190 juta dollar AS.

Jadi, peningkatan defisit neraca pembayaran pada triwulan III-2013 menjadi 2,6 miliar dollar AS—dari 2,5 miliar dollar AS pada triwulan sebelumnya—sehingga terus menekan rupiah lebih disebabkan oleh tekanan pada akun semasa.

Janganlah pemburukan neraca pembayaran ditumpahkan pada ekspansi perekonomian yang dipandang terlalu cepat sebagaimana disinyalir Gubernur Bank Indonesia dalam pidatonya minggu lalu. Gubernur BI justru harus lebih yakin dengan ucapannya sendiri pada acara yang sama: "… struktur produksi yang terbentuk dalam satu dekade terakhir lambat laun terasa semakin ketinggalan zaman (obsolete)." Itulah wujud senyata-nyatanya dari pertumbuhan tidak berkualitas.

Pertumbuhan yang tak berkualitas itulah yang menjadi penyebab utama pemburukan akun semasa sejak tahun 2012. Telaahan struktur akun semasa lebih rinci akan sampai pada kesimpulan itu. Penyumbang positif terbesar akun semasa selama puluhan tahun adalah surplus transaksi perdagangan nonmigas.

Selama kurun waktu 2008-2011, surplus transaksi perdagangan nonmigas naik pesat, dari 15,1 miliar dollar AS tahun 2008 menjadi 35,4 miliar dollar AS tahun 2011. Namun, pada tahun 2012 anjlok menjadi hanya 13,8 miliar dollar AS, lebih rendah daripada tahun 2008. Pemburukan masih berlanjut tahun ini. Selama Januari-September 2013 surplus transaksi perdagangan nonmigas tercatat 8,9 miliar dollar AS, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 10,6 miliar dollar AS.

Transaksi perdagangan minyak pun kian parah. Tahun 2009 defisit perdagangan minyak baru 4 miliar dollar AS. Tahun 2010 naik menjadi 8,7 miliar dollar AS, lalu naik dua kali lipat lebih menjadi 17,5 miliar dollar AS setahun berikutnya, dan terus naik menjadi 20,4 miliar dollar AS tahun 2012. Selama Januari-September tahun ini kenaikan terus berlanjut dibandingkan periode yang sama tahun lalu, masing-masing 17,5 miliar dollar AS dan 14,8 miliar dollar AS. Pada triwulan III-2013 sekalipun, kenaikan masih terjadi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun lalu.

Penguasa sudah benar-benar terjangkit penyakit kronis sebagaimana pepatah "gajah dipeluk mata tak kelihatan, kuman di seberang lautan tampak nyata."

Jangan cuma perbanyak doa. Bekerja keraslah dengan patut.

[Dimuat di harian Kompas, Senin, 18 November 2013, hal. 15]

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar