Kompasiana
Kompasiana |
- Jogja & UGM ( Katanya dan kenyataannya )
- Sediakan Kopi Sebelum Dengar Politikus Pidato
- Jika Kompasiana diserang Hacker Australia??
- Traveling Fotografi Di Jepara
- MEMBUAT KERANGKA SISTEM INFORMASI
- Dampak Organ Tunggal Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Jogja & UGM ( Katanya dan kenyataannya ) Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Jogja / Jogjakarta / Yogya / Yogyakarta terserah bagi anda mau menyebut apa saja, tetapi pada akhirnya anda akan menemukan sebuah kota budaya yang indah. Di Jogja ada universitas terbesar yaitu Universitas Gadjah Mada ( UGM ) yang dikenal dengan kampus kerakyatan, tetapi apakah benar fungsi UGM itu sebagai kampus rakyat dan harapan hidup baik kota Yogyakarta? Kampus kerakyatan itu tidak peduli dengan rakyat di sekitarnya meskipun sering berbuat secara luas, contoh saja hampir di setiap persimpangan di UGM ( Simpang Mipa Selatan. simpang MM UGM, simpang Diploma Ekonomi dan simpang jembatan teknik) selalu dipenuhi dengan kaum dhuafa, apakah UGM sudah tidak mempunyai mata? Katanya UGM itu mempunya banyak orang pintar, tetapi kenyataannya pintar yang sia-sia karena banyak proyek terkendala, skandal Sekolah Vokasi yang tidak mementingkan pendidikan lanjutan, jalan didepan FK macet total dengan parkir liar dan angkringan liar. sungguh malu dengan ITB & UI.. Tidak sah rasanya jika hanya mengumbar UGM tanpa mengumbar Jogja sebagai kota terpadat di Indonesia. Jogja itu tata lalu lintasnya salah, kenapa? karena jalan kecil dan dibolehkan masuk bus besar yah macet dong.. Kapan Jogja menjadi kota ramah bagi manusia..? khusunya UGM jadi kampus kerakyatan..? Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. | ||||||||||
Sediakan Kopi Sebelum Dengar Politikus Pidato Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Setali tiga uang dengan Anas Urbaningrum, rakyat juga kurang betah mendengarkan pidato terlepas siapapun orang dan apapun jabatannya. Bedanya Anas mungkin kurang sreg secara pribadi mendengar pidato SBY yang dianggapnya bikin ngantuk. Rakyat sendiri nggak suka dengan omongan siapa saja yang mendatangkan kantuk. Termasuk igauan Anas Urbaingrum pun banyak yang tidak suka. Rakyat sekarang menuntut bukti dari apa yang diucapkan, misalnya soal 'gantung di Monas' atau apa namanya. Soal pidato ini memang menjadi kelebihan seorang politikus. Tanpa ilmu 'berbohong dan berkelit' ini jangan pernah jalan seorang politikus menjadi lempang. Pintar pidato saja tapi terlalu jujur malah dapat disingkirkan. Tapi kalau ngomongnya lancar, manis, berbunga-bunga penuh pesona, kalem, dan kelopak bohongnya juga cantik, dimanapun seorang politikus itu berada ia akan menempati posisi yang terhormat di belantara perpolitikan. Ia akan disegani kawan dan lawan karena kelebihan bersilat lidahnya tadi. Banyak contoh politikus yang menggunakan kekuatan kata-katanya untuk membius khalayak ramai. Sukarno misalnya, tak diragukan lagi ia termasuk salah seorang orator terbaik dunia dengan intonasi bicaranya yang lantang, tajam dan garang. Pidatonya menggebu-gebu dan membangkitkan selera pendengar untuk menyimaknya. Hitler juga begitu. Musuh bebuyutan ras Yahudi ini berhasil menarik simpati rakyat Jerman untuk memusuhi ras Yahudi yang dianggap lebih rendah dari ras Arya. Ia menjadi pemimpin yang paling disegani dan ditakuti pada zamannya. Orang terbius dengan pidatonya yang mengagungkan ras Arya tumbuh besar menguasai dunia dan sebaliknya etnis Yahudi dimatanya saat itu adalah penghalang yang wajib dilenyapkan. Sejarah mencatat, bukan Hitler yang kemudian menguasai dunia tetapi Ras yang ingin dimusnahkannya yang balik menguasai jagad dengan berbagai penemuan mereka sepeninggalnya Hitler kemudian. Disini terbukti, sebuah pidato terkadang jadi investasi hampa dari sebuah kebimbangan. Tetapi sebuah sikap yang teguh diikuti tindakan nyata justeru akan mengisi kehampaan tersebut seperti yang sudah ditanamkan oleh ras Yahudi pada generasi mereka berikutnya. Kembali ke Indonesia, kita juga memiliki KH. Agus Salim yang dikenal orator ulung dan seorang diplomat tiada duanya zaman pergerakan dulu. Kejeniusannya dapat menguasai berbagai bahasa dunia dan kecerdikannya dalam berdiplomasi membuat Belanda tertarik merekrutnya. Tetapi KH. Sgus Salim tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di berbagai Forum Internasional dengan kekuatan bertuturnya. Selain dikenal cerdas, KH. Agus Salim juga seorang orator yang cerdik. Konon, diceritakan saat tampil dipodium dalam suatu persidangan, para diplomat Belanda dan negara pendukungnya sempat heboh melihat KH. Agus Salim naik podium. Mereka serentak menirukan suara kambing untuk menyindir KH. Agus Salim dengan jenggot panjangnya. KH. Sgus Salim hanya terseyum dan berkata,"Terima kasih kambing-kambing sekalian atas keramahan kalian hari ini." Lalu saat menghadiri salah satu Muktamar besar, saat itu KH. Agus Salim makan menggunakan tangan sementara peserta Muktamar lainnya menggunakan sendok. Para peserta Muktamar mencemooh dengan mengatakan sekarang bukan zamannya lagi makan menggunakan tangan tapi sendok. KH. Agus Salim menjawab Ringan,"Tangan yang selalu saya gunakan ini saya cuci setiap kali akan makan, dan hanya saya yang memakai dan menjilatnya. Sementara sendok-sendok yang kalian gunakan sudah berapa mulut yang telah menjilatnya". Semua Peserta Muktamar malu dan terdiam. Nah, loh. Ternyata selain butuh pemimpin yang pandai pidato dan tidak membuat ngantuk, kita juga perlu pemimpin yang sederhana dan cerdik. Sayangnya seperti SBY, Anas, Mega dan lain-lain, mereka termasuk pemimpin yang bikin ngantuk kalau berpidato. Wong pidatonya lihat teks yang yang sudah dipersiapkan kok. Murid saya juga bisa. Hehehe…(ngantuuuk…) Rujukan : http://news.okezone.com/read/2013/11/10/339/894608/anas-sebut-pidato-sby-bikin-ngantuk Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. | ||||||||||
Jika Kompasiana diserang Hacker Australia?? Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Perang Cyber antara Hacker Indonesia dan Hacker Australia memasuki babak baru, perang melibatkan Anoymous kedua negara sepertinya sudah tidak bisa dihindari, setelah sebelumnya Anonymous Australia mengeluarkan peringatan kepada Anyonymous Indonesia agar menghentikan aksinya menyerang situs-situs lokal yang tidak ada hubungannya dengan pemicu awal terjadinya masalah. bahkan Anonymous Australia juga menyebutkan website-website apa yang harusnya diserang oleh Hacker Indonesia, disana Hacker Australi menyebut ASIO, ASIS dan DSD yang mejadi target rentas Anonymous Indonesia. Yang dijawab oleh Hacker Indonesia dengan merentas situs Inteligen Australia yang bernama asis.gov.au, bahkan Hacker Inonesia mengklaim sudah melakukan perentasan di 40 situs yang memiliki server di San Diego Amerika Serikat, para Hacker Indonesia menyuarakan 'StopPlayingOn Indonesia' sebagai bentuk nasionalisme para Hacker. (sumber: merdeka.com). Tapi apa yang terjadi jika para hacker Australia melakukan hal yang sama terhadap website-website yang tentu tidak berkepentingan terhadap masalah yang terjadi, seperti Kompasiana, bukan tidak mungkin web Kompasiana menjadi incaran para perentas web dari Australia dan Amerika, Kompasiana sebagai media online tempat dimana para penulis menuangkan karya-karyanya bakal akan terancam, jika itu terjadi dan situs Kompasiana Down maka yang terpikir pertama kali adalah bagaimana dengan Articel-Artikel kita??. Sudah amankah Kompasiana dari aksi para Hacker ?? Sudah amankah Artikel-artikel kita?? JanjiJoni Ekstrakulikuler Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. | ||||||||||
Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Melihat Dengan Mata, Membidik Dengan Lensa. Proses dimana untuk menyalurkan hobi, tentu akan memperbanyak waktu keluar rumah bersama dengan niat pasti. Berkarya di kota tercinta, Jepara adalah Tempat gw tinggal dan salah satu wadah gw untuk berkarya. Tak kenal lelah dan berani sibuk merupakan motivasi sepanjang menelusuri demi buah pemikiran. Dalam dunia fotografi, kamera hanyalah alat. Hanya smartphone dan Pocket yang gw punya untuk ajang menyalurkan hobi. Mengatur jadwal pergi ke tempat wisata di Jepara, tak lupa sehari sebelumnya untuk men-charge full 2 baterai smartphone dan 2 baterai kamera pocket yang berprinsip siap untuk pulang tanpa memori kosong. Dengan menjadi fotografer, kita sudah menjadi mata bagi mereka yang belum beruntung melihat sesuatu dari dekat. Tahun 2012 lalu, gw mengunjungi tempat wisata yang terbilang megah, viewnya asik. Adalah Benteng portugis dengan bangunan yang kokoh serta view pantai yang memukau bila melihatnya. Gak habis pikir, langsung gw abadikan benteng portugis sebagai awal kedatangan ditempat itu. Tidaklah harus ditempat wisata untuk mencari momen. Kadang gw jalan-jalan ke daerah lain, yang apabila melihat momen bagus atau penting, gw sempatkan untuk mengambil gambar. Lalu memikirkan sudut pengambilan yang bagus untuk selera mata ataupun foto. Kadang motret di persawahan, pemandangan atau kegiatan human. Itu beberapa foto yang diantaranya gw minta ijin sebelum mengambil gambar dengan Smartphone dan pocket. Tentu mengingatkan akan suatu etika dalam dunia fotografi. Meskipun diajarkan teori Break the Rule and Angle, bukan berarti harus Break the Ethics. Jepara kota ukir, orang-orang yang ramah dan banyak tempat yang bagus untuk dikunjungi (bukan hanya tempat wisata), namun belum keseluruhan yang dapat gw singgahi. Tempat yang sering gw singgahi adalah Pantai Bandengan dan Pantai Kartini. Kalau pulang kerja atau liburan, datang kesini. Pantai Bandengan disebut-sebut kuta nya jepara, banyak turis berlibur disini dan pengunjung dari luar kota. Masih banyak cerita dan pengalaman yang ingin gw bagi kepada rekan kompasiana, namun karena sudah ngantuk dan badan lelah, jadi saya putuskan untuk akhiri artikel ini. Untuk pengalaman berikutnya, nyusul diwaktu yang tidak menentu. Semoga berkenan. Salam Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. | ||||||||||
MEMBUAT KERANGKA SISTEM INFORMASI Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Komponen Fisik Sistem Informasi: 1. Perangkat keras komputer: CPU, Storage, perangkat Input/Output, Terminal untuk interaksi, Media komunikasi data 2. Perangkat lunak komputer: perangkat lunak sistem (sistem operasi dan utilitinya), perangkat lunak umum aplikasi (bahasa pemrograman), perangkat lunak aplikasi (aplikasi akuntansi dll). 3. Basis data: penyimpanan data pada media penyimpan komputer. 4. Prosedur: langkah-langkah penggunaan sistem 5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi: - Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan data dan melakukan inquiry = operator); - First level manager: untuk mengelola pemrosesan data didukung dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi out-of-control dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah. - Staff specialist: digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan pelaporan. - Management: untuk pembuatan laporan berkala, permintaan khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi masalah dan peluang. Aplikasi = program + prosedur pengoperasian. Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. | ||||||||||
Dampak Organ Tunggal Dalam Kehidupan Bermasyarakat Posted: 11 Nov 2013 11:38 AM PST Hari minggu merupakan hari yang seharusnya menjadi hari-hari yang paling menyenangkan bagi semua orang, termasuk kehidupan gue yang berstatus sebagai anak kost. Tapi itu semua hanyalah kata-kata manis doang, pada kenyataannya semua itu nggak berlaku dengan hari minggu yang gue laluin dengan teman-temen kost gue beberapa waktu yang lalu. Kecurigaan itu sudah gue rasakan pada hari sabtu, sehari sebelumnya. Dimana tetangga sebelah kost gue, begitu sibuk dengan kegiatan bersih-bersih dan masak-masak. Mulai dari pendirian tenda-tenda biru, hingga memasang janur kuning disekitar komplek. Yang ternyata itu adalah acara kawinan bunga desa yang dulu pernah gue kagumi dan gue temukan disekitar komplek kost gue, dan ternyata hari ini dia melangsungkan pernikahannya.
Tak sengaja, lewat didepan rumahmu.. Ku melihat, ada tenda biru.. Oke, tanpa undangan tanpa pengumuman, status gue sebagai tetangga sebelah rumah ternyata terlupakan.
Menurut gue organ tunggal itu ganggu banget, apalagi suaranya keras-keras kayak gitu. Waktu masih SD, gue emang suka banget dengan hiburan yang merakyat gitu. Tapi organ tunggal yang sekarang itu udah mengalami reformasi banget, semuanya sudah berubah. Dari yang dulunya pake biduan yang pakeannya sopan, terus lagunyapun masih dangdut asli (Bukan Dangdut Koplo) yang lebih cocok buat dugem kayak sekarang. Gue pengen usul, lain kali kalo mau bikin acara kawinan nggak usah pake organ tunggal. Kalopun pake organ tunggal, gue saranin speakernya diganti dengan headphone atau headset. Cukup tamu undangan aja yang denger dan itu sudah pasti nggak akan ngeganggu orang lain, atau kawinannya ditempat lain kayak gedung atau dimana gitu. Iyakan? Ada beberapa dampak Organ Tunggal pada masyarakat menurut gue: Penutupan Jalan / Minimal bikin macet.
Parkir sembarangan juga akan menimbulkan kemacetan, kasian dng yang mau gunain jalan. Menciptakan keramaian yang tidak terkendali Parahnya lagi, jika ada oknum polisi yang ikut mabok-mabokan juga. Bukannya jaga keamaan, eh jaga diri sendiri aja kagak pecus. Kemaren jadi Polisi, nyogok berapaan pak?
Mengganggu masyarakat sekitar Gue: bor, beliin gue makanan dong. Gue laper… Tidak mendidik untuk anak-anak
Hampir semua acara kawinan di indonesia itu nggak layak anak, hiburannya selalu organ tunggal yang biduannya pake baju seksi dan rok mini. Suaranya yang keras juga akan merusak sistem pendengaran anak-anak, adik-adik kita bahkan balita. Kasian, mereka semuanya hanyalah sebagai korban. Menciptakan sampah yang berserakan Kira-kira, begitulah dampak yang bisa gue ceritain tentang organ tunggal. Semua ini gue tulis karena kesebelan gue dengan peristiwa organ tunggal disebelah kost gue, yang suaranya keras banget. Saking kerasnya bikin gue kagak nafsu untuk makan, perut serasa digoyang-goyangin ama cesar YKS. * * * Sebenarnya, masih banyak kegiatan lain selain organ tunggal yang nggak kalah serunya. Hiburan yang lebih ramah lingkungan dan anti mainstream. Semoga tulisan ini bermanfaat ya, gue pamitan dulu. Baca yang lainnya juga ya! Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar