Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 30 November 2013 0 komentar

Kompasiana


Apa Gunanya Menulis Konflik Murahan Selebritis?

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

Sejak berkecimpung di Kompasiana ini saya baru sekali menulis tentang artis, menyangkut status perkawinan Jonas Rivanno dan Asmirandah. Itupun isinya tak lebih akan kejengkelan saya selaku umat beragama pada mempelai pria yang terkesan bencong luar dalam dan tak mau mengakui terus terang baik soal tanggal pernikahannya maupun proses perpindahan agamanya sebelum akad nikah dilaksanakan.

Dan sekarang setelah kasus sandiwara pernikahan tadi meredup, kita lagi-lagi disuguhi konflik dua selebritis bermasalah. Yang satu anak seorang musisi beken yang tak punya sopan santun dan etika, satunya lagi pengacara yang suka asal ngomong dan tidak berperilaku layaknya orang dewasa.

Bagi saya pribadi tak perlu dibahas kenapa mereka berkonflik dan untuk apa. Jujur, jangankan menulis konflik mereka dalam sebuah artikel, melihat wajah mereka nongol dilayar kaca saja saya cepat ganti saluran. Rasanya lebih suka nonton Upin&Ipin dari pada membaca atau mendengar mereka saling serang di media. Apalagi saat masalahnya dikupas oleh mulut-mulut nyinyir pembawa acara dan juga dilanggengkan oleh pemerhati masalah hiburan dan dunia pertelevisian, saya dan mungkin kebanyakan orang tak begitu mempedulikannya karena dilihat dari sudut mana saja lebih banyak mudharat-nya.

Pendapat ini bukan tanpa alasan. Sebab, kalau mau dipikirkan secara bijak, memang tak ada nilai tambahnya bagi kita mendengar dan membahas perseteruan para selebritis tadi selain menambah dosa saja. Biar bermanfaat bagi pembaca? Dimana letak manfaatnya dari mengulas sebuah konflik dan gosip? Lain halnya bila artis yang buat heboh tadi datang mengunjungi anak yatim atau memberi bantuaan pada korban musibah, sedikit banyak informasi tadi dapat menggugah kita berbagi kebaikan walau mungkin dengan cara yang berbeda. Tapi kalau hanya sebatas konflik penghasilan dan gosip kawin cerai? Memang dengan menulis kehidupan mereka tadi kita dapat bagian atau janda dan dudanya?

Saya pikir dengan berbagi inspirasi tentang konflik dan gosip bangsa ini untuk mencari pencerahan itu lebih mulya daripada membicarakan kehidupan para artis yang serba hedonis dan menyebalkan. Cuma sekali lagi tergantung sudut pandang masing-masing. Namun kalau boleh menyarankan–seperti sikap yang diambil Komisi penyiaran Indonesia (KPI) yang menghimbau televisi tidak meayangkan, menyiarkan atau terus membahas perseteruan El-Farhat– saya mengajak pembaca Kompasiana untuk tidak mengklik semua tulisan yang berbau konflik dan gosip murahan para artis, kecuali pembaca sekalian menganggap konflik dan gosip murahan itu berguna dan layak dikonsumsi oleh anak-anak kita.

dan tentu kita semua tahu seperti apa Konflik dan Gosip murahan yang dimaksud. Silahkan memilah dan memilih.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Amien Rais, Macan Tua Yang Terus Coba Mengaum

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

13858363691898887755

gambar: videoberita.blogspot.com

Siapa yang tidak kenal dengan Amien Rais, politisi yang mulai menginjak tua yang dulu dikenal sebagai "bapak reformasi" ini. Pada zamannya, saat gerakan reformasi menggelinding dan akhirnya menggulung Soeharto dari tampuk kekuasaannya, Amien Rais adalah tokoh yang "dielu-elukan".

Amin Rais memang dikenal ceplas-ceplos dalam berbicara dan berani menohok siapa saja, terutama lawan politiknya. Tokoh ini juga termasuk salah satu yang berani bicara tentang suksesi saat Soeharto masih berkuasa. Karena kelugasannya, banyak kelompok masyarakat, terutama kelompok elit Islam, mendorongnya menjadi tokoh garda depan politik Islam.

Sesaat setelah keberhasilan gerakan reformasi menggulingkan Soeharto dan dibukanya era demokrasi "liberal", Amien Rais dan lingkarannya membentuk sebuah partai dengan nama PAN. PAN kemudian menjadi kendaraannya untuk menuju kekuasaan melalui pemilu 1999 dan berhasil mengantarkannya menjadi ketua MPR. Sebenarnya kursi ini adalah hasil dari proses "manipulasi" politik yang dilakukannya. Mengingat PAN tidak mendapatkan suara yang signifikan sementara nafsu berkuasanya tidak terbendung, Amien Rais menggalang gerakan poros tengah, kaukus Islam yang menolak megawati menjadi presiden.

Sebagaimana sejarah mencatat bahwa pemilu 1999, PDIP yang dipimpin oleh Megawati SP adalah peraih suara terbanyak. Suara ini mengamanatkan bahwa saat itu rakyat menginginkan Megawati sebagai keturunan Soekarno untuk menjadi presiden RI. Tetapi karena pemilihannya masih dilakukan oleh MPR, sebagai majelis tertinggi di negeri ini, lembaga ini yang berhak mengangkat presiden dan wakil presiden.

Amien Rais dan poros tengahnya memainkan kartunya untuk menggagalkan Megawati dan sebagai gantinya mendudukkan Gus Dur atau Abdurrahman Wahid sebagai presiden. Amien Rais adalah tokoh sentral dalam kongkalikong politik ini.

Merasa berhasil sebagai dalang terhadap wayang-wayang poros tengah, pada pemilu 2004, dimana presiden untuk pertama kalinya dipilih secara langsung oleh rakyat, Amien Rais percaya diri maju berpasangan dengan Siswono Yudho Husodo, tokoh Golkar untuk mencalonkan diri menjadi presiden dan wakil presiden berhadapan dengan SBY-JK, Megawati-Hamzah Haz, dan Wiranto-Salahudin Wahid. Publik heran atas pilhannya pada tokoh Golkar tersebut karena Amien Rais pernah sesumbar akan membubarkan Golkar, melipatnya dan menaruhnya di bawah bantal pada saat perjuangan reformasi. Tetapi karena pelupa, janji tersebut hanya omong kosong belaka.

Pada pilpres 2004 tersebut ternyata Amien Rais gagal terpilih; hal ini menjadi bukti bahwa rasa percaya diri yang menganggap dirinya "pujaan" rakyat, nihil; bukti bahwa bila rakyat mendapatkan daulatnya, maka tidak bisa dimanipulasikan. Pada pilpres ini ternyata rakyat lebih simpati dan memilih SBY-JK untuk menjadi pemimpin negeri ini; bukan Amien Rais.

Waktu berlalu, pemilu 2014 sebentar lagi pun menjelang; Amien Rais yang kini menginjak usia tua ternyata masih ingin coba-coba menunjukkan tajinya sebagai sang sutradar. Ia ingin mengulang kesuksesannya di tahun 1999.

Tetapi setiap zaman memiliki tokohnya, setiap masa ada ikonnya. Di saat Jokowi saat ini menjadi figur pujaan rakyat saat ini, pertanda bahwa Jokowi ditakdirkan sebagai tokoh dan atau ikon zaman ini. Rakyat menginginkannya untuk menjadi presiden RI menggantikan SBY.

Menyadari kenyataan fenomena Jokowi, Amien Rais merasa gerah; berbagai serangan, hujatan serta tudingan pun ia lontarkan terhadap Jokowi. Jokowi yang dimatanya adalah anak bawang dan politisi kemarin sore, harus dijegal karena mengacaukan ambisinya untuk memuluskan jalan Hatta Rajasa, jagoannya.

Merasa bahwa hujatannya terhadap Jokowi tidak mempan tetapi malah menaikkan popularitas Jokowi, Amien Rais nampaknya tak pah arang untuk mengobrak-abrik jalan Jokowi menuju "singgasana" kepresidenan.

Hari-hari ini Amien Rais sedang giat-giatnya menggalang partai-partai yang berhaluan Islam untuk diajak membangun poros tengah jilid 2. Melalui Forum Komunikasi Umat Islam Indonesia, Amien Rais berusaha menjalin komunikasi antar tokoh sealirannya agar poros tengah jilid 2 benar-benar terwujud yang target akhirnya adalah menjegal Jokowi.

Nampaknya Amien Rais, sang macan tua ini, tak pernah lelah mengaum meski aumannya mengganggu telinga rakyat. Bukannya menjadi lebih bijak dan mengayomi seluruh anak bangsa, arogansinya mengalahkan akal sehat yang seharusnya paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Amien Rais adalah macan tua yang aumannya melengking hanya di sekitar pekarangannya saja.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Mahasiswa Baru Tewas di Tangan Senior

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

Tindakan kekerasan yang dilakukan Fendem pada saat ospek

JAKARTA (kompasiana) – Seorang mahasiswa baru jurusan Planologi Institut Tekhnologi Nasional (ITN) Malang, meninggal dunia pada saat acara orientasi Kemah Bakti Desa dan Temu Akrab di Kawasan Pantai Goa China, desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan (Sumawe), Kabupaten Malang, pada sabtu (13/10/2013) lalu. Fikri, mahasiswa baru asal Mataram, NTB, meninggal dunia akibat tindakan kekerasan yang dilakukan pihak panita.

Penjelasan yang didapatkan dari pihak kampus melalui Kepala Jurusan (Kajur) Planologi, Ibnu Sasongko, menuturkan, kegiatan KBD (Kemah Bakti Desa) dan Temu Akrab sudah menjadi tradisi mahasiswa baru ITN, jurusan Planologi.

Adapun kematian mahasiswa baru tersebut dianggap sebagai musibah yang bisa terjadi pada siapapun. Lanjutnya, penuturan yang didapatkan dari panitia, korban saat kegiatan berlangsung banyak mendapatkan perlakuan khusus, dikarenakan postur tubuhnya yang gemuk sehingga dikhawatirkan akan mudah terkena dehidrasi.

"Adapun kematian mahasiswa baru tersebut dianggap sebagai musibah yang bisa terjadi pada siapapun," ujar Ibnu Sasongko.

"Seperti pada waktu acara pembersihan pantai dan naik bukit, korban mendapatkan perlakuan khusus dengan naik sepeda motor menuju lokasi dan tiba-tiba saat sampai, korban sudah tidak sadarkan diri sambil mendengkur (ngorok, red). Akhirnya oleh pihak panitia dibawa ke pos terdekat hingga dibawa ke RSU Saiful Anwar Malang. Namun nyawanya sudah tidak tertolong lagi," tutup Ibnu Sasongko.

Sedangkan berdasarkan hasil investigasi tim dilapangan yang mewawancarai narasumber (teman korban, red) mendapatkan cerita yang bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak kampus ITN. Menurut cerita yang dipaparkan oleh teman korban, kegiatan KBD (Kemah Bakti Desa) tersebut tidaklah manusiawi, seperti pemberian air mineral yang hanya dua botol kepada seluruh mahasiswa baru yang berjumlah 114 orang.

"Jangankan Alm. Fikri yang tidak akan mengalami dehidrasi. Kami pun banyak yang menahan haus, karena satu orang hanya bisa meneguk satu sendok air mineral. Dan pada hari Jumat malamnya (11/10/13), pada saat acara 'take me out', terjadi skenario kekerasan terencana yang dilakukan oleh Fendem (senior keamanan). Alm. Fikri disuruh menyampaikan ungkapan keinginannya atas perlakuan Fendem kepada temen-temannya. Alm. Fikri berkata, Saya akan melindungi kalian teman-teman, dari kekerasan Fendem," cerita narasumber yang tidak mau disebutkan namanya.

Dia pun menambahkan, hal tersebut dikarenakan sebelumnya korban melihat perlakuan Fendem yang tidak manusiawi, seperti menyuruh peserta ospek menggunakan sebuah pisang untuk menggosok gigi secara bergilir. Dan bagi peserta yang terakhir, harus memakan pisang tersebut yang ternyata jatuh pada korban. Lebih gilanya lagi, pada jam dua dini hari, peserta ospek dibangunkan secara paksa sambil ditendang dan diinjak. Bahkan, mahasiswa baru putri mengalami pelecehan seksual. Mereka disuruh membentuk singkong yang menyerupai alat kelamin laki-laki, dan lalu dipaksa mengelus-ngelusnya seperti melakukan oral seks.

Pernyataan korban yang akan menyelamatkan teman-temannya dari kekerasan Fendem tersebutlah yang membuat dirinya disiksa habisan-habisan. "Alm. Fikri dibawa kebalik tenda, dan lalu disiksa oleh Fendem. Sedangkan kami hanya mendengar erangan kesakitan dari Almarhum. Kalau kau mau mati, mati aja kau. Biar dikubur disini, " ucap narasumber, menirukan percakapan salah seorang anggota Fendem yang membentak korban.

"Kalau kau mau mati, mati aja kau. Biar dikubur disini, " ucap narasumber, menirukan percakapan salah seorang anggota Fendem yang membentak korban.

Fikri meninggal akibat kehabisan nafas (dehidrasi, red) setelah melakukan perataan lahan di penanaman mangrove disekitar lokasi, saat perjalanan menaiki bukit. Namun, pihak panita justru menganggapnya hanya berpura-pura. Yang pada akhirnya, Fikri pun pingsan tidak sadarkan diri. Sehingga pihak panitia pun bergegas membawanya ke pos kesehatan terdekat. Namus naas, Fikri yang akan dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, meninggal dalam perjalanan.

Kasus ini pun bak seperti ditelan bumi. Dikarenakan tidak adanya proses hukum yang dilakukan untuk menjerat para pelaku ke "Meja Hijau". Padahal, tindakan kekerasan secara fisik sudah masuk ke ranah pidana. Apalagi, sampai membuat korbannya meninggal dunia. Ironisnya, pihak ITN Malang seakan tidak ingin disalahkan dan terkesan menutup-nutupi kasus ini dari kejadian yang sebenarnya. Naas bagi (Alm) Fikri, sikap kepahlawanannya yang ingin menyelamatkan teman-temannya dari aksi kekerasan mahasiswa senior, harus membuatnya meregang nyawa ditangan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. [RioC/AM/Kompasiana]

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Orang Miskin Dilarang Hidup!

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

Sekitar setengah bulan lalu saya menjenguk kawanku yang terbaring tak sadarkan diri (koma) di ruang ICU RS Hasan Sadikin, Bandung. Ia bersama kawannya tertabrak mobil saat mengganti ban mobil di ruas Tol Cipularang. Kawannya langsung tewas di tempat. Sementara ia masih bisa diselamatkan di bawa ke rumah sakit. Delapan tulang rusuknya patah. Menurut diagnosa dokter, di otaknya terdapat darah beku.

Ketika saya menjenguknya, ia sudah dioprasi. Delapan Tulang rusuknya sudah disambung. Namun, kondisinya masih tak sadarkan diri. Tangan dan kakinya terkadang bergerak-gerak. Matanya sesekali melek.Tenggorokannya disobek untuk memasukkan selang oksigen. Saya tak tega melihatnya. Sebelum pulang saya membisiki agar bersabar dan mengingat Tuhan (menurut suster yang duduk disampingnya, ia sebetulnya sudah bisa mendengar).

Seminggu berikutnya saya mendapat kabar ia akan dibawa pulang. Saya sedikit gembira. Saya menyangka ini kabar baik: kondisinya sudah membaik sehingga boleh dibawa pulang dan berobat jalan. Ternyata keliru, ia disuruh pulang (Mungkin lebih tepanya diusir!) karena jatah Askesnya habis! Sedangkan pihak keluarga sendiri tak mampu membayarnya. Bagaimana mungkin mereka harus membayar ratusan juta sementara pekerjaan suaminya hanya sebagai kernek mobil pengangkut batubara Cirebon-Bandung?

Terus terang saya marah. Saya hanya bisa marah karena tak bisa berbuat apa-apa. Ini negara apa/siapa? Di sini mausia tak ada harganya sama sekali. Ironisnya, di tengah kondisi seperti ini, banyak pejabat publik yang dengan mudahnya merampok uang rakyat miliaran bahkan triliunan rupiah (Hampir semuan pejabat yang tertangkap KPK masih bisa tersenyum dan tertawa lebar. Sesekali mereka harus dibawa ke ruang ICU dan disuruh melihat orang-orang sakit yang ada di sana. barangkali sj sadar). Jelas sekali kita bukan negara miskin!

Sebelum di bawa pulang, saya mendapat kabar Tuhan memanggilnya. Dalam pikiran saya timbul petanyaan aneh: ia dipaksa meninggal atau memang sudah waktunya meninggal. Istri dan seorang anaknya pasti bersedih dan sangat terpukul oleh kejadian ini.

Semoga Tuhan mengampuni dosanya dan memberinya tempat yang layak di sisiNya. Selamat tinggal, kawan! Jangan lupa katakan pada Tuhan: di Indonesia orang miskin tak boleh hidup!

Catatan: pastinya kasus serupa sudah terjadi berulang kali. Jawaban pemerintah pun begitu-begitu saja. Kita butuh revolusi!!!

@Jamal_Moh

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Tri Rismaharini, sang ibu Surabaya

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

13858379062135094465

Tri Rismaharini (http://cahayareformasi.com)

Sederhana, Keibuan namun tegas itulah kesan pertama ketika memandang wajah walikota Surabaya ini. Lulusan S2 jurusan arsitektur dari ITS ini dilantik menjadi walikota Surabaya sejak tanggal 28 September 2010. Sebelum menjadi Walikota, Risma menjabat sebagai kepala dinas pertamanan kota Surabaya dan melakukan banyak terobosan baru yang menghadiahkan Surabaya dengan banyak sekali penghargaan, baik Nasional maupun Internasional.

Walikota perempuan pertama di Jawa Timur ini juga merupakan salah satu kandidat walikota terbaik dunia bersama Joko Widodo yang ketika itu masih menjabat sebagai walikota Solo. Namun sepertinya Jokowi lebih popular di mata masyarakat, karena hampir semua media menyorotnya semenjak mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta yang belakangan dimenangkannya bersama wakilnya Ahok. Sementara Risma sendiri lebih memilih menjadi Walikota 'saja' tanpa memikirkan langkah yang lebih besar menuju kursi Gubernur atau bahkan Presiden.

Surabaya memang seperti anak yang menemukan ibu yang telaten merawat dan mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan jiwa kepemimpinan Risma yang sangat tegas dan bijaksana. Maka Surabaya menjadi kota berprestasi sejak dipimpin olehnya, sebut saja piala Adipura 2011-2013 kategori kota metropolitan, Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik, kota paling berhasil dalam pengelolaan lingkungan versi citynet tahun 2012 dan yang paling baru adalah The 2013 Asian Townscape Award (ATA) dari PBB, yang mana Taman Bangkul rancangan Risma memnangkan kategori taman terbaik se-asia. Tahun ini merupakan tahun penghargaan buat Tri Rismaharini dan Kota Surabaya. Tentu saja ini merupakan terobosan yang sangat luar biasa.

Risma sendiri menjadi angin segar di tengah krisisnya pemimpin bangsa yang mau bekerja untuk negara secara jujur. Mengutip dari wawancara Risma dalam seminar yang diadakan Guru besar Universitas Indonesia Jumat (29/11/2013) Risma menceritakan bagaimana Ia memimpin Surabaya dengan pengaplikasian secara langsung tanpa menunda-nunda. Walikota hebat ini juga memimpikan Surabaya menjadi kota agriwisata dengan kata lain menghijaukan Surabaya yang memang sudah asri semenjak masa jabatannya. Selain itu Ia menjadi walikota Surabaya yang berhasil menutup 3 dari 5 'dolly' di Surabaya, dan berjanji akan menutup semuanya. Dalam seminar tersebut wanita yang sudah berumur 52 tahun ini juga menyebutkan sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan politik dan bahkan tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden. Seperti yang kita tahu banyak survey yang memasukkan nama beliau dalam calon kandidat presiden, bahkan Ia juga diundang dalam konvensi partai Demokrat yang secara tegas ditolaknya.

Sosok beliaulah yang mungkin paling diharapkan rakyat ini. Sosok pemimpin yang tidak serakah dan mempolitikkan semua hal. Sosok yang rendah hati namun bekerja dengan hati. Semoga saja beliau tetap demikian dan tidak tergoda akan politik kotor. Tak lupa, semoga pemimpin lain mampu meneladani sosok walikota impian ini.

video Ibu Risma saat seminar di Univ. Indonesia

http://www.youtube.com/watch?v=N0Ro0VwBldU

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Shalat Lima Waktu

Posted: 30 Nov 2013 11:44 AM PST

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Jumat, 29 November 2013 0 komentar

Kompasiana


ARTI PENTING BLOK SIAK BAGI RIAU

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

Kenapa semangat untuk merebut blok Siak tidak segegap gempita saat merebut blok CPP? Jika ditahun 2000 - 2002 seluruh komponen masyarakat Riau bersatu padu menyatukan tekad merebut blok CPP yang akan habis kontraknya dari PT. Caltex Pasifik Indonesia (Sekarang PT. Chevron Pasifik Indonesia) agar bisa dikelola oleh masyarakat Riau.

Seluruh komponen dari berbagi simpul gerakan menyatu berjuang sampai ke Jakarta. Baik melalui jalur lobby politik sampai pengerahan massa turun ke Jalan di Jakarta maupun Pekanbaru. Alhamdulillah perjuangan itu tidak sia-sia, setelah diberikan perpanjangan satu tahun, dibulan Agustus tahun 2002 akhirnya pengelolaan Blok CPP diserahkan kepada konsersium PT. Bumi Siak Pusako mewakili Provinsi Riau (BUMD) dan Pertamina Hulu mewakili pemerintah pusat (BUMN). Konsersium ini akhirnya membentuk Badan Operasi Bersama (BOB) PT. BSP - Pertamina Hulu sebagai operator dilapangan.

Perjalanan waktu membuktikan putra terbaik Riau mampu mengelola blok ini dengan baik ditandai dengan bargai prestasi yang diukir, dibidang CSR setidaknya BOB sudah 2 kali mendapat penghargaan, dibidang lingkungan juga telah menerapkan standar tegas baik dari aspek Proper, ISO dan OHSAS, dibidang peningkatan SDM terbukti sukses memberdayakan potensi putra daerah Riau dimana hampir 80% berasal dari Riau, dibidang produksi BOB membuktikan mampu meningkatkan produksi di West Area dan mampu menahan laju penurunan produksi yang secara nasional jauh lebih tinggi.

Perubahan kedepan diharapkan makin kuat seiring dengan komitmen Bupati Siak, jajaran pemegang saham, komisaris dan direksi PT. BSP yang terus melakukan pembenahan, khususnya dibidang penguatan SDM dalam upaya mencari sumber-sumber minyak baru yang produksinya potensial kedepan.

Memang kita tentunya tidak menutup mata jika masih ditemui kendala, hambatan dan harapan terhadap pengelolaan Blok CPP. Itu sesuatu yang wajar sebab Riau baru 11 tahun diberi kesempatan mengelola ladang Migas, dengan berbagai kelemahan yang ada. Perlu diingat sedangkan perusahaan Migas international yang sudah puluhan tahun beroperasi saja masih banyak kelemahannya, jadi wajar jika kita melihat masih ada kekurangan di BUMD kita.

Kesuksesan merebut Blok CPP, diikuti dengan proses yang tidak terlalu sulit untuk merebut Blok Langgak yang saat ini dikelola oleh PT. SPR - Langgak yang juga merupakan BUMD Riau. Prestasi juga ditoreh dengan kemampua meningkatkan produksi dan upaya-upaya yang serius untuk mencari sumber Migas baru dalam rangka meningkatkan produksi yang ada.

BLOK SIAK HARUS JADI MILIK RIAU
Bertolak dari dua pengalaman diatas dan bukti kemampuan putra Riau dalam mengelola industri Migas serta merespon aspirasi yang ada, sudah seharusnya Dirjen ESDM memberikan kesempatan pertama kepada Riau melalui PT. Riau Petroleum untuk menjadi operator di Blok Siak. Tidak ada lagi satupun alasan untuk mengabaikan aspirasi itu.

Konsolidasi dan penyatuan tim lobby oleh Pemerintah Provinsi Riau dengan mendorong PT. Riau Petroleum adalah langkah positif. Sehingga perbedaan dan terpecahnya kekuatan bisa dihindari. Tentunya upaya yang dilakukan harus sistematis dan bisa menggerakkan partisipasi semua komponen masyarakat Riau dalam upaya memperkuat bargaining ke pusat.

Apa arti penting blok Siak kita rebut? Setidak ada 4 alasan, pertama dengan menjadi operator blok Siak selain dana bagi hasil, Riau juga akan mendapat bagian 15% dari bagian yang selama ini dinikmati oleh perator Migas.

Kedua Riau bisa memberdayakan tenaga kerja Riau. Tentunya proses rekrutmen hendaknya dilakukan profesional sehingga tidak menjadi tempat berkumpulnya sanak keluarga pejabat dan tokoh Riau, jajaran komisaris dan direksi. Jika ini terjadi akan menyulitkan kegiatan operasional dan percepata menjadi perusahaan Migas yang profesional dan maju. Tarik kembali profesional Riau berpengalaman yang ada dibanyak perusahaan tapi jangan "akali" dan "kadali" mereka dengan praktek bisnis yang tradisional dan penuh KKN, kalau itu terjadi lagi pasti tak ada yang mau kembali.

Ketiga dengan menjadi operator Blok Siak secara otomatis akan mampu membuka peluang bermitra yang bisa memberdayakan pengusaha lokal. Untuk itu program Local Business Development (LBD) dan Vocational Trainingnya harusnya dilakukan secara serius, terprogram dan terencana. Sehingga selain melahirkan pengusaha lokal baru juga bisa mengurangi pengangguran di Riau.

Keempat terbukanya peluang usaha, keberadaan idustri tentunya akan memberikan multiplayer effeck, disinilah perannya program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam upaya membangun kemandirian masyarakat disekitar wilayah operasi.

Kelima yang tak kalah pentingnya, ini kesempatan untuk melahirkan tenaga ahli perminyakan di Riau. Saya melihat disini kita gagal, seharus sesaat setelah menjadi operator kita langsung menyiapkan program beasiswa ke Jurusan Perminyakan dan Pertambangan untuk anak-anak Ring I operasional sehingga 5 tahun setelah itu kita memiliki banyak stock Sarjana siap untuk didik dilapangan kita. Hal ini pernah saya lakukan saat bertugas di Kondur Petroleum SA, melalui CSR Program kita kirim 9 anak mewakili kecamatan Merbau, Sungai Apit dan Tebing Tinggi Barat melanjutkan pendidikan di Perminyakan UIR, disamping itu juga dikirim beberapa ke IPB, Akper dan Akbid di Pekanbaru.

Berangkat dari pengalaman itulah, pada bulan Oktober 2007, lima tahun setelah BOB mengelola Blok CPP,  saat diminta memperkuat jajaran anak daerah saya bersedia mengundurkan diri dari Kondur Petroleum SA bergabung menjadi Staff Ahli Direktur PT. BSP dan selanjutnya diperbantu menjadi Team Manager Government & Public Relations di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu. Usulan awal saya adalah pembenahan dan penguatan fungsi eksternal khususnya program Corporate Social Responsibility (CSR), saya mengajukan Program Beasiswa Bhakti CPP Untuk Negeri yang bertujuan mengirimkan tamatan SLTA Ring I untuk melanjutkan pendidikan ke Perminyakan ITB dan UIR. Sayang program itu tak sempat terrealisasi karena terjadi perubahan ketentuan dimana CSR menjadi Non Cost Recoveri.

Mudahan-mudahan dengan berbagai pengalaman yang ada, makin memantapkan tekad Riau untuk merebut Blok Siak dan menjadikan operator Blok Siak menjadi model industri pro rakyat yang profesional dan peduli lingkungan.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Dhani dan Andra, Kemesraan yang Lama

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

Sepertinya salah deh kalau mengapresiasi kesuksesan Dhani bersama Republik Cinta Management (RCM) tanpa mengapresiasi Andra Ramadhan. Bisa dibilang Andra adalah orang paling penting dibalik kesuksesan Dhani. Andra sudah bersahabat dengan Dhani semenjak mereka masih di SMP dulu, jauh sebelum Dhani menikah dengan Maia Estiyanti dan kemudian Mulan Jameela. Bersama Wawan dan Edwin, mereka berdua membentuk grup band Dewa 19 diakhir 80-an. Grup band ini akhirnya melejit semenjak 90-an, terutama melalui album Pandawa Lima. Berbagai masalah yang menerpa Dewa 19 yang memaksa Dewa 19 bongkar pasang personil, tidak juga memisahkan Dhani dan Andra. Mereka berdua adalah sisa personil alami Dewa 19, sejak awal berdiri hingga bubar.

Andra orangnya kalem dan bersahaja, jauh dari sikap Dhani yang arogan. Menariknya, di saat Dewa 19 sedang berada di atas angin, Dhani dan Andra membentuk Ahmad Band. Band yang digawangi mereka berdua ini menjadin sampingan mereka selain tetap berkiprah untuk Dewa 19. Di awal terbentuknya RCM, Andra adalah personil Dewa 19 yang pertama kali "poligami" dengan membentuk Andra and The Back Bone. Hebatnya, Dhani melalui RCM memfasilitasi band Andra ini hingga akhirnya melejit ke jajaran grup band papan atas di belantika musik Indonesia. Andra adalah produk asli RCM pertama yang sukses. Kesuksesan Andra bersama Andra and The Back Bone kemudian diikuti Dhani yang membentuk The Rock.

Tampaknya Andra adalah sahabat yang paling banyak didengar Dhani. Andra juga dengan karismanya di mata Dhani, sukses mengendalikan tingkah laku Dhani, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Maia hingga membuat rumah tangga mereka berantakan. Kalau tidak ada Andra, mungkin saja Dhani tidak bisa sampai pada zona nyaman seperti ini. Dhani dan Andra, mesra selamanya.

B.Jm.Pa.250135.281135.23:18

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Kamu Mau Hadiah iPhone 5s !!! Masuk sini !!!

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

REP | 30 November 2013 | 02:06 Dibaca: 1   Komentar: 0   0

Kamu mau Hadiah iPhone 5s dari "Dinomarket" ???

Gampang kok cara untuk mendapatkannya, Cuma klik dan daftar link yang ada dibawah ini.

( http://goo.gl/aY0MRw )

Daftarkan diri kamu sekarang, sebelum iPhone 5s menjadi milik orang lain.

Perhatian:

*) Periode ini berakhir tanggal 31 Desember 2013.

*) Hadiah ini tidak dipungut biaya apapun.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Refleksi Historis Jakon Hingga TKI

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

Dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, bahwa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat strategis sebagai pelaku dan sumber penyumbang devisa negara. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja tersebut, maka pembangunan di bidang ketenaga-kerjaan diperlukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), perlindungan hukum, standar upah, jaminan pelayanan kesehatan, dukungan pelatihan ketrampilan, serta kesejahteraan keluarganya sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Hal itu, untuk meminimalisir potensi permasalahan yang ada.

Bila melihat sejarahnya, bahwa pengalaman pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sudah ada pada tahun 1890, dan pola perekrutannya menggunakan sistem kerja kontrak oleh pemerintahan kolonial Hindia-Belanda untuk mengerahkan sekitar 32.986 orang asal Pulau Jawa ke Suriname, salah satu negara jajahan Belanda. Para tenaga kerja kontrak asal Pulau Jawa itu dikirim ke Suriname untuk mengganti tugas para budak asal Afrika, yang telah dibebaskan pada tanggal 1 Juli 1863. Istilah untuk para tenaga kerja kontrak asal Jawa ini kemudian dikenal sebagai "Jawa Kontrak" (Jakon) pada masa itu.

Gelombang pertama pengiriman tenaga kontrak ini diberangkatkan dari Batavia pada 21 Mei 1890, dengan Kapal Ekspedisi Dagang "SS Koningin Emma" dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelayaran jarak jauh ini singgah di Negeri Belanda untuk diregistrasi dan tiba di Suriname pada tanggal 9 Agustus 1890. Selanjutnya, pengiriman tenaga kontrak gelombang kedua terdiri 614 orang dengan Kapal Ekspedisi Dagang "SS Voorwarts" dari Pelabuhan Semarang, dan tiba di Pelabuhan Suriname pada tanggal 16 Juni 1894.

Selanjutnya, pengiriman tenaga kerja asal Jawa ini dilakukan oleh pemerintahan kolonial Hindia-Belanda sejak tahun 1890 sampai dengan 1939 dengan menggunakan 77 buah Kapal Laut, sehingga jumlah tenaga kontrak asal Jawa di Suriname mencapai sekitar 32.986 orang. Dari tahun 1890 hingga 1914, selain tenaga kerja kontrak asal Jawa, juga ada kalangan keluarga bangsawan Kraton Mataram dan para tokoh ulama pemberontak yang dijadikan tahanan politik di Suriname oleh pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda.

Kemudian, setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, pemerintahanan Presiden Soekarno membentuk Kementerian Perburuhan pertama untuk menata masalah ketenaga-kerjaan, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1947 tentang Pembentukan Kementerian Perburuhan, yang diregulasikan pada 3 Juli 1947. Pada masa Orde Lama, Kementerian Perburuhan telah melakukan hubungan kerja-sama dengan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi dalam hal pengiriman buruh tenaga kerja.

Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto merubah Kementerian Perburuhan menjadi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi dalam susunan Kabinet Pembangunan III. Pada tahun 1988, pemerintah Indonesia meregulasikan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 5 Tahun 1988 tentang Ketenagakerjaan, dimana pada saat itu tingkat migrasi internasional TKI semakin tinggi. Selanjutnya, pelaksanaan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) keluar negeri diatur berdasarkan Peraturan Menteri Tenga Kerja Indonesia Nomor : Per-02/Men/1994 tentang Penempatan Tenaga Kerja Di dalam dan ke Luar Negeri, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-44/Men/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja di Dalam dan di Luar Negeri.

Kedua regulasi tersebut merupakan pengganti regulasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-06/Men/1987 tentang Bursa Kerja Swasta, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1991 tentang Antar Kerja Antar Negara (AKAN), yang dinilai pemerintah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan nasional Indonesia. Berbagai ketentuan pemerintah tersebut relatif cukup lengkap meskipun dalam implimentasinya belum dilaksanakan secara efektif, sehingga disinyalir menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran.

Pada Era Reformasi Tahun 1998, pemerintah Indonesia juga belum mempunyai mekanisme perundang-undangan untuk melindungi TKI di luar negeri. Krisis moneter yang melanda Indonesia di tahun 1997, telah menyebabkan target pengiriman TKI meningkat tajam dari 500.000 orang tenaga kerja pada Pelita V menjadi 1.250.000 orang Tki di Pelita VI. Kemudian, pemerintah juga meregulasikan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 204 Tahun 1999 tentang Penempatan TKI Ke Luar Negeri, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 92 Tahun 1998 tentang Asuransi Sosial Untuk Buruh Migran.

Pada tahun 1998, skema asuransi sosial yang dibangun untuk buruh migran, namun aspek operasional lebih mendominasi dibandingkan aspek perlindungan untuk buruh migran dalam regulasi tersebut. Meningkatnya jumlah pengiriman Tenaga Kerja Wanita (TKW) di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid di tahun 2001, telah menjadikan pemerintah menyadari betapa pentingnya peran perempuan dalam bidang ketenagakerjaan nasional, meskipun perlindungan bagi TKI perempuan masih sangat minim. Keputusan Presiden RI Nomor 109 Tahun 2001 tentang Perlindungan Bagi TKI Di Luar Negeri, kemudian menjadi dasar dibentuknya Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) yang berada di bawah Kementerian Luar Negeri, untuk memediasi masalah hukum TKI.

Menyadari permasalahan tersebut, pada masa pemerintahan Era Reformasi telah diregulasikan Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. Dan melalui kebijakan pemerintah ini, diharapkan para pengusaha dapat mempersempit kesenjangan upah antara lapangan usaha formal dan informal, menekan laju kenaikan pengangguran terbuka, serta menurunkan angka kemiskinan. Pada tahun 2004, Pemerintahan Presiden Megawati meregulasikan Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (PPTKILN).

Regulasi ini mendapat kecaman dari masyarakat luas, dan kemudian masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR RI sejak tahun 2010, disebabkan karena regulasi dinilai belum mempunyai perspektif perlindungan, lebih difokuskan pada aspek penempatan, serta lebih berpihak pada peran kerja-sama swasta dan pemerintah. Namun, peraturan tersebut belum diterjemahkan dalam ketentuan yang bersifat operasional, khususnya terkait dengan penempatan TKI di luar negeri. Maka, pemerintah selanjutnya meregulasikan Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2002 yang meratifikasi Konvensi ILO No. 88 mengenai Lembaga Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja.

Pengaturan lebih lanjut tentang penempatan TKI di luar negeri diregulasikan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEO.104 A/MEN/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, sebagai dasar penyelesaian masalah TKI di luar negeri. Kemudian, pemerintah meregulasikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Regulasi tersebut, menjadi dasar pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Dan BNP2TKI selanjutnya bertugas untuk memberikan jaminan perlindungan kepada TKI di luar negeri, dan pengawasan mulai dari pra-penempatan sampai dengan penempatan TKI di luar negeri oleh Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS). Bahwa jaminan perlindungan hukum bagi TKI di luar negeri, adalah komitmen nasional untuk melaksanakan koordinasi lintas regional dan sektoral, baik vertikal maupun horizontal dengan proporsi peran dan tanggung-jawab yang jelas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BNP2TKI dan PPTKIS. Pelaksanaan kebijakan nasional pelayanan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri juga harus bersifat menyeluruh dan terintegrasi dalam rangka kemitraan. Sebab, keberadaan TKI di luar negeri juga berpengaruh pada integritas martabat bangsa dan pemerintahan Indonesia di mata internasional.

Nah, bagaimana perisiapan pemerintah dalam penanganan permasalahan TKI kita yang masih terlunta-lunta nasibnya tanpa adanya jaminan hukum, keamanan, dan hak hidup selayaknya di daerah perbatasan Malaysia - RI? Dan, bagaimanakah pula pemenuhan hak-hak politik mereka dalam memberikan hak suaranya pada momentum Pemilu 2014 mendatang? Apakah mereka telah memperoleh program sosialisasi dari KPU, KBRI, atau KJRI, ataukah Panwaslu, tentang mekanisme Pemilu 2014 di daerah-daerah pelosok pedalaman Malaysia? Apakah identitas mereka juga telah masuk dalam DPT yang berpolemik itu? bagaimana pun juga, para TKI adalah bagian yang tak terpisah dari integrasi statistik kependudukan WNI, bukan? Selain jadi "Pahlawan Devisa Negara", adakah pemerintah memperhatikan hak hidup mereka dan keluarganya di daerah-daerah rawan konflik dengan aparat keamanan Malaysia? Hm, terbayang pula bagaimana nasib para Jakon di Suriname pada masa Hindhia Belanda dahulu, hanya air mata, kepedihan, perih harap dalam sekarat. Semoga, pemerintah tak melupakan eksistensi sosiologis dan hak hidup mereka, itu saja.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Pualam

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

Kamu Mau Hadiah iPhone 5s !!! Masuk sini !!!

Posted: 29 Nov 2013 11:22 AM PST

REP | 30 November 2013 | 02:03 Dibaca: 0   Komentar: 0   0

Kamu mau Hadiah iPhone 5s dari "Dinomarket" ???

Gampang kok cara untuk mendapatkannya, Cuma klik dan daftar link yang ada dibawah ini.

( http://goo.gl/aY0MRw )

Daftarkan diri kamu sekarang, sebelum iPhone 5s menjadi milik orang lain.

Perhatian:

*) Periode ini berakhir tanggal 31 Desember 2013.

*) Hadiah ini tidak dipungut biaya apapun.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 28 November 2013 0 komentar

Kompasiana


Mendikbud akan Buka Porseni Nasional Ke-8 IGTKI - PGRI

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Perhelatan Pekan Olahgara dan Seni (Porseni) Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia (IGTKI) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-8, hari ini, Jumat 29 Nopember 2013, akan dibuka.

Pembukaan Porseni Nasional ke-8, hajatnya guru-guru TK seluruh Indonesia ini, rencananya akan dibuka siang hari oleh Mendikbud, Mohammad Nuh,  di Gedung Pencak Silat TMII, Jakarta Timur. Dan akan diikuti oleh ratusan guru-guru yang tergabung dalam IGTKI seluruh Indonesia.

Tujuan diadakanya Porseni ini, bertujuan untuk meningkatkan daya kreatifitas para guru TK. Dan diharapkan, melalui kegiatan pekan olahraga dan seni (porseni) bagi guru-guru TK dari berbagai provinsi di Tanah Air ini bisa menjadi ajang yang tepat untuk membangkitkan semangat dan kerja sama membangun pendidikan bagi generasi penerus.

Semoga Porseni Nasional Ke-8 IGTKI – PGRI ini berjalan sukses.

-  heny darwis, Ketua IGTKI Kec. Pulogadung, Jakarta Timur

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Renaissance dan Konvensi

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Ribut-ribut penyelenggaraan Konvensi Capres Partai Demokrat dan Konvensi Capres Rakyat, mengingatkan ku pada konvensi Renaissance.

Partai Golkar pernah melakukan konvensi capres pada 2004. Tapi Renaissance juga pernah melakukan konvensi pada 2006. Setidaknya, Renaissance lebih maju sedikit ketimbang Partai Demokrat, hehehe..

Periode kepemimpinan Renaissance 2006-2007, di awal sejak terpilih, langsung dihadapkan pada suksesi. Hampir setiap tahun seperti itu. Kita harus suksesi Korkom, Intra, hingga Pesmaba.

Dulu, kovensi ini lahir karena berbagai kegelisahan kader. Konvensi yang kita utamakan saat itu adalah untuk pimpinan lembaga intra, baik HMJ, BEM, hingga Presma.

Ya, kegelisahan saat itu adalah banyak kader-kader Renaissance yang ketika terpilih di intra cenderung 'meninggalkan' komisariat. Mulai dari tidak aktif di agenda komisariat hingga benar-benar keluar dari komisariat.

Kekesalan pun tidak bisa dihindari. Banyak yang benci, dan akhirnya terjadi permusuhan sesama kader. Kader komisariat benci dengan kader di intra, begitu juga sebaliknya. Padahal, saat pemilu, semua berjibaku siang dan malam, beradu argumen hingga terkadang fisik dengan organ yang lainnya. Tapi, saat sudah jadi, seoalah terlupakan begitu saja.

Banyak asumsi masing-masing kader. Ada yang bilang, kader komisariat di lembaga intra itu bekerja. Kalau kerjanya bagus, tentu Renaissance juga bagus. Alasan lainnya, kader di lembaga intra, sudah bekerja dan lebih baik komisariat menghibahkan kadernya di intra untuk bekerja dan konsen disana.

Ya namanya Renaissance, tidak ada yang mau ngalah, selalu berdebat. Tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya klaim kebenaran. Itu prinsip yang dipahami. Jangankan soal seperti ini, untuk membeli makan saja itu debat dulu.

Kembali soal konvensi 2006. Beberapa posisi yang diperebutkan, karena banyak peminat. Seperti Ketua BEM, Ketua HMJ, itu adalah posisi yang tidak sedikit kader tertarik. Tapi pola konvensi, juga ada campur tangan komisariat. Hanya, walau tidak ada hitam di atas putih, tapi campur tangan ini tidak mutlak.

Beberapa hari digodok oleh beberapa pimpinan komisariat dan senior, akhirnya muncul beberapa nama, untuk posisi tertentu. Dari bawah, Ketua HMJ Ilmu Komunikasi atau Himakom itu ada namanya Arif (orang Kalimantan), HMJ Ilmu Pemerintahan Khikmawanto (arek Lamongan), untuk Presma Joko Pitoyo, Ketua Umum Renaissance 2005-2006. Beberapa posisi lagi masih belum terpetakan siapa saja.

Untuk posisi Ketua BEM atau Gubernur Mahasiswa, ada beberapa yang menyatakan siap.

Saat hari H atau pelaksanaan konvensi dilakukan, ramai komisariat oleh para kader. Untungnya, komisariat agak besar, jadi bisa menampung. Saat itu, komisariat Renaissance ada di gang 15B Tlogomas, di belakang Revolusi. Lokasinya di ujung bawah, gelap dan jalannya agak kecil.

Beberapa kader yang baru aktif, lama gak muncul pun hadir. Rapat konvensi dimulai. Mulai dari tingkat HMJ.

Himakom muncul nama Arif. Dia orangnya cerdas dan kemauan membacanya sangat tinggi. Teman-teman seangkatannya juga tidak menafikkan itu. Bahkan, dalam sejumlah lomba debat yang dilakukan oleh Korkom UMM, kelompoknya Arif ini pasti juara satu. Dia juga mulai vokal di tingkatan cabang. Bahkan, saat Muscab pernah menjadi presidium sidang.

Seperti diduga sebelumnya, Arif akan aklamasi. Karena seangkatan dia, tidak ada yang berani, beradu argumen. Soal IP, jangan ditanya. Harus diakui, saya juga kagum dengan anak ini. Saya bilang, dia akan menjadi kader dari Ikom yang bisa diharapkan di komisariat. Sebab, jarang kader Ikom yang bisa eksis di komisariat.

Saat hendak ditetapkan Arif sebagai calon tunggal yang akan kita ajukan, tiba-tiba muncul suara seorang immawati. Wajahnya terasa asing tapi sebenarnya akrab. Itu karena dia tidak ikut DAD di Renaissance tapi di komisariat lain. Akrab karena kakaknya juga pimpinan komisariat FKIP.

Ya, dia adalah Korry Elyana, immawati yang tomboi dan slengean. Maklum anak band dan anak JUFOC, jadi rada gaul. Celana robek-robek ala rocker. Itulah dinamika di Renaissance. Mulai dari jilbab panjang, jilbab biasa, tidak berjilbab tapi pakaian longgar, hingga yang pakaian ketat, semua tersaji di Renaissance.

"Kamu itu lho rif (Arif, red) banyak yang enggak suka. Aku kan sekelas sama kamu. Anak-anak pada gak suka ama kamu," kata Korry lemah lembut, kemayu seperti putri ayu.

Sontak, pengakuan lugu dari Korry ini membuat situasi berubah. Beberapa pertanyaan ke Korry dari senior akhirnya bermunculan. Ketakutan kita, walau dia pintar tapi kalau tidak disukai, tidak akan terpilih. Era saat itu, di Ikom tidak perlu orang pintar, asalkan dia ganteng, populer dan baik, sudah modal yang cukup.

Arif juga tidak disukai beberapa teman di kelas yang lain. Ini yang memberatkan. Akhirnya, keputusan di pending. Beberapa elit Renaissance saya ajak bicara. Ini persoalan serius, bukan soal kapabilitas tapi elektabilitas.

Akhirnya, dalam rapat terbatas itu, kami ambil beberapa opsi. Kalau Arif dipaksakan maju, susah untuk menang, walau dia ditempatkan di nomor 2. Berarti pilihannya tidak mencalonkan Arif.

Kalau seperti itu, siapa orangnya?

"Kenapa kita tidak ajukan Korry aja? Dia terkenal, banyak teman di Ikom, dan anak JUFOC, pasti bisa meraup suara," kata seorang elit Renaissance.

Secara elektabilitas memang Korry tinggi. Tapi bagaimana dengan kapasitas? Dia tidak teruji. Apalagi, ini soal lembaga intra. Korry lebih interes soal musik dan foto. Bukan seminar keilmuan, formalitas yang biasa dilakukan di HMJ.

Kami kembali mencari opsi. Pilihannya, menempatkan Korry di nomor dua. Harus ada seseorang yang bisa memainkan peran nanti di HMJ. Korry untuk menarik voters atau pemilih saja.

Korry bersedia dengan skema itu. Walau agak dipaksa, dia siap di nomor dua. Akhirnya, kita memutuskan Fahmi (Ikom 2004 asal Probolinggo). Fahmi bersedia, dan kita sepakat mengusung duet Fahmi-Korry dan menyingkirkan Arif.

Saat itu, tidak terpikirkan oleh kami bagaimana perasaan Arif. Memang, ini keputusan yang terlalu jahat bagi dia. Di hadapan rapat, Arif tidak masalah dia tidak jadi. Namun, sore itu, terakhir kali kami melihat dia ke komisariat. Besok dan seterusnya, dia memilih menyeberang. Mungkin karena nafsu politiknya dan nafsu jabatan, dia memilih berada di seberang bersama kompetitor.

Arif dapat posisi yang bagus, calon Wakil Gubernur Mahasiswa (Wagubma). Ya, lebih tinggi ketimbang calon Ketua Himakom. Keputusan yang salah dari dia, karena dia kalah total. Semenjak itu, karir politik dan organisasi dia habis. Sayang sebenarnya, tapi itulah. Orang pintar tidak selamanya bisa diandalkan. Yang dibutuhkan adalah tidak ego dengan kepintarannya. Tapi kepintaran itu harus dibagi, istilahnya kesalehan sosial. Arif hilang ditelan jaman, apalagi selama itu, Renaissance sangat berjaya dari tingkat HMJ hingga Fakultas.

Kembali ke konvensi. Kini untuk posisi Ketua BEM. Ada beberapa calon yang siap. Mereka adalah Fitra Kurniawan (IP 2003), Farida (Ikom 2004), Rustam (Almarhum, IP 2004). Mereka memaparkan visi-misi. Setelah itu, kembali elit Renaissance dan beberapa senior mempertimbangkan ini.

Persoalannya sebenarnya klasik. Ini terkait tingkat keterpilihan. Untuk Fitra, mungkin agak susah. Walau dia senior, ganteng, tetapi tidak mencerminkan elektabilitas di semua jurusan. Hanya populer di rekan-rekan seangkatan. Belum tentu rekan-rekannya itu ikut pemilu.

Kandidat kemudian muncul dua orang. Almarhum Rustam dan Farida. Keduanya, punya kelebihan dan kekurangan. Almarhum terlalu reaktif, tidak populer di basis massa yang banyak yakni di Ikom. Farida, kemampuan memimpin masih belum teruji, apalagi dia Kabid Kader Renaissance, tentu akan terpecah.

Walau sebenarnya aku tahu motif Farida. Dia ingin menjadi Ketua BEM karena sesuai dengan bidang Kader. Dia sempat meyakinkan ku untuk aktif di kedua bidang. Dia juga beralasan agar kader di intra tidak lari karena ada dia sebagai Ketua BEM. Masuk akal dan aku setuju.

Kita juga saat itu mengukur kemampuan lawan. Istilah salah satu teori perang Tsun Ju, intinya lihat kemampuan lawan mu. Salah satu kandidat lawan adalah sosok yang populer juga, anak Ikom 2003. Rina namanya.

Dia sempat aktif di Renaissance. Tidak pernah ikut DAD tapi kedekatan dengan Renaissance tidak bisa diragukan lagi. Tapi kini dia memilih berseberang. Beberapa immawan ganteng yang sempat dekat dengan dia, sempat membujuk Rina. Tapi dia tetap bersikukuh. Tidak ada piliha lain selain kata lawan.

Tapi bukan keputusan saya saja. Ini keputusan kolektif dan banyak elit yang juga memberi pertimbangan. Farida punya basis massa. Almarhum juga punya kemampuan membendung lawan-lawan kita. Akhirnya, diputuskan Almarhum calon Gubernur dan Farida Wagubnya.

Keputusan sulit itu diambil. Walau aku tahu Farida pasti kecewa. Orang Ikom selalu disepelehkan, dianggap tidak mampu. Ya wajar muncul itu. Waktu itu, sentimen jurusan sangat kuat. Ada yang tidak dewasa menyikapinya. Ada juga yang dewasa menyikapinya, dan Farida adalah salah satu immawati yang dewasa menyikapinya.

Perjuangan yang tidak gampang. Walau melawan Rina, kita berhasil menang. Suksesi Himakom juga demikian. Seperti sudah diprediksi, kita menang telat. Korry berhasil menjadi Wakil Ketua Himakom. Perempuan tomboi, slengean, rocker. HMJ IP juga demikian. Tidak ada perlawanan karena Khikmawanto kuat dengan geng-gengnya.

Mengingat mereka, kini Farida sudah menikah dengan Luthfi, kader Hukum yang tinggal di komisariat Renaissance. Almarhum Rustam, insya Allah Desember ini dia akan ultah, ku kirimkan surah Alfatihah dan doa untuk mu sobat, semoga istri dan dua anak mu yang kau tinggal, menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi keluarga, agama dan bangsa.

Korry, alhamdulillah. Sekarang bukan Korry yang dulu lagi. Kini lebih cantik dibalut jilbab, alhamdulillah. Senior saya di Pasca Sarjana Univ.Muhammadiyah Jakarta, kini sedang mengandung alias hamil tua. Dia juga sudah siap-siap hengkang dari Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, dan akan menjadi dosen di Muhammadiyah Tangerang. Suaminya, itu Khikmawanto, biasa dipanggil Aming. Mereka membina keluarga kecil yang harmonis, alhamdulillah.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Anak teknik itu romantis loh!!!

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

OPINI | 29 November 2013 | 01:35 Dibaca: 6   Komentar: 0   0

eh siapa bilang anak teknik tu kasar, anak teknik tu romantis kali..
kami hanya ingin berbuat untuk pasangan itu gini ya,
#TeknikSipil :
kami membangun jembatan cinta yang panjang dan utuh untuk kesetian kami
kami membuat jalan yang lurus dan rata untuk kelancaran cinta kami
kami membeton cinta kami agar tak mudah goyah dan goyang akan keseriusan cinta kami
dan kami merancang anggaran cinta kami agar cinta kami sejahtera selamanya..
#TeknikElektronika
kami memprogram cinta agar berjalan setia dan utuh
kami merancang komunikasi cinta kami yang selalu terjaga
kami selalu memodernisasi cinta agar selalu awet dan tidak cepat rusak
kami tak pernah kekurangan informasi cinta dalam proses cinta tersebut
#TeknikMesin
kami menjalankan cinta agar selalu padu dan berjalan semestinya
kami membentuk cinta yang kuat dalam kondisi apapun
kami tak akan kehabisan akal memperbaiki cinta yang telah rusak pada proses jalannya cinta tersebut
#TeknikElektro
Kami menyampaikan cinta secara positif untuk terhubungnya cinta
cinta akan selalu terhubung antara penghantar dan penerima
konsletnya cinta kami, akan kami usahan untuk memperbaikinya
#TeknikIndustri
kami selalu menjaga kelestarian cinta kami
kami memberi produk cinta yang berkualitas terhadap pasangan kami
takkan ada limbah cinta yang terbuang

Kalau ada tambahan ya monggo ditambahin aja..!!!
hahahaha, pemikiran yang suram , maaf bukan untuk merendahkan!!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Bagiku Arti Kemerdekaan

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Bengcu Menggugat Muslihat Forensik Hipnosis Adi W Gunawan

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

Gambar: theempire88.com

Gambar: theempire88.com

Ketika saya menyuruh anda tidur, anda pun berusaha untuk tidur. Dalam kondisi demikian, meskipun nampak tidur namun anda terjaga. Saya lalu memberitahu anda bahwa jemari anda menjadi kaku begitu saya menghitung sampai tiga. Kemudian saya menyuruh anda mengepal namun tidak bisa karena jemari anda kaku. Anda melakukan yang saya suruh, berlagak tidak bisa mengepal karena jemarinya kaku. Saya pun membual kepada penonton bahwa anda dalam kondisi hipnosis alias trance. Lagak tidur anda dan dongeng saya memicu dan memacu penonton berangan-angan anda tidak bisa mengepal karena saya membuat jemari anda kaku dengan kekuatan hipnotis. Itulah hipnotis. Itu sebabnya dikatakan, "Hipnotis adalah sulap tanpa trik."

Memberanikan diri bertanya, di dalam blog berjudul, "Forensik Hipnosis: Untuk Terapi atau Penyidikan?" Adi W Gunawan bersaksi:

Saya ingat beberapa tahun lalu saat saya membantu klien, sebut saja Yon, yang adalah korban selamat dari pengemboman hotel Ritz Carlton. Yon datang ke saya, dari Jakarta, setelah selama sekitar tiga bulan menjalani sesi terapi intensif namun tidak berhasil. Yon, yang adalah saksi mahkota, sempat diwawancarai oleh beberapa televisi nasional dan diminta menceritakan apa yang terjadi saat pengeboman itu.

Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran. Dan setelah itu tiba-tiba di dalam restoran ada suara ledakan sangat keras. Sampai di sini ia pasti langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu rata-rata antara setengah jam sampai satu jam untuk Yon bisa kembali ke kondisi normal dan ia tidak bersedia melanjutkan ceritanya.

Apa yang terjadi? Saat menjawab pertanyaan wartawan, Yon kembali mengalami peristiwa ini, di dalam pikirannya, dan ia kembali "mengalami" (revivifikasi) kejadian ini. Dengan demikian setiap kali ia menceritakan kejadian ini, ia mengalami trauma ulang. Semakin lama kondisinya menjadi semakin parah karena trauma yang berulang. Menurut profesional yang menanganinya, Yon mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Selain mengalami stres ia juga tidak bisa melihat meja makan ukuran kecil, kerumunan orang banyak, pintu darurat, dan mendengar suara keras seperti mercon, guntur, atau suara sepeda motor yang digeber. Setiap kali melihat atau mendengar salah satu dari hal ini ia pasti langsung "hang" selama hampir setengah jam.

Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon? Saya akan jelaskan di akhir artikel ini. Kembali ke pertanyaan di atas yang belum dijawab, "Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon?"

Mengingat Yon telah berkali-kali mengalami trauma ulang karena diminta menceritakan apa yang terjadi, saya memutuskan untuk tidak mengakses memorinya. Yang saya lakukan adalah menggunakan teknik khusus, tanpa perlu mengakses memori, namun langsung mencabut emosi keluar dari segmen memori itu.

Hasilnya? Hanya dalam waktu sekitar satu jam saya berhasil membantu Yon mengatasi masalahnya. Usai terapi Yon pulang ke Jakarta dan langsung masuk kerja seperti biasa dan sama sekali tidak ada masalah.

Bengcu Menggugat:

Adi W Gunawan adalah pemilik sekolah hipnotis Institute Of Mind Technology yang manawarkan pelatihan hipnotis dengan harga puluhan juta rupiah dan hipnoterapi dengan biaya jutaan rupiah. Bagaimana cara dia memikat pelanggannya? Dengan tipu muslihat cerita bohong yang diceritakan sebagai kisah nyata. Tujuannya agar pembaca menyangka dirinya sakti mandraguna dan percaya hipnotis adalah KESAKTIAN ilmiah yang sudah teruji keampuhannya.

Tersebut di atas adalah salah satu kebohongan Adi W Gunawan untuk mendukung tipu muslihatnya tentang Forensik Hipnosis. Dari mana kita tahu Adi W Gunawan melakukan pembohongan publik? Dengan menguji kesaksiannya secara ilmiah.

Tentang Yon, korban bom Jakarta 2009, Adi W Gunawan menulis, selain mengalami stres ia juga "hang" selama hampir setengah jam bila:

  1. Melihat meja makan ukuran kecil
  2. Melihat kerumunan orang banyak
  3. Melihat pintu darurat
  4. Mendengar suara keras mercon, guntur atau suara motor digeber

Ketika bom meledak di loby hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta tahun 2009, tidak ada suara motor yang meraung-raung digeber sama sekali. Juga tidak ada kerumunan orang banyak. Pengebom bunuh diri berjalan tenang ke hotel Ritz Carlton lalu, "BOOOM!" Anda bisa melihat rekaman CCTV-nya di atas. Suara ledakan bom nggak ada mirip-miripnya dengan suara raungan motor digeberlah yao.

Di Ritz Carlton ada dua restoran. Yang satu namanya Lobo, letaknya di lantai Loby. Di Lobo tidak ada pintu darurat. Lobo bukan restoran padang yang semua makanan disajikan lalu anda mencomot yang dimaui. Juga bukan restoran Tionghoa yang makanannya disajikan dalam mangkuk dan piring besar lalu anda keroyok rame-rame dengan teman.

Di Lobo setiap tamu dilayani secara pribadi oleh satu pelayan. Di Lobo, Satu menu makanan atau minuman dibawa oleh satu pelayan untuk disajikan kepada satu tamu. Di Lobo, saya belum pernah melihat pelayan membawa makanan di tangan yang satu dan minuman di tangan lainnya. Di Lobo tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran.

Restoran kedua di Ritz Carlton namanya Asia, konsepnya all you can eat dan open kichen. Tamu memesan makanan ke juru masak di dapur-dapur yang bertebaran. Setelah menerima pesanannya tamu lalu membawanya sendiri ke mejanya untuk dimakan.  Di restoran Asia, tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran.

Saya lupa namanya namun di Ritz Carlton ada lounge tempat mendengarkan musik bahkan menari di lantai dansa, juga ada ruang karaoke. Di kedua  tempat itu anda bisa memesan minuman dan makanan, namun keduanya tidak pernah disebut restoran.

Menurut Adi W Gunawan, Yon adalah saksi mahkota yang sudah diwawancarai oleh beberapa televisi nasional. Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran lalu ada ledakan keras. Sampai di sini ia langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu antara setengah sampai satu jam untuk kembali ke kondisi normal.

Kerabatku sekalian, apabila Adi W Gunawan tidak membual mustahil anda tidak menemukan rekaman wawancara Yon di Youtube, bukan? Apabila nyata, kisah Yon "hang" pasti sudah diberitakan oleh berbagai mas media, bukan? Nyatanya, tidak!

Biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri. Ketika membual Adi W Gunawan sama sekali tidak pernah menyangka bualannya akan DIUJI, itu sebabnya dia pun membual seenak jidatnya.

Kerabatku sekalian, anda percaya Adi W Gunawan punya kesaktian mengakses memori dan mencabut emosi? Bahkan kesaktian mencabut emosi tanpa mengakses memori? Ha ha ha ha ha ….. percaya dari hongkong?

Adi W Gunawan meraih gelar Doktor Pendidikan dari Universitas Negeri Malang dengan predikat cum laude tahun 2012. Aneh bin ajaib, ya? Pendidikannya tinggi sekali namun, kenapa cara dia mencari uang RENDAH sekali ya? Memangnya nggak MALU?

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yg kebal hukum: Hakim atau Dokter ?

Posted: 28 Nov 2013 11:18 AM PST

OPINI | 29 November 2013 | 01:32 Dibaca: 5   Komentar: 1   1

Saya agak bingung dengan pernyataan MA dan KY. terutama Pak Artidjo yang mengatakan bahwa siapapun termasuk Dokter tidak kebal hukum.

Pertanyaan saya: Pada kasus HAKIM MA yang bernama YAMANI, yang merubah HUKUMAN MATI menjadi BEBAS dari seorang gembong Narkoba: http://nasional.kompas.com/read/2012/10/11/16101245/DPR.Putusan.MA.Vonis.Bebas.Gembong.Narkoba.Aneh.

Apa namanya itu?

APA HUKUMANNYA?

Cuma kena hukuman etik, dirumahkan lalu diberhentikan. Hayo Artidjo, jika anda memang penegak hukum tanpa pandang bulu, bagaimana dengan pasal PEMALSUAN PUTUSAN? Berapa banyak korban yg mati sia2 karena narkoba yg dijual oleh gembong narkoba itu? Si YAMANI BEBAS SEKARANG. DIMANA KEADILAN YG KATANYA DIBELA ARTIDJO ? Jadi prinsip Equality before the law nya mana?

Kalau dokter yang berusaha menyelamatkan orang tapi gagal dan pasiennya meninggal itu salah, tapi kalau Hakim MA yth membebaskan gembong narkoba, yg secara aktif menjual bahan berbahaya dan membunuh banyak orang dibebaskan karena, itu hanya masalah etika?
HAYO, SIAPA YG KEBAL HUKUM SEKARANG? HAKIM MA? atau DOKTER

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-