Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Minggu, 17 Maret 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Nafsu itu Buta

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

Hayu atuh Kompasianer Bandung,

urang sasarengan nyerat blog nganggo

Basa Sunda yu?

14 February 2013

Taksi ka Airport Lalaki ginding make setelan jas bulao, tumpak taxi ka airport.Ilaharna supir taxi, sok ngajak ngobrol panumpangna. Bade angkat kamana pa? , supir taxi ngamimitian obrolan. Ka Surabaya , jawab si ...
Karuhun Ciwidey Komentar

08 February 2013

C A I kinanti Eta mah CAI ti gunung, asal ti SA'AB jaladri, peuting sumawonna beurang, estu henteu pisan cicing, gawena neangan jalan, PERJALANAN geusan balik. Ngocor nyukcruk-nyukcruk gunung, nyusukan malipir pasir, ...
Ridwan Firdaus Komentar

27 November 2012

Ari usum hujan sok inget keur di ledeng. Hujan gede bari jalan gang laleueur, matak paur. Isuk-isuk sok seger rarasaan teh tapi gang mah tetep leueur. Nudaragang ge rada hati2 lempang ...
wawan smsr Komentar

Akankah Pramono Edhie Wibowo Pimpin Demokrat?

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

OPINI | 18 March 2013 | 00:51 Dibaca: 8   Komentar: 0   Nihil

Menjelang Konggres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat (PD) yang menurut rencana akan digelar Akhir Maret 2013 di Bali, muncul usulan menarik dari Sekretaris Pusat Pengembangan kajian dan Kebijakan PD Haktibul Umam Wiranu bahwa PD sebaiknya dipimpin oleh seorang purnawirawan ABRI. Dia menyebut 4 (empat) nama purnawirawan ABRI yang layak memimpin PD yaitu: Hadi Utomo (pernah jadi Ketua Umum PD 2005-2010), Toto Riyanto (sekarang Direktur Eksekutif PD), Pramono Edhie Wibowo( saat ini KSAD tetapi akan memasuki masa pensiun Mei 2013), dan Djoko Suyanto (saat ini Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan).

Alasan Khatibul mengapa purnawirawan yang harus memimpin PD adalah : pertama, tentara memahami teritorial wilayah Indonesia sehingga sangat memahami kondisi lapangan dan kedua, PD saat ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan hanya purnawirawan ABRI lah yang meiliki hal tersebut.

Setelah pernyataan Khatibul tersebut, keluar pernyataan SBY bahwa Ani Yudhoyono dan Ibas tidak akanmemimpin PD. Kebetulan juga ke luar iklan dari Pramono Edhie Wibowo sebagai KSAD untuk sebuah produk obat. Dari situ bisa disimpulkan bahwa kubu Cikeas alias SBY mungkin menginginkan Pramono Edhie Wibowo (adik iparnya) untuk memimpin PD. Ada 2 (dua) alasan kuat SBY memilih Pramono Edhie Wibowo: pertama, hal tersebut tidak semencolok jika dia memilih Ibas atau Ani Yudhoyono; kedua, dengan pemimpin PD yang masih saudara maka kendali terhadap PD olehnya bisa dilakukan dengan lebih baik, sesuatu yang dijaman kepemimpinan Anas Urbaningrum gagal dilakukannya.

Siapa yang menilai tulisan ini?

Fatin, bagai David di tengah kepungan Goliath

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

Saat ini siapa yang tak kenal Fatin Shidqia Lubis, nama ini mungkin bahkan lebih terkenal daripada acara X Factor Indonesia (XFI) yang mengorbitkannya. Fanbasenya di facebook bahkan lebih banyak disukai daripada fanbase XFI sendiri, di twitter followernya sudah menyamai followers XFI juga.

Karakter vokalnya yang kuat dan gayanya yang polos dan menggemaskan mampu membuat para juri terpukau dan jutaan rakyat Indonesia terpesona. Kini Jum'at malam menjadi malam yang paling dinanti hanya untuk menyaksikan penampilan dara berusia 16 tahun ini. Akan nyanyi lagu apa dia, bagaimana pakaiannya, bagaimana gerak tubuhnya dan bagaimana komentar para juri yang sampai "eker-ekeran", menjadi magnet tersendiri yang sangat menarik untuk disimak.

Beragam kritikan para juri yang katanya sudah makan asam garam industri musik modern Indonesia, terlontar dan meluncur deras pada Fatin yang masih sangat belia dan hijau untuk urusan hingar bingar industri musik nasional. Tak jarang kritikan dan saran yang disampaikan terasa sangat "tinggi" dan berlebih untuk seorang amatir seperti Fatin yang baru belajar tampil tapi dituntut sempurna layaknya entertainer berpengalaman.

Tak dapat dipungkiri, Fatin memang masih sangat hijau, minim pengalaman dan amatir untuk urusan tampil menampil di panggung semegah X Factor. Jika dibandingkan dengan finalis yang lain, Fatin bisa diibaratkan David yang harus bertempur melawan Goliath, ya Goliath yang di XFI jumlahnya banyak. Tak hanya peserta tapi juga para juri (kecuali mentor) dan haters yang selalu menilai buruk penampilannya.

Dibanding peserta lain, Fatin memang yang paling tak berpengalaman. Sebut saja peserta termuda Mikha Angelo. Meski setahun lebih muda dari Fatin namun Mikha jauh lebih berpengalaman untuk urusan bernyanyi dan bermain musik. Mikha masih aktif ngeBand dengan saudara-saudaranya, keluarganyapun keluarga musik. Bahkan untuk pendidikan tingginya, Mikha memilih sekolah tinggi musik asing terkenal yang membuka cabang di Indonesia.

Apalagi jika dibandingkan dengan Novita Dewi, pengalaman mereka bagai langit dan bumi. Novita tercatat sebagai artis penyanyi salah satu label rekaman terkenal. Dia juga telah menelurkan beberapa album meskipun kurang laku. Bahkan ia pernah memenangi festival musik internasional. Alex Rudiart tercatat pernah menjadi vokalis band terkenal Sahara Band dan sempat rekaman juga. Sementara Agus, Shena, Gede, personel NuDi rata-rata adalah penyanyi cafe atau setidaknya pernah mengenyam latian vokal serius dan sempat bergelut di dunia musik profesional.

Sementara Fatin? Dia datang entah darimana. Ikut audisi masih berseragam sekolah dan berjilbab putih polos tanpa aksesori dengan gaya anak sekolah yang masih lugu dan malu-malu. Seperti anak tetangga yang biasa lewat depan rumah rame-rame dengan teman sebayanya. Dia mengaku tidak pernah latian vokal. "Nyanyi di kamar mandi", begitu jawabnya polos saat audisi. Fatin juga mengaku baru pertama tampil menyanyikan lagu berbahsa Inggrus utuh saat audisi. Penampilannya di Showchase saat menyanyikan lagu Diamond diakuinya juga sebagai penampilan pertamanya di panggung denga jumlah penonton yang begitu banyak.

Bisa dibayangkan bagaimana tenakan mental yang dihadapi Fatin ketika itu, apalagi ia juga disaksikan jutaan rakyat Indonesia yang setia menanti penampilannya live di TV. Tapi terbukti, Fatin mampu menghadapi dan melewati itu semua. Dia sukses menyanyikan Diamond milik Rihanna dan Rumor Has It nya Adele. Meskipun sempat menurun penampilannya saat membawakan lagu Pudar milik mentornya dan kurang maksimal saat membawakan lagu Girl on Fire, namun penampilannya kembali bagus saat Gala Show 4 saat menyanyikan Don't Speak kemarin (terserah Bebi Romeo & Anggun yang bilang salah pilih lagu).

Yang jelas, sebagai amatir Fatin mampu membuktikan bahwa dirinya bisa bersaing bahkan jauh lebih populer daripada peserta lain yang lebih berpengalaman. Fatin sudah bisa bergerak di panggung, nada-nada tinggi sudah bisa dicapainya dan kepercayaan dirinya perlahan mulai muncul. Fatin juga mampu menahan diri dan nampak relax saat beberapa juri mengkritiknya. Saat sang mentor emosi anak didiknya dikritik, Fatin justrtu tersenyum lucu.

Apa yang telah dilakukan Fatin untuk tampil lebih baik layak diapresiasi, tanpa harus mengesampingkan krtik tentunya. Dia mampu menunjukkan kepada rakyat Indonesia, bahwa keterbatasan yang dia miliki mampu ditutupinya dengan karakter suaranya yang sangat kuat dan khas, bahkan keterbatasan dan keamatiran itulah yang menarik simpati jutaan orang semakin penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang Fatin.

Silakan kritik Fatin dan beri dia saran yang membangun. Dia aset bangsa yang langka dan patut kita kawal agar dapat benar-benar menjadi contoh dan inspirasi generasi muda Indonesia. Minim pengalaman bukan berarti harus minder dan kalah dengan yang kaya pengalaman. Kemauan untuk mengoptimalkan keunikan yang dimiliki adalah modal kekuatan untuk sukses dan menjadi yang terbaik.

Selamat berjuang Fatin….

Jodoh: Unpredictable (Tidak Dapat Diramalkan)

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

OPINI | 18 March 2013 | 00:48 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

Jangan pernah mempercayai jika kita pernah diajak oleh seseorang untuk bertemu dengan tukang peramal atau dukun sulap hanya untuk melihat ramalan kehidupan kita kedepan.

Tapi banyak juga orang yang begitu yakin dan percaya bahwa jodohnya adalah orang kaya, atau pejabat, atau pengusaha atau lainnya. Atau juga ada yang percaya ketika tukang peramal mengatakan bahwa kamu akan mendapat jodoh yang miskin dan jelek, tapi jika kamu lebih keras lagi berusaha maka akan jauh dari jodoh yang demikian. Sehingga diberilah tips-tips ampuh untuk mencegah supaya tidak mendapat jodoh yang miskin dan jelek.

Padahal tujuan utama untuk diberikan tips-tips itu adalah hanya untuk mendapat bayaran (sesuai dengan harga standar masing-masing).

Akhirnya kitapun terkecoh dengan ramalan-ramalan itu. Coba kita bayangkan sendiri, apakah kita tidak sadar? ketika melihat Istrinya dukun sulap (peramal) itu ternyata hanya wanita biasa saja. Kenapa dia tidak mendapatkan istri yang lebih cantik atau kaya atau wanita hebat yang dikenal oleh khalayak ramai? Itu menandakan bahwa jodoh itu memang tidak bisa diramalkan. Jika pun kita percaya terhadap apa yang dikatakan oleh peramal, maka kita telah syirik kepada Allah. Patut untuk segera kita bertaubat nasuha, dan jangan pernah mengulangi lagi terhadap ramalan-ramalan yang bodoh.

Kita hanya boleh berusaha dan berdo'a untuk mendapatkan jodoh seperti keinginan kita sendiri. Tapi jika datang ke tempat peramal hanya untuk meramalkan jodoh kita, itu suatu langkah yang sia-sia,  sangat dilarang dan bukanlah usaha yang dimaksudkan demikian. Karena apa yang dikatakan oleh peramal itu hanya penipuan belaka.

Siapa yang menilai tulisan ini?

Bencana Kekeringan Spiritualitas

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

Maraknya aksi kekerasan, korupsi, terungkapnya peredaran narkoba, praktek-praktek ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang tersaji di hadapan kita, baik secara langsung maupun lewat berbagi media. Fenomena tersebut bisa kita sebut sebagai "budaya kematian", yang merusak pribadi dan tatanan hidup bersama. Mengapa di tengah masyarakat kita yang dikenal sangat religius karena menganut agama, melakukan praktek-praktek ibadah dan kesalehan serta memiliki banyak tempat ibadah ini masih sering terjadi kekerasan dan ketidakadilan? Meskipun ada berbagai alasan ekonomis, politis, sosial dan sebagainya yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan dan praktek-praktek ketidakadilan itu, namun sejatinya ada alasan yang lebih mendalam lagi. Rupanya gejala kekerasan dan segala praktek ketidakadilan itu merupakan gejala "sakit kronis" yang diidap masyarakat kita, yakni kekeringan spiritualitas .

Kekeringan spiritualitas itu bahkan bisa menjadi bencana yang mengancam masyarakat kita bila tidak segera disadari dan diatasi. Bagaimana hal itu bisa dicegah dan diatasi? Kita perlu melihat secara jernih ke dalam lubuk hati dan cara berada kita selama ini. Sejatinya dalam diri kita sudah tertanam nilai-nilai keilahian dari Sang Pencipta, yakni kasih sayang, suka damai, adil, ketakwaan, kejujuran, persaudaraan dan saling menghargai. Itulah nilai-nilai ilahi yang mengangkat kita sebagai manusia bermartabat dan beraklak moral tinggi. Agama-agama yang dianut masyarakat kita juga telah mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut. Persoalannya, apakah nilai-nilai tersebut benar-benar sudah tertanam dan mewujud dalam cara hidup (pikiran, perasaan dan tindakan) kita? Pertanyaan lebih lanjut, apakah cara beragama kita sungguh sudah otentik, atau hanya sekedar formalitas?

Spiritualitas (yang berasal dari kata dasar spirit: ruah, roh) adalah sebuah pengalaman akan kehadiran Roh (Yang Ilahi) yang menjadi daya dan menggerakan seluruh diri kita. Spiritualitas menjadi sebuah gaya hidup yang digerakkan Roh Allah. Maka seluruh cara mengada kita akan dijiwai oleh nilai-nilai atau keutamaan keilahian yang ditanamkan Allah di dalam diri kita. Seseorang yang memiliki spiritualitas mendalam, gaya hidupnya pasti digerakkan dan dijiwai oleh nilai-nilai tersebut. Dia peka dan mudah tergerak untuk mewujudkan nilai-nilai kasih, damai, kejujuran, keadilan dan kepedulian dalam seluruh hidupnya.

Kedalaman spiritualitas seseorang akan dapat dilihat bukan sekedar dalam ritual, simbol-simbol dan praktek formal keagamaan yang dilakukan, namun sungguh nyata dalam seluruh kehidupan sehari-hari. Realitas hidup sehari-hari menjadi medan nyata yang menguji sekaligus mengasah spiritualitas seseorang. Celakanya, cara beragama kita, sering kali terpisah, tidak sejalan atau bahkan terasing dari cara hidup kita di tengah realitas hidup sehari-hari. Praktek hidup beragama tidak sungguh menyentuh kedalaman diri dan tidak mampu menuntun pikiran, perasaan dan tindakan kita saat dihadapkan pada realitas hidup sehari-hari. Kenyataan hidup yang terkadang berat dan penuh tantangan sering membuat kita lupa, terlena, bahkan tak berdaya untuk mewujudkan nilai-nilai spiritual secara nyata. Hidup beragama yang terlalu menekankan hal-hal formal tidak akan efektif memberikan jawaban atau tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih parah lagi, agama (dan para penganutnya) dapat dengan mudah dijadikan alat kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.

Upaya nyata yang menjadi keniscayaan adalah memperdalam spiritualitas (kepekaan dan pengalaman akan kehadiran Roh Allah atau nilai-nilai keilahian). Bersama religiositas (pengalaman keterarahan, keterikatan dan relasi iman dengan Allah), spiritualitas menjadi inti dari setiap agama. Penghayatan hidup beragama yang formalistik mesti diganti dengan penghayatan yang otentik, yakni menggali lebih dalam dan mencuatkan spiritualitas dan religiositas itu dalam kehidupan nyata. Penanaman nilai-nilai spiritual dan religius mesti menjadi fokus perhatian dan upaya setiap pribadi, keluarga, sekolah dan komunitas umat beragama. Praktek hidup beragama (pengajaran iman, doa, ritual keagamaan, simbol-simbol, aturan moral dan tata kelola komunitas agama) mestinya dihayati sebagai ungkapan nilai-nilai religius spiritual dan makin membantu setiap pribadi dan komunitas untuk memperdalamnya. Singkatnya, cara hidup beragama kita mesti dikembalikan pada inti hidup beragama, yakni spiritualitas dan religiositas. Niscaya, masyarakat kita akan terhindar dari bencana kekeringan spiritualitas yang menimbulkan kekerasan, ketidakadilan dan berbagai praktek yang merusak martabat manusia. Kedalaman religius spiritual akan menggeser "budaya kematian" menjadi "budaya kehidupan".

PKB bisa Menang di Pemilu 2014

Posted: 17 Mar 2013 11:11 AM PDT

OPINI | 18 March 2013 | 00:45 Dibaca: 21   Komentar: 0   Nihil

Untuk memenangi suatu pemilihan kita harus mempunyai keyakinan, kerja keras dan berdoa. Begitu juga jika ingin memenangi Pemilu 2014, PKB sudah meyakini akan meraih kemenangan karena system sudah berjalan dan internal partai solid. Strategi politik PKB menjalin silaturrahim dengan konstituen untuk mencetak pemimpin bangsa dan wakil rakyat yang dekat dengan rakyat.

Fokus kerja caleg PKB harus berada di tengah kelompok masyarakat menengah dan kaum lemah/marginal, agar mengetahui kebutuhan konstituen. Para caleg juga harus cermat mengenai kebutuhan masyarakat, mereka mempunyai kebutuhan berbeda.

Kemenangan PKB bertujuan untuk mengubah politik anggaran yang selama ini terjadi salah kelola dalam APBN. Dalam menyusun anggaran tidak pernah didesan secara filosofis, tumpang tindih dan tidak ada skala prioritas. Kemenangan tersebut untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Meski PKB ditengah keterbatasan, dengan kekuatan doa diiringi kerja keras PKB akan menang , hal demikian juga merupakan benteng perjuangan.

Mari kita rapatkan barisan, kekuatan, terus tingkatkan usaha dan kerja keras agar PKB menang. Konsolidasi struktural dan internal PKB telah rampung dari tingkat pusat sampah daerah dan PKB sangat siap menghadapi pemilu 2014. Saat ini, PKB telah menjadi partai sehat dibandingkan dengan partai peserta pemilu 2014 sehingga PKB mempunyai keyakinan akan memenangkan pemilu mendatang. Amin

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar