Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 16 Maret 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


AKU BEKU KARENA CINTAMU

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

Ponsel Pertamaku: kesombongan itu berakhir dalam 2 bulan

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

1363456583776778088

Ngomong-ngomong soal ponsel pertama, saya punya cerita konyol soal barang 'super-duper' satu ini. Dulu itu, saya tahu handphone atau ponsel pertama kali sekitar tahun 2002-an. Yah namanya juga tinggal di pelosok negeri, jadi maklum kalau arus informasi soal kedatangan barang 'ajaib' ini agak lama. Abang sepupu saya yang anak Medan pulang ke kampung halaman. Bawalah dia satu benda kecil yang disebut Hp. Astaga gila, semua orang pada ngerumunin Si Abang hanya untuk melihat benda kecil tersebut, dan termasuk saya sodara-sodara. Sejak saat itu, saya sangat berharap bisa punya barang tersebut. Padahal buat apa juga coba, masih anak SD. Beda lagi sih ya kalo sekarang. Jaman sudah maju. Anak SD aja uda pegang smartphone. Dan saya tetep aja kalah jauh lah kalo urusan handphone mutakhir.

Apapun merek, model, tipe Hp yang saya miliki sekarang, yang asli punya banyak cerita dan memorable banget itu ya ponsel pertama. Kalo di inget-inget sampe ngakak guling-guling dah. Dari tahun 2002 saya pengen punya ponsel, baru tahun 2006 (kira-kira saya kelas 3 SMP), Ayah berbaik hati beliin barang ajaib itu buat saya. Gara-garanya, saya selalu maen pake ponsel Ayah. Tahun segituan lagi ngetren-ngetrennya Nokia. Saya lupa nama tipenya apa, tapi yang saya inget gedenya seukuran batu bata dan ada antenanya. Subhanallah biarpun kalau sekarang diliat rasanya jelek banget, tapi dulu itu punya  'ponsel batu bata' serasa punya benda paling mewah dan hi-tech sejagad.

Saya cuma penasaran sama satu hal soal ponsel, 'Mencet apa ya? Mencet yang mana?'. Begonya tuh takut banget kalo salah pencet, kayak bom aja, yang kalo salah bakal meledak. Padahal rusak juga kagak bakal. Hahaha, konyollah. Karena pertanyaan tersebut muncul, saya terus aja nyuri-nyuri dari Ayah biar bisa pegang dan mencet-mencet itu ponsel 'batu bata'. Meskipun sebenarnya saya sama sekali nggak dibolehin pegang itu ponsel. Kayaknya sih takut rusak (Ayah sama anak samalah dodolya).

Namanya juga penasaran, bodo amat. Tetep aja itu Hp saya incar dan saya pencet-pencet. Karena sebal sama ulah saya, akhirnya dibelikan juga deh sama ayah.Yee akhirnya saya punya Hp. Horeee banget waktu itu. Baru pulang sekolah, terus dikasi hape. Siapa yang ga seneng coba. Mana waktu itu make Hp lagi ngetren banget lah di sekolah. Jadi siswa paling cool gitu dan pastinya tenar semusim.

Ponsel pertama saya itu Motorola lhoo, tipe C 390. HP keluaran tahun 2004 yang punya size display 128 x 128 pixels, 5 lines. Nggak segede ponsel 'batu-bata'nya Ayah. Besarnya cuma 107 x 44 x 20.9 mm. Sudah gitu polyphonic dan didukung java MIDP 2.0 lagi. Ditambah feturesnya yang uda banyak, kayak SMS, EMS, MMS, email, Downloadable games. Meskipun sebenarnya waktu itu saya nggak ngerti ponsel saya itu bisa diapain aja. Pokoknya bisa telfon, sms sama dengerin MP3, uda gitu aja. Emang sih ponsel saya termasuk keren lah pada masanya, even saya baru punya baru dua tahun setelah ponsel itu launching.

Jelaslah waktu itu nggak jadi masalah. Orang temen yang laen masih pake Nokia monokrom saya malah udah polyphonic ada MP3nya lagi. Jangan tanya bangganya kalo itu ponsel dibawa ke sekolah, sombongnya minta ampun hahhaha. Tapi tau nggak sih, Hp-nya tuh barang second mamen. Nggak sampai dua bulan saya pake, udah rusak. Baterainya nggak keisi kalau di charge. Kasian banget lah. Udah beberapa kali dibenerin tetep aja nggak bisa bener.

Sial. Sial. Sial. Ponsel pertama saya akhirnya dijual lagi tanpa pengganti. Ponsel pertama saya yang saya banggakan, yang saya sombong-sombongkan adalah barang rusak yang tidak sengaja dibeli ayah buat saya (atau justru sengaja biar harganya miring 90 derajat). Kesombongan saya berakhir dalam dua bulan. Jadi saya bisa kata apa lagi kalo kesekolah tanpa Ponsel Polyphonic kesayangan saya. Sial.

Rumus Paling Sederhana Sehat Wal-Afiat dan Panjang Umur

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

Sebagian besar orang beranggapan jika bisa mencapai umur hingga 90 tahun disebabkan oleg gen dan keberuntungan. Padahal, ada perilaku yang bisa membuat kita awet hidup hingga usia maksimal dan terus menerus dalam kondisi fisik yang prima.

Rumus dari awet muda dan panjang umur tersebut adalah meliputi tidak merokok, mengendalikan berat badan, mengontrol tekanan darah, olah raga secara teratur dan menghindari diabetes. Studi tersebut melaporkan bahwa kelima perilaku di atas sangat berkorelasi dengan pola hidup sehat hingga mencapai umur di atas 90 tahun.

Seorang dokter dari Amerika , DR. Laurel B. Yates yang melakukan yang melakukan studi tentang hal ini. Dokter yang mengabdikan diri di Bringham and Women's Hospital ini mengatakan, seseorang dapat mengendalikan nasibnya, ia dapat meningkatkan kemungkinan untuk panjang umur, dan memiliki kesehatan dan fungsi tubuh yang baik di masa tua.

Studi tersebut mengamati lebih dari 2.300 pria sehat selama seperempat abad lebih. Saat di mulai 1981, usia rata-rata peserta studi adalah 72 tahun. Kakek-kakek uzur ini mengisi kuesioner mengenai perubahan kesehatan dan gaya hidup, dan para peneliti menguji fungsi mental dan fisik mereka. Pada akhir studi, 970 orang pria berhasil tetap hidup, berusia 90 tahun lebih.

Penyakit kronis yang diserita orang yang masih hidup hampir sama dengan orang yang meninggal sebelum mencapai usia 90 tahun. Tetapi setelah mengontrol variabel lain, para perokok memiliki resiko dua kali lipat meninggal sebelum usia mencapai 90 tahun dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, penyandang diabetes mengalami peningkatan resiko meninggal hingga 86%, pria obesitas mengalami peningkatan resiko meninggal hingga 28%.

Dibandingkan pria yang tidak pernah berolah raga mengalami penurunan resiko meninggal hingga 20%-30%, tergantung seberapa sering dan keras mereka berolahraga.

Meskipun kelima perilaku tersebut memliki efek yang sangat signifikan, studi menunjukkan bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi panjang usia, termasuk level pendidikan dan derajat isolasi sosial. Namun faktor-faktor lain yang seperti ini tidak bisa diukur dalam studi ini.

Temuan lain yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah bahwa beberapa orang yang hidup hingga usia lanjut mampu bertahan bukan karena mereka tidak menderita penyakit, tetapi karena mereka mampu hidup dengan baik walaupun menderita penyakit.

Studi terhadap 523 perempuan dan 216 laki-laki berusia 97 hingga 119 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar orang yag hidup selama itu dan hidup mandiri dengan bantuan minimal atau tanpa bantuan orang lain sama sekali mampu bertahan meskipun menderita penyakit kronis jangka panjang. Dengan kata lain, mereka tidak menunda penyakit, tetapi menunda kecacatan yang disebebkan penyakit.

Kapan lagi kalau kita tidak memulai saat ini, kita akan benar-benar akan menghargai sehat manakala kita pernah sakit. Setidaknya hindarkan candu linting mulai dari sekarang. Semoga bermanfaat. Matur suwun. (disarikan dari sumber terpilih).

Jokowi dan Blogger Bekasi

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

Jokowi dan Blogger Bekasi

Sabtu, 16 Maret 2013 komunitas blogger bekasi mengadakan kegiatan kopdar di Rumah Makan Griya Wulansari, Jl. Kemakmuran Bekasi. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh lintas.me.

Dalam kegiatan kopdar itu saya diminta untuk menjadi pembicara mewakili komunitas blogger bekasi. Sebagai salah satu penasehat komunitas blogger bekasi, saya sangat menyambut baik kegiatan ini. Apalagi di tempat itu saya mendapatkan pengetahuan baru tentang apa itu lintas.me, dan pengaruhnya bagi seorang blogger.

Saya datang ke lokasi bersama istri tercinta. Ketika saya datang, teman-teman dari lintas.me dan beberapa teman di blogger bekasi sudah datang lebih dulu di lantai 2 rumah makan yang luas ini.

Saya diberi kesempatan bicara setelah mas Satria Pinandita mempesentasikan tentang lintas.me dan manfaatnya bagi blogger bila telah bergabung di lintas.me. Cara bergabungnya pun sangat mudah sekali. Teman-teman cukup registrasi dan kemudian melakukan login. Kalau sudah login, maka teman-teman bisa memasukkan url blog untuk dipublikasikan di lintas.me.

Di dalam kopdar blogger bekasi, saya memberikan materi bagaimana meningkatkan pengunjung ke blog pribadi, dan pengaruhnya bagi seorang blogger. Tepatnya, saya ingin mengajak teman-teman blogger untuk terus menulis dan mengupdate blog pribadinya. Bila kita rajin menulis, maka akan banyak konten kreatif yang kita ciptakan untuk memberikan informasi kepada orang lain.

Senang sekali bisa berbagi pengalaman kepada teman-teman blogger bekasi. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat buat teman-teman komunitas blogger bekasi. Semoga dapat memotivasi mereka untuk menulis setiap hari melalui blog yang dikelola dengan baik.

Dalam melakukan presentasi, saya selalu ingat gaya Jokowi Berbicara. Singkat, padat, dan mampu berinteraksi dengan audience. Itulah mengapa Jokowi begitu mengena di hati audience yang mendengarkan celotehannya.

Adapun materi yang saya sampaikan dapat dilihat di blog saya di sini, dan di sana. Andapun dapat mendownloadnya di sini.

Jokowi dan blogger bekasi begitu banyak menginspirasi saya untuk selalu memotivasi dan menginspirasi teman-teman blogger lainnya. Semoga acara amprokan blogger 2013 yang akan dilaksanakan komunitas blogger bekasi berjalan dengan baik sesuai rencana. Blogger bekasi berencana akan mengadakan wisata mangrove di daerah Muara Gembong, Bekasi Utara.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

BELAJAR MENJADI ORANG TUA (catatan harian seorang Guru)

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

Belajar adalah aktifitas manusia sepanjang zaman. Manusia sejauh dilahirkan sebagai manusia dia terus belajar. Dia belajar dengan tujuan agar dirinya menjadi lebih manusiawi termasuk ketika belajar menjadi orang tua. Kata menjadi adalah kunci dari perbincangan ini. "menjadi" selalu merujuk kepada proses bukan kata jadian yang menganggambarkan suasana atau keadaan yang sempurna adanya. Sejarah perjalanan hidup manusia adalah perjalanan menjadi. Pengejaran dengan berbagai kesibukan dan aktifitas manusia setiap hari berdasarkan profesinya masing-masing terarah pada satu napas "menjadi" tersebut. Belajar menjadi orang tua berarti perjalanan yang dilalui dalam proses untuk menjadi orang tua.

Begitu banyak orang yang memiliki anak dan diberikan predikasi sebagai orang tua, namun apakah mereka sudah menjadi orang tua bagi anak-anaknya? Atau orang tua hanya menjadi gelar karena kita sudah memiliki buah hati yang harus kita pelihara dengan memberinya makan dan minum sehari-hari dan menuruti keinginan anak-anak? Menyediakan fasilitas yang baik kepadanya,apakah itu cukup? Tak jarang kita hanya sekedar sebagai orang tua, tetapi belum menjadi orang tua yang mengasuh, mendidik dan menjadi teladan moral yang baik bagi anak-anak kita.

Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah kejadian memalukan sekaligus menjadi bahan refleksi bagiku sebagai seorang guru dan orang tua bagi murid-muridku. Sungguh, kejadian ini membuatku nyaris tak bisa memejamkan mata dalam istirahat malamku pada malam minggu atau hari Sabtu, 16 Maret 2013. Gelisah hatiku sebelum aku mengungkapkan secara lancang tentang peristiwa tersebut. Saya menulis catatan ini untuk mengukir pergolakan batinku selepas dinodai oleh peristiwa tragis tersebut.

Sabtu, 16 Maret 2013 adalah hari aktif kegiatan belajar mengajar di SMU Karya Budi tempatku mengajar dan menjadi pendidik. Pada saat itu, tepat Pukul 14.00, seorang Bapa (sengaja saya menggunakan huruf kapital pada kata bapa karena dia menganggap diri sebagai orang baik dan bijak) beserta puterinya datang ke sekolah menuju ke ruang guru dengan gayanya yang sungguh memuakkan nuraniku. Pada saat itu, saya adalah guru yang tersisa di ruang guru karena kebetulan pada saat itu, saya tidak memiliki jadwal mengajar. Saya menyambut bapa beserta puteri yang dibawanya dengan ramah. Dari pintu masuk dia dengan sergap mengatakan "saya ingin bertemu dengan Pak J (Inisial) dan beliau sudah kutelepon". Saya mempersilahkan bapa itu duduk dan mendengar sejenak ocehannya yang dikeluarkannya secara tidak sopan. Melihat gayanya seperti itu, saya bergumam dalam hati, "punya anak, tetapi menjadi orang tua yang memalukan anaknya sendiri". tidak lama berselang, Pak J pun datang dan saya segera bangkit berdiri serta mempersilahkan pak J ini melayani tamu yang datang menemuinya.

Pada saat itu, dia juga melontarkan kelemahan sekolah seputar gaya hidup siswa di luar sekolah. Dan dengan berani dia meminta agar kepala sekolah, kesiswaan dan guru Bimbingan dan konseling (BK) turut hadir untuk mendengarkan ceramah berkedok kebenarannya yang berdiri di atas kedangkalan dan minim kewibawaan sebagai orang tua dan pribadi bergelar. Sayapun sibuk mencari pihak yang bersangkutan dan hanya menemukan kepala bagian kesiswaan yaitu Pak V (inisial). Ketika semua berkumpul, beliau kemudian membeberkan kisahnya dan menyebut seorang anak murid SMU Karya Budi yang "katanya" meneror keluarganya melalui SMS. Dan konon,anak ini yang berinisial S, berpacaran dengan puterinya yang beriisial E. Dalam penjelasananya, dia mengatakan bahwa anak laki-laki tersebut kerap mengirim SMS yang kurang sopan kepada bapa tersebut. Beberapa ini SMS sungguh merendahkan martabatnya sebagai orang tua dari si anakputerinya. Bapa ini melanjukan bahwa anak puterinya dilarang berpacaran apalagi masih SMP dan anak ini diinginkannya untuk sukses (aku tertawa risih dengan perkataannya) Segera kupanggil anak yang bersangkutan. Dan anak itupun datang. Perbincanganpun dimulai. Semakin lama bapa ini berbicara, semakin aku menyimpulkan jika dia datang bukan untuk berdialog tetapi untuk memberikan ceramah yang brutal. Dengan emosi yang menggebu, bapa ini menunjukkan jarinya kepada anak ini dan meludahkannya sebanyak dua kali. Pada saat itu, hatiku teriris-iris. "Betapa kejamnya kau memperlakukan muridku di hadapanku", imbuhku dalam hati. Asal kamu tidak meninju muridku dengan tangan, aku akan selalu diam. Namun, saya akan berani membela muridku jika muridku sempat dipukul sekali saja.

Berdasarkan laporan SMS yang dikirim anak ini dan yang dibacakan secara lantang oleh Pak J, anak ini sungguh berada dalam posisi yang salah dan benar jika perbuatan anak ini menganggu kehidupan berkeluarga dari si bapa ini. Namun, sebagai orang tua, selesaikanlah masalah anak-anak dengan cara kita sebagai orang tua bukan sebaliknya. Malah saya berkesimpulan bahwa yang tidak sopan adalah anak kecil dan yang tak tahu berdiplomasi dalam menyelesaikan masalah adalah mereka yang belum mengerti peran orang tua yang memberi solusi bagi sebuah permasalahan, bukannya menghujat kesalahan. Orang tua berperan untuk menumbuhkan anak-anak agar menjadi manusia.

Meludahi muridku di depan diriku sebagai seorang guru adalah catatan hitam bagi si bapa ini dariku. Caramu sungguh sadis. Saya sebagai gurunya tidak pernah melakukan hal serupa kepada anak didikku. Memukulpun tak pernah meski mereka layak dipukul oleh karena kesalahan yang mereka lakukan. Namun, pendidikan zaman sekarang bukanlah pendidikan semi militer. Anak didik adalah pribadi yang sedang membentuk diri. Jatuh dalam kesalahan adalah ciri khasnya sebagai pribadi yang sedang belajar.jika kita benar-benar bijak dan merasa sempurna, kita tidak menghakimi kesalahannya, tetapi mengubah kesalahannya agar dia berubah menjadi manusia yang utuh. Lebih gila lagi, si bapa ini malah mengangkat kakinya dan menyuruh anak ini mencium kakinya sebagai tanda bahwa anak ini merasa bersalah. Sombong benar, kataku!

Sungguh sebuah cara yang sangat salah ketika seorang yang menyandang gelar sebagai "orang tua" tidak memberikan solusi dalam suatu permasalahan, tetapi menghujani kesalahan itu dengan berbagai ucapan yang mencampakan jati diri anak yang sedang belajar. Kita perlu belajar MENJADI orang tua. Kita tidak bisa menggunakan tolokukur penilaian kedewasaan seorang anak dengan kapasitas penilaian kita sebagai orang dewasa. Jika hal itu yang kita gunakan, sungguh sebuah kekeliruan yang besar. Bukan anak-anak yang bermasalah, tetapi kiitalah yang bermasalah karena kedangkalan kita melihat kebenaran dalam sebuah permasalahan. Bukan kesalahan si anak yang diludahi, tetapi orang tua yang salah menyelesaikan permasalahan yang patut diludahi. SEKIAN!

Kegunaan Barang yang Tidak Optimal

Posted: 16 Mar 2013 11:25 AM PDT

OPINI | 17 March 2013 | 00:55 Dibaca: 15   Komentar: 0   Nihil

Tidak selamanya orang yang duduk di depan komputer atau laptop dapat menulis atau meluangkan ide-ide brilian yang dimilikinya. Bisa jadi barang yang ada di depannya hanya dijadikan sebagai barang pajangan, atau bahkan barang yang hanya dapat dinikmatin, dan kalau bisa dihancurin (ya jangan juga sih). Padahal kalau mau sebenarnya bisa saja laptop yang dimiliki memiliki kegunaan yang luar biasa di tangan yang juga luar biasa. Namun memang kenyataannya demikian, masih banyak fungsi yang harusnya dapat berjalan dengan optimal tetapi tidak berjalan dengan baik, yah karena orang yang memiliki barang tersebut tidak tahu mau apa dengan barangnya itu.

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar