Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 14 Maret 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Khurafat Uang dan Sedekah Pemulung

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

Suatu malam di masjid, aku dan seorang temanku santai sambil bercengkerama sehabis shalat berjama'ah. Seketika itu, seorang bapak paruh baya dengan sorot mata ceria datang menghampiri kami berdua.

Perawakannya kurus, pendek, rambut cepak yang memutih, pakaian lusuh, cara bicaranya agak kaku dan gamang namun ramah.

"Ini, buat Mas berdua, buat jajan," katanya, sambil menyodorkan dua lembar uang dua ribuan kepada kami.

Setelah sejenak kebingungan dan saling lempar pandangan, kamipun menerima uang itu sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

Sampai sekarang, jujur, aku masih heran dengan laku bapak itu.

Mungkin uang empat ribu rupiah tidak seberapa besar bagimu, tapi bagi orang yang berprofesi sebagai pemulung tentu empat ribu rupiah sangatlah berarti. Heran.

Jika uang itu keluar dari kantong hartawan sih aku tak akan gumun. Tapi, sedekah ini keluar dari seorang yang pendapatannya paling mentok –hanya- dua puluh ribu sehari. Berarti beliau –setidaknya- menyedekahkan sejumlah dua puluh persen dari penghasilannya di hari itu. Wah! Itu jumlah yang besar.

Bukankah ada sebuah maqalah;
الدرهام من الفقير خير من ألف دينار من الغني
"Satu dirham dari seorang fakir lebih baik daripada seribu dinar dari orang kaya."

Aku tahu betul, beliau itu sehari-harinya, keliling kampung –termasuk komplek pesantren ini- untuk mengais sampah, kemudian dijual demi menjalani siklus alamiah kehidupan.

Kenapa kok beliau dengan segala kesadaran mentalnya berani mengeluarkan begitu besar harta yang sebenarnya ia sendiri butuhkan? Sedangkan banyak di antara kita yang serba kecukupan namun masih saja takut kehilangan hal yang sebenarnya bukan milik kita.

Bukankah dalam ilmu ekonomi modern kelebihan semacam itu seharusnya diinvestasikan agar bisa lebih menghasilkan laba di kemudian hari? Sehingga uang akan menghasilkan uang kembali? Sehingga kita bermodal uang, bersusah payah mencari uang, dan kemudian uang itu digunakan untuk menghasilkan uang lagi?

Bukankah, dalam kondisinya sebagai orang miskin, tidaklah wajib baginya untuk menyedekahkan hartanya, apalagi sebesar itu?

Ah! Aneh betul..

Atau jangan-jangan.. pola pikirkulah yang salah perspektif dalam memandang semua ini. Jangan-jangan, kacamata materialisme yang kugunakan ini memang buram, sehingga seterang benderang apapun objek yang kulihat tetap akan terlihat buram.

Jangan-jangan, memang alam bawah sadarku sudah terracuni sekian lama oleh berbagai macam khurafat bahwa uang dapat membawa kebahagiaan, bahwa kebahagiaan esok hari bergantung pada sebanyak apa deposito uangku hari ini.

Padahal, khurafat adalah segala macam asumsi yang sejatinya palsu, tidak benar, dan tipuan.

Waduh! Gawat!

Bapak pemulung itu sudah merasa cukup dalam kemelaratannya, bahkan merasa kaya, sehingga tak ragu sedikitpun menyisihkan dua puluh persen penghasilannya.

Sementara aku.. begitu takutnya kehilangan sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak sepersen pun memilikinya! Hebat! Sebegitu tololnya aku, hanya baru merasakan miskin ketika tak berduit dan baru merasa lemah setelah merasakan sakit.

Jangan-jangan, segala macam konspirasi Neo-Dajjalisme yang membolak-balikkan kesejatian dengan kepalsuan, konsep Suargo-Jahannam dan Neroko-Firdaus, telah berlapis-lapis mengerak sehingga menghalangi pandangan akal sehatku terhadap segala hakekat. Masya-a-Llah!

Jadi selama ini, aku masih saja dengan gobloknya tidak paham makna doa di ujung tahiyat akhir itu..
"Aku berlindung kepada Allah dari buruknya fitnah Al-Masikh Ad-Dajjal."


:: Krapyak, 12 Ramadhan 1433 ::

Buah Pinang, Makanan Penghangat Tubuh

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

Kata Pinang pasti sudah tidak asing lagi. begitu juga buah pinang yang kaya akan manfaatnya. Tanaman Pinang atau dalam bahasa Latin di kenal dengan nama Areca Catechu L, telah banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional  sejak dulu.

Buah itu dihasilkan oleh pohon yang batangnya lurus tinggi semampai. Daunnya yang bersirip agak melengkung membentuk tajuk diujung batang, bagus sekali. Dulu, ketika nenek moyang kita belum mengenal pinang merah dan jenis-jenis palem hias  lainnya, pinang sirih arecacatechu masih banyak dipakai sebagai penghias kebun pekarangan. Sebagai tanaman yang agak kekeringan, pinang sirih ini sesuai sekali dengan keadaan halaman kota -kota besar yang lupa disiram daripada sering dingat.

Sebagian besar masyarakat papua di daratan pesisir mengkonsumsi buah pinang. pinag merupakan salah satu makanan khas yang biasa dikonsumsi sebagian besar penduduk asli papua, baik di pesisir pantai dan maupun pedalaman papua (wilayah pegunungan). Akhir-akhir ini, masyarakat di daerah pedalaman pun menikmati pinang pada saat pagi dan maupun sore hari. Apa lagi di daerah pegunungan, makan pinang untuk menghangatkan badan.

Pinang satu tumpuk berkisar antara Rp 10 000 sampai 20 000,00. dalam satu tumpuk 5-6 buah pinang. Di Papua biasa kenal dengan tumpuk, bukan kilogram.  jadi kebanyakan orang asli papua yang jual pinang, mereka biasanya bertumpuk-tumpuk dengan jumlah pinang yang cukup. harga pun berbeda beda sesuai dengan kualitas pinang. Jika pinang dijual di daerah pedalaman papua (pegunungan) Satu Karung pinang dijual habis, maka memperoleh penghasilan satu juta sampai satu juta lima ratus ribuh rupiah.

1. Mengobati luka kulit. Caranya, daging buah pinang yang masih muda ditumbuk hingga halus, lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka.

2. Biji pinang muda digunakan kaum wanita untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan. Caranya masak buah pinang muda lalu airnya diminum hingga rahim kembali ke bentuk normal.

3. Untuk mengobati rabun mata. Cukup dengan langsung dikunyah dan airnya ditelan.

4. Meningkatkan gairah seks kaum pria. Khasiat ini di ketahui karena di dalam pinang terkandung arekolin.

5. Anak penderita cacingan. Caranya, rebuslah biji pinang muda hingga mendidih. Airnya kemudian dibiarkan hingga dingin lalu disaring. Air ini lalu diminumkan pada anak penderita cacingan.

5. Air rebusan biji pinang juga digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, bisul, kudis dan mencret.

Citra Buku Digital: Benarkah Rawan Pembajakan?

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

Ada hal yang unik terjadi di bisnis buku digital Indonesia. Terutama terjadi di kalangan penulis. Mari kita lihat satu persatu.

Beberapa penulis sangat khawatir dengan karyanya yang akan dijual sebagai buku digital. Betapa tidak, sangat banyak karya terkenal yang bisa didownload secara gratis lewat internet, bahkan belum termasuk public domain. Oh ya, tentang public domain, nanti kita diskusikan ya.

Padahal, lebih mudah mendapatkan pembajak digital daripada pembajak buku kertas. Coba perbandingkan, apapun yang terjadi di internet, termasuk peretas situs-situs pemerintah di banyak negara, kurang dari sebulan sudah ditemukan. Bagaimana dengan buku kertas?

Coba saja datangi para penjual buku kertas yang bajakan. Tanyakan di mana kalau mau beli banyak (atau cara bertanya lain untuk mendapatkan sumber bajakan). Akan sangat sulit mendapatkan jawaban yang pasti, sehingga kita tidak dapat menelusuri ke akar pembajakan.

Jadi, kekhawatiran itu seperti orang yang pernah masuk kamar gelap dan menemukan hal yang tidak disukai, lalu diminta masuk kamar gelap lain. Ketakutan yang tidak beralasan.

Sehingga justru saya yang jadi agak bingung, bagaimana kekhawatiran tersebut terjadi. Belum lagi bila penulis telah menerima royalti yang sangat tinggi dari pejualan salah satu judul buku kertasnya.  Bisa dikatakan bahwa di negara ini, sudah banyak yang membeli buku kertasnya.

Pembajakan di buku kertas, bahkan dilakukan (anehnya) dengan membuat foto copy dari buku kertasnya. Itu terlihat saat buku-buku laris mulai menyusut jumlahnya di toko buku, atau bahkan saat mulai jadi laris.

Pertanyaannya, pernahkah kita menelusuri buku bajakan itu? Atau hanya meributkan orang yang membajak karya kita dan tidak tahu mau berbuat apa?

Saya katakan, lebih mudah menelusuri pembajakan buku digital daripada pembajakan buku kertas. Betapa tidak, buku kertas, sebagaimana komoditas fisik lain, dapat berpindah tangan melalui banyak jalur distribusi. Termasuk kurir komersil.

Tapi ketika pengirim datang langsung ke kantor layanan kurir komersil itu, dapatkan ditelusuri alamat pengirim? Tidak. Ketika kita berhasil mendapatkan nomer telpon untuk mengorder buku bajakan, benarkah kita bisa menelusuri dan menemukan sumber pembajakan? Tidak!

Nah, padahal buku digital didistribusikan hanya melalui satu cara: internet. Lalu sesulit apapun melacaknya, tetap saja bisa ditemukan 'alamat' dan individu pengirimnya. Maka, sebenarnya, bila ingin mengurangi pembajakan, jauh lebih mudah melalui buku digital, bukan?

Buku digital yang dijual oleh ebook store, justru disiapkan dengan baik untuk tidak mudah dibajak. Tidak demikian dengan buku kertas, cukup sebuah mesin scan dan printer yang tidak mahal, jadilah buku-buku kertas bajakan.

Jadi, masih percaya bahwa buku digital lebih rawan pembajakan? Mari kita diskusikan.

Fasilitas Kampus atau “Bisnis Center”

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

Mahasiswa Universitas Andalas, khususnya mahasiswa yang masuk melalui jalur SNMPTN Undangan serta mahasiswa yang menerima Beasiswa Bidik Misi diwajibkan untuk bertempat tinggal di Asrama Universitas Andalas selama satu tahun (dua semester). Asrama merupakan  salah satu "fasilitas" kampus selain dari "fasilitas-fasilitas" lain yang tersedia di Universitas Andalas, seperti Bus Kampus dan lain sebagainya. Namun, kata "fasilitas" itu tidak lagi berarti sebagai hak yang didapatkan bagi setiap Mahasiswa. Pasalnya, "fasilitas" itu kini menjadi "momok" bagi semua mahasiswa yang sedang atau pernah merasakan tinggal di Asrama Universitas Andalas. Bagaimana tidak, sesuatu yang disebut sebagai "fasilitas" itu merupakan sepenuhnya menjadi hak seseorang ketika kita telah berada didalam wilayah atau daerah tersebut.

Akan tetapi, kenyataan dibalik "fasilitas" itu tersimpan sebuah misteri yang tidak akan pernah habis untuk di ungkap. Mulai dari tatacara mendapatkan "fasilitas" itu ternyata tidak semudah membalikkkan telapak tangan. Mahasiswa perlu mengeluarkan sejumlah dana untuk "membayar" "fasilitas" tersebut. Apakah ini yang dikatakan dengan "fasilitas"?, ketika untuk mendapatkannya saja kita harus bersusah payah membayarnya. Apakah semua yang ada di dunia ini setara atau dapat dinilai dengan uang?. Sebuah pertanyaan yang dapat dijawab dengan sejuta alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sungguh ironis ketika semua yang ada disekitar kita bisa dinilai dengan rupiah. Tidak ada lagikah sesuatu yang bermanfaat tanpa harus dengan membayar?.

Sebenaranya kemana dana yang sebanyak itu diselipkan?, sebanyak kurang lebih 1000 orang penghuni asrama dikalikan dengan Rp1.650.000,00sebagai uang masuk, plus uang deposit dan lain sebagainya, hingga total biaya masuk asrama mencapai Rp2.000.000,00. Jika dikalkulasikan dengan jumlah mahasiswa yang tinggal di asrama 1000 orang, maka bukankah dengan dana sebanyak itu seharusnya kita, penghuni asrama mendapatkan fasilitas yang cukup?.

Namun apa yang didapatkan dari mahasiswa yang pernah menjadi penghuni asrama tersebut? sudahkah mereka mendapatkan fasilitas ang sepadan dengan biaya yang mereka keluarkan?. Pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, khususnya bagi para pejabat yang berada di balik ini semua. Ketika kita telah menjalankan kewajiban untuk melunasi biaya masuk asrama tersebut, ternyata kita tidak kunjung  mendapatkan hak. Yang ada setiap saat kita harus menjalankan kewajiban yang sangat mengekang, memberatkan dan terkesan sangat memaksa. Bagaimana tidak, disaat embun menetes di pagi buta mahasiswa asrama di paksa untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah di masjid yang jaraknya tidak dekat, dan di tempuh dengan berjalan kaki. Mahasiswa di paksa untuk datang ke masjid dengan alasan "kita kedatangan tamu", Mahasiswa di paksa untuk datang ke masjid dengan alasan untuk mengambil absen subuh?. Apakah separah ini ajaran untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim?. Apakah di Islam itu identik dengan paksaan?, bukankah Islam itu agama yang di ridhoi oleh Allah dan merupakan agama yang sangat sempurna dan tidak mengenal istilah "paksaan".

Penulis berharap agar kedepannya, asrama Universitas Andalas menjadi fasilitas yang dijalankan sebagaimana mestinya dan bukan menjadi sarana bisnis bagi oknum tertentu serta aturan-aturan yang terlalu mengekang agar di tinjau kembali, sehingga asrama memang sebuah wadah dari mahasiswa pilihan yang dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, terampil, berfikir kritis dan beriman kepada Allah SWT. Amiiin.

Panwaslu Palopo Sulit Buktikan Politik Uang

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

REP | 15 March 2013 | 01:42 Dibaca: 12   Komentar: 0   Nihil

Palopo. Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kota Palopo, Hisma Kahman menyatakan adanya indikasi politik uang (money politic), pada pemilihan Walikota Palopo yang berlangsung 23 Januari 2013 lalu. Namun, menurut Hisma, dugaan tersebut sangat sulit dibuktikan secara hukum.

Kepada peserta Workshop Jurnalisme Warga yang dilaksanakan JURnaL Celebes dan Kinerja USAID di Baruga We Cudai, Perkumpulan Bumi Sawerigading (PBS) Palopo, 2 Maret 2012, Hisma menyatakan laporan-lapora dari masyarakat atau tim sukses tidak memenuhi unsur-unsur alat bukti. Hal ini kemudian lebih sulit lagi ketika tidak ada saksi dari pelapor.

Ketua Panwaslu Kota Palopo juga mengakui belum maksimalnya kerja dari  jajarannya, utamanya pengawas pemilu lapangan yang menjadi ujung tombak pengawasan di lapangan.

Untuk itu, Hisma berjanji akan lebih memperkuat pengawasan di seluruh tingkat jajarannya dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berperan aktif dalam melakukan pengawasan, terutama terhadap praktik money politic.

Dengan pengalaman tersebut, maka Hisma mengimbau kepada masyarakat agar berperan membantu Panwaslu daam pemilihan Walikota Palopo putaran kedua yag aan dilangsungkan 27 Maret 2013 mendatang.

"Peran masyarakat sangat menentukan karena masyarakat mengetahui kejadian-kejadian yang tidak sempat ditemukan Panwaslu karena keterbatasan tenaga. (Yahdi)

Siapa yang menilai tulisan ini?

Wasit Lari Terkencing Kencing di Kejar Ofisial Tim PSMS Medan

Posted: 14 Mar 2013 12:20 PM PDT

REP | 15 March 2013 | 01:36 Dibaca: 58   Komentar: 0   Nihil

1363283902191635516

Pengurus,pemain,ofisial tim,suporter,semakin tak terkendali emosinya.terbukti kericuhan sering mewarnai setiap pertandingan sepakbola Indonesia. Seperti yang terjadi dalam pertandingan PSMS vs Persisko Tanjung Jabung Barat.

Kericuhan mewarnai duel penutup paruh musim ini antara Persisko Tanjung Jabung Barat bermain imbang 0-0

saat dijamu PSMS Medan versi PT Liga Indonesia di

Stadion Baharoeddin Siregar, Lubukpakam, Deliserdang, Kamis

(14/3/2013).

.

Safrizal, wasit yang memimpin laga menjadi bulan-bulanan setelah ia dituding tidak tegas

saat memberi keputusan selama jalannya pertandingan.

Kekecewaan skuat PSMS Medan memuncak tatkala penyerang Persisko, Chamara terjatuh di tengah lapangan dan wasit menghentikan jalannya pertandingan jelang laga bubar.

Saat Safrizal meniup pluit panjang, lemparan botol air mineral dari tribun penonton pun tak terelakkan. Pelatih kiper Mardianto, Asisten pelatih Choli Misrun dan beberapa ofisial PSMS masuk ke tengah lapangan mengejar wasit. Beruntung bagi Safrizal tak jadi bulan-bulanan setelah aparat keamanan dengan sigap mengevakuasinya.

gambar: dok abu aib

Siapa yang menilai tulisan ini?
Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar