Kompasiana
Kompasiana |
- Anak atau Orangtua, Siapa Sesungguhnya yang Perlu Konseling?
- Tips Kitchen set MURAH tapi MEWAH
- [21+] Desahan Itu..
- Sujudku
- Benteng Terakhir Keadilan Itu Roboh Juga
- Jokowi, Night Market dan PKL
Anak atau Orangtua, Siapa Sesungguhnya yang Perlu Konseling? Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT Seorang teman bercerita tentang rasa khawatirnya pada saya. Tentang prestasi anaknya yang tidak sesuai harapan. Lalu saya bertanya, apa harapannya? Dan, berceritalah dia tentang dirinya. Tentang keinginan dan cita-citanya. Tentang ambisi dan mimpinya. Tentang dirinya. Juga tentang kegagalannya. Ia tak ingin anaknya seperti itu. Lalu saya bertanya, siapakah yang sebenarnya sedang ia bicarakan, anaknya atau dirinya? Keinginan, cita-cita, ambisi dan mimpi anaknya belum tentu sama dengan dirinya. Kali lain, saya bertemu seorang anak. Seorang anak yang manis. Ibunya pun sempurna. Hanya penuh dengan kekhawatiran. Selalu merasa ada yang kurang dengan anaknya. Padahal tak ada yang kurang. Kalaupun ada yang tak lengkap, itu adalah penerimaan ibunya. Tentang keunikan anaknya sebagai pribadi yang utuh. Dan sayangnya, itulah yang ditangkap si anak sehingga membuat proses adaptasinya memakan waktu lama bahkan bermasalah. Ya, terkadang kita alpa. Meletakkan harapan di pundak ringkih anak kita. Tanpa sesungguhnya mengetahui apa harapannya. Terkadang kita luput. Menyampaikan tuntutan-tuntutan kita. Harus ini, harus itu, tanpa berkaca pada cermin, seperti apa kita sesungguhnya sebagai orangtua. Berkaca dari banyak kejadian, tentang anak yang bermasalah baik di bidang akademik ataupun di lingkungan sosial, tak bisa dipungkiri peran orangtua sangat signifikan. Bahkan seringkali, perilaku anak hanyalah sebagai dampak ataupun akibat dari perilaku orangtua. Baik disadari ataupun tidak. Sayangnya, tak semua orangtua memahami hal ini. Jangankan paham, terkadang bahkan sadar pun tidak. Memang seperti sebuah dilemma jadinya. Karena pemahaman dibangun atas kesadaran, sebuah awareness, bahwa suatu kejadian tentunya memiliki kaitan hubungan sebab-akibat yang logis dari fakta-fakta yang nyata. Bagaimana membangun pemahaman itu, kalau sang ibu atau ayah bahkan tak sadar akan fakta-fakta tersebut. Fakta bahwa ia seringkali mengabaikan anaknya atau fakta bahwa ia tak pernah puas dengan prestasi si anak. Dan apabila hal itu berjalan bertahun-tahun lamanya, bayangkan apa yang dirasakan anak? Mungkin bagaikan menjerit di ruang kedap suara. Berteriak meminta pertolongan tanpa ada satu pun yang mendengar. Andai saja orangtua mau mengambil jeda dan merenung sejenak. Mungkin akan tak butuh waktu lama kesadaran itu muncul. Tak pula banyak kejadian ketika orangtua masih harus disadarkan oleh pihak lain ketika ada masalah yang menimpa sang anak. Kalau seperti ini, siapakah sesungguhnya yang perlu konseling, anak atau orangtua? Menjadi orangtua memang salah satu tugas paling sulit di dunia. Tak ada panduan yang pasti, tak ada guide book ataupun bunyi peringatan "anda salah" ketika kita memencet tombol yang keliru. Yang ada hanyalah hati nurani sebagai orangtua untuk belajar menerima dan memahami anak sebagai seorang individu dengan segala keunikannya. Sebagai anak ia berhak untuk itu. Tak ada kata terlambat untuk berubah, segeralah peluk dan rangkul anak anda, tatap matanya dan katakan bahwa anda mencintainya. Dan… jangan lupa untuk membuktikannya. Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Tips Kitchen set MURAH tapi MEWAH Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT CARA MEMBUAT KITCHEN SET MURAH tapi MEWAH Mengenal Bahan Dasar Berikut kami sebagai BYZANTHIUM kuchen bermaksud berbagi ilmu dan pengalaman, bagaimana cara membuat kitchen set " MURAH tapi MEWAH " untuk teman, rekan, saudara dan kolega sekalian. MENGENAL BAHAN DASAR Meubeler 1. Solid Wood Berikut akan kami Ulas satu persatu jenis material sebagai bahan dasar Meubler 1. SOLID WOOD Era tahun 60an sampai 80an (zaman Kakek saya), meuble dengan bahan dasar kayu solid sangat banyak digandrungi dan diminati semua kalangan. · BYZANTHIUM kuchen Jarang mengaplikasikan material ini pada Furnitur maupun Meubeler interior 2. KAYU LAPIS (PLYWOOD) · BYZANTHIUM kuchen mengaplikasikan material ini pada posisi posisi struktur utama meubler. (Harus dan Wajib) 3. BLOCK BOARD · BYZANTHIUM kuchen mengaplikasikan material ini pada fasad Luar, posisi pembantu dan pembagi struktur utama meubler.
Kayu MDF terbuat dari serbuk kayu halus dan bahan kimia resin yang direkatkan dan dipadatkan dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Kayu yang digunakan diambil dari kayu sisa perkebunan ataupun bamboo. Ini membuat MDF lebih ramah lingkungan. Bentuknya berupa papan ataupun lembaran yang siap dipotong sesuai dengan kebutuhan. Ada juga tipe HDF, perbedaannya terletak pada kepadatan dan kekuatannya. Kalau HDF (High Density Fibreboard). Kepadatan dan kekuatannya lebih bagus dibandingkan dengan MDF. · BYZANTHIUM kuchen tidak mengaplikasikan material ini pada semua Product unit meubeler yang diproduksi Mengapa? 5.Particel Board · BYZANTHIUM kuchen tidak mengaplikasikan material ini pada semua Product unit meubeler yang diproduksi Mengapa? - Baik struktur, Penyekat maupun dalam pembagi material ini tidak tahan terhadap lembab. ( terkena air MDF akan Melar dan hancur) Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT Haloo sodara-sodara kompasianers yang ganteng2 dan cantik2 and bohay! Berhubung ini malem minggu, malem yang panjang katana. Daku mo ngobrasin cerita nyang agak panas bin hot alias ngeres. (Warning: adegan dalam cerita ini dilakukan oleh profesional, jangan ditiru bagi yang belom cukup umur). Selamat menyimak. Jangan lupa siapkan tisu secukupnya.. Oke, jadi begini ceritana sodara-sodara.. Beberapa hari belakangan ini, daku bener-bener nyaris telanjang bunder kalo pas lagi di rumah, sodara-sodara. Kagak siang, kagak malem, gubuk deritaku kayak dipanggang dalam oven, panasna bener-bener ampuun dije. Kipas angin dua biji dah dihidupin. Pintu depan, belakang ama pintu tengah juga dah diplongin lebar-lebar, tapi buseett benerrr! udarana tetep aja panasna kayak setan. Byuhh…jangan ditanya deh, dah berapa gentong aer daku minum. Kemaren aja ya, ntu aer galonan di rumah gue masih ada setengah, tapi tadi malem, tuh galon dah kering kerontang. Andaikata bisa masuk kulkas, tuh lemari es pasti dah gue masukin. Niat ati sih pengen masang AC kayak tetangga, tapi apa lah daya sodara-sodara, daku kan cuman kuli kelas kutukupret. Jadi buat ngimpiin benda nyang model begonoan, bagi daku ntu sih mimpi nyang sangat ketinggian. Mustahil binti mustahall! Tapi sukurlah, akhirna… apa nyang daku tunggu-tunggu dateng juga. Pas lagi sutrisnya mikirin keringet nyang terus ngucur, kira-kira jam 4 pagi gitu, tiba-tiba ajah.. tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas gentiing, aernya turun tidak terkiraaa(ngebacana make gaya nyanyi laguna anak-anak ntu yah). Akhhh lega sodara-sodara, akhirna daku mulai bisa bobo manis. Tapi tiba-tiba sodara… "Ohh massss…cepetan mas. Ohhh noooo mas. Enakkk massss!" Pas mata mulai krasa ngantuk, lamat-lamat, daku malah ngedengar orang ngomong kayak geto. Sepertina sih suarana mamaknya si Gendon! Karena suarana rada-rada cempreng gitu. Alamaaakkkk…, mata daku nyang tadina dah lima watt, tiba-tiba langsung ngebelalak lagi. "Dek..goyang yang kayak tadi lagi dong. Hah..heh..hoooh. Oh mai gott!" Haiyaaa..kali ini daku ngedenger suarana si Brewok nyang lagi minta diserpis goyang ama si Markonah. Jujur saja sodara-sodara, dari sore ampe tuh pagi, sebenere mata daku dah nggak merem barang saipritpun, tapine, kalo tiba-tiba daku mendengar suara yang kayak begono, wajar dong, kalo tiba-tiba daku jadi resah dan gelisah? Wajar dong, kalo ada sesuatu benda di bodiku nyang tiba-tiba berontak. Cuman yah itu…., masalahna daku kudu berindehoy ama siapa? Naseeb-naseb!! Berulangkali daku mencoba buat nutupin kuping make guling, tapi akhh.. bayangan pilem bokep kok ya malah ikutan nimbrung mengganggu pikiranku yang sedang galauuww ini. Somprettt!! Ini tetangga sok mau pamer bisa berindehoy ato gimana seh? "Aihhhh geli mas….akhh..akhh.. aakhhhh," Duhhh bener-bener buju buneng dah yang namane si Markonah. Ngapain juga sih si kribo satu ntu sampai mendesah kayak geto? Awalnya guwe emang berusaha sabar sodara-sodara. Tadinya sih, guwe mau mentolerir apa nyang dilakuin mamaknya si Gendon ama si Brewok. Berhubung suarana Brewok ama Markonah nyang terus ngos-ngosan dalam ajang permaianan berpacu diatas bodi bikin panas kuping, akhirna daku berontak. Bruakkk! Bruakkkk! "Wooiiii kalo mau indehoy mikirin perasaan tetangga dong!" Daku tereak kenceng2 sambil nendang2 tembok kamar daku yang berbatasan sama kamarna si Brewok. Sukurlah..karena cara itu rupana berhasil sodara-sodara. Tapi… upppsss! Sial, si Brewok malah marah-marah… "Son!! buka pintu! Guwe mau buat peritungan ame elu!!" bruakk…bruakkk! Oalahh sodara-sodara, si Brewok gedor-gedor pintu rumah guwe. Wadoww bisa berabe neh urusannya! Tulungin daku sodara-sodara! Daku mo dihajar bapakna si Gendon nih. Arrghhhhh… kabuurrr!! Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT |
Benteng Terakhir Keadilan Itu Roboh Juga Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT Betul kata Fahri Hamzah, Politisi PKS di DPR yang giat menyoroti proses Pemberantasan Korupsi oleh KPK saat ini, bahwa tengah terjadi Orkestra Pemberantasan Korupsi secara sistemik. Melalui Bukunya 'Demokrasi Transisi Korupsi', mantan aktivis 98 sekaligus Pemimpin Pertama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ini menyatakan, KPK telah menjadi 'extra ordinary body' atau institusi yang memiliki kewenangan tanpa batas. Siapapun dia, berada di institusi manapun dia, ketahuan korupsi, pasti disikat. Meskipun Fahri sendiri tidak sepakat atas kewenangan tanpa batas tersebut, karena semakin berhasil KPK memberantas korupsi, tentunya harus semakin sedikit pula pejabat yang terlibat korupsi. Kendati demikian, dilansir dari situs KPK, sedikitnya ada 385 kasus tindak pidana korupsi berhasil ditangani KPK dalam rentang waktu 10 tahun terakhir. Untuk tahun 2013 sebanyak 48 kasus. Dan, dari 385 kasus tersebut masing-masing melibatkan anggota DPR dan DPRD sebanyak 72 kasus, kepala lembaga/kementerian sebanyak sembilan kasus, duta besar sebanyak empat kasus dan komisioner terdapat tujuh kasus. Namun, dari sekian kasus yang ditangani, penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Muchtar lah yang paling fenomenal. Pasalnya, MK adalah lembaga tinggi negara yang dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung sebagai tempat mencari keadilan terakhir. Dan menurut penulis, hebat sekali KPK meski tindakan tersebut secara tidak langsung telah merobohkan benteng terakhir penjaga konstitusi kita. Makanya sangat wajar, jika Jimly Asshidiqi dan Mahfud MD (Mantan Ketua MK) mengusulkan Aqil Muchtar dihukum mati. "Mungkin saking kecewanya, karena MK benteng terakhir konstitusiterhadap dasar konstitusi Indonesia, Undang-Undang 45. Jika benteng itu roboh, hancur pula lah konstitusi ini," pikir penulis. Publik pun semakin bangga terhadap KPK dan semakin benci kepada koruptor. Termasuk penulis, ditengah tugas profesi sebagai salah satu pilar demokrasi (Jurnalis) merasa yakin bahwa koruptor-koruptor tersebut berada dekat disekeliling kita. Jika benteng terakhirnya saja koruptor, bagaimana dengan benteng-benteng lainnya. Betul, benteng berfungsi sebagai pelindung dan penjaga penghuninya dari marabahaya. Bisa dibayangkan, ketika benteng terakhir keadilan itu roboh. Kemana lagi kita mencari keadilan..?? Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Posted: 05 Oct 2013 11:19 AM PDT OPINI | 06 October 2013 | 00:37 Dibaca: 1 0 Jokowi seolah tak pernah kehabisan energi untuk menggiatkan perekonomian yang berbasis kerakyatan. Setelah usai merelokasi pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang jalur pasar Tanabang ke Blok G dan menjadikan mereka lebih nyaman, kini ia membuat gebrakan kembali dengan menghadirkan dan membuka acara "KAKI LIMA NIGHT MARKET" malam ini di jalan Medan Merdeka, Jakarta Selatan. Program mirip pasar malam ini sengaja dihadirkan oleh "Jakarta Baru" sebagai upaya mendidik para pedagang kaki lima untuk berdagang dengan bersih dan rapih. Night Market akan dilaksnankan seminggu sekali yaitu tiap hari Sabtu malam Minggu yang dimulai pukul: 17.00-23.00 wib, menyediakan 150 tenda yang di sediakan untuk 400 pedangang yang sudah terdaftar, juga 100 PKL non binaan. Dan bukan tidak mungkin kegiatan ini akan dilaksanakan di lima titik Ibukota dan bisa ditambah waktu mulai dari Jum'at, Sabtu dan Minggu seperti dilansir beberapa media. Salah satu hal baru untuk sebuah kegiatan pedagang kaki lima ini, yaitu diperkenalkannya sistem pembayaran e-money yang bisa di-autodebet sekaligus menyediakan lima booth khusus untuk pembelian dan isi ulang kartu e-money. Pasar malam atawa "Kaki Lima Night Market" ini sepertinya duplikasi yang dibawa Jokowi dari Solo dan dicoba diterapkan di Jakarta, sebuah langkah yang perlu didukung apalagi ini adalah dalam rangka mengangkat harkat dan perekonomian Usaha Kecil Menengah (UKM) yang terbukti tahan banting ketika terjadi krisis ekonomi beberapa tahun lalu. Kita berharap akan terus ada upaya-upaya baru Jokowi-Ahok untuk kepentingan rakyat Jakarta di masa datang sehingga aknn menjadi barometer bagi daerah-daerah di luar Jakarta. Maju terus Jokowi….. Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar