Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 17 Oktober 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Samurai In Java

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

[FFA] Li Wei dan Perampok

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

PERJALANAN 3 : BUKAN EDELWEIS

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

Lenyapnya ‘Surga’ Bawah Laut Bunaken

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

Lenyapnya 'Surga' Bawah Laut Bunaken

Tahun 2020 'Surga' Bawah Laut Bunaken akan lenyap. Itulah prediksi saya terhadap taman laut nasional yang berlokasi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Bagaimana mungkin taman bawah laut yang katanya terindah di dunia itu akan lenyap? Menurut saya 1000% itu akan terjadi dan penyebab utamanya 2000% adalah 'salah urus' (mis- management). Tampaknya saya terlalu berani menyatakan hal ini, namun terdapat fakta yang terjadi saat ini yang mendasari pemikiran saya tentang lenyapnya keindahan dari taman bawah laut kebanggaan bagi bangsa Indonesia, secara khusus bagi rakyat provinsi Sulawesi Utara.

"Pesona Bunaken adalah pesona Sulawesi Utara. Akan tetapi, ketika pesona itu redup, nyaris dilupakan orang, hampir dapat dikatakan suramlah masa depan pariwisata di Bumi Nyiur Melambai. Bunaken memang ikon dan daya tarik wisata yang kehadirannya memunculkan beragam implikasi, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat  Sulawesi Utara". Itulah paragraf pembuka dari sebuah berita berjudul "Bunaken Terbelit Sampah" yang dimuat pada koran Kompas edisi hari Sabtu tanggal 13 Maret 2004 di halaman 31.

Sampai saat ini saya masih menyimpan halaman koran Kompas yang terbit 9 tahun silam itu dengan harapan bahwa masalah sampah yang membelit Bunaken itu akan dapat diselesaikan dan terselesaikan dalam waktu singkat. Namun ternyata sudah hampir 10 tahun masalah sampah di Bunaken itu pun masih belum terselesaikan dengan baik dan tuntas hingga kini. Memang tak masuk di akal sehat bahwa untuk mencari solusi masalah sampah sampai harus menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya.

Terlepas dari siapa yang harus bertanggung-jawab dan paling berkompeten terhadap penyelesaian masalah sampah di Bunaken itu, menurut saya yang paling berkepentingan adalah pihak yang paling dirugikan dengan adanya sampah itu, yang kemudian harus bekerja keras dan berpikir cerdas untuk mencari solusi terbaik yang efektif dan efisien. Menurut saya yang paling berkepentingan adalah seluruh rakyat yang berdomisili di sekitar pulau Bunaken dan pemerintah yang membawahi wilayah pulau Bunaken, dalam hal ini pemerintah kota Manado.

Sejalan dengan Visi dan Misi yang ditetapkan sejak akhir tahun 2010 oleh pemerintah kota Manado yaitu: "Manado Kota Model Ekowisata" dan "Menjadikan Kota Manado sebagai Kota yang menyenangkan", sangatlah tepat bila masalah sampah di Bunaken itu menjadi  kepentingan dari seluruh masyarakat dan pemerintah kota Manado. Seharusnya Bunaken yang sudah terkenal di dunia itu menjadi ikon ekowisata dari kota Manado, yang harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan.

Berkaitan dengan misi pemerintah kota Manado untuk menjadikan kota Manado sebagai kota yang menyenangkan, tentunya tidak hanya diperuntukkan bagi warga kota Manado saja namun juga bagi para tamu yang datang berkunjung ke kota Manado. Menurut saya hal yang terpenting dan terutama untuk mencapai predikat kota yang menyenangkan itu adalah masalah kebersihan di seluruh wilayah kota Manado, baik di daratan maupun di perairan (termasuk sungai dan laut). Dimana sumber utama dari masalah kebersihan ini selalu berhubungan erat dengan pengelolaan sampah (waste management).

Usaha dan kinerja pemerintah kota Manado untuk masalah kebersihan dan sampah di daratan dapat dikatakan sudah hampir maksimal, terbukti dengan diraihnya penghargaan piala Adipura sebanyak 5 kali sebagai kota sedang terbersih dan 2 kali sebagai kota besar terbersih di Indonesia. Namun untuk masalah kebersihan dan sampah di perairan, dalam hal ini sungai dan laut, ternyata kinerja pemerintah kota Manado masih belum maksimal, terbukti dengan masih banyaknya sampah yang 'berlayar' ke teluk Manado hingga ke taman laut Bunaken.

Sampah 'kiriman' khususnya sampah plastik yang ikut 'menghiasi' taman laut Bunaken ini sebagian besar berasal dari sungai-sungai yang bermuara ke teluk Manado. Masalah sampah 'kiriman' ini mirip dengan yang terjadi di kota Jakarta dengan adanya sampah 'kiriman' yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara ke teluk Jakarta hingga akhirnya mencemari dan menumpuk di Kepulauan Seribu. Pemerintah kota Manado dapat melakukan 'benchmarking' solusi dan mencontoh aksi yang efektif dan efisien yang sudah dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam mengatasi masalah sampah 'kiriman' ini.

Solusi pertama, pemerintah DKI Jakarta membuat mekanisme penahan sampah (semacam jaring sampah) dari sungai-sungai yang mengalir di Jakarta agar sampah tidak keluar ke teluk Jakarta dan tidak menyebar ke Kepulauan Seribu. Solusi kedua, pemerintah DKI Jakarta membeli dan menyiapkan kapal yang dipergunakan secara khusus untuk membersihkan seluruh sampah yang ada di Kepulauan Seribu. Kapal khusus sampah ini terdiri dari kapal kargo atau kapal pengeruk sekaligus pengangkut sampah dan kapal patroli sampah. Dengan adanya kapal-kapal pembersih sampah itu diharapkan pembersihan sampah di Kepulauan Seribu dapat dilakukan secara rutin dan menyeluruh.

Bila pemerintah kota Manado melakukan 'benchmarking' solusi dan aksi yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta serta segera menerapkannya maka masalah sampah 'kiriman' di taman bawah laut Bunaken akan dapat diselesaikan dan terselesaikan. Pada akhirnya misi dari pemerintah kota Manado untuk menjadikan kota Manado sebagai kota yang menyenangkan akan tercapai. Tidak hanya di darat, di sungai dan di laut bahkan di bawah laut akan menjadi tempat yang menyenangkan karena bersih dari sampah. Namun bila masalah sampah 'kiriman' itu tidak dapat diselesaikan dan terselesaikan dengan baik oleh pemerintah kota Manado, resikonya adalah visi dan misi pemerintah kota Manado tidak akan tercapai. Resiko terbesar yang akan terjadi adalah di tahun 2020 keindahan 'surga' bawah laut di Bunaken akan lenyap dan berubah menjadi 'neraka sampah' bawah laut.

Oleh: Hentje Pongoh, SE, MM (Founder & Chairman HP Institute, CEO ManadoSatuNews.com, Member of The International Eco-tourism Society)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Indonesia dalam ‘Genggaman’ para Ratu

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

Mafia, kalimat itu kalau kita dengar benar-benar julukan yang menakutkan. Selain nama besar yang menakutkan, juga sebagai nama kebesaran, kemegahan, dan kegagahan. Mafia tentu punya keterkaitan satu sama lainnya seperti mata rantai. Mafia tidak mengenal jenis kelamin, tertata dengan baik yang menggunakan akal 'sehat" maupun akal 'gila'. Mafia ini sudah dari zaman ke zamannya,mulai dari mafia politik, hukum, dan bisnis.

Teringat tentang "mafia-mafia" di Indonesia, sejak didirikannya Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) sudah mulai menguak keterbukaan bahwa keterlibatan kaum perempuan dalam pusaran 'mafia' di Indonesia. Sepertinya bukan hanya keterlibatannya saja, tetapi sudah sebagai pengendali di balik layar. Yang kita tahu selama ini kaum perempuan identik dengan kaum yang dianggap lemah, yang dianggap hanya pemuas nafsu laki-laki, tetapi dengan politik emansipasi wanita, mereka sudah unjuk gigi dalam pengendalian pemerintahan walau tidak semuanya disalah gunakan kesempatan dalam politik emansipasi wanita tersebut. Wanita berpolitik praktis tidak ada salahnya kalau digunakan akal sehatnya itu untuk mendorong kaum lelaki ke hal-hal yang positif.

Mari kita simak satu persatu kasus yang ditangani KPK yang sudah tuntas maupun yang belum tuntas ( penuh misteri). Semua kasus rata-rata melibatkan para ratu ( kaum perempuan) dan bahkan kasus yang sekarang yang ditanganani KPK yg penuh misteri itu adalah Ratu yang diduga bermangkalan di Istana.

Bukannya hanya di lingkungan stana saja, di tingkat provinsi (daerah) sudah dikendalikan oleh para ratu. Salah satunya Porvinsi Banten yang sudah jelas-jelas terungkap sekarang. Bagaimana peran Ratu Atut dalam dinasti politiknya di Banten. Bukannya menyalahkan para ratu-ratu dalam menduduki suatu jabatan ataupun berpolitik praktis, tetapi bagaimana seharusnya peran perempuan itu sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jadilah para ratu-ratu dengan menggunakan hati yang lembut sebagai pendukung untuk kemajuan suatu bangsa. Janganlah gunakan hati lembut itu sebagai penyimpan bau busuk atau pun sebagai penghancur masa depan bangsa. Junjunglah identitas perempuan itu sebagai "surga", bukan sebagai "neraka".

Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, tak akan lepas dari mafia politik-bisnis- untuk mempertahankan tahta dalam pemerintahan. Setiap berganti pemimpin, dinasti itu akan berubah (berganti) menjadi orang-orang si pemimpin itu, mulai dari pusat sampai ke daerah. Itulah pemerintahan yang tidak terlepas dari politik dinasti.

Sebentar lagi pergantian presiden, tentu mereka yang duduk di pemerintahan tersebut, tak akan mau kehilangan semua kedudukan (dinasti) itu. Mau tidak mau, politik busuk akan dimainkan dalam mempertahankan itu.

Untuk salah satu calon presiden yang digadang-gadang masyarakat pada saat ini, secara pribadi saya menilai dia hanyalah "pion" dalam percaturan politik dalam memperbut kursi tahta itu. Saya merasa kasihan terhadap beliau karena dia bukan bagian dari "mafia-mafia" itu, sehingga dia tidak diinginkan oleh mereka. Sebenarnya yang bersaing dalam memperbutkan kursi tahta itu adalah orang-orang lama yang sudah tahu kebaikan dan kebusukan masing-masing. Jika mereka duduk satu meja di balik layar, satu persatu mereka mendapat jatah. Kalau tidak dapat jatah, itulah terjadi keributan dengan menggunakan pasukan "perahu" masing-masing.

Jadi tak salah kalau saya menyebutkan dalam memperebut kursi tahta kepresidenan pada tahun 2014 adalah tahun yang sangat "menakutkan", karena pada saat itu akan terjadi political power versus people power (kekuatan politik lawan kekuatan rakyat).  Calon yang digadang-gadang rakyat tak diinginkan oleh pusaran mafia-mafia tersebut, sedangkan si empunya "pion" (yang dicalonkan rakyat) masih galau dan bimbang. Jika pun nanti si "pion" tersebut sebagai pemenang dalam memperubutkan kursi tahta tersebut, maka dia hanyalah sebagai lambang (pajangan) saja. Yang mengendalikan adalah tetap seorang Ratu. Dari setiap jawaban yang dilontarkan oleh wartawan tentang sikapnya terhadap pemilu 2014, selalu minta persetujuan atau terserah sang ratu sajalah. Jadi tak salah jika saya menyebutnya hanya sebagai "pion". Kasihan memang kadindat yang merakyat itu.:(. (Lebih kasihannya saya ketika ketemu tanggal tua :)).

Bolehlah saya mengatakan saat ini, Indonesia dalam 'genggaman' para Ratu (wanita) dari beberapa tahun lalu sampai beberapa tahun ke depannya.

Apa pun terjadi, dan  siapa pun dia, sekali terjun ke dunia mafia , tidak akan bisa lepas dari pusaran itu. Permainan politik tidak jauh beda seperti narkoba m. Sekali lepas (tobat)  dia akan dihianati rekan-rekannya agar dijerat. *)  Salam emansipasi wanita.:-p

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Dimana Kelemahan Jokowi ?.

Posted: 17 Oct 2013 11:53 AM PDT

Hingga saat ini PDIP belum memastikan pencapresan Jokowi, padahal publik dan media serta lembaga survey begitu gencarnya menggadangkan Jokowi untuk maju dalam pilpres 2014 mendatang.  Pilpres masih jauh hari, tapi Jokowi  sudah digadangkan, ada apa dengan politik Indonesia saat ini ?.

Ada filosofi yang menyatakan, jangan engkau tunjukkan kekuatanmu didepan siapapun karena dengan begitu orang lain dapat mengukur kekuatanmu. Jokowi jauh hari sudah digadangkan menjadi capres, jika kita menelaah filosofi tadi, semua kekuatan yang dimiliki  Jokowi sudah terbaca oleh para pesaingnya. Dengan terbacanya kekuatan Jokowi, dengan mudah lawan politik menjadikan kekuatan Jokowi dijadikan senjata untuk melumpuhkannya.

Beberapa hasil kerja Jokowi yang saat ini di blow up sebagai prestasi Jokowi akan berbalik menjadi titik kelemahan yang menjadikan popularitasnya mengalami anti klimaks yaitu :

Pertama :

Penggunaan dana CSR akan diangkat kepermukaan oleh berbagai LSM yang saat ini berhasil diredam. Banyaknya tanggapan miring mengenai penggunaan dana corporate social responsibility (CSR) dalam pembangunan kota Jakarta, tidak membuat Pemprov DKI urung melibatkan perusahaan swasta dalam pembangunan taman dan penataan Waduk Pluit, Jakarta Utara. Pasalnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjamin penggunaan dana bantuan CSR dari berbagai perusahaan swasta akan dilakukan sangat transparan dan akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Pebenahan waduk Pluit tidak menggunakan dana APBD DKI 2013. Semua dana CSR tersebut dicarikan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI. PT Jakpro merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap penataan Waduk Pluit. Walaupun belum ada UU yang mengatur penggunaan dana CSR, penggunaan dana yang seyogyanya untuk kepentingan sosial ini akan menjadi sasaran tembak karena dinilai digunakan sebagai pencitraan.

Kedua.

Duet pasangan capres dan cawapres 2014 antara Joko Widodo atau Jokowi dengan anak Megawati, Prananda Prabowo, semakin serius. Kini situs jokowiprananda.com sudah diluncurkan ke publik. Dalam situs itu, Jokowi tampak berfoto dengan Prananda. Keduanya mengenakan baju yang sama, kemeja warna putih. Baju yang biasa digunakan Jokowi saat blusukan. Jokowi dan Prananda juga sempat bersama saat mendampingi Megawati meninaju waduk Ria-Rio di Jakarta Timur.

Kunjungan tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa proyek Estetika tersebut akan dijadikan Jargon politik sebagai sebuah keberhasilan Jokowi. Keberhasilan Jokowi tersebut tak lain untuk dijadikan kuda tunggangan membawa trah  Sukarno.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar