Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Kamis, 10 Oktober 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


AKU AKHIRNYA MATI

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

Humor Sunda : Atang jeung Uce

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

REP | 11 October 2013 | 01:14 Dibaca: 3   Komentar: 0   0

Peuting, poe kemis kamari Uce nganjang ngadon ulin ka imah Atang. Diluar, hawa karasa tiris, Atang ngabageakeun nu jadi sobat.

"Asup atuh,ce , kajero ! Diluar mah  girimis, bisi asup angin" ajak Atang ka Uce.

Uce nuturkeun Atang asup kajero imah. Gek, manehna diuk.

" bener , tiris euy.. meunang sukuna kaluhur ieu teh?" tanya Uce ka Atang bari ngabebener sarungna

"pek wae atuh.. urang ge suku ieu karasa tiis" tembal Atang bari nurutan diuk sila

"tapi.. meunang teu sirahna kahandap?" tanya Uce deui

"ari maneeeh……." jawab Atang  bari mesem

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Ketekunan Mengantar Alice Munro Raih Nobel Sastra 2013

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

Pemenang Hadiah Nobel Kesusastraan 2013 telah diumumkan. Tahun ini, Swedish Academy memilih Alice Ann Munro sebagai peraih hadiah bergengsi ini. Ia dipandang oleh lembaga pemberi Hadiah Nobel tersebut sebagai "master of the contemporary short story". Tentu saja ini tak mengejutkan, karena cerpenis Kanada ini di kalangan kritikus telah dikenal sebagai "Chekov dari Kanada"–sebuah pujian untuk kepiawaiannya dalam bernarasi.

Yang selalu mengagumkan dari sosok pemenang Hadiah Nobel, tak terkecuali Alice Munro, adalah ketekunan mereka dalam berkarya yang tak lekang oleh waktu. Penghargaan ini menghampiri Munro di usianya yang tidak muda lagi. Kelahiran 10 Juli 1931 di Wingham, Ontario, tahun ini Munro telah memasuki usia ke-82.

Apakah Anda bisa membayangkan hamparan rentang waktu 71 tahun? Begitulah catatan bentang waktu bagi Munro untuk mencapai semua ini, mengingat ia telah memutuskan ingin menjadi penulis sejak berusia 11 tahun. Sungguh tak terbayangkan betapa kuat passion yang dimilikinya untuk terus menulis hingga di usia senja.

Sebagai wanita ke-13 yang menerima penghargaan ini sejak diberikan untuk pertama kalinya pada tahun 1901, hal ini tidak membuat Munro tinggi hati. Ia menyederhanakan kerja kerasnya selama ini dengan kalimat bijak, "Saya bisa sukses karena mungkin tak punya bakat lain."

Lebih dari lima belas buku kumpulan cerpen telah lahir dari tangannya, baik buku kumpulan cerpen pribadi maupun sebagian kecil berupa buku kompilasi. Buku terakhirnya yang terbit, berjudul Dear Life, yang beredar pada tahun 2012.

Hadiah Nobel yang pemenangnya diputuskan sesudah menjalani proses yang menghabiskan waktu sekitar satu tahun ini, seolah menggenapkan sekitar lima belas penghargaan yang pernah diraih Munro sebelum ini, antara lain Canadian Booksellers Award, Marian Engel Award, Trillium Book Award, National Book Critics Circle Award, O. Henry Award, Man Booker International Prize..

Menarik pula untuk dicatat, Munro bukanlah tipe sosialita. Ia jarang tampil di depan publik dan tidak suka ke mana-mana untuk mempromosikan bukunya. Hal ini dapat dipahami manakala kita mengetahui latar belakang kehidupannya yang sederhana.

Sebagaimana dilansir oleh berbagai media, Munro lahir dan tumbuh di daerah pedesaan. Ayahnya, Robert Eric Laidlaw, dikenal sebagai petani dan peternak sementara ibunya seorang guru sekolah di satu kota kecil. Kini Munro tinggal di Clinton, tak jauh dari rumah masa kecilnya di Ontario Barat Daya, Kanada.

Dengan tereksposnya sosok Alice Munro, kiranya para pengarang muda masa kini dapat memetik banyak pembelajaran, terutama mengenai dua hal utama ini: menemukan passion terkuat di dalam diri kita dan membangunnya dengan penuh ketekunan. Sebagaimana yang sering saya artikulasikan dalam banyak kesempatan sebagai, "talenta selalu disemai di ladang waktu."

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Save Aru Island & Malpraktek Kebijakan Pembangunan

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

13814281591685404057

www.savearuisland.com, itulah nama sebuah webside yang didedikasikan untuk perjuangan aspirasi dan masadepan masyarakat Aru. Semua bermula ketika konsorsium 28 perusahaan di bawah bendera PT Menara Group berencana menanamkan investasi di Aru. Perkebunan tebu seluas 500 ribu hektar yang meliputi 6 pulau besar di wilayah Aru masuk dalam radar mega proyek tersebut. Realisasi investasi tersebut tinggal menunggu waktu, karena PT Menara Group sudah mengantongi izin prinsip dari Menteri Kehutanan pada 8 Maret 2012.

Sekilas tidak ada yang salah dengan rencana tersebut. Meningat komoditas gula dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. Selain itu Indonesia terhitung sebagai salah satu importir gula terbesar di dunia. Pada 2012, Indonesia mencatat impor sebesar 2.26 juta ton gula (raw sugar) angka ini akan selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun, seiring dengan kebutuhan konsumsi dan industri yang semakin tinggi pula.

Lantas apa yang salah dengan rencana investasi perkebunan tebu di Aru? Kata yang paling tepat untuk mengambarkan rencana investasi di Aru adalah Malpraktek Kebijakan Pembangunan. Yaitu kebijakan pembangunan yang keliru, salah arah, salah sasaran. Ibarat pelaut yang salah membaca jarum kompas, sehingga tersesatlah dia di samudra tak bernama. Atau seumpama dokter yang salah memberi resep, ketika dijalankan bukan sehat didapat melainkan bencana yang datang. Begitu pula dengan nasib mega proyek di Aru.

Orientasi Pembangunan Nasional

Argumen ini merujuk pada tiga rencana besar pembangunan (master plan) yang telah disusun oleh pemerintah (negara). Pertama, dokumen Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025 (MP3EI 2025). Kedua, konsep pembangunan ekonomi hijau (green economic plan) dan ketiga konsep pembangunan ekonomi biru (blue economic plan). Ketiga, rencana strategis ini, akan menjadi rujukan teknis pemerintah dalam membangun dan menata ekonomi Indonesia agar mampu menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar nomer 7 di dunia pada 2030 nanti.

Pertama, merujuk pada dokumen Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025 (MP3EI 2025) maka kepulauan Aru masuk dalam zona/regional 5. Pada zona/regional 5 meliputi Maluku-Papua, orientasi pembangunan ditujukan pada sektor kelautan. Yaitu mendorong agar dapat menjadi pemain utama pemasok ikan nasional dan untuk memenuhi pasar ekspor dunia. Selain perikanan, ada juga sektor kelautan lainnya seperti budidaya hasil laut (teripang, rumput laut, garam, dll) dan pemanfaatan sumberdaya potensial yang bersumber dari laut. Maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pembangunan zona/regional 5 berbasis pada ekonomi maritim.

Kedua, konsep pembangunan ekonomi hijau (green economic plan). Konsep ini sifatnya protektif atau pencegahan. Berangkat dari kenyataan bahwa proses industrialisasi telah banyak membawa dampak kerusakan lingkungan yang luar biasa. Maka pemerintah kemudian mengadopsi skema green economic plan. Hal ini sekaligus menjadi bagian dari kampanye dunia internasional tentang kerusakan lingkungan (penebangan hutan, alih fungsi lahan, dll) yang berdampak pada pemanasan global. Bahwa lingkungan hidup adalah aset dunia yang harus dijaga dan dipelihara. Sehingga proses pembangunan dan industrialisasi harus patuh pada kesepakatan internasional tetang penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup tersebut.

Ketiga, konsep pembangunan ekonomi biru (blue economic plan). Konsep ini sifatnya visioner. Yaitu berangkat dari kenyataan bahwa Indonesia adalah negara maritim. Maka pengelolaan potensi kelautan secara berkelanjutan, produktif, dan berwawasan lingkungan, dapat dijadikan sebagai kekuatan utama Indonesia di masa mendatang. Pada KTT APEC Ke-21 yang berlangsung di Nusa Dua Bali (4-8 Oktober 2013), Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, menyatakan bahwa potensi kelautan Indonesia mencapai US$ 1,2 triliun pertahuan dan dapat menyerap investasi sebesar Rp.255 Triliun pertahun. Kondisi tersebut mempertegas bahwa nasib dan masadepan ekonomi Indonesia ada pada ekonomi maritim.

Malpraktek Kebijakan Pembangunan

Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025 (MP3EI 2025) dapat disebut sebagai rencana strategis jangka panjang, sedangkan green economic plan adalah upaya penyelamatan lingkungan dan blue economic plan adalah visi-harapan masadepan. Lantas apa yang mesti dialamatkan pada nasib Aru? Malpraktek kebijakan pembangunan! Kenapa kebijakan investasi di Aru dapat dikatakan sebagai malpraktek kebijakan? Sekurangnya ada tiga alasan substansial (prinsipil) yang dapat dijadikan argumen.

Pertama, disorintesi pembangunan. Rencana investasi di Aru dapat dikategorikan sebagai rencana yang tak berdasar pada kebijakan nasional (negara). Sudah jelas dan tegas termaktub dalam dokumen Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025 (MP3EI 2025) yang mengkhususkan wilayak Maluku-Papua sebagai kekuatan ekonomi maritim nasional. Bahwa pembangunan dan pemberdayaan ekonomi harus berdasar dan bersumber dari potensi maritim. Maka rencana investasi perkebunan tebu secara tegas-jelas telah melenceng dari orintesi pembangunan nasional itu sendiri.

Kedua, penyelamatan ekologi. Bila investasi 500 ribu hektar perkebunan tebu direalisasikan maka ada 500 ribu hektar ekosistem hidup (tumbuhan, hewan, dll) mengalami rusak total. Sedangkan sebagian lainnya (mungkin bisa kelipatan tiga) akan menuai dampak sekunder dan tersier dari kerusakan ekologi tersebut. Ada yang mengistilahkan sebagai "kiamat ekologis Aru". Agak mengerikan memang, tapi itulah yang akan terjadi bila rencana tersebut benar-benar berjalan. Hal ini juga sejalan dengan rencana negara yang tertuang dalam green economic plan. Di mana prioritas utama pembangunan adalah pro-terhadap lingkungan dan pelestarian alam. Meningat kerusakan lingkungan di Indonesia sudah cukup akut bahkan diperkirakan 50% hutan di Indonesia sudah dalam keadaan rusak hingga rusak parah. Oleh sebab itu pelestarian lingkungan hidup menjadi alasan rasional untuk menolak realisasi perkebunan tebu di Aru.

Ketiga, Kekayaan Kebudayaan Aru. Masyarakat Aru memiliki kekayaan sistim budaya yang juga sekaligus adalah identitas nusantara. Kedekatan budaya masyarakat Aru dengan alam menjadi ciri tersendiri yang membuat kebudayaan Masyarakat Aru menjadi istimewa. Namun, keistimewaan itu sedang ada dalam ancaman. Bahwa kebudayaan Masyarakat Aru akan hilang seiring dengan datangnya traktor-tarktor yang membabat hutan. Sistim hidup masyarakat Aru juga ikut tumbang bersama rimbun hutan yang berubah gersang. Kehadiran perkebunan juga serta-merta akan mengubah pola dan gaya hidup masyarakat Aru. Belajar dari pengalaman masyarakat Dayak di Kalimantan atau Masyarakat Papua, mereka tersisih di tanahnya sendiri. Menjadi buruh perkebunan dan secara perlahan kehilangan identitas.

Malpraktek kebijakan pembangunan ini, sama artinya dengan pemerintah (negara) melanggar atau menghianati dirinya sendiri. Seperti dalam syair sebuah lagu dangdut "kau yang berjanji, kau yang mengingkari (kau yang merencanakan, kau yang melupakan)".

Gerakan Save Aru Island

Upaya menyelamatan Kepulauan Aru dapat dilakukan lewat jalur litigasi dan non-litigasi. Melibatkan tokoh masyarakat, tokoh Agama, intelektual, budayawan, seniman, dll. Namun, sekiranya usulan ini dapat menjadi pertimbangan dalam gerakan Save Aru Island.

Adalah Aung San Suu Kyi, perempuan pejuang demokrasi yang sejak 1988 melawan pemerintah junta militer Myanmar. Atas aksinya tersebut pemerintah memvonisnya sebagai tahanan politik (tahanan rumah). Isolasi tersebut perlahan melumpuhkan gerakan demokrasi yang sedang dirintis. Namun, situasi berubah ketika perjuangan demokrasi dan penegakan HAM yang diperjuangkannya mendapat apresiasi internasional. Pada 1991 Aung San Suu Kyi diganjar Nobel Perdamaian. Berkat predikat sebagai pemegang nobel perdamaian, suaranya kian nyaring. Aung San Suu Kyi menjadi perhatian internasional karena semua yang disuarakan seakan menjelma menjadi aspirasi dari masyarakat internasional. Walhasil, perlahan Myanmar mulai membuka diri dan menjadi demokratis.

Strategi perjuangan Aung San Suu Kyi, dapat diadaptasi untuk memperjuangkan Aru. Bila PT Menara Group hendak mengeksploitasi 500 ribu hektar tanah di Aru. Maka kekayaan alam Aru (flora-fauna) lewat Kementrian lingkungan hidup dan atau World Wildlife Fund (WWF), dapat diusulkan menjadi kawasan konservasi internasional atau taman nasional. Kawasan konservasi atau taman nasional ini dapat meliputi seluruh kepulauan Aru atau lebih kurang setara dengan 500 ribu hektar yang masuk dalam radar PT Menara Group. Ini seumpama counter attack, yaitu duplikasi peta wilayah investasi, kemudian jadikan itu sebagai lampiran aplikasi wilayah konservasi. Bila PT Menara Group mengincar 500 ribu hektar untuk perkebunan tebu, maka 500 ribu hektar itu pula yang diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi atau taman nasional.

Selain itu juga dapat bekerjasama dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk mendaftarkan Cultural Landscape (lansekap budaya) masyarakat Aru sebagai bagian dari situs kekayaan dunia. Bila kawasan kepulauan Aru dan Cultural Landscape (lansekap budaya) telah masuk menjadi bagian dari masyarakat internasional. Maka itu sama artinya PT Menara Group tidak sedang berhadapan dengan masyarakat Aru atau Indonesia saja. Melainkan akan berhadapan dengan masyarakat dunia internasional yang sudah jengah pada janji manis investor, yang ternyata berbuah kerusakan lingkungan, krisis budaya dan kemiskinan.

Upaya ini akan menjadi mudah bila tokoh masyarakat, budayawan, seniman, intelektual dan aktivis, membentuk tim kecil yang bertugas menyiapkan syarat-syarat teknis pendaftaran. Tim kecil ini pula akan membangun kampanye dan jejaring dukungan skala nasional dan internasional. Agar perjuangan masyarakat Aru, menjadi bagian dari perjuangan masyarakat internasional. #savearuisland.

#Artikel ini pernah dimuat pada "Harian Rakyat Maluku" pada 8 Oktober 2013

Djali Gafur

Pemerhati Sosio Ekonomi-Politik Regional Indonesia Timur

Tinggal di Ambon (gafurdjali@gmail.com)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Timnas U-19 : Permainan Menawan, Penonton Kurang

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

Dua laga telah dimenangkan Timnas U-19 di babak Kualifikasi Pilaa asia U-19 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Tak seperti saat laga piala AFF di Gelora Delta Sidoarjo yang dibanjiri penonton. Laga melawan Laos (8/10) dan Pilipina (10/10) masing-masing hanya disaksikan sekitar 12.000 dan 20.000 penonton. Jauh dari kapasitas stadion GBK yang mampu menampung hingga 88.000 penonton.

Permainan timnas U-19 yang menawan dengan umpan-umpan yang terukur dan penguasaan bola yang apik tak cukup menyedot minat penonton untuk memberikan dukungan langsung di stadion. Banyak kursi penonton yang terlihat kosong dan yel-yel Indenesia nyaris tak terdengar.

Berbeda dengan saat timnas senior menjalani lagi piala AFF atau babak kualifikasi piala Asia. Penontan datang berduyun duyun ke stadion GBK, bahkan hingga rela antri sejak subuh untuk mendapatkan tiket meski loket penjualan tiket belum dibuka. Pada saat itu, penonton sebagai pemain ke-12 tampil dengan berbagai atribut dan tingkah polahnya memerahkan stadion GBK.

Padahal bila diperbandingkan, kualitas permainan antara kedua timnas tersebut memang berbeda. Dari sisi passing, penguasaan bola, ketajaman serangan dan produktivias gol, timnas U-19 masih lebih baik dibandingkan timnas U-23 maupun timnas Senior.

Memang tim lawan yang dihadapi timnas U-23 dan timnas senior selevel bahkan dua level lebih tinggi daripada lawan timnas U-19. Seperti ketika Timnas U-23 melawan Palestina, Turki dan Maroko di 3rd Islamic Solidarity Games (ISG) di Palembang. Atau ketika timnas Senior menghadapi Arab Saudi di babak kualifikasi piala Asia yang berlangsung di stadion GBK.

Jumlah penonton yang tidak mencapai separuh dari kapasitas stadion GBK saat babak kualifikasi piala Asia U-19 tersebut ditengarai akibat mahalnya harga tiket masuk. Seperti yang dikutip dari tribunnews.com, harga tiket termurah untuk pertandingan babak kualifikasi adalah Rp 50.000 untuk kategori IV. Sementara itu, untuk kategori I harganya Rp 200.000, kategori II : Rp 150.000, dan kategori III : Rp 100.000.

Bagi para penonton yang ingin mendapatkan tiket VIP Timur, harus merogoh kocek lebih dalam lagi karena harganya mencapai Rp 250.000 dan untuk VIP barat seharga Rp 500.000. Harga tiket tertinggi adalah bagi penonton VVIP yaitu Rp 1.000.000.

Jadi bayangkan, kalau penonton ingin menyaksikan tiga kali pertandingan yaitu melawan Laos, Pilipina dan Korsel, uang yang dikeluarkan cukup besar meski membeli tiket kategori III atau IV.

Meski penonton kurang, tampaknya hal tersebut tak terlalu menpengaruhi permainan timnas U-19 ketika bertanding di stadion GBK. Permainan mereka tetap menawan, umpan-umpan panjang jarang diperagakan. Dan sebagai gantinya adalah umpan-umpan pendek yang dilakukan dengan nyaris sempurna dan jarang terjadi eksalahan. Demikian juga ketika menguasai bola, pemain jarang kehilangan bola.

Daya juang dan fisik pemain juga tak terlihat menurun di menit-menit terakhir. Stamina dan daya tahan mereka tampaknya telah disiapkan untuk bermain full 2 x 45 menit, bahkan ketika harus menjalani babak perpanjangan waktu. Ini yang juga membedakan dengan Timnas U-23 dan timnas Senior. Menggebu-gebu di awal pertandingan babak pertama, namun konsentrasi dan fisik menurun ketika 15 menit terakhir.

Ini yang terlihat ketika timnas U-23 dikalahkan Maroko di final ISG, sudah unggul 1-0 di babak pertama, namun medali emas yang sudah di genggaman tangan lepas karena dua gol yang bersarang di gawang Kurnia Mega pada babak kedua. Dan gol kedua terjadi ketika babak kedua tinggal menyisakan waktu 9 menit.

Hal yang sebaliknya justru ditampilkan oleh timnas U-19. Mereka tampil konsisten sepanjang 2 x 45 menit bahkan saat menjalani babak perpanjangan waktu hingga adu penalti. Ini menandakan bahwa meski berusia muda, timnas U-19 telah menunjukkan sebagai tim yang siap dari sisi fisik dan matang dari segi mental bertanding. Tim yang menjadi harapan masa depan sepakbola Indonesia. Timnas yang bermain sepekbola efektif dan memiliki ciri khas : umpan-umpan pendek yang terukur, permainan 1-2 sentuhan, dan pengusaan bola yang cukup baik.

Tak hanya itu, tim ini juga memiliki nilai plus lainnya, karena pemainnya berasal dari sabang sampai merauke dan tidak ada pemain naturalisasi. Menandakan bahwa banyak bibit potensial yang tersebar di pelosok Nusantara dan menunggu sentuhan pelatih sekelas Indra Syafri untuk mengembangkan talentanya dan mengharumkan nama Indonesia.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

AFI kok mau ngalahin XFACTOR

Posted: 10 Oct 2013 11:41 AM PDT

OPINI | 11 October 2013 | 00:58 Dibaca: 50   Komentar: 0   0

Selamat malam !!!

Aku barusan lihat acara AFI dan cuma kebagian eleminasi tidak tau apa mereka nyanyinya bagus apa kagak !! Aku juga nga tau komentar juri ? Ya jurinya di lihat tidak asik apalagi itu mak triU ! Yang bikin aku heran kok di acara ini cwoka2 keren di pulangkan nangisnya kayak kehilangan mboknya !! Teman2 di sekelilimgnya cwo juga pada nangis ini acara kematian atau acara apa sih ? Padahal ya harusnya kan bahagia toh sudah masuk tipi ??? OH iya ini ajang pencarian BAKAT bukan sih ? Aku terakhir nonton acara AFI itu pas ada TIA tau tuh tahun berapa ? Dan formatnya masih sama tidak ada yg baru ! Buseet lama amat ini acara katanya mau ngalahin INDONESIA IDOL dan XFACTOR indonesia kalau cuma modal sedih2han mending nga usah berfikir bisa deh !!? Lah acara THE VOICE yg keren di USA dan di bawa indosiar ke indonesia buat head to head aja ke bantai sama XFACTORID ini fakta loh ya maaf kalau salah maaf !! Bukti paling nyata adalah jebolanya 1.fatinSL vs Billy symson ayo klik aja twitter atau google namanya tau sendiri kan !! Apalagi ini AFI rasanya kok nga bisa ngalahin INDONESIAN IDOL apalagi XFACTOR_I D !! Yg barusan nonton AFI INDOSIAR semoga ada yg bisa di inget nama pesertanya

Salam sembarang

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar