Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 01 Juni 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Tuhanmu Bukan Tuhanku

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

Mugello Harus Dijajal, Bukan Dipikirkan

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

OPINI | 02 June 2013 | 00:42 Dibaca: 7   Komentar: 0   Nihil

Menilik sikap Doni Tata yang sibuk memikirkan racing line sebelum balap di sirkuit Mugello, Italia, saya jadi berpikir ia mulai ragu dengan kemampuanya. Padahal pembalap lain mulai menjajal panasnya aspal Mugello dan melakukan beberapa setting motor. Bahkan pembalap sekelas Mark marques yang kabarnya kurang akrab dengan sirkuit ini, berani menempuh resiko untuk terjatuh pada sesi kualifikasi hingga tubuhnya menghajar tepi lintasan.

Harusnya ini yang menjadi pelajaran bagi duta MotoGP tanah air, baik Doni Tata maupun Rafid Topan Sucipto. Bagaimanapun juga, mempelajari sirkuit adalah pada saat kompetisi berlangsung. Toh sebelum kualifikasi masih ada sesi free practice.

Memang banyak pembalap mengakui, Mugello bukan sirkuit yang mudah. Beberapa bagian harus ditempuh dengan kecepatan penuh, namun beberapa tikungan harus dilewati dengan menginjak rem dalam-dalam. Marques sendiri mengakui, dirinya kurang berpengalaman menjajal Mugello di kelas MotoGP.

Setidaknya, mental balapan seperti Marques bisa menjadi pelajaran bagi Doni maupun Rafid Topan. Harusnya keduanya tetap percaya diri dan berani mencoba persaingan di lintasan yang masih asing bagi mereka. Dengan begitu, kemampuan bisa terasah dan tentu saja, mereka tak perlu berlama-lama memikirkan racing line yang tepat.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Makan Seringkali Bukan Semata Urusan Perut, Tapi Juga Hati…

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

Kali ini tentang masak memasak…

AKU tak bisa memasak. Dan memang tidak menikmati urusan masak- memasak, jika definisi memasak adalah memasak lauk pauk. Kalau kue, atau puding, aku masih bisa dan menikmati membuatnya.

Berbeda dengan suamiku yang entah bagaimana, melakukan urusan masak- memasak ini seakan itu sesuatu yang sangat mudah dan sangat menyenangkan. Dalam banyak hari di akhir pekan, sang ayah yang memang orang rumahan itu akan menanyakan pada anak- anak, apa yang mereka ingin makan hari itu, lalu pergi ke pasar untuk membeli bahan- bahannya dan.. memasaknya bersama anak- anak.

Bersama anak- anak?

Nah, memang ibunya anak- anak itu ada dimana?

Ha ha ha.

Ada. Adaaaa…

Walau sebab keterampilanku sangat rendah dan nyaris tak berguna dalam urusan masak memasak ini, sang ibu sebetulnya tak banyak berguna dan jikapun ada di dapur bersama mereka, sebenarnya itu hanya sebab ingin ada di situ saja bersama mereka, bukan karena membantu memasak.

***

13701081062111121747

Gambar: www.shape.com

Ada banyak kejadian mengharukan dalam urusan masak ini.

Salah satunya terjadi duluuuu, bertahun- tahun yang lalu. Seingatku, si sulung yang kini sudah mahasiswa masih SD ketika itu.

Suatu hari di akhir pekan, ayah penuh cinta ini ingin mencoba memasak steak ikan. Anak- anak dengan senang hati menyambut usulan ayahnya itu.

Dan telepon berdering saat itu.

Adikku bertanya apakah kami ada di rumah hari itu. Jika ada dia dan istrinya hendak mampir serta akan meminta seorang kawan dan istrinya untuk menemuinya di rumahku.

Telepon yang sungguh menyenangkan hati.

Ketika itu adikku masih tinggal di sebuah negara di Eropa untuk Post Doctoral programnya. Dia sedang pulang untuk berlibur ke kota kelahiran dimana orang tua kami tinggal. Kota yang berbeda dengan kota tempat keluargaku tinggal.

Dan karena itulah kami senang sekali bahwa dia akan mampir ke rumah kami, sebab tak setiap hari kami dapat bertemu.

Mengobrol kesana- kemari setibanya adikku dan istrinya di rumah,  akhirnya kutahu bahwa pasangan suami istri muda kawan adikku yang akan datang menemui adikku di rumah kami, keduanya master lulusan Inggris. Adikku saat itu akan menemui mereka untuk memberikan dokumen buat diterjemahkan.

" Kasian, mbak, " kata adikku, " Ini mereka sudah pulang beberapa bulan tapi waktu melapor kembali ke kantornya, katanya belum ada posisi saat ini. Mereka harus tunggu sampai tahun depan untuk bisa mulai kerja. Jadi mereka nggak punya uang saat ini. Lumayan ini ada kerjaan… "

Oh.

Pasangan suami istri kawan adikku itu pergi ke Inggris dengan beasiswa. Mereka sudah menyelesaikan pendidikan pasca sarjana mereka dan kembali ke Indonesia, sebab ada ikatan dinas untuk beasiswa yang mereka terima itu.

Namun begitulah, niat untuk menunaikan kewajiban mengembalikan ikatan dinas itu tak berjalan lancar sebab sampai sekian bulan setelah kepulangan, belum ada posisi terbuka di kantor mereka. Baru tahun depan ada, katanya.

Mereka jadi serba salah, sebab ikatan dinas itu, mereka harus kembali bekerja di kantor mereka sebelumnya dan tak bisa bekerja di tempat lain. Tapi karena belum ada posisi terbuka, mereka jadi jobless, yang berdampak pada kondisi finansial mereka.

Padahal, sang istri sedang hamil saat itu…

***

Suami istri itu, seperti yang disepakati, hari itu datang ke rumah kami, menemui adikku dan istrinya. Kami sekeluarga tentu saja juga turut mengobrol dengan mereka, suami istri muda yang menyenangkan itu. Sampai akhirnya jam makan siang tiba.

Suamiku dengan riang gembira menawarkan pada semua yang hadir untuk mencicipi steak ikan buatannya. Dia menaruh dalam piring- piring sepotong besar steak yang tadi dimasak, lengkap dengan sayuran pelengkapnya.

Lalu… Ah. Inilah bagian yang paling mengharukan.

Bisa kulihat betapa jengah sebenarnya suami istri kawan adikku saat itu ketika kami menawari mereka untuk makan siang di rumah kami, walau akhirnya menerima juga sebab kami memaksa.

Suamiku menyodorkan pada kami semua masing- masing satu piring steak ikan, temasuk pada istri kawan adikku yang sedang hamil itu.

" Ayo, " kami mengatakan padanya, " Ikan bagus sekali untuk ibu hamil… "

Dia mengangguk, tersenyum lalu memasukkan sesuap steak ikan itu ke mulutnya.

Dan…

Reaksinya sungguh tak terduga.

Dia menoleh pada suamiku dan berkata, " Alhamdulillah. Terimakasih banyak ya, mas. Sudah lama sekali nggak bisa makan seperti ini. Kami harus menghemat, sebab belum mulai kerja lagi… "

Aduh.

Suara yang begitu tulus dan penuh syukur untuk sepiring makan siang yang tak seberapa itu membuat tenggorokanku tercekat dan malah tak jadi makan sebab sibuk menyembunyikan air mata yang siap membanjir…

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Koeman Kandidat Kuat Pengganti Van Gaal

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

REP | 02 June 2013 | 00:36 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

Jumat 31 Mei 2013 lalu, pelatih Timnas Belanda Louis van Gaal memberikan sebuah pernyataan menarik kepada pers. Pelatih berusia 61 tahun tersebut mengumumkan keinginannya untuk mundur sebagai pelatih Timnas Belanda usai Piala Dunia 2014 tahun depan di Brasil. Media di Belanda pun ramai mencari nama yang cocok menggantikan Van Gaal, dan publik sepak bola disana banyak yang menyebut nama pelatih Ronald Koeman.

Situs De Telegraaf pada Sabtu 1 Juni 2013 turut pula memuat nama pelatih Feyenoord Ronald Koeman sebagai kandidat kuat pengganti Van Gaal tahun depan. Beberapa minggu lalu saat dirinya memperpanjang kontrak satu tahun bersama Feyenoord, menurut De Telegraaf Koeman pernah menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pelatih Timnas adalah sebuah langkah lanjutan yang logis dalam karir kepelatihannya.

Pada 2012 lalu, prestasi kurang menggembirakan Timnas Oranje Belanda pada Piala Eropa berakibat mundurnya pelatih saat itu, Bert van Marwijk. Ronald Koeman pun saat itu sudah didekati oleh direktur sepak bola profesional KNVB, Bert van Oostveen, yang menanyakan apa dia bersedia menjadi pelatih Timnas Belanda. Hanya saja Koeman ketika itu sudah terlebih dahulu menandatangani kontrak bersama Feyenoord. Jadi kemungkinan besar tahun depanlah saat yang tepat untuk Ronald Koeman menjadi pelatih nasional Belanda yang baru menggantikan Louis van Gaal.

Sebagai pemain di kompetisi Liga Belanda Koeman pernah memperkuat FC Groningen, Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven pada tahun 1980-an, sebelum pada tahun 90-an pindah ke Barcelona, sebelum sempat menjadi pemain Feyenoord. Di masa jayanya sebagai pemain itu, Ronald Koeman terkenal karena tendangan kanonbal nya. Bola hasil tendangannya dikenal sangat keras dan akurat. Beberapa kali ia mampu mencetak gol-gol dari jarak jauh. Pada eranya itu ia beberapa kali menjadi "top skorer" diantara para pemain belakang lainnya di kawasan Eropa. Ia pun mampu memberikan umpan dengan sangat kencang dan terarah, sehingga rekannya di depan hanya tinggal mengarahkan bola ke gawang saja, tanpa harus menguras tenaga lagi. Ronald Koeman termasuk diantara para pemain Oranje yang membawa satu-satunya gelar juara bagi Belanda hingga saat ini, yaitu gelar Juara Eropa 1988.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Takdir, Semuanya Bisa Di Rubah Bro….

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

Ini tentang takdir…

Takdir tak pernah bisa di rubah karena namanya juga ketetapan yang maha kuasa. Misal saya di takdirkan menjadi seorang yang miskin atau seorang yang kaya, saya di takdirkan mirip Jack Wilshere, rezeki saya di takdirkan seperti ini, saya di takdirkan berjodoh dengan si A, saya di takdirkan mati umur sekian. Itu semua sudah ada yang ngatur, yaitu sang kuasa, benar bukan? Jodoh, rejeki, mati semua sudah ada yang ngatur.

1. Rezeki

Jika rezeki di atur Tuhan, berarti Tuhan sudah mengatur rezeki pada tiap masing-masing manusia. Ada manusia yang rezekinya di takdirkan miskin, ada yang di takdirkan kaya. Jadi bisa di bilang, jika ada orang yang rezekinya di takdirkan miskin, bagaimana pun juga usaha orang itu, pada akhirnya orang itu pasti miskin, karena takdirnya demikian. Lalu jika ada orang yang di takdirkan kaya, maka usaha orang itu pasti berakhir menjadi kaya. Misal, rezeki saya oleh Tuhan di takdirkan miskin, berarti sudah pasti saya lahir dalam keadaan miskin, hidup dalam keadaan miskin, saya berusaha seperti apapun pada akhirnya tetap menjadi miskin. Atau bisa saja, saya di lahirkan dari keluarga yang kaya, hidup saya mewah, tapi karena Tuhan menakdirkan saya menjadi miskin, suatu saat saya pasti akan menjadi miskin. Berlaku demikian juga dengan orang yang di takdirkan kaya oleh Tuhan.

2. Jodoh

Oke yang kedua jodoh, setiap manusia di ciptakan berpasang-pasangan itu pasti. Akan tetapi, pemahaman di masyarakat tentang jodoh itu adalah orang yang sudah nikah. Maksut saya orang yang sudah nikah itu seperti ini, misal : Bambang sudah lama menjalin hubungan dengan Atun, sekitar 10 tahun lebih, dan akhirnya mereka melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Pasti kita berpendapat kalau itulah jodoh Bambang. Atau saya coba memberi skenario lain. Setelah menjalin hubungan selama 10 tahun lebih, tiba-tiba dua sejoli ini (Bambang dan Atun) kandas di tengah jalan di karenakan Atun semakin gemuk mirip elpiji 3kg. Pasti orang di sekitar mereka bilang "wah berarti emang bukan jodohnya", lalu mungkin ada pendapat kedua "Kalau memang jodoh, mereka akan balik lagi".

3. Mati

Yang ketiga tentang kematian. Mati adalah takdir Tuhan yang tidak bisa di rubah-rubah, benar begitu? Saya mati umur berapapun itu takdir Tuhan yang tidak bisa di rubah-rubah. Saya mati dengan cara apapun adalah takdir Tuhan dan tak bisa di rubah-rubah. Misal, suatu hari Supri pergi ke Surabaya. Dalam perjalannya, motor yang di kendarai Supri tiba-tiba meledak, dan Supri pun tewas seketika. Bila merujuk pada pemahaman di atas, berarti Supri di takdirkan mati pada umur itu, hari itu, dengan kejadian itu. Benar begitu bukan?

Menurut saya…….

Jika rezeki, mati, dan jodoh adalah demikian, berarti takdir adalah sesuatu yang bersifat rahasia dan tidak bisa di rubah. Lalu bisakah saya bilang kalau Tuhan itu tidak adil dan Tuhan itu maha dzolim? Karena Tuhan se-enaknya mengatur manusia dengan rezeki miskin dan kaya, memberikan jodoh cantik, ganteng, jelek, nanti matinya gimana, umur berapa, dengan kejadian seperti apa tanpa kita bisa merubahnya. Lalu apa maksut Tuhan menyuruh kita berikhtiar dan berdoa? Kita di anjurkan untuk berdoa dan berikhtiar kepada Tuhan, tapi Tuhan sendiri sudah menetapkan kuasanya untuk tidak mau merubah-rubah database kita disana. Ini gimana sih? Saya pengen kaya , berarti saya disuruh berdoa dan berikhtiar, sementara oleh Tuhan saya ini di takdirkan miskin, berarti tetap saja saya akan miskin dong?

Memang Tuhan maha kuasa dan maha mengetahui daripada hambaNya, dan saya percaya memang takdir kita sudah di atur Tuhan, tapi saya percaya juga bahwa manusia bisa mengubah seluruh takdir yang ada dalam database Tuhan. Entah mati, rezeki, dan jodoh. Karena kita di beri akal oleh Tuhan, dan Tuhan sudah bilang kita adalah ciptaan terbaik. Tuhan tidak perlu mengatur kita dengan takdir yang tak bisa di ubah, karena Tuhan sudah menganugerahi kita akal dan dengan akal itulah manusia bisa menentukan mana yang baik mana yang jelek.

Bagi saya takdir adalah konsekuensi dan hasil akhir dari pilihan manusia yang di pengaruhi hukum kausalitas. Saya contohkan (maaf) tukang becak. Kenapa dia jadi tukang becak? Apa karena takdir Tuhan dia jadi tukang becak? Apa takdir Tuhan juga dia miskin gara-gara kerjanya menjadi tukang becak?. Bagi saya tidak, seseorang menjadi tukang becak karena di pengaruhi sebab akibat dan ikhtiarnya, bukan takdir Tuhan seperti itu. Misal orang tersebut dulu waktu kecil nggak mau sekolah, akhirnya dia tak punya ijazah pendidikan, karena butuh pekerjaan dia mencari pekerjaan, tapi tak kunjung dapat karena dia tak punya ijazah, dan karena mendapat jalan buntu, maka dia memutuskan untuk menjadi tukang becak. Menjadi tukang becak pun tetap ada sebab akibat, jika dia ulet maka ia akan mendapat penghasilan lebih setiap hari, tetapi jika dia bekerja malas-malasan, maka yang di dapat ya seadanya.

Jadi sudah jelas bukan Tuhan yang menjadikan hambaNya tukang becak dan menjadi miskin, tapi "sebab tidak mau sekolah, akibatnya tak punya ijazah pendidikan, sebab tak punya ijazah pendidikan, akibatnya dia tidak bisa melamar kerja, dan sebab dia tidak bisa melamar kerja, akibatnya dia menjadi tukang becak" ini kan sudah jelas bukan takdir atau hukum Tuhan lagi yang bermain, tetapi pilihan-pilihan manusia. Karena memilih tidak sekolah akhirnya menjadi tukang becak, kalau memilih sekolah pasti tidak akan menjadi tukang becak. Dan kalau pun lebih memilih berdagang daripada jadi tukang becak, mungkin tidak akan hidup kekurangan. Itu semua pilihan-pilihan manusia melalui akal yang di anugerahkan Tuhan, dan bukan takdir Tuhan.

Begitu juga dengan mati dan jodoh. Semua manusia pasti akan mati, itu sudah jelas. Akan tetapi mati juga hasil akhir dari pilihan manusia yang tak lepas dari sebab akibat. Misal, ada orang mati karena kecelakaan, apa takdir Tuhan dia mati kecelakaan? Bagi saya belum tentu, itu pasti ada sebab akibat. Mungkin karena kendaraannya mengalami masalah, atau mungkin karena orang tersebut semalem habis begadang nonton bola, akhirnya paginya ngantuk dan membuat orang tersebut ketika nyetir kendaraan nggak fokus. Uje yang begitu di elu-elukan masyarakat karena kealimannya, serta kedekatannya dengan Tuhan, tapi beliau meninggal dalam kecelakaan. Apa takdir Tuhan kepada Uje demikian? Apa Tuhan dzalim menakdirkan hamba yang dekat dengannya melalui kecelakaan?

Ataupun manusia umurnya lebih panjang dari yang di takdirkan Tuhan menurut saya juga bisa. Contoh : Supri orang miskin, akan tetapi Supri orangnya baik hati, sehingga mempunyai relasi yang banyak serta silaturahmi yang baik dengan masyarakat. Suatu hari Supri terkena ambeyen cukup kronis dan menyebabkan ia koma, tapi di sisi lain ia miskin dan tak punya dana untuk berobat, dan jika tidak segera di tolong ia akan meninggal. Lalu datanglah kawan-kawan Supri membantu Supri untuk segera mendapat penanganan medis, sehingga Supri pun kembali sehat. Bukankah ini benar bahwa silaturahmi bisa memperpanjang umur?

Lalu selanjutnya jodoh. Jodoh juga manusia yang menentukan dengan pilihan-pilihannya. Karena jika jodoh Tuhan yang menentukan, kenapa harus ada perceraian? Padahal kan sudah jelas itu jodoh dari Tuhan. Lalu bagaimana juga dengan orang poligami? Apa orang poligami itu berarti jodohnya banyak? Atau bagaimana juga dengan orang yang menikah karena hamil di luar nikah? Apa takdir Tuhan mempertemukan jodoh orang tersebut melalui hamil di luar nikah? Kan jelas sekali bahwa manusialah yang menentukan pasangan masing-masing dengan akal. Bambang ingin menikah dengan Atun, ya sudah tinggal melamar Atun lalu menikah, Selesai. Bukan nunggu lama-lama yang akhirnya hubungan mereka kandas, dan di bilang "Memang bukan jodohnya".

Jadi janganlah kita terlalu terpaku pada takdir. Tuhan sudah berfirman pada surat Ar-Rad ayat 11 bahwa "…. Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….". Dari redaksi ayat tersebut, kita bisa menangkap bahwa manusia sudah diberikan kuasa penuh oleh Tuhan untuk merubah-rubah hidupnya. Bahkan Rasul pernah bersabda "Jika tanganmu tergores, itu berarti akibat perbuatanmu sendiri" Kita kerja keras pasti akan dapat hasil maksimal, kita malas-malasan pasti akan dapat hasil biasa-biasa saja. Kita nyebrang nggak ngawur kita pasti selamat, tapi jika kita nyebrang ngawur kita pasti akan tertabrak. Jadi jangan pernah menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi pada kita, karena Tuhan tak pernah dzalim pada hambaNya, Maha Suci Tuhan dari segala sifat jelek.

Manusia akan selalu menjadi otonom dengan selalu ikhtiar dan berdoa kepada sang Khalik.

Demikianlah bahasan takdir tentang jodoh, mati dan rezeki dari kacamata saya. Bila ada teman-teman yang berbeda pendapat dengan saya atau memberi saran dan masukan , mari kita sharing. Salam Super.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Sebuah Email Baru

Posted: 01 Jun 2013 11:05 AM PDT

OPINI | 02 June 2013 | 00:34 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

Senang sekali rasanya jika bisa membantu sesama, meringankan beban orang lain dan membuatnya tersenyum. Ada kepuasan yang tidak bisa digambarkan dari perasaan tersebut.

Malam itu sebuah email masuk ke balckberry saya, ini adalah alamat email baru dan seingat saya, saya belum sempat memberitahukan orang lain perihal alamat baru email baru saya. Alamat email ini menggunakan email address yang disediakan oleh tri dan blackberry. Ntah karena atas kebijakan atau karena paket Blackberry Internet Service (BIS) yang saya pakai hingga sebuah email masuk dalam message saya yang berisikan sebagai pesan berikut:

"The service plan for your BlackBerry® device has been updated.
Your new service plan only supports a blackberry.net email address. Other email addresses you might have added to your device have been removed.
BlackBerry"

Enam bulan sebelumnya saya telah menggunakan paket Blackberry Internet Service (BIS) yang sama dan dalam kurum waktu tersebut saya bisa menggunakan layanan push email dengan menggunakan email address dari Gmail, namun setelah layanan paket 6 bulan ini saya perpanjang, layanan dari email address lain selain dari tri dan blackberry tidak bisa dipakai lagi, sungguh mengecewakan tentunya.

Sekedar informasi buat kompasianer yang ingin bertanya tentang pengalaman saya mengantarkan orangtua berobat ke Mahkota Medical Center (MMC) Melaka, dapat menghubungi melalui email yang saya pakai untuk 6 bulan kedepan yaitu randhy@tri.blackberry.com. Oh ya, artikel mengenai pengalaman mengantar orangtua berobat ke MMC Melaka telah saya hapus di kompasiana dan saya pindahkan ke blog pribadi saya. Salam

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar