Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 05 Juni 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 Tiga Belas & Empat Belas

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

Pekan Raya Jakarta

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

Jakarta Fair begitu populer seantero nusantara dan (mungkin) juga di mancanegara, sehingga banyak orang yang tergila-gila untuk datang ke Ibukota meski tak punya kerabat, sanak saudara atau handai tolan yang akan dikunjungi, hanya untuk satu tujuan nonton perhelatan tahunan menjelang HUT Jakarta, yang kini dikenal dengan nama Pekan Raya Jakarta (PRJ), sebelumnya Jakarta Fair (baca : DF).

Ketika arenanya masih berlokasi di seputar Monas, PRJ benar-benar menjadi hiburan murah meriah bagi warga masyarakat baik yang bermukim di Ibukota dan sekitarnya maupun yang datang dari seluruh pelosok tanah air. Berbagai macam hiburan, pameran aneka kerajinan khas dari seluruh provinsi di tanah air serta penjualan bermacam-macam produk dengan harga yang terjangkau, setiap tahun dapat dijumpai dalam arena PRJ.

Penyelenggaraan PRJ pun mengalami pasang surut perkembangan dari tahun ke tahun, bahkan ada saat dimana agenda tahunan yang diadakan dalam rangkaian HUT Jakarta ini, kurang diminati atau sepi pengunjung.

Setelah ditangani dan dikelola oleh PT JIExpo, penyelenggaraan PRJ dalam beberapa tahun terakhir ini kembali menunjukkan geliat dan cukup bergengsi. Warga masyarakat pun jadi antusias mengunjungi PRJ, selain karena sajian hiburan juga karena alasan berburu berbagai produk lokal dan impor yang dijual dengan harga agak miring.

Sepintas memang penyelenggaraan PRJ dari tahun ke tahun terbilang sukses dan berhasil. Bahkan, menurut informasi, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pun sudah hampir mencapai 50 persen dari keseluruhan stan peserta. Hanya saja, apabila diperhatikan dengan seksama, stan peserta PRJ sebetulnya lebih banyak didominasi oleh perusahaan multinasional yang dikamuflase dengan penampilan stan-stan berhadiah.

Dengan demikian tetap saja PRJ menjadi 'mahal' bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, sehingga mereka ini berkunjung ke PRJ dan hanya sanggup membeli karcis tanda masuk untuk selanjutnya cuma bisa menonton kemewahan.

Di sisi lain, penyelenggara PRJ seolah merasa sudah menunaikan tugas memberikan hiburan dan menyajikan aneka produk yang ditawarkan kepada pengunjung, namun terkesan melepas tangan atas penanganan parkir para pengunjung. Inilah yang kemudian menimbulkan dampak sosial berupa perebutan lahan parkir oleh sejumlah organisasi kemasyarakatan lokal yang merasa 'punya hak' atau menuntut 'jatah preman' pengelolaan parkir.

(Mungkin) karena hal-hal itulah, Pemrov DKI Jakarta lewat Gubernur Jokowi dan Wagub Basuki Tjahaya Purnama kemudian mempermasalahkan status pengelolaan PRJ oleh pihak swasta dan kemudian berencana untuk mengambil alih kembali seperti di masa lalu. Termasuk pula, pertimbangan bahwa Pemrov DKI selama ini, justru membayar fee kepada penyelenggara, padahal sejatinya PRJ adalah 'gawean' mereka.

Masyarakat awam tentu tidak terlalu memasalahkan siapa pun yang jadi penyelenggara PRJ, terpenting perhelatan ini bisa benar-benar memberikan hiburan yang murah namun berkualitas dan juga menyajikan beraneka produk lokal dan impor dengan harga terjangkau, setidaknya sekali dalam setahun. Akan lebih bagus lagi kalau memang Pemprov DKI sanggup untuk mengelola sendiri penyelenggaraan PRJ, tentu dengan penanganan yang profesional, transparan dan paling penting bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Tak Mungkin Berlari

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

Semifinal dan Final Tunarungu Mencari Bakat

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

Beberapa minggu yang lalu saya membuat artikel Audisi Tunarungu Mencari Bakat dan bagi pembaca yang belum mengetahui berita ini bisa dibaca Disini

Saat ini tahap audisi sudah memasuki 20 Besar semifinalis dan akan terjaring lagi hingga menjadi 10 peserta. Final ini akan dilakukan dengan beberapa tahap dan dilaksanakan pada hari yang sama. bagi pembaca yang tertarik untuk datang ke acara ini bisa datang langsung ke Mall Bale Kota, Tangerang.

20 Peserta Semifinalis Tunarungu Mencari Bakat

20 Peserta Semifinalis Tunarungu Mencari Bakat Dokumentasi : Yayasan Tunarungu Sehjira

Seperti apa sih suasana di Mall Bale Kota pada akhir pekan? mall ini baru dibuka pada beberapa bulan yang lalu (karena masih baru dan belum banyak yang tau mall disekitar tangerang ini, kompasianer bisa datang kesini, belajar, mengedukasi sekaligus hiburan akhir pekan bersama keluarga anda dan kapan lagi?).

Info khusus kompasianer :

Datang dan saksikan final Tunarungu Mencari Bakat

tanggal 8 Juni 2013 jam 10 sampai selesai

di Mall Bale kota, tangerang @Atrium Beranda (lokasi awal dipindah)

Jl. Jendral Sudirman KM 10, tangerang 15119

Dimeriahkan oleh : Dewi Yull dan Ronny Sianturi

Yayasan Tunarungu SEHJIRA (Sehat Jiwa Raga) sebagai lembaga non profit dan dihadapkan suatu tantangan untuk mengembangkan organisasi agar eksistensinya dapat membantu pengembangan potensi para Tunarungu di Indonesia untuk mendapat hak dan kehidupan yang layak. "SEHJIRA" bergerak bersama Talenta Tunarungu Indonesia yang akan menyelenggarakan acara Tunarungu Mencari Bakat 2013, dengan
Tema : Kesetaraan Akses terhadap Seni Budaya bagi Semua"

Penyelenggaran pertama acara Tunarungu Mencari Bakat, agar memberikan kecerdasan yang membawa kaum Tunarungu yang memiliki talenta luar biasa, Pelaksanaan acara ini didukung sepenuhnya oleh Pemerintah, Swasta dan Penyandang Tunarungu Indonesia.

Buktikan kalau kompasianer adalah orang-orang yang peduli dengan penyandang disabilitas terutama tunarungu, dan yakinkan bahwa mereka adalah benar-benar anak masa depan bagi kita semua. Bakat itu anugerah. Mereka bisa dan mengapa anda tidak? kita semua adalah manusia yang sama di mata Tuhan. Namun keterbatasanlah yang menjadikan mereka terbatas, tapi dengan keterbatasan inilah mereka mampu menjadi dirinya sendiri, mandiri dan tidak hanya kemampuannya yang dimilikinya menjadikan TALENTA yang tak ternilai. Mereka tidak malu namun sungguh percaya diri dengan keterbatasan dan kemampuannya tidak menjadikan suatu keterbatasan sebagai penghalang untuk meraih prestasi.  Inilah yang patut anda tiru!

Ikuti juga Votingnya melalui FB grup di : Tunarungu Mencari Bakat

Untuk memilih peserta terfavorit pilihan anda.

NB : Bila anda ingin datang jangan lupa mengisi buku tamu ya supaya kehadiran kalian bisa diingat oleh panitia loh ^_^

Sampai bertemu di Mall Bale Kota

Ikuti pula Tweetnya melalui Twitter Yayasan Sehjira : @yayasansehjira #TMB #DeafUnite

Keep Spirit for Deaf Talent in Indonesia

13611159421968444726

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Kawasan Tanpa Rokok Mandul Nasib Bangsa Amburadul

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

13704539621030458598

Refleksi Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2013

Setiap Tanggal 31 Mei merupakan hari bersejarah dunia yang biasa dikenal dengan Hari Tanpa Tembakau sedunia. Banyak pihak yang melakukan kegiatan untuk menyambut hari peringatan tersebut. Mulai dari Kementrian Kesehatan, LSM yang bergerak di bidang rokok dan seluruh pihak yang peduli pada dampak buruk rokok. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan bahwa 34,7% penduduk di Indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah perokok. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007.

Berbicara mengenai baik buruknyanya rokok tentu hal ini tidak terlepas dari pro dan kontra antara industri rokok, perokok, petani tembakau dan sebagian besar masyarakat yg belum atau sudah berhenti merokok serta yang harus dilindungi sebagaimana amanah UUD 1945 ialah kelompok yang merasa terancam akan keberadaan rokok dimana-mana.

Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Minimal ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Penyakit-penyakitakibat rokok pada akhirnya juga melemahkan potensi SDM kita. Diketahui asap rokok memicu sedikitnya 25 macam penyakit, mulai dari penyakit saluran pernafasan, Kanker Paru-Paru, penyakit pembuluh darah, Impotensi, Stroke, hingga Kanker Kandung Kemih. Dari semua itu Kanker Paru-Paru yang tergawat di peringkat pertama. Dampak lain adalah terjadinya penyakit Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir (BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati.

Hal ini berdampak pada tingkat Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia yang hanya mencapai rata-rata 68 tahun, sedangkan penyakit pembunuh utama adalah penyakit tidak menular yang didominasi oleh stroke, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, oenyakit pernapasan, kanker (termasuk kanker paru), serta Diabetes. Kematian akibat penyakit tidak menular ini terus  meningkat, dari penyebab 41% kematian penduduk tahun 1995 (Susenas) menjadi 59,5% kematian penduduk (Riskesdas, 2007).

Saat ini semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadari terus menumpuk menjadi zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal.
Kondisi kesehatan yang buruk di usia dini akan menyebabkan kesehatan yang buruk pula di saat dewasa. Lebih bahaya lagi berdasarkan data tahun 2010 Kementerian Kesehatan, 85,4 persen perokok aktif merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya.

Dari aspek ekonomi, sekitar 1,5 juta orang dari rumah tangga perokok yang berobat penyakit Hipertensi dengan biaya yang dihabiskan mencapai Rp.219 miliar sebulan atau Rp.2,6 triliun lebih setahun. Rumah tangga perokok juga mengeluarkan belanja untuk berobat penyakit Asma sebesar Rp.1,1 triliun, penyakit TBC Rp.636 miliar, penyakit pernafasan lain Rp.4,3 triliun, dan penyakit Jantung 2,6 triliun. Jika biaya rawat inap tidak disubsidi, maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat akibat penyakit yang berkaitan dengan tembakau adalah Rp.15,44 triliun. Maka paradigma sakit bangsa harus dirubah paradigma sehat, yang mengutamakan upaya pencegahan sebelum sakit jika negara tidak ingin kehilangan anggaranya.
1370454354889099081

Dari Aspek Sosial, merokok sangat mempengaruhi lingkungan/orang lain/keluarga. Seorang yang bukan perokok bila terus menerus terkena asap rokok dapat menderita dampak resiko kesehatan yang sama denganperokok. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Bab IX Pasal 46 bahwa Negara, Pemerintah, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecacatan, karena tidak ada batasan aman untuk setiap paparan asap rokok orang lain. Oleh sebab itu Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan upaya yang efektif dan efesien untuk melindungi masyarakat.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat-tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan serta menjadi kewajiban asasi bagi kita semua terutama para pimpinan/penentu kebijakan didaerah setempat untuk mewujudkannya.

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetapan KTR, yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan.

Sayangnya meski pemerintah pusat sudah menetapkan lokasi-lokasi tersebut sebagai KTR, belum banyak daerah yang bisa melaksanakannya dengan alasan belum memiliki aturan ditingkat daerah. Dari sekitar 500 kabupaten/kota yang ada, hingga akhir Januari 2013 diakui baru 118 kabupaten/kota yang sudah memiliki peraturan KTR berupa Perda, Pergub maupun surat edaran. Berarti baru 25 persen saja kabupaten yang sudah merespon PP 102/2012. Upaya penerapan peraturan walikota (Perwali) No 13 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) harus terus ditingkatkan. Baik secara jangkauan, pengawasan maupun penerapan sangsi yang tegas. Jika seharusnya kita bisa melahirkan generasi yang subur dan sehat maka jangan sampai program KTR ini mandul yang akibatnya akan berdampak kepada generasi dan nasib bangsa yang semakin amburadul.

Seharusnya upaya perlindungan generasi bangsa terhadap bahaya rokok merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masarakat), Akademisi, Parlemen maupun Pemerintah yang sebaiknya perlu dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, sepanjang hayat secara konsisten. semoga perjuangan sehat selalui direstui Tuhan YME.

Salam Juang Sehat…!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Pemuda Konsumtif tapi Tak Produktif Potensi Koruptif

Posted: 05 Jun 2013 11:06 AM PDT

OPINI | 06 June 2013 | 00:44 Dibaca: 7   Komentar: 0   Nihil
1370453766502342695

MUSISI BABEL CERDAS POLITIK

Semua orang pasti ingin KEKAYAAN dan selalu merencanakan dirinya untuk menjadi KAYA..

Apakah anda sudah se YAKIN YAKIN nya bahw pelaku Money Politics pakai Politik suap kepada Pemilih bagi uang, beras, mukenah … TIDAK LAGI BERPIKIR AKAN LEBIH KAYA ketika ia berhasil memenangkan Pesta Politik Pemilukada maupun Pemilu dst…

Ada baiknya, kita orang muda pun mesti berhati-hati.. Money Politics menyisakan ajaran agar kita selalu bersikap konsumtif dan membuat kita menjadi tidak produktif..Lalu bersiap jadi generasi koruptif..

TETAPI MUSISI BABEL adalah PEMUDA yang sangat Produktif.. mengejar cita-cita dan gagasan untuk menjadi lebih kaya melalui BAKAT BERMUSIK yang dimilikinya.. mulai dari Nol. panggung tak dibayar hingga berkelas panggung concert spektakuler.. ""SUARA MUSISI BABEL"

Foto ini diambil pada saat kegiatan Panggung Musik Apresiasi Musisi Berantas Money Politics, 26 Mei 2013 di Lapangan Merdeka Pangkalpinang. Sebuah Lagu by Ganesha Managemen

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar