Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Rabu, 26 Juni 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Mandulnya Peraturan daerah..

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

TANJUNGPINANG-PERATURAN DAERAH (Perda) Kebersihan Keindahan Kenyamanan (K3) yang sudah diciptakan dengan biaya yang sangat mahal, kini harus tergolek lemah di lemari atau di meja arsip. Perda itu hanya menjadi hiasan dan catatan, bahwa Dewan Kota melalui Pansus K3 pernah menciptakannya.
Terkait dengan Perda K3, Perda ini dilaksanakan dengan baik tidak akan ada penggunaan trotoar selain untuk pejalan kaki. Kini, trotoar tak hanya digunakan untuk pejalan kaki.
Di petang hingga malam hari, trotoar di kawasan Tepi Laut digunakan untuk berdagang. Hal serupa berlaku juga di sekitar Jalan Merdeka dan Jalan Teuku Umar. Kecuali pagi hingga petang, trotoar di jalan ini digunakan untuk tempat parkir sepeda motor dan terkadang mobil.
Tak hanya di seputaran kota lama, di banyak tempat di wilayah kota banyak trotoar yang digunakan tidak sebagaimana fungsinya. Umumnya digunakan untuk berjualan, parkir dan beberapa diantaranya untuk bengkel kendaraan. Bahkan, ada yang menggunakan trotoar untuk show room penjualan mobil. Pertanyaan sederhananya, di mana pengawas Perda K3 ini ?
Apa yang diungkapkan adalah benar. Bahwa, jika pelanggaran terhadap penggunaan trotoar dibiarkan, Perda ini tidak akan ada artinya lagi. Dan, penguasaan trotoar selain untuk pejalan kaki akan terus berkembang.
Sejatinya, pengawas dan penegakan aturan yang ada di Perda, termasuk Satpol PP harus memahami filosofi lahirnya Perda K3 ini di tahun 2004. Perda ini dibuat untuk menjamin dan memastikan kawasan pusat kota seperti Jalan Merdeka dan sekitarnya, harus tetap bebas dari pedagang kaki lima.
Sebelumnya, Pemko harus bersusah payah memindahkan pedagang kaki lima yang ada di seputaran trotoar pusat kota ke Bintan Center. Pemindahan itu menjadi solusi terbaik bagi kedua pihak, juga bagi pengembangan kawasan Bintan Center.
Mungkin tidak semua Satpol PP Pemko sekarang, ikut merasakan susahnya pemindahan waktu itu. Namun setiap Satpol PP dituntut harus memahami filosofi dari lahirnya Perda K3 itu. Tak cuma sebatas mengeja dan membaca isi Perda K3.
Mereka harus paham, bahwa mustahil untuk memindahkan pedagang di sekitar trotoar itu ke tempat lain, tanpa disertai solusi. Sebab, mereka juga berhak mencari nafkah. Sebab mereka sudah membuka lapangan pekerjaan. Sebab mereka sudah ikut menaikkan pertumbuhan rill ekonomi di kota ini.
Jadi, yang diperlukan adalah sikap bijak dari pengambil kebijakan. Namun dengan tetap menegakkan aturan yang sudah ada. Jika tidak, cabut saja aturan yang sudah dibuat dengan biaya yang sangat mahal itu. (HENDRA)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Cinta dan Kejujuran Terbungkus Manis dalam Bawang Goreng Mbok Sri

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

Identitas sebuah kota dapat terwujud dari bentuk fisik kota maupun sebagai akumulasi dari budaya serta sumber daya alam yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Identitas "baru" dapat saja muncul atau ditambahkan pada identitas sebelumnya. Begitu pula halnya dengan kuliner, yang ternyata turut berperan dalam membentuk maupun menambahkan identitas sebuah kota.  Ambil contoh Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar, dapat ditambahkan dengan identitas sebagai Kota Gudeg. Demikian halnya dengan Kota Palembang yang memiliki identitas sebagai Kota Pempek. Nama-nama makanan tersebut seakan melekat dengan kotanya, menjadi identitas kota.

Lalu, apa yang menjadi ciri Kota Palu? Makanan atau cemilan apa yang dapat dijadikan identitas Kota Palu? Makanan apa yang terlintas di benak, yang dapat diasosiasikan dengan Kota Palu? Hal pertama yang muncul adalah kaledo, giliran berikutnya, bawang goreng. Tidak sah rasanya kalau ke Palu tidak membawa oleh-oleh bawang goreng. Tidak afdol rasanya kalau berkunjung ke Kota Palu tanpa membawa pulang bawang goreng Mbok Sri.

Tanggal 23-25 Juni 2013 yang lalu, kebetulan mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Kota Palu. Di sela-sela tugas, satu hal yang pasti. Harus membawa pulang bawang goreng dan itu harus bawang goreng Mbok Sri. Mengapa bawang goreng Mbok Sri? Tidak adakah yang lainnya? Jawabannya: Ada, hanya sudah kadung cinta dengan bawang goreng Mbok Sri.

Mbok Sri bukan sosok baru dalam hal perbawang gorengan. Mbok Sri sudah sepuh, usianya sudah 81 tahun, namun beliau masih sangat setia dengan bawang goreng. Toko/kiosnya, bersatu dengan tempat kediamannya, di perumahan BTN Mutiara Indah Blok E No. 3 Kota Palu. Kalau perlu, hubungi terlebih dahulu lewat telpon di 0451-482085 atau di 0821-194215774.  Selain bawang goreng, Mbok Sri juga menjual abon  daging sapi, abon ikan, dan aneka camilan lainnya. Beliau tetap ingin disapa Mbok, bukan Ibu, dan bukan pula Mbah. "Mengapa Mbok?". Jawabnya, "Mbok lebih senang dipanggil seperti itu".  Ketika diminta untuk difoto, bergegas dia mencari kacamatanya. "Tunggu, saya ambil kacamata dulu, supaya terlihat cantik".

13722687431764813972

Mbok Sri dengan Kacamata Pelengkap Cantiknya

Beliau juga dengan senang hati menunjukkan foto-foto masa mudanya, mengajak ke kamarnya, tempat kumpulan kenangannya, memperkenalkan masa lalunya. "Cantik kan Mbak? Itu foto Mbok dan almarhum suami Mbok. Sayang beliau tidak menemani hingga saat ini".

1372268820639806181

Mbok Sri dan Almarhum Suaminya

Bawang goreng Mbok Sri sungguk enak, renyah, crispy, gurih, jempol. Selain itu, tahan lama, dapat bertahan hingga 1 tahun. Tidak nampak sedikitpun sisa minyak pada bawang gorengnya maupun dalam kemasannya. Tidak seperti bawang goreng lainnya. Kalau berdasarkan pengalaman, hanya bisa disaingi oleh bawang goreng jempolan lainnya, yaitu bawang goreng Tangerang. Harganya cukup bersahabat. Kemasannya beragam. Untuk kemasan 500 gr dibandrol Rp. 100.000,- dan untuk kemasan 100 gr, 150 gr, dan 250 gr masing-masing dihargai Rp. 20.000,- , Rp. 30.000,-, dan Rp. 50.000,-.

1372268988875935541

Mbok Sri sudah bergelut dalam usaha bawang goreng ini sejak tahun 1980. Sudah 33 tahun lamanya. Tanpa ragu beliau menceritakan."Dulu belum seenak sekarang, Mbok harus keliling-keliling menenteng bungkusan bawang goreng dan abon dari satu kantor ke kantor lainnya.  Dulu orang-orang masih belum terbiasa membeli bawang goreng karena dianggap setiap rumah tangga pasti bisa membuat bawang goreng di rumahnya masing-masing " Tergambar kegigihan usaha. Terpampang keuletan dalam kerja. Patut ditiru, dicontoh, dan diteladani. Ketika ditanyakan apa resep usahanya, dengan antusias beliau menjawab, "Cinta dan Jujur". Kita harus mencintai segala sesuatu yang kita lakukan dan jujur dalam bertindak, bersikap, bekerja. "Jika Mbok Sri tidak mencintai bawang goreng dan tidak jujur dalam usaha, Mbok yakin, Mbok tidak akan jadi seperti ini" tuturnya.

Mbok Sri seperti umumnya para sepuh lainnya, senang bercerita, senang diajak ngobrol. "Dulu Mbok hanya mengolah 1 atau 2 kilogram bawang merah saja, sekarang sudah mencapai 1-2 ton bawang merah per hari. Alhamdulillah, dari hasil usaha bawang goreng, Mbok sudah berkali-kali naik haji, dan menyekolahkan seluruh anak Mbok hingga selesai. Sekarang dilanjutkan oleh cucu dan cicit." Hingga saat ini, di usianya yang sudah senja, beliau masih terlibat langsung dalam pembuatan bawang goreng, minimal, masih tetap mengawasi. Masih tetap menebarkan cinta dan kejujuran dalam usahanya. Seperti kecintaannya terhadap bawang goreng dan kejujurannya dalam berusaha.

Sampai ketemu lagi Mbok Sri. Ke Palu tak elok rasanya jika tak mampir ke Mbok Sri.

Kriiiiuuukkk!!! Kreeesss!!!

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Aduh, Ada Fatin Lagi, Di Doakan Pula!

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

Baru satu hari saya bersyukur karena di kanal hiburan kompasiana tidak ada lagi tulisan tentang Fatin, lha kok hari ini tiba-tiba penuh kembali tulisan tentang Fatin. Sama seperti sebelum-sebelumnya, hampir semua isi tulisan berisi pemujaan terhadap sosok Fatin. Yang fenomenal lah, yang menakjubkan lah, bla bla bla. Semua hal kembali dihubung-hubungkan dengan Fatin. Bahkan, ada tulisan yang secara khusus mendoakan Fatin.

Dalam tulisan doa tersebut, si penulis berdoa semoga Fatin selamat dan dari godaan para haters, hingga bersumpah setia untuk selalu menemani langkah Fatin agar menjadi sosok yang membanggakan. Dan saya lihat, banyak pula yang mengaminkan dalam komentarnya.

Bukankah lebih elok, apabila doa-doa itu ditujukan pada diri kita sendiri, pada keluarga, dan pada orang-orang sekitar yang lebih membutuhkan. Daripada hanya sekedar untuk idola baru, yang bahkan saya sendiri pun belum yakin, apakah sosok Fatin ini benar-benar sesempurna yang dibayangkan para penggemarnya.

Padahal, sampai sekarang saya sendiri belum menyaksikan secara langsung, apa sih kehebatan Fatin itu? Apa kelebihan seorang Fatin selain suaranya, dan model pakaiannya? Apa dia sudah mencetak album yang laku terjual sampai berjuta keping? Atau dia sudah melakukan tindakan nyata yang dapat menginspirasi jutaan orang? Lha wong baru menang kompetisi menyanyi aja kok sampai banyak yang tergila-gila. Ini yang membuat saya tak habis pikir.

Sampai kapan gejala fatin ini terus berlanjut? Apa harus menunggu idola baru lagi? Entahlah………………

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Stok Ganda Putra Indonesia Belum Habis (?)

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

Sudah lama rasanya tidak mengikuti pekembangan seputar bulutangkis sejak Olimpiade London 2012 silam. Ajang yang boleh dikatakan harus menjadi titik terendah bulutangkis Indoensia untuk kembali bangkit di kancah internasional. Tradisi emas pupus, kekuatan bulutangkis Indonesia hampir tidak lagi merata. Praktis di London kemarin sejak awal harapan saya pribadi memang lebih banyak tertuju pada Ganda Campuran Tantowi/Lilyana. Sektor Putra (Tunggal & Ganda) yang menjadi penopang Indonesia mulai terlihat kurang kompetitif . Terutama setelah Taufik Hidayat mencapai puncak karirnya gap kekuatan pemain setelahnya masih terasa jauh. Begitupun Ganda Putra setelah tak lagi mengandalkan Ganda Putra peraih emas Beijing 2008 Markis Kido/Hendra setyawan. Namun setelah melihat melihat 2 Turnamen Super Series beruntun (Indonesia dan Singapore Open) optimisme dirasa masih terus ada. Ganda Putra tampaknya belum akan kehabisan stok untuk melahirkan pemain-pemain yang bisa bersaing di level internasional.

Ini yang saya amati sejak era 90an khususnya, Di Olimpiade Atalanta 1996 Indonesia punya Ganda Putra legendaris peraih Emas Ricky/Rexy. Setelahnya Ganda Putra Indonesia kuat lainnya ada Chandra Wijaya/Sigit Budiarto (pasangan yang kerap melakukan atraksi-atraksi memukau saat melakukan pengembalian bola smash lawan), lalu di periode yang sama Indonesia punya pelapis Tony Gunawan/Halim Haryanto, serta Flandy Limpele/Eng Hian. Dua pasangan pertama sempat dirotasi menjadi Chandra/Tony, dan Sigit/Halim. Meski begitu tetap tapi tak mengurangi kehebatan pasangan Chandra/Tony, alhasil Ganda Putra lagi-lagi menjadi hero Chandra/Tony meraih emas Olimpiade Sydney 2000. Sementara pasangan Flandy/Limpele seingat saya sempat pindah mewakili England di beberapa turnamen sebelum akhirnya kembali ke Indonesia. Ada yang mengatakan ini disebabkan persaingan Ganda Putra sangat ketat waktu itu.

Masuk  era tahun 2000an Pelatnas Cipayung melahirkan pasangan Ganda Luluk/Alvent, Ganda Putra yang sempat menjadi No 1 Dunia kala itu, namun sayang atlet ini terlalu cepat mencapai puncak karir. Tidak lama setelahnya Indonesia kembali memunculkan jagoan tak kalah hebat, pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan, tidak seperti Luluk/Alven periode keemasan pasangan ini terlihat lebih lama, dan Indonesia beruntung masih menikmati masa-masa kejayaan mereka saat momen Olimpiade Bejing 2008. Markis/Kido pun sukses mempermalukan ganda putra kuat China Cai Yun/Fu Haifeng di depan publik China, sekaligus memupus harapan sapu bersih emas Olimpiade cabang Bulu tangkis.

Seperti halnya roda berputar Ganda putra indonesia ini tampak terus menurun performanya.  Hendra Setiawan pun beralih pasangan dengan Mohammad Ahsan yang kelihatannya lebih klop dibanding pasangan terdahulunya Bona Septano. Tiga gelar Super Series di tahun 2013 menjadi senyum optimisme terhadap Ganda Putra satu ini. Performa Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan diharapkan masih stabil, walaupun masih cukup riskan hingga Olimpiade 2016 mengingat usia dari kedua pemain khususnya Hendra Setiawan yang akan "berkepala" 3 ditahun tersebut. Mengintip daftar rangking 10 besar WBF, Indonesia masih menyematkan pasangan ganda yang lebih muda Angga Pratama/Ryan Agung.  Dan tanpa bermaksud mengecilkan gengsi Turnamen lain, namun ajang sebesar Olimpiade tetaplah menjadi gengsi, dan kebangaan bagi atlet untuk mempersembahkan emas bagi negaranya, mengibarkan bendera Indonesia, serta mengumandangkan lagu ditengah-tengah telinga bangsa lain. Berharap….

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Pesan Gus Abbas Buntet Cirebon dalam Muwadda’ah Pesantren Darul Ulum Kudus

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

Gus Nasih, KH. Sa

Barangkali Abdul Djamil benar; bahwa dalam dasawarsa terakhir pesantren berada pada babak baru dalam dinamika sosio-kultural masyarakat Indonesia. Menurutnya, peran pesantren dalam membentuk kebudayaan bangsa Indonesia akan semakin signifikan. Setidaknya jika pesantren dilihat dari 2 (dua) hal; sebagai lembaga pengemban intelektual Islam, dan pranata pembinaan masyarakat.

Perihal pendidikan Islam di pesantren, bahwa ada sejumlah warisan tradisi yang senantiasa dilestarikan. Beberapa diantaranya adalah dalam hal metode pengajaran, yakni soroganbandongan dan wetonan. Melihat metode pengajaran yang klasik tersebut, nampaknya benar bila pesantren bermaksud untuk mempertahankan citra khas tradisi yang dimilikinya. Sehingga tidak salah jika Hasan Nasr mengistilahkan pesantren sebagai dunia tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang di kembangkan ulama' (salaf) dari masa ke masa. Dalam hal ini pesantren, paling tidak, memainkan 3 (tiga) fungsi tradisionalnya yang utama; Pertama, transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam; Kedua, peliharaan tradisi Islam, dan; ketiga, reproduksi ulama.

Pada tanggal 25 Juni 2013 (17 Sya'ban 1434 H.) bertepatan dengan akhir al-sanah Ma'had Darul Ulum Ngembalrejo Kudus. Penulis adalah salah satu khirrijin Pondok Pesantren salaf tersebut yang lulus pada tahun 2010. Hadir sebagai pengisi mauidzoh hasanah dalam akhir al-sanah adalah Gus Abbas dari Pesantren Buntet Cirebon. Ini adalah kali ketiga Gus Abbas memberikan petuah yang panjang-berisi di akhir al-sanah Ma'had Darul Ulum Ngembalrejo Kudus.

Gus Abbas pada awal mauidzoh-nya menceritakan pengalaman yang paling beliau ingat semasa masih belajar di salah satu Jami'ah di India: pada suatu ketika, dalam kesempatan yang disengaja beliau ke maktabah dan menemukan literatur merah; The Satanic Verses karya Salman Rushdie. Gus Abbas–mungkin karena tawadlu dalam pengakuannya–merasa penasaran dan bertanya kepada salah satu dosennya: "Kenapa buku semacam ini tidak dibakar saja?" Dan Gus Abbas akhirnya bercerita tentang pentingnya literatur semacam itu untuk mengasah daya kritis umat Islam. "Ibarat belajar, kita adalah senjata yang hebat. Dan senjata hebat perlu melihat objek dengan visualisasi yang jelas. Sehebat apapun sebuah senjata, ketika melihat objek sasarannya buram, tak akan hebat hasil tembakannya." Jawab dosen tersebut.

Menambahi perkataan dosen tersebut, Gus Abbas menekankan: "Dan inilah maksud Gus Dur pada waktu itu yang tidak senang dengan praktik bakar-membakar buku."

Gus Abbas adalah NU, itu sudah jelas. Dan ketika mauidzoh lebih banyak berbicara tentang NU, adalah perkara yang sangat jelas pula. Konsekuensi logisnya: Gus Abbas memberikan dalil singkat akan tradisi NU yang sudah dipraktikkan masyarakat Nahdliyin selama berabad-abad lamanya, disamping mengapi-apikan ghirah para orang tua yang menghadiri akhir al-sanah untuk tidak segan me-mondok-kan putra-putrinya di Pesantren yang berlabel NU di dalamnya.

"Kita tidak berhak membuat qoul. Hak kita hanya sebatas naqlu aqwal al-ulama, karena kita bukan ulama." Demikian kata KH. Turaichan Al-Juchri rohimahullah, padahal beliau ialah alim fiqh dari Kudus dan ahli falak yang langka tanding pada masanya. Sikap semacam Mbah Tur (demikian KH. Turaichan Al-Juchri sering disapa) menurut Gus Yahya Cholil Staquf adalah bentuk kehati-hatian para Kyai dan wujud tawadlu beliau pada pendapat ulama salaf.

Namun dunia terus berubah, hingga mendesak adanya produk fiqh yang kontekstual. Masih ada kyai Ushul yang produktif seperti Kyai Wahab Hasbullah rohimahullah dan Kyai Sahal Mahfudz atholallou umrah. Beliau berdua memberikan ulasan-ulasan ber-nash atas berbagai  persoalan dan pemecahan solusi ke-fiqh-an yang hampir mendapati jalan buntu, meskipun hasilnya sangat kontroversial dan kadang kali menerima sikap ketidak-setujuan oleh kyai-kyai fiqh NU yang lebih berhati-hati.

Pada tahun 1990-an, Prof. Nur Cholis Madjid (Cak Nur) pernah didatangkan pada sebuah forum aktivis Jama'ah Salahuddin di Kampus UGM Yogyakarta. Dalam forum tersebut Cak Nur dicerca habis-habisan hanya demi dirontokkan ide Pluralisme dan Sekularisasi yang diusungnya. Pada akhir pembelaan, Cak Nur mengingatkan agar meninggalkan sikap menelan mentah–sikap yang cenderung dimiliki Wahabi: "Al-Quran dan Sunnah itu bukan pasal-pasal KUHP." dan para aktivis tersebut kemudian dibuat melongo dengan penguasaan Cak Nur akan khazanah ilmu-ilmu Islam.

Umat Islam Indonesia, menurut penulis, adalah umat yang kebanyakan tidak cukup sabar memperhatikan gagasan-gagasan yang dirasa anyar, kadang pula semangat jihad mereka terlampau buta hingga memunculkan rasa kecurigaan, syak, dan wasangka yang luar bisa dan mengaburkan beda antara saudara sendiri dan musuhnya.

Mendatangi kediaman Gus Dur, Ulil Abshar Abdalla mengutarakan keinginannya membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL). "Pakai label itu lebih banyak rugi ketimbang untung," kata Gus Dur pada Ulil, "label cenderung mengundang serangan." Dan Ulil tetap mendirikan JIL, "Dan seketika itu pula menjadi tudingan dan sasaran tembak bagi siapa saja yang mencurigai Yahudi, Israel, dan Amerika." Kata Gus Yahya Cholil Staquf, "Bahkan di tubuh NU; Ulil nyaris jadi korban hanya karena ia meneriakkan: SEMUA AGAMA SAMA!!!"

Barangkali Gus Abbas dalam mauidzoh tersebut ingin berpesan agar umat muslimin dan para santri tidak terlalu kaget, cukup bersabar memperhatikan gagasan-gagasan yang dirasa anyar, meski bertentangan dengan keyakinan kita sendiri, agar tidak melahirkan kecurigaan yang terlalu dini hingga kita mampu mendudukkan mana saudara dan mana yang musuh.

Pesantren, yang menurut Gus Abbas adalah lembaga pendidikan terbaik di dunia yang dimiliki Indonesia, pada akhirnya memiliki tanggung jawab tambahan untuk mewujudkan hal itu semua.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Android Makin Ageresif “Menyerang” Dekstop

Posted: 26 Jun 2013 11:08 AM PDT

Di Industri technology, siapa yang sih yang tidak ketar-ketir atas kehadiran Android?. Di Dunia Smartphone, Android telah muncul sebagai pemenang, bahkan menurut riset dari luar negeri Android juga akan segera bisa menyalip iOS pada pasar Tablet. iPad memang mendominasi pasar tablet saat ini, tapi tablet Android diprediksi akan tumbuh semakin agresif untuk menyalipnya.

Seiring dengan  perkembangan Android, perusahaan tehnology makin meliriknya, sampai pasar PC. Ada bebarapa perusahaan yang menguji OS Android untuk PC produknya. Ini bahkan berlawanan dengan cara Microsoft yang masuk ke smartphone dan Tablet. Microsoft Fokus pada Smartphone dan Tablet, Namun Android mulai memasuki PC.

Sejatinya memang sistem operasi Android tidak diperuntukkan untuk perangkat komputer. Akan tetapi, jika melihat fenomena tablet, bisa saja hal itu juga terjadi laptop. OS Android yang semulanya tidak ditujukan untuk perangkat tablet, dengan seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, Android akhirnya juga digunakan untuk perangkat tablet. Dan ke PC-pun makin muncul. Ini akibat dari kepopuleran Android.

Android makin meyerbu PC atau Dekstop. Berikut beberapa Laptop yang akan menggusung OS Android:

  • HP meluncurkan produk baru, dengan sebutan All in One PC bernama HP Slate 21. HP mengumumkan all-in-one PC terbaru mereka dengan nama HP Slate 21 dan  menggunakan OS Android.
  • Acer akan mengusung sistem operasi (OS) Android pada komputer-komputer meja (desktop) dan tidak lagi mengandalkan OS Windows. Acer akan mengumumkan produk komputer desktopall-in-one (AIO) bersistem operasi Android dengan prosesor Intel Core i5 3GHz.
  • Motorola baru-baru ini merilis sebuah komputer desktop bersistem operasi Android, perangkat yang dikenal dengan nomor model HMC3260 itu akan dipaket dengan layar sentuh LED berukuran 18.5 inchi yang juga dapat digunakan untuk menyajikan acara TV, film, games, browsing, dan tentu juga memilki kemampuan untuk menjalankan aplikasi Android.
  • Produsen komputer ASUS meluncurkan ASUS Transformer AiO, sebuah All-in-One PC layar sentuh dengan OS Android. Asus juga telah meluncurkan tablet Nexus 7, Transformer Pad, dan FonePad.
  • Samsung dengan menghadirkan ATIV Q,

Sistem operasi seluler milik Google, Android, akan menjadi alternatif sistem operasi (OS) komputer hybrid yang mengancam produk-produk komputer personal Microsoft Windows. Ancaman itu dibuktikan setelah tablet hybrid diluncurkan dengan OS Android. Ini mungkin langkah awal dari Google untuk menyaingi Microsoft di pasar PC atau Dekstop. Brooke Crothers dari CNET melaporkan komputer Android akan semakin melimpah karena sejumlah produsen komputer lain seperti Asus dan Acer juga semakin bergantung terhadap Android.

Dari berbagai Sumber. Antara, Kompas, Detik, Metrotv.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar