Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Sabtu, 08 Juni 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Mengintip Calon Gubernur Riau 2013-2018

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

Pendaftaran calon gubernur riau telah usai beberapa minggu lalu. kegembiraan sekaligus kesedihan rakyat belum juga terobati dari tekanan kehidupan.

Ada 8 calon gubernur riau yang bertarung, apa yang terlihat ialah semua berebut kekuasaan. ya kekuasaan bukan untuk visi yang lebih besar yaitu meningkatkan SDM riau yang masih jauh tertinggal dari provinsi sebelah, dari provinsi sumbar ataupun sumut. sungguh ironis memang, tapi itulah fakta. karena fakta tidak bisa dibantah. karena juga fakta berbicara sendiri.

Kedelapan calon yang ada tersebut ada yang masih aktif sebagai bupati, yaitu Ahmad dan Anas Ma'mun, ada yang masih sebagai wakil gubernur yaitu mambang mit. selebihnya masih menjabat di partai politik yang menaunginya.

Di bidang pendidikan misalnya, tidak ada satupun calon yang dapat memberikan visi dan misi SDM ke riau kedepannya melalui pendidikan. hanya saja meminta rakyat riau pintar tapi tidak diberikan beasiswa dalam melaksanakan pendidikan.

Saya sangat menghargai gubernur jambi yang saat sekarang ini, beliau berani memberikan beasiswa pendidikan untuk tingkat doktoral sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) pertahun, padahal jika dibandingkan APBD jambi jauh lebih rendah daripada riau. beasiswa yang diberikan oleh gubernur jambi tersebut tidak dibatasi melainkan terbuka untuk masyarakat jambi.

Apa yang terjadi di Riau, Pemda Riau hanya memberikan beasiswa Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah) pertahun. luar biasa 'tamak' nya pemda riau sekarang.

Pembangunan fisik hanyalah bersifat sementara, sedangkan pembangunan manusianya berguna untuk jangka panjang. Apakah calon gubernur riau 2013-2018 sekarang tidak mempunyai visi pendidikan yang baik, ya saya menjawab bahwa calon-calon yang ada tidak mempunyai pemikiran untuk menjadikan Riau sebagai pusat pendidikan Asia.

Kedepannya saya menawarkan, agar calon-calon gubernur yang bertarung jika terpilih memberikan beasiswa penuh dengan ketentua:

1. Memberikan beasiswa penuh bagi pelajar-pelajar yang lulus dengan sepuluh besar dimasing-masing sekolah yang ada di riau.

2. Untuk strata 1 diberikan beasiswa penuh bagi mahasiswa/i yang mempunyai IPK 3.50 yang dimulai dari semester III;

3. Untuk strata 2 (magister) memberika beasiswa pertahunnya untuk setiap orangnya Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah);

4. Intuk strata 3 (doktoral) memberika beasiswa pertahunnya untuk setiap orangnya Rp. 125.000.000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah).

Dengan konsep yang saya tawarkan diatas, setidaknya dalam 5 tahun setelah kepemimpinannya, Riau akan mempunyai Intelektual-intelektual yang ahli di masing-masing bidangnyaberkisar: S1 (7000 orang) S2 (1000 orang) S3 (500 orang) pada tahun 2018 dari beasiswa yang diberikan oleh Pemda Riau.

Untuk itu, Jika ada calon yang mempunyai konsep pendidikan seperti yang saya tawarkan kiranya layak untuk menjadi Gubernur Riau Priode 2013-2018

Semoga!!

*mungkin tulisan ini jelek, tetapi anda sudah menjadi pembaca yang baik.

Twitter: @HudaCogito

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Orang-orang Cina Kok Kreatif-Kreatif dan Inovatif Ya?

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

Beberapa jam yang lalu saya membeli mainan tuk anak-anak saya, yang menurut saya sangat kreatif, berupa seekor burung yang bergerak kesana-kemari diiringi musik yang menyenangkan bagi anak-anak. Dan yang membuat saya terkesan adalah keluarnya telor-telor plastik secara periodik dari dalam tubuhnya.

Yui, mudah sekali ditebak, Made in China!

Orang-orang Cina ini memang luar biasa, lihat saja penetrasi dan rambatan produk-produknya yang sangat dalam dan mendunia. Saya pernah membaca berita di media internasional bahwa saking khawatirnya Amerika terhadap kemajuan dan perkembangan Cina, Amerika mengutus ratusan profesor-profesornya untuk mempelajari segala hal tentang Cina.

Oke deh gak usah jauh-jauh, di Medan, tempat saya tinggal selama 17 tahun hingga hari ini, orang-orang Cina-lah yang menguasai perekonomian kota Medan. Hal ini bisa dibuktikan dari hari-hari libur orang Cina, roda perekonomian kota Medan seakan-akan berhenti, beda dengan hari-hari libur yang lain.

Kondisi ini membuat iri, dengki hati orang-orang yang nggak bener, orang-orang yang "nggak berpendidikan".

Sayangnya, pemikiran orang-orang yang nggak bener ini merasuk kemana-mana, bahkan diwariskan melalui lingkungan sosial.

Saya termasuk salah satu korbannya, hingga saya keluar dari lingkungan tersebut.

Menariknya, justru pemikiran orang-orang yang nggak bener tersebut yang memicu saya mempelajari karakter sosial budaya orang-orang Cina, dikombinasikan dengan baik oleh hadis, "Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina."

*****

Awalnya, saya sempat menyalah-nyalahkan pemilik-pemilik tanah dan pemerintah terdahulu, sehingga dengan gampangnya mereka menjual tanah-tanah atau lokasi-lokasi strategis di kota Medan. Sebagai informasi, tanah-tanah di pusat kota Medan (Kec. Medan Kota) dan sekitarnya didominasi oleh orang-orang Cina. Misalnya pusat penjualan komputer di Jl. Merak Jingga dan pusat penjualan plastik di sekitar Jl. Bawean.

Sepengamatan saya, pusat-pusat perekonomian hulu di kota Medan dikuasi oleh orang-orang Cina.

Saya semakin memahami mengapa karakter mereka begitu hebat, kreatif, inovatif, ketika membaca roman Legenda Tiga Kerajaan, empat jilid, sekitar 4000 hlm, hingga tiga kali. Setelah ngobrol secara intensif dengan teman saya orang Cina, yang secara pribadi sangat respek kepadanya. Serta menggali informasi dari berbagai media.

Beberapa karakter yang menonjol adalah karakter survive yang sangat tinggi hasil bentukan selama ribuan tahun dalam kekacauan,  karakter profit oriented, dan melakukan segala cara untuk mencapai tujuan dalam makna yang positif, sehingga mereka kreatif dan inovatif.

Dengan demkian, masuk akal mereka menguasai perekonomian kota Medan saat ini, hasil dari kecerdikan nenek moyang mereka yang didukung oleh karakter-karakter yang saya sebutkan.

Namun, ada satu pemikiran yang "cukup mengganggu", yaitu pemikiran seorang teman yang mengatakan bahwa konsentrasi populasi orang-orang Cina, memang didesain sedemikian di beberapa titik (kota) di Indonesia oleh pemerintah Orde Baru. Informasi menarik yang belum bisa saya pastikan kebenarannya.

Well Dear Readers…

Wajar saja orang-orang Cina, kreatif-kreatif dan inovatif. Pantas dijadikan sebagai "role model", khususnya dalam perekonomian.

Artikel Terkait

Kebudayaan Cina yang Mengagumkan

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Firasat Itu Jadi Nyata 40 Hari Setelahnya…

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

OPINI | 09 June 2013 | 00:57 Dibaca: 13   Komentar: 0   0

30 April 2013 adalah malam penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2012. Saya yang secara kebetulan didapuk menjadi assisten staf ahli Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, salah seorang penerima penghargaan itu, turut hadir di acara tersebut di Djakarta Theater.

Satu per satu penerima penghargaan, masing-masing Said Aqil Siroj, Djoko Suyanto, dan Taufiq Kiemas, dipanggil ke atas pentas oleh Maudy Koesnaidi sebagai MC. Tak lupa mereka diminta memberikan sambutan atas penghargaan yang diterimanya.

Ada yang berbeda bagi saya saat Taufik Kiemas menyampaikan sambutannya, mengenai pemikiran 4 pilar yang menjadikannya dianugerahi Tokoh Perubahan 2012. Terbata-bata, bahkan apa yang disampaikannya saya nilai tak tersampaikan. Ini berbeda saat Taufiq Kiemas bertandang ke PBNU beberapa bulan sebelumnya untuk menyampaikan sendiri undangan peringatan Hari Lahir Pancasila. Taufiq di tengah usia senjanya masih tetap bersemangat menyampaikan pandangan 4 pilar-nya.

Entah kenapa, malam itu, 30 April 2013, saya berfirasat waktu untuk Pak Taufiq akan segera tiba…

Hari ini, 8 Mei 2013 atau 40 hari terhitung sejak 30 April, firasat saya ternyata benar. Pak Taufiq berpulang ke Rahmatullah. Innalilahi Wainnailaihi Rojiun… Sedikit yang saya tahu, masyarakat kita ada yang mempercayai tanda kematian seseorang sudah bisa diketahui sejak 40 hari sebelum nyawanya dicabut. Wallahu A'lam Bishawab….

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Fatin, Awet Muda dan Panjang Umur

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

Awet muda & panjang umur! Dua hal yg pastinya diinginkan banyak orang. Ribuan produk dan ratusan resep telah dicari, dicoba dan dijual demi dua hal itu.

Pastinya saya juga pingin awet muda. Dan untungnya saya punya niat "pingin awet muda" itu sewaktu saya masih muda. Jadinya kemudaan saya ya awet. Soalnya banyak orang yg pingin awet muda setelah dia tua, jadinya kan malah awet tua, hehehe…

Orang-orang sering salah nebak umur saya. Jarang ada yg pas. Minimalnya tebakan mereka meleset sehari lah, hehe. Itu berarti resep awet muda yg saya coba praktekkan bisa dikatakan cukup berhasil. Mau tahu resepnya apa? Ah, mau tahu aja….apa mau tahu bangeeetttss? Hihihi….

Tapi kalo soal panjang umur, ini yg saya masih belum benar-benar tahu resepnya. Sampai saya ketemu seseorang yg awalnya saya pikir agak "koplak" karena gayanya cengengesan dan nyentrik. Tapi pas kita ngobrol soal panjang umur, saya jadi agak tertarik.

Ya, panjang umur! Tanpa perlu survey terlalu ruwet, saya yakin "panjang umur" adalah termasuk salah satu doa yg sering dipanjatkan manusia. Kenapa manusia sering memanjatkannya? Ya karena si panjang umur ndak bisa manjat sendiri, hihi…
Gimana ndak sering coba, tiap ada yg ulang tahun pasti orang-orang doanya begitu. Dan tiap hari pasti ada saja manusia yg ulang tahun.

Bahas soal umur, kita berhadapan dg sesuatu yg ghaib. Allah tidak memberi manusia pengetahuan luas tentang hal itu. Umur adalah misteri. Bisa saja sewaktu-waktu kita "pindah alam" dan punya titel baru tanpa perlu sekolah dan ujian, yaitu ALM dibelakang nama kita. Maut. Mati. Hal yg sangat pasti. Siapa bilang untuk mati harus tua dulu atau harus sakit dulu? Bisa saja sewaktu-waktu, suka-suka Allah mau ambil nyawa kita kapan saja. Kita ndak bisa protes, minta dispensasi, penundaan atau penangguhan sama si petugas pencabut nyawa. Dan jangan coba-coba nyogok malaikat ya!

Ada yg bilang bahwa umur manusia sudah ditentukan. Ketetapan yg ndak bisa diutak-atik. Ibaratnya kita sudah teken "kontrak" selama di dunia. Masalahnya, kita sendiri lupa kapan kontrak itu kita tandatangani, seperti apa bentuknya dan berapa lama durasinya, hehe….jadinya pas masa kontrak habis, banyak yg ndak siap. Proyeknya masih belum jadi, kerjaan belum kelar, prestasi masih minus, hidup masih berantakan, amal masih secuil, ehhh…habis kontrak! Naudzubillah min dzalik. Semoga kita terhindar dari hal seperti itu.

Itu cuma ilustrasi dan pemahaman saya sih. Makanya saya yg kurang ilmu ini ingin sharing dan belajar kepada teman-teman Kompasiana, karena setahu saya disini banyak orang yg pinter dan berilmu, baik yg nyamar atau terang-terangan.

Kembali ke cerita pertemuan saya dg teman "koplak" tadi, saya tanya "kalo memang umur sudah ditentukan, berarti percuma dong kita berdoa panjang umur?". Eh dia malah ngakak. Semprul!

Setelah ngakaknya reda, dia jawab "Allah itu sebenarnya menjawab doa manusia dg mengembalikan pada dirinya sendiri mas. Allah memberi pilihan, peluang dan kesempatan, manusianya sendirilah yg pada akhirnya harus memilih mana yg dia mau". Saya yg kurang ilmu ini ya cuma mlongo saja, ndak ngerti maksudnya, hehe…

"Terus kalo kita berdoa panjang umur, gimana dong kira-kira Tuhan menjawabnya? Apa kita yg seharusnya mati hari ini terus diundur jadi besoknya atau minggu depannya gitu? Kontrak hidupnya diperpanjang gitu?", tanya saya.

"Ya ndak tahu juga", katanya, sambil cengnegesan. Semprul!
"Begini saja. Anggap lah umur memang ndak bisa diutak-atik. Jadi ambil saja rata-rata umur manusia sebagai standarnya, anggap 60 tahun. Terus coba kita hitung hari-hari kita habis untuk apa. Sehari 24 jam. Rata-rata manusia tidur 8 jam sehari. Jadi sepertiga waktu manusia, baik sehari atau selama hidupnya itu dipake untuk tidur. Manusia yg berumur 60 tahun itu ibaratnya dia tidur 20 tahun dan "melek" 40 tahun. Hari-hari waktu melekpun bisa dipake untuk banyak hal, baik bermanfaat maupun tidak. Tinggal hitung saja kita kerja berapa jam, di jalan berapa jam, nonton tivi berapa jam, nggosip dan ngobrol ndak jelas berapa jam, buka HP main game-fesbuk-twitter berapa jam, baca dan nulis di Kompasiana berapa jam, dan sebagainya, terus coba kalkulasikan. Lalu beri nilai kira-kira banyak mana yg bermanfaat dan bernilai ibadah dg yg tidak bermanfaat dan bernilai dosa".

Penjelasannya bikin saya mikir, dia ini sebenarnya koplak atau ndak sih? Dan sayapun makin tergoda dan bertanya lagi "Terus kalo pingin panjang umur tadi jadinya gimana?"
"Ya kurangi tidur saja. Kan waktu meleknya jadi lebih panjang. Dan jangan lupa, pas melek banyakin amal dan perbuatan yg bermanfaat. Itu baru namanya panjang umur dan berkah!" Jawabnya.

Semprul! Sejak kejadian beberapa tahun yg lalu itu saya jadi kepikiran terus. Sampe sekarang. Dan jadi makin ingat lagi pas kemarin saya nonton Fatin Shidqia nyanyi "Sepohon Kayu" di tivi dg suara yg menyayat hati….

Sepohon kayu daunnya rimbun
Lebat bunganya serta buahnya
Walaupun hidup seribu tahun
Jika tak sembahyang apa gunanya?

Dan lucunya saya malah jadi ikut prihatin sama gadis yg nyanyi lagu itu. Ndak habis-habis jadi bahan omongan orang. Kasihan. Padahal sepertinya dia gadis baik-baik. Tapi kok ada saja orang yg menghabiskan umurnya buat ngomongin dia. Termasuk saya ini. Semprul! Tapi kan saya nulis yg baik-baik, hihi…

Oke, acara memperpanjang umur untuk hari ini saya pikir sudah cukup. Saya mau tidur dulu, karena itu masih penting! Bukan berarti mentang-mentang pingin panjang umur kita terus kita memutuskan ndak tidur seumur-umur. Bisa-bisa itu malah mempercepat pindah alam, hihihi…

Salaman….

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Ketika Seniman Menyoal Isu Aktual

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

Lukisan merupakan "sesuatu" yang berkaitan erat dengan keinginan manusia. Melalui media lukis, manusia ingin mengekspresikan diri, meyalurkan endapan berbagai warna emosi, dan menyampaikan pendapat individualnya. Di dalam lukisan pula, seringkali tampak impresi atau kesan tertangkap yang diungkapkan kembali oleh seniman terhadap keadaan di sekitarnya, lengkap dengan segala aspek yang melingkupi. Mendayakan kekuatan proporsi, pewarnaan yang dipilih, dan objek-objek yang tampil, lukisan agaknya suatu ungkapan kejujuran yang terencana dan cenderung simbolik dari sumber utama penciptaan – realitas aktual.

Bahkan ada seniman yang berpendapat bahwa kandungan nilai yang paling penting dalam sebuah karya lukis terletak pada ekspresi kejujuran dalam proses melukisnya.

"Suatu lukisan tidaklah perlu bagus. Yang terpenting adalah ekspresi kejujuran Anda dalam melukis," ungkap seorang perupa di sela-sela pelaksanaan kegiatan"Workshop: Melukis Itu Mudah" di arena Taman Budaya Jambi pada Kamis (06/06/2013) lalu.

13707130581732150102

Ini berarti peran fungsional sebuah karya seni rupa dititik-beratkan pada kelugasan ekspresi diri pelakunya. Perupa berupaya menyampaikan apa yang bergejolak dalam jiwa melalui aktifitas berkesenian tentang objek yang dilukis (seperti peristiwa berkesan, dinamika perubahan di lingkungan sosial beserta sebab-akibat terjadinya).

Beragam Isu Aktual Sumber Penciptaan Karya Lukis

Adalah perupa Udhin FM yang telah secara jujur, malah terkesan blak-blakan menyoroti persoalan ""penetrasi budaya" yang terjadi di tengah masyarakat.

"Penetrasi budaya itu macam-macam bentuknya, dan sedang terjadi di kehidupan sehari-hari kita saat ini," terangnya pada seorang pengunjung remaja yang bertanya.

1370713183844706642

"Jadi harus hati-hati. Kita harus berpegang teguh pada ajaran agama," tambahnya pula sembari menguas, memperjelas tulisan Arab yang menjadi objek simbolik dalam lukisan.

Penetrasi budaya itu sendiri memang telah menyebabkan banyak generasi muda saat ini menjadi "salah kaprah" mengadopsi kebudayaan yang tak sesuai dengan karakter bangsa sehingga menyebabkan terjadinya "kesesatan langkah". Hal ini dapat dikatakan sebagai invasi kultural kebudayaan asing yang bertransformasi dalam gaya hidup materialistik dan hilang pegangan akibat menjauh dari tuntunan agama, hedonistik yang hanya mengutamakan kesenangan sensasi indrawi, juga kecenderungan memikirkan diri sendiri saja alias individualistis.

Bentuk nyata dari dampak buruk penetrasi budaya, dalam hal ini kebudayaan barat, terlihat langsung dari pola sikap dan prilaku negatif generasi muda yang terlibat narkoba, pornografi dan pornoaksi. Tak hanya itu, penetrasi budaya juga merembes pada sistem-sistem sosial budaya yang lain, seperti pragmatisme politik busuk yang menciptakan ruang lapang bagi koruptor dan penguasa yang tak berpihak pada rakyat kecil.

Perupa Udhin FM merekam kembali fenomena penetrasi budaya ini ke dalam karya-karya lukisnya. Seperti terlihat pada dua lukisannya yang bertajuk "Narkoba Itu Haram 2010 dan Jangan Renggut Nyawa Anak-Cucuku 2012" di ruang Pameran Besar Seni Rupa Se-Indonesia di Jambi.

13707132881717820657

13707133421257619970

Sementara itu, perupa Mike Turusy dari Taman Budaya Sulawesi Selatan mengangkat persoalan kerusakan lingkungan akibat dari pembalakan hutan secara liar dan membabi-buta. Lukisannya bertajuk "Illegal Logging".

1370713433222358522

Hutan yang sejatinya sebagai penjaga keseimbangan lingkungan hayati di Indonesia memang kini semakin sempit ruangnya. Pembalakan liar demi meraih keuntungan pribadi oleh oknum-oknum yang tak bertanggung-jawab ditengarai menjadi salah satu penyebab hilangnya hutan di Bumi Pertiwi. Akibatnya, keseimbangan ekosistem terganggu. Jika musim penghujan datang, kebanjiran dan tanah longsor terjadi di berbagai tempat yang pepohonannya di hutan-hutan telah lenyap.

Lain cerita dengan perupa Anthok Sudarwanto dari Taman Budaya Bali. Ia mengangkat persoalan aktual sehubungan dengan diskriminasi yang terjadi pada masyarakat yang berada di strata terendah akibat stratifikasi sosial, cara pandang yang kaku dalam menafsir ajaran agama (fundamentalisme) sehingga menyebabkan maraknya kekerasan atas nama agama dan disharmoni sosial, juga sikap primodialisme mengkultuskan etnisitas tertentu yang mengerucut menjadi tindakan rasis. Lukisannya yang bertajuk "Jejak Tua" itu menggunakan media kanvas dan cat minyak dengan tahun pembuatan 2012.

13707135301981580707

Pada lukisan karya perupa Adi Damanik tampak seraut wajah badut yang bersedih hati. Badut itu bukan sembarang badut. Ia badut yang telah mengecap pendidikan tinggi dengan gelar kesarjanaannya. Begitu jelas terlihat pada kostum yang dikenakan si badut sarjana nan malang itu - tubuhnya berbungkus toga. Mimik wajahnya sendu seraya melayangkan mantra. Ia memohon pertolongan dari Tuhannya agar dituntun kembali ke jalan yang benar. Perupa dari Taman Budaya Sumatra Utara ini agaknya tengah mengutarakan sebuah ironi sehubungan dengan isu aktual yang disimaknya.

1370713628874716296

Mari cari tahu mengapa sang seniman mengekspresikan secara jujur pendapatnya melalui lukisan tersebut sedemikian rupa.

Rupanya para koruptor dan penjahat kerah putih yang tengah ia soroti. Kita tahu kebobrokan moral akibat mendahulukan kepentingan pribadi dan golongan yang marak terjadi dengan tindakan korupsi dan kejahatan korporasi lebih banyak dilakukan oleh "orang-orang pintar" saja, notabenenya mereka yang berpendidikan tinggi tapi lupa diri.

Demikianlah cara seniman yang mengungkapkan secara jujur berbagai isu aktual di masyarakat melalui karya-karya lukisannya. Bagi kita setidaknya bisa mencermati sekaligus menangkap pesan yang ingin disampaikan para seniman. Sungguh beragam persoalan seperti korupsi, narkoba, intoleransi yang mengarah pada terorisme yang terjadi di tanah air ini akan tetap mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara. Meskipun demikian, jika kita bersatu dan mau terlibat aktif mencari jalan keluarnya, tentu saja cita-cita luhur dari para pendiri negara Indonesia untuk menjadikan bangsa kita bermartabat, hidup rukun dalam kemajemukan, keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud. (M.I)

Catatan :

1. Lukisan-lukisan ini dipamerkan di ruang Pameran Besar Seni Rupa se-Indonesia 4-8 Juni 2013, bertempat di Taman Budaya Jambi.

2. Penafsiran terhadap pesan-pesan simbolik yang ditulis dalam artikel ini adalah semata pendapat penulis berdasarkan pengumpulan data yang didapat dari lapangan. Untuk memberi penilaian yang tepat terhadap karya-karya lukisan tersebut tentunya penulis belum berkompeten melakukannya, disebabkan kekurangan pengetahuan dan pengalaman pada bidang seni rupa. Oleh karena itu, mohon kritik dan sarannya dari para pembaca sekalian.

(*) Sumber semua foto dari dokumen pribadi.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Cara Gampang Menakar Kompasianer Goblok

Posted: 08 Jun 2013 11:17 AM PDT

OPINI | 09 June 2013 | 00:54 Dibaca: 18   Komentar: 0   0

Judul Asli:
Sebab Saya Cepat Menakar Intelektualitas Seseorang

Dulu,
Untuk mengetahui apakah seseorang itu cerdas,
Apakah mereka intelek
Saya membutuhkan waktu yang sangat lama
Kadang saya terjebak untuk memperhatikan cara mereka berpakaian
Mencermati kekayaannya
Bahkan berusaha mengintip kegiatan akademisnya
Dengan segala buku dan lencana prestasinya

Tapi kini
Saya sudah bisa melakukannya dalam hitungan menit
Saya tinggal mengajukan pertanyaan:
"Menurut anda apa hakikat hidup ini sebenarnya?"

Maka jawabannya, akan langsung menjadi cermin tingkat intelektualitasnya
Jika mereka berbusa-busa menjelaskannya panjang lebar dengan pasti
Maka itu adalah bukti bahwa dirinya baru merasa cerdas
Tapi jika jawabannya:
"Itu tergantung siapa yang menjawabnya"

Maka saya akan langsung menyalaminya:
"Selamat! Anda luar biasa. Saya sudah megerti"

Revo Sanjaya

.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Siapa yang menilai tulisan ini?

-

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar