Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 18 Juni 2013 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Buaya yang Tersakiti

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

Antara Fatin dan Hello Kitty

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

Uda lumayan lama nieh gan ane gax nulis,maklum baru turun gunung dari pertapa'an.secara sekarang kan uda banyak keluar masuk kompasioner handal yang ngebahas fatin dari segala sudut pandang yang berbeda.
Mulai dari yang memuji,menyanjung,mengkritisi bahkan hingga yang menghujat.ane sih cuma bisa bilang ya itu emang hak orang buat menulis artikel tentang seseorang dari segala sudut pandangnya.dan sebisa mungkin kita harus berlapang dada menerima segala tulisan itu walaupun dari sebagiannya ada yang tak mengenakan bagi kita yang membacanya.dan sebisa mungkin kita menanggapinya dengan kepala dingin agar muncul pembela'an yang tidak berkesan menghakimi tapi terkesan memberikan sedikit pencerahan.
Lho!!!!!kok jadi sendau gini ya tulisan ane,hehehe,biasa,intermezzo gan,,,

Gan,sapa sih yang gax kenal Hello kitty sikucing imut ini.
Hello Kitty adalah nama untuk sebuah karakter yang didesain oleh perusaha'an jepang,SANRIO.Hello Kitty sendiri punya nama lengap Kitty White yang merupakan personifikasi dari kucing berwarna putih dengan ciri khas pita atau hiasan lainnya didaun telinga sebelah kiri dan mulut yang tidak digambar.
Diindonesia sendiri Hello Kitty sangat populer,terbukti sekarang pengoleksi karakternya bukan hanya dari kalangan anak-anak dan wanita saja,bahkan laki-laki pun mulai banyak yang menyukai karakter yang satu ini.maklum gan,sekarang kan banyak bermunculan laki-laki berhati syahrini diindonesia,hehehehe,,,,

Dan salah satu dari sekian banyaknya pengoleksi Hello Kitty adalah do'i ane gan.bayangin aja ketika ane sibuk mencari sesuatu yang berhubungan dengan FATIN,dia gax mau kalah saing gan.pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan karakter hello kitty dilahapnya deh,,,
Mulai dari boneka,baju,tas,cincin,jam dinding,sendal,sepatu,jam tangan,ikat rambut,gelang,gantungan kunci,ampe HP china yang bermotif casing hello kitty,pokoknya banyak dah dan semuanya dibeli dari toko langsung ampe mesan secara online.
Bahkan do'i ampe pernah punya keinginan buat rumah berbentuk hello kitty dan isi didalamnya semuanya harus berbau karakter hello kitty,busyet dah,,,gimana ngebayanginnya ya dan butuh dana ampe berapa banyak tuh buat merealisasikannya,hehehe,,,
Dan gak mungkin kan ane bakalan nandingi do'i ane denga cara bikin rumah berbentuk FATIN dan semua isinya juga berbau karakter FATIN,pokoknya bener-bener gax kebayang dah,,,,

Ya yang pasti diantara FATIN dan Hello Kitty ada sedikit persama'an,sama-sama imut dan banyak penggemarnya,hehehe,,,
Dan juga yang pasti diantara FATIN dan Hello Kitty ada cinta yang terkembang indah diantara dua insan yang mencoba untuk saling mencintai,hingga tiba sa'atnya nanti dapat hidup bersama dalam ikatan yang halal dihadapan Sang Khalik.kemudian tumbuh menjadi mekaran bunga yang harumnya semerbak bermaknakan cinta yang sakinnah,mawwadah,warrahmah,,,
Amin ya Rabbal Alamin…
Ciyyyyeeeeee,hehehe,,,

Salam TING's dari tobo kito (@FatinisticBKL_)

Follow_me:@ArsavelloAdi

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Tertiup Angin..

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

Hiv Hampir Jadi Bagian Hidupku

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

Media Sosial: Efektifkah Meningkatkan Elektibilitas CALEG?

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

Mulai tahun ini  hingga akhir tahun depan, merupakan tahun politik yang akan diramaikan oleh banyak kegiatan komunikasi politik baik resmi maupun "terselubung". Ribuan orang akan berlomba dengan berbagai cara agar dapat  menjadi anggota legislatif berdasarkan berbagai bendera Partai Politik. Persaingan dalam Pesta Demokrasi ini semakin terlihat marak karena perbandingan jumlah calon dan jumlah anggota parlemen yang diterima dalam parlemen semakin tajam. Ribuan orang yang mengajukan diri sebagai calon, namun nanti  hanya sebanyak 45 orang saja terpilih sebagai anggota parlemen pada setiap Kabupaten/Kotamadya. Demikian pula hal dengan parlemen Propinsi. Hanya kurang dari seratus orang saja yang terpilih menjadi anggota parlemen daerah tingkat I  tersebut. Di pusat, dari ribuan yang mendaftar, hanya sekitar 550 orang saja yang  terpilih sebagai anggota DPR.

****

Persaingan ketat tersebut tidak hanya terjadi dalam  program kerja masing-masing caleg yang ditawarkan dan "dijual" kepada masyarakat konstituen, tapi juga pertarungan terhadap berbagai bentuk "modal" seperti "modal sosial", "modal uang" dan metode pencitraan yang dikembangkan dan dibangun menggunakan media cetak, elektronik serta akhir-akhir ini juga semakin marak melalui Internet (webblog). Teknologi Internet dengan segala kecanggihan dan kemudahan aksesnya, telah menjadi salah satu pilihan strategis para politikus di berbagai negara (termasuk Indonesia) untuk berkampanye.

Bahkan Presiden SBY  mulai aktif menggunakan Twitter sebagai instrumen menyapa rakyat dengan menggunakan gaya komunikasi informal sebagaimana umumnya komunikasi orang-orang di dunia maya. Presiden SBY tampaknya ikut terlarut dengan modus komunikasi "Interpersonnal Communication" ini dan menjadi akrab dengan masyarakat di Internet. Di dunia maya ini, Presiden SBY pun "ikut-ikut" bersikap apa adanya, berbicara agak spontan dan lebih egaliter pada hampir istirahat akhir minggunya. Mungkin ini gaya blusukkannya SBY dalam  mengimbangi citra populis Jokowi, yaitu  Blusukkan ala elektronik.

Sebenarnya gaya komunikasi "blusukkan" melalui media sosial ini sudah sering dilakukan oleh para politisi muda   sejak lama. Mereka  sudah terlihat akrab dengan aplikasi seperti Facebook, Twitter, BBM (Black Barry Messenger), Mailing List dan berbagai sarana lain. Bahkan beberapa diantaranya sampai membuat Personal Homepage (website khusus pribadi) tersendiri "mengiklankan" citra dan ide-pemikiran buat rakyat. Media Sosial tersebut digunakan sebagai sarana "blusukkan" berbasis teknologi dan sarana  membuka diri selebar-lebarnya dengan citra yang  dibuat seramah mungkin kepada konstituen maupun calon konstituennya. Tentu saja, namanya rekayasa, maka ada yang berhasil namun banyak juga "gagal" dan  menjadi lelucon di mata komunitas dunia maya. Suatu bukti, bahwa Teknologi Informasi an sich tidak akan efektif jika tidak dikelola oleh tim manajemen Media Sosial yang memahami pola interaksi dan komunikasi di dunia maya sebagai tim di belakang layar.

Efektivitas pemanfaatan Media Sosial buat Caleg ditentukan pula oleh pemahaman sang Caleg (beserta tim Teknologi Informasi di belakang layar) terhadap apa yang dinamakan dengan "pola interaksi masyarakat egaliterian". Yang pasti, caleg yang tidak memiliki program kerja jelas dan bersikap "angkuh" (mau menang sendiri dalam berdialog) akan dengan mudah  "ditelanjangi" oleh komunitas dunia maya. Banyak pertanyaan dan respon spontan yang kemudian muncul dari kalangan anak-anak muda komunitas di dunia maya ini (catatan: mayoritas pemakai dunia maya adalah anak-anak muda). Spontanitasnya dalam berkomunikasi  sering tidak diduga-duga. Mereka begitu bebas mengekspresikan tentang apa saja, untuk siapa saja karena bersifat impersonal tersebut.
Jawaban yang tidak bermutu yang diberikan oleh Caleg akan dengan mudah menjadi bulan-bulanan dan sumber "caci-maki" masyarakat dalam suatu Media Sosial,  yang memiliki karakter sangat terbuka dan ceplas-ceplos.  Di sini orang seperti kehilangan "urat takut" jika terpanggil untuk mengomentari suatu isu karena sifat mereka yang impersonal dan tanpa identitas jelas tersebut. Artinya, kalau anda mengkritik, maka para caleg yang dikritik tidak akan tahu dengan pasti siapa anda, di mana tinggal anda dan apa pekerjaan anda dan seterusnya. Sifat impersonal ini kemudian menjadi salah satu faktor dominan yang membuat orang semakin berani menyuarakan "unek-unek"-nya di dunia maya.UU ITE (dalam hal ini) hanya mampu mengontrol dalam batas tertentu, misalnya jika pemakai dunia maya bukan di Warnet sehingga mudah di lacak IP Address-nya.

Yang kemudian menjadi pertanyaan menarik: Siapkah para caleg menghadapi diskusi "galak" ala komunitas Social Media dalam "kampanye" nya? Tetapi, sebaliknya, jika jawaban dan sikap caleg tersebut dalam dialog di dunia maya dapat diterima (memuaskan) maka akan mendapat pujian setinggi langit. Sifat dunia maya yang sangat spontan dan mudah merepetisikan informasi dengan cepat menjadi bonus yang menimbulkan citra positif sang Caleg menyebar dengan segera ke mana-mana menjadi promosi gratis.

***

Akhirnya, memang perkembangan Teknologi Informasi dengan segala variannya ini, memberikan dampak yang serius dan  luas kepada masyarakat. TI melalui aplikasi-aplikasi Media Sosialnya ini bisa meningkatkan elektabilitas. jika sang caleg memahami karakteristik sasaran resipiennya.  Namun sebaliknya, dapat pula justru menjatuhkan citra sang caleg jika didukung oleh tim TI yang tidak siap mengelola media sosial. Tim TI yang mengelola  "kampanye" para caleg dengan  menggunakan media sosial harus juga memiliki kiat-kiat dalam mengatasi berbagai trik "Black Campaign" dan berbagai  informasi lain yang dapat menurunkan citra. Dengan kata lain, tim TI para caleg tidak cukup hanya memahami aspek teknis administrasi terhadap Teknologi Informasi saja, namun juga memahami dengan baik sifat dan karakteristik pola komunikasi masyarakat dalam media sosial.

Masyarakat dunia maya yang egalitarianisme-nya tinggi tersebut, pada dasarnya menuntut KEJUJURAN. Caleg yang jujur, biasanya juga terbiasa bersikap terbuka dan apa adanya di dalam berkomunikasi (berbentuk satu atau dua arah). Caleg seperti ini memiliki karakter yang  sudah  sejalan (Align with) dengan karakteristik umumnya masyarakat di dunia maya (Social Media). Jika demikian, artinya media sosial akan berperan secara strategis "mendukung" menaikkan tingkat elektabilitasnya. Namun sebaliknya, jika seorang caleg bersikap kaku, keras, otoriter dalam merespon dan memiliki argumen-argumen yang "tidak berisi" dalam ruang diskusi publik yang bersifat maya (Virtual Community) tersebut, maka ia akan dengan mudah menjadi sasaran "bulan-bulanan"  yang dalam jangka panjang justru akan  menurunkan elektabilitasnya.

Jadi jelas, Teknologi Informasi bukan hanya sekedar "alat/tool", melainkan "enabler" yang perlu dikelola dan di-manage dengan baik dan tepat!

13715784492024126340

====================================

(Penulis: Rendra Trisyanto Surya, dosen dan blogger, tinggal di Cimahi, Jawa Barat)

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Kabar dari Kota Erdogan #Part 3 Kunci Rahasia Cinta Erdogan VS Protestor

Posted: 18 Jun 2013 11:31 AM PDT

1371575938823096272

Para Protestor yang menggelar aksi kembali di Kizilay Ankara, Jumlah mereka berbanding terbalik dengan 1 juta masa damai pencinta Erdogan, Istanbul [kondisi Kizilay masih aman terkendali]

"Beraber yürüdük biz bu yollarda, beraber ıslandık yağan yağmurda

bana her şey sizi hatırlatıyor. Yaradılanı seviyoruz yaratandan ötürü"

[Penggalan isi pidato Erdogan]

Oleh sebab Apakah Erdogan Mencintai negeri dan bangsanya?

Aku baru saja merampungkan beberapa PR Bahasa Turkey ketika tiba-tiba handphoneku bergetar berulang kali. Berusaha mengabaikan dan mengerahkan kosentrasi pada butir-butir soal di buku latihan. Tapi hendphone dengan warna pembe itu tak berhenti bergetar.

"Orang rame banget cuy, kayaknya pendukung Erdogan, jam enam di mulai." Suara dari seberang telepon. Aku terhentak dari PR ku, melihat jam. Pukul 15:00 waktu Turki. Mengingat tanggal dan hari, Minggu 16 Juni 2013. Segera aku ingat dua hari yang lalu isu tentang aksi damai counter attack dari Erdogan dengan jumlah masa sebesar 1 Juta orang akan di gelar. Isu itu aku baca dari beberapa akun twitter. Dan aku tidak sabar menunggu hari minggu. Masih ada waktu dua jam hingga pukul 18:00 menjelang aksi dukungan kepada Basbakan Erdogan di gelar.

***

Serampung mengerjakan PR aku segera meninggalkan asrama. Menyusuri jalan menanti otobus. Lama menunggu. Sayang sekali tak ada bus. "Benar, pasti di Kizilay acaranya, dan jalan macet." Gumamku. Sore itu aku bermaksud bergabung rawe-rawe dalam rombongan pendukung Erdogan. Sekedar untuk menjadi penonton dan pendengar yang baik.

Aku memutuskan menyusuri jalan mencapai metro bawah tanah. Sebelum akhirnya menemukan sebuah otobus yang lewat. Jalan-jalan tampak sepi dan lengang, seperti tak akan ada kejadian sejarah penting Turkey. "ini aneh." Gumamku. Hingga akhirnya pada persimpangan jalan kondektur memberikan kode bahwa jalan menuju kizilay di tutup. Ada yang ganjil. Aku terpaksa turun di sebuah tempat yang aku sendiri tidak tahu daerah apa. Menyusuri jalan dan bertanya pada orang sekitar bagaimana mencapai kizilay dengan jalan kaki. Ternyata aku hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di pusat kizilay. Akan tetapi sepanjang jalan menuju Kizilay jalanan sepi.

"Mengapa tak ada rombongan pendukung Erdogan di sini. Mengapa tak ada gemuruh suara takbir seperti suara telepon di seberang di kota Istanbul?" Begitu batinku bertanya. Sementara tangan kiriku memegang hp dan mendengarkan suara telepon dari temanku yang tengah berada diantara masa dukungan Erdogan Istanbul. Suara gemuruh takbir terdengar jelas. Sementara jalanan menuju Kizilay di Ankara sepi. Hingga akhirnya pada suatu titik aku tahu, ketika mataku melihat asap menyembul di tengah-tengah keriuhan suara pukulan persis suara pukulan "tencere [panci]" pada malam demo beberapa pekan yang lalu. Mendapati Jalan-jalan terlihat kotor dan rusuh. Papan reklam kembali terlihat pecahannya, padahal baru sehari lalu aku di tempat itu. Yap, aku yakin bahwa di pusat Kizilay para protestor Gezy Park Taksim kembali digelar. Meski ragu aku memutuskan bergabung bersama beberapa rombongan protestor.

Tidak banyak masa yang bergabung melakukan demo sore kemaren, jalanan masih terkondisikan, mobil-mobil masih berjalan dengan normal. Hanya beberapa jalur yang terpaksa harus di tutup. Nyaris 1 jam aku berdiri dan menyaksikan kejadian, merekam dan mengambil foto, bertanya dengan pertanyaan yang sama pada demo brutal lalu, pada beberapa orang yang ikut bergabung dalam rombongan demo. Mereka menjawab dengan hal yang sama "Kami melakukan protes ini untuk Erdogan, untuk Gezy Park Taksim." Kata salah satu bapak berusia sekitar 48 tahun.

Gemuruh suara tiang listrik di pukul-pukul menggaung di langit-langit kota Ankara. Puluhan tentara berjaga di seberang jalan. Sementara protestor berkumpul di sisi seberang Pusat gedung perbelanjaan Kizilay dengan meneriaki tentara yang tengah berjaga-jaga. Di langit sebuah helikopter berputar-putar dan di tengah jalan sekitar 4 buah mobil tank [yang biasa aku lihat pada filem perang] berjejer di tengah jalan.

Kondisi demo yang digelar kemaren sore di Kizilay sekitar pukul 14:30 waktu Turki tidak banyak protestor yang terlibat. Meski toko-toko di sekitar demo digelar terpaksa harus tutup demi menghindari aksi yang tidak di inginkan. Para protestor masih meneriakkan yel-yel yang sama "Kemal Pasha Askerleriyiz" [kami pasukan kemal Pasha] dengan memegang bendera-bendera berlogo foto Kemal Atarturk berwarna merah menyala itu.

Lama aku menunggu apa yang akan dilakukan oleh para protestor yang berteriak tidak menentu itu sebelum akhirnya ikut serta berlari-lari saat rombongan protestor tiba-tiba berlari keberbagai arah. Karena tidak tahu apa yang tengah terjadi akhirnya aku pun ikut berlari bersama masa lainnya. Tapi tampaknya protestor berlari menghindari para polisi yang berusaha menangkap para provokator. Masa bersembunyi di balik gedung dan beberapa masuk ke gedung parkir umum, sementara aku memutuskan berlari mencari jalan lurus ke arah metro. Tidak ada yang aku fikirkan selain mungkin sebaiknya aku pulang. Sebelum akhirnya seorang berdiri didepanku dan memperingatkanku jangan coba-coba berani mengambil foto, ketika tahu bahwa aku seorang mahasiswa asing.

Yah, sore itu kukira aksi 1 juta dukungan untuk Erdgoan yang isunya telah kutangkap beberapa hari lalu pun akan di gelar di pusat ibu kota Ankara. Ternyata dugaanku tidak tepat, yang kudapati kemaren sore adalah para Protestor yang kembali turun seolah ingin memperlihatkan bahwa mereka layak mempertahankan kemauan mereka akan isu Gezy Park Taksim. Mereka akan bertahan. Katanya.

Meski sesampai diasrama aku menonton siaran langsung Erdogan di tengah sejuta masa di Istanbul ketika akhirnya ia mengatakan bahwa "Tiada yang dapat menghentikan kita kecuali Allah, bersama sebagai bangsa dan tidak akan ada yang dapat memecah belah."

Yah, Kota Turkey dibawah pimpinan Erdogan, aku menyaksikan baru 8 bulan hidup di Turkey jalan-jalan di bangun dalam hitungan minggu, taman kota di bangun dalam hitungan hari, peluncuran program kewirausahaan bagi perempuan di luncurkan dalam hitungan yang yang mengejutkan, perencanaan pembangunan danau dan 6000 ribu pohon yang akan terwujud di tahun 2015 terpampang dengan gagah di jalan-jalan utama Kota Ankara. Maka wajar jika kekuatan pembangunan ini menjadi sumber yang menakutkan bagi negara-negara Eropa lainnya. Khususnya yang tidak menginginkan Turki tumbuh menjadi sumber negara berkekuatan besar di dunia, Eropa khususnya. Yah inilah kota Erdogan, negeri Konstantinopel.

"Beraber yürüdük biz bu yollarda, beraber ıslandık yağan yağmurda. Bana her şey sizi hatırlatıyor. Yaradılanı seviyoruz yaratandan ötürü"

Bersama kita tapaki jalan ini, bersama kita basah pada turunnya hujan. Aku akan mengingat apapun tentang kalian. Kecintaaku pada kalian, karena Allah yang telah menciptakan kalian."

Itulah kunci kecintaan Erdogan pada negeri dan bangsanya. Begitulah salah satu kutipan isi pidato Erdogan sore itu.

Catatan, Ankara 17 Juni 2013. Pada sebuah musim.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer.

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar