Kompasiana
Kompasiana |
- Katakan Sejujurnya
- Debat Panjang Dalam Koalisi
- Hanya Orang Kafir yang Mengutuk Tindakan FPI!
- Ahok , Ngebohong Lagi Kau , Gaji 6 jt Mana Mungkin ?
- Spiderman
- Masa kalah sama si anu…. (ini nggak ngomongin kelamin lho..)
Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT |
Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT Berhari-hari sudah kita dijejali oleh berita retaknya perahu koalisi, taik kuping rakyat seperti menari-nari dibuatnya dan berita ini seakan menjadi higangan yang mau tidak mau harus disantap. Wajib hukumnya bagi mata dan telinga rakyat Indonesia untuk mendengar dan menyaksikan debat sengit antara SBY dan PD disatu sisi dengan PKS dilain pihak. Para elite bangsa ini seakan menempatkan pembicaraan soal koalisi ini menjadi sesuatu yang harus didahulukan, yang lainnya meskipun lebih penting dari itu boleh dilupakan. Pembicaraan yang tidak berhubungan dengan cerita Koalisi harap disimpan rapat-rapat dalam almari besi dan diberi tujuh lapis gembok. Yang diperbincangan hanyalah soal "apakah" PKS akan hengkang dari Koalisi, atau "apakah" SBY akan mendepak PKS dari Koalisi. Pertanyaan tentang "apakah" yang menyiratkan banyak makna dan jawabannya inilah yang diurai sepanjang waktu, mulai dari matahari terbit diufuk Timur hinga terbit kembali esok paginya. Meskipun tak menemui jawaban pasti , pertanyaan itu tetap saja digulirkan, dan kalaupun ada pihak yang berkesempatan memberikan jawaban maka isinya tetap saja ngambang, bahkan semakin menambah daftar "Apakah". Dengan logika sederhana, sebenarnya mudah saja bagi SBY untuk mendepak PKS. Selaku pimpinan Koalisi dia bisa saja mengucapkan "Selamat jalan PKS, perbedan sikap dan pandangan diantara kita sudah menganga sedemikian lebarnya, sudah tidak bisa dikatup lagi, maka saya putuskan untuk mengeluarkan kamu dari perahu ini", urusannya selesai dan perdebatan ditutup. Atau sebaliknya PKS tampil dengan ksatria bilang sama SBY, "Pak presiden, kita sudah tidak sepaham lagi soal harga BBM dan demi memperjuangkan nasib rakyat kami angkat kaki dari koalisi. Tapi sayangnya, pihak-pihak yang berpolemi ini tidak satupun yang berani bersikap, baik SBY selaku pimpinan Koalisi maupun PKS sebagai anggotanya, keduanya saling menunggu pihak lawan membuat keputusan, dan dalam situasi menunggu inilah perut rakyat serasa mau muntah mual dibuatnya, mual disebabkan oleh perangai para elite yang asik dengan pencitraan. SBY sepertinya sengaja menunggu agar PKS berinisiatif untuk mengatur langkah mundur , sehingga dia tidak dicitrakan seperti habis manis sepah dibuang, demikian juga dengan PKS, bersikap menuggu didepak oleh SBY agar bisa dicitrakan sebagai Partai yang terzolimi. Kedua-duanya bertahan dalam sebuah perahu retak yang bernama koalisi, dan ini sungguh sangat tidak menguntungkan rakyat. Karena diujung perdebatan panjang ini rakyat hanya menunggu keputusan tentang harga BBM yang sudah pasti akan naik. Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Hanya Orang Kafir yang Mengutuk Tindakan FPI! Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT OPINI | 14 June 2013 | 01:00 Dibaca: 22 Komentar: 0 0 Baru baru ini banyak yang meributkan keberadaan FPI Akibatnya, Lalu bagaimana tanggapan saya? Tapi kenapa dengan cara kekerasan bahkan kadang brutal? Lantas salahnya dimana? Revo Sanjaya . Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. Siapa yang menilai tulisan ini? - |
Ahok , Ngebohong Lagi Kau , Gaji 6 jt Mana Mungkin ? Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT http://ahok.org/berita/news/jumlah-gaji-gubernur-dan-wagub-bulan-februari-2013 Ahok , Ngebohong Lagi Kau Gaji 6 jt Mana Mungkin ? Jumlah gaji yang diterima Jokowi setelah dikurangi pajak adalah sebesar Rp 3.448.500, sedangkan Basuki menerima gaji setelah pajak sebesar Rp.2.810.100. Selain gaji, Gubernur dan Wagub juga menerima Tunjangan Jabatan. Setelah dikurangi pajak. Gubernur menerima tunjangan sebesar Rp. 5.130.000 dan Wagub sebesar Rp. 4.104.000 Berarti yang diterima Jokowi Rp 3.448.500+. 5.130.000 =8.578.500 Berarti yang diterima Ahok 2.810.100+ 4.104.000= 6.914.100 Itulah sekilas informasi yang kita terima tentang gaji Guber dan wakil gubernur yang ada di web resmi http://ahok.org/berita/news/jumlah-gaji-gubernur-dan-wagub-bulan-februari-2013/ Kesan anda ???????????? Ahok – Jokowi orang jujur ,hebat ,bersih , Transparan , Kasiaan , naikan Dong Gaji Gubenur/wakil DKI, Mosok Gaji Gubenur sama dengan Gaji ,Tukang Bakso,Tukang Gorengan , Tukang Kayu Profesional ,paling 200 rb sehari , sama Manager kelas Middle saja kalah , apalagi ngebandingan sama CEO ,ngak lah jauh , sekali lagi kasih Ahok –Jokowi , Naikin dong Gajinya , tega amat ,tanggung jawabnya kan besar ngurusun ini ,itu , apa saja lah , yang ditinggalin pendahulunya , bobrok semua,ngak sebanding dengan Gajinya . Itulah Kesan Pertama yang anda peroleh , Komunikasi ini sangat tepat dilakukan oleh ahok , bagi rakyat cilik , yang cilik pendidikan dan pengetahuaan ,Orang dua ini sudah dianggap Dewa , baru kali ini pemimpin kayak giniaan yang mao ngasih tau gaji nya, istilah Orang Arap Maksum. Gaji ya apa yang diterima semuanya oleh Pejabat,kalo yang lain itu mah korupsi , itulah simpelnya pemikiran Rakyat Cilik, Dan yang jelas ini merupakan , Pencitraan Yang TOP dan Sukses.Buktinya makin Banyak yang tergila gila sama orang 2 ini . Kenyataanya ??? Berikut rincian pendapatan Gaji Gubernur DKI versi Fitra -Gaji pokok gubernur : Rp3 juta (keppres no 68 tahun 2001) -Tunjangan jabatan Rp5,4juta (keppers no 59 tahun 2003) Total : Rp8,4 juta APBD DKI tahun 2012 Anggaran Tunjangan Operasional gubernur setahun : Rp17,6 miliar TO gubernur sebulan : Rp743,4 juta TO wagub sebulan : Rp741,7 juta Tunjungan operasional gubernur PAD DKI 2011 : Rp11,825 trilun Tunjangan operasional gubernur (0,15 % PAD) : Rp17, 737 miliar So ………Apa yang Kau pikirkan ??? .Ahok – Jokowi Benar Benar Jujur atau sekedar Mao ngebohongi Rakyat yang memang udah Bodoh ????????Kasiaan Deh loe Udah di Bohongin . Saran Teman mu ini , kalo mao Jujur jujur sekaliaan , jangan setengah -tengah, BrO http://ahok.org/berita/news/jumlah-gaji-gubernur-dan-wagub-bulan-februari-2013 Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT Dunia semakin canggih, kita semakin dekat satu sama lainnya beragam media informasi dan jejaring sosial memudahkan kita mencari dan menyebarkan informasi. Banyaknya media jejaring sosial sekarang ini aneh nya bukannya makin mendekatkan manusia tapi malah semakin membuat manusia menjadi anti sosial, banyak dari kita yang aktif berkomunikasi dengan orang-orang lain yang jauh,.tetapi malah mengabaikan lingkungan sekitar kita. bahkan lebih suka untuk curhat tentang masalah kita di jejaring sosial daripada bercerita langsung kepada orang tua,tetangga,saudara dll, jejaring sosial seakan menjadi topeng, menjadi alter ego,pelarian dari realitas kehidupan kita yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Di dalam dunia maya kita bisa jadi siapa saja, seorang Agamawan, motivator,seniman,bahkan pengusaha sukses,tinggal bagaimana kita bisa meyakinkan para penonton. dengan copy paste ayat Al-quran hadis,edit photo bahkan mengedit tempat tinggal supaya di sangka tinggal di luar negri semua pada dasarnya untuk memuaskan ego kita. tentu saja tidak semua pengguna jejaring sosial seperti yang saya sebutkan diatas, ada juga yang jujur tentang kehidupan mereka. 14-6-2013 Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. |
Masa kalah sama si anu…. (ini nggak ngomongin kelamin lho..) Posted: 13 Jun 2013 11:41 AM PDT Alhamdulillah, orang tua saya tidak pernah menjadikan kesuksesan orang lain secara materi sebagai pelecut semangat anak- anaknya. Saya membayangkan, bila hal itu dilakukan oleh ayah- ibu saya, maka, saya akan merasa sebagai anak paling gagal di dunia. Pasalnya, hingga saat ini saya belum bisa menjadi seseorang yang "mapan" secara materi. Profesi sebagai pekerja lepas (baca; semi penggangguran) harus diakui tidak masuk hitungan dalam strata masyarakat kita. Jujur, sejauh ini saya merasa bahagia dengan apa yang saya miliki maupun saya kerjakan. Disini, saya tidak bermaksud "curhat" atau menyampaikan ke-minder-an diri saya. Saya hanya ingin menertawakan sebuah fenomena atau "ketidak-mapanan" diri saya…. Mungkin terdengar konyol, tapi beberapa pemahaman kolot mengenai kemapanan bagi sekelompok masyarakat di pedalaman Jawa masih berlaku. Pekerjaan tetap menjadi syarat wajib bagi laki- laki yang ingin menyunting seorang gadis. Bila dengan standar seperti itu, mungkin masih wajar bagi kebanyakan orang. Namun kemapanan menjadi absurd ketika hal tersebut berarti; harus bekerja untuk pemerintah. Bisa jadi anggota TNI, Polri atau Pegawai Negeri Sipil. Ini bukan lelucon, masih banyak teman wanita seumuran saya, bahkan usianya dibawah saya yang mengidamkan seorang suami entah PNS, anggota TNI/ Polri. Bagi mereka, mapan berarti; penghasilan tetap, jaminan dana pensiun dan SK pengangkatan bisa dijadikan agunan bank. Berawal dari masa kolonial, dimana para aparat sipil atau yang kala itu lazim disebut ambtenaar mendapat posisi yang tinggi dalam strata sosial. Mereka bisa masuk golongan priyayi karena adanya penghasilan tetap yang bisa dijagakke. Penghasilan tersebut berasal dari pajak yang dipungut dari rakyat. Celakanya, pola pikir semacam itu masih tetap lestari hingga saat ini. Meski sektor swasta menjanjikan karir yang dinamis dan pengahsilan tinggi, tetap saja belum bisa menggeser posisi aparat negara sebagai profesi primadona. Meski gajinya tidak besar, tapi butuh semacam mujizat untuk membuat seseorang dipecat dari keanggotaan PNS, TNI/ Polri. Syukur- syukur bisa dapat cipratan upeti. Yah, suka tidak suka, jenis diatas lah yang hingga saat ini masih jadi primadona mayoritas wanita Indonesia. Terima saja, kalau kondisi sebagian kaum hawa di nusantara masih 100 tahun ke belakang. Hingga ada cerita lucu dari seorang kawan lama. Dia seorang professional di bidang perminyakan. Berkali- kali lamarannya ditolak pasangan maupun calon mertua karena dianggap tidak "mapan". "Padahal gajiku ribuan dollar sebulah lho," ujarnya kesal. Saya tidak anti aparat negara. Toh, ayah saya pun seorang pegawai negeri. Namun, di masa sekarang saat hal- hal tersebut masih dijadikan dasar dalam percintaan, sungguh, saya merasa geli. Salam. |
You are subscribed to email updates from Kompasiana To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar