Adsense Link 728 X 15;

Kompasiana

Posted by Sri Rejeki Selasa, 30 Oktober 2012 0 komentar
Adsense Content. recommended 336 X 300

Kompasiana


Timnes ditolak Inilah Jawaban KPSI.

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

REP | 31 October 2012 | 01:16 Dibaca: 15   Komentar: 0   Nihil

Usai menjalan dua kali pemusatan latihan di Batu dan Brisbane Australia, timnas bentukan La Nyalla yang dilatih Alfred Riedl menyeleksi 35 pemain untuk didaftarkan ke AFF 2012. Namun, AFF akhirnya menggugurkan daftar skuad timnas tersebut melalui situs resminya aseanfootball.org. AFC menetapkan timnas bentukan PSSI Djohar Arifin sebagai wakil Indonesia diajang AFF 2012.

Hal itu langsung mendapatkan tanggapan dari kubu KPSI. Pelaksana tugas sekjen PSSI La Nyalla, Tigor Salomboboy menyatakan bahwa keputusan ini ditanggapi sumringah oleh lawan-lawan Indonesia di AFF 2012 nanti karena mereka beranggapan SKUAD TIMNAS KALI INI LEMAH. " MOU telah gagal diimplementasikan dengan baik. Bisa jadi ini adalah kontroversinya tidak berujung", ujar Tigor dalam keterangan resminya.

"saya menganggap, tepuk tangan ini ada harganya. Dan, Djohar menilai kesantunan pergaulan ini, dengan tanpa kecerdikan. Karena sejatinya semua negara ingin menjadi juara AFF, dan INDONESIA YANG LEMAH ADALAH BERKAH bagi lawan-lawan di AFF, Djohar dan kawan-kawan tidak menyadari ini", tegas Tigor kepada inilah.com.

Merasa paling hebat dan paling layak untuk mewakili Indonesia di AFF 2012, inilah yang selalu digembar-gemborkan KPSI. Dengan kengototan dan pembangkangan yang luar biasa ini, semakin menegaskan bahwa mereka bukanlah penyelamat seperti apa yang mereka sampaikan, akan tetapi mereka adalah musuh yang nyata bagi persepakbolaan Indonesia dan harus segera dibumi hanguskan sampai ke akar-akarnya, terima kasih.

Siapa yang menilai tulisan ini?

[Humor] Berita Pendek

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

REP | 31 October 2012 | 01:13 Dibaca: 11   Komentar: 0   Nihil

Breaking news :

Seorang tersangka pemerkosaan pingsan dalam ruangan sidang. Tersangka tidak sadarkan diri setelah mendengar putusan hakim yang memvonis dirinya bersalah telah terbukti melakukan tindak pemerkosaan terhadap dua nenek-nenek berusia 75tahun. Tersangka berinisial M, di tuntut hukuman penjara selama 2 tahun di kurangi masa tahanan, barang bukti kejahatan berupa senjata tumpul milik tersangka yang di gunakan tersangka untuk melakukan aksinya akan di sita oleh negara. Demikian bunyi tuntutan sang hakim yang membuat tersangka pingsan di tempat!

Salam OOT-ers

Siapa yang menilai tulisan ini?

aku hadir

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

Ekspedisi Makam Tan Malaka

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

Kediri, 14 Mei 2012 | Kaki Pegunungan Wilis

Ekspedisi Makam Tan Malaka oleh : Audi Moslem

Pagi itu mendung, suasana gemuruh petir yang sedikit pelan terdengar dan angin yang sedikit kencang memandu langkah untuk sampai ke tempat perkumpulan orang Makassar di kampung Pare, mereka menamai komunitas mereka dengan ASSET (Assosiation Of Sulawesi Student). Suasana pedesaan yang teduh membuat hati dan perasaan gembira. Saya sudahlah cukup lama kenal dengan mereka beberapa waktu lalu karena nasib mempertemukan kita dalam sebuah kesempatan. Beberapa waktu yang lalu saya mengajak Andra dan Jamiel, mereka adalah salah satu orang diantara komunitas itu untuk pergi mengunjungi makam Tan Malaka yang berada di pegunungan Wilis, Kediri-Jawa Timur. Kebetulan saja saat itu saya sedang belajar di kampung bahasa Pare untuk memperlancar bahasa Inggris.

Tan Malaka adalah tokoh pergerakan zaman yang di bungkam oleh Orde Baru sehingga amalan yang sangat berguna untuk Indonesia kelak banyak ditutupi sampai sekarang, namun akses untuk mempelajari pola pikirnya sudahlah mudah dan tidak sesulit dahulu. Saya sendiri adalah penggemar jalan pikirnya melalui karya tulis yang ia buat. Tan Malaka atau Ibrahim Datuk Tan Malaka lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, pada 2 Juni 1897 dan meninggal pada 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung, Kediri-Jawa timur. Ayahnya adalah Rasat Bagindo Malano dan ibunya bernama Sinah. Tan Malaka merupakan salah satu penggagas konsep Republik Indonesia.

Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan 'mumpung masih berada disini'. Salah seorang dari mereka sepertinya Jamiel bertanya "naik apa kita kesana ?" jawab saya "naik sepeda onthel tua ini lah, karena hanya ini kendaraan yang biasa kita gunakan sehari-hari" , Andra :"wah gila kau Di", dan saya menjawabnya "cobalah dulu di jalani kalau tidak mampu barulah berkomentar atau mengeluh." Sekali lagi saya tanamkan ke pikiran mereka berdua bahwa perjalanan dengan menggunakan cara tradisional tidaklah buruk, kita bisa melihat sudut pandang lain dalam tiap fasilitas. Perjalanan ini bolehlah dibilang mendadak karena tadi malam baru saja saya ajak mereka berdua.

Tujuan dari perjalanan ini bukanlah melakukan kegiatan syirik seperti memberi sesaji pada makam, bertapa atau yang ekstrim sekalipun seperti melakukan ritual gaib. Kami tidaklah serendah itu ! Perjalanan ini adalah untuk mengakui keberadaan Tan Malaka sebagai tokoh bangsa dan percaya jalan pikirnya akan terus diamalkan sepanjang hari. "Bagi mereka yang sudi atau Ikhlas menerimanya" (MADILOG). Selain itu perjalanan ini adalah untuk mengenal pribadi masing-masing, karena untuk mengenal seseorang lebih dekat lakukanlah perjalanan jauh dengannya, itulah sabda nabi Muhammad SAW.

Pagi itu sambil menunggu hujan reda kami menyantap makan di salah satu warung yang berada di lingkungan ASSET. Persiapan tidaklah banyak, hanya jaket dan sebotol air mineral untuk bekal di perjalanan. Tidak lupa kami pamit dengan miss Uun, salah satu mentor kami di komunitas RAB (Rumah Anak Bangsa). Dia adalah salah satu saksi perjalanan kami pagi itu. perjalanan menuju kota Kediri dengan sepeda ontel memerlukan waktu satu jam, sebelumnya saya pernah melakukan perjalanan sendiri namun hanya sampai kota Kediri, jarak yang ditepuh sekitar 60 km, dari Kediri sampai ke kaki gunung Wilis membutuhkan jarak sekitar 69 km jadi kira-kira rute tempuh perjalanan sekitar 129 km, pulang-pergi sekitar 258 km. tepat jam 9 pagi setelah hujan reda kami memulai perjalanan, sering kami mengobrol sepanjang perjalanan, mengayuh sepeda tidak boleh dihentikan karena mengingat waktu yang terbatas. Suasana pedesaan seperti sawah, ternak dan pohon yang rimbun memberikan angin semangat untuk mencapai tujuan, tak lupalah kita melakukan ibadah shalat berjamaah sepanjang perjalanan. Setiap habis berwudhu tenaga kita seakan pulih dan memiliki semangat baru.

1351620267831016428

Setiap jalan yang kita tempuh pasti meninggalkan kenangan, samalah artinya dengan hidup, ketika kita berjuang dan berusaha mengamalkan perbuatan baik. Struktur jalanan sepanjang perjalanan Pare-Kediri biasa saja, kita disuguhkan dengan trek lurus namun sepanjang perjalanan Kediri-Semen, wah, bisa dibilang cukup menanjak, untungnya cuaca mendukung kita. Cuaca hari itu tidaklah panas ataupun dingin jadi ya sedang-sedang saja. Di jaman sekarang apabila kita kembali ke cara lama/tradisional pastilah kita dianggap bodoh. Manusia sekarang begitu praktis dalam menjalankan kegiatannya karena dibantu tekhnologi, mereka telah lupa akan cara lama, mereka dimanja oleh alat sehingga menjadikan pribadi mereka malas. Teringat dengan Jakarta, dulu waktu jaman kuliah ketika saya berpergian dengan menggunakan sepeda menuju kampus pastilah orang menganggap saya gila (dalam arti kata menyusahkan diri sendiri). Mereka begitu takjub, aneh pikir saya, padahal seharusnya biasa saja. Jarak tempuh perjalanan dari rumah menuju kampus memanglah lumayan jauh Tangerang-Jakarta Pusat. Lagipula, jika mereka mencobanya sendiri tidaklah seburuk pikiran mereka.

1351620351633217005

Perjalanan ini tidaklah menggunakan rencana matang, tidaklah punya banyak alasan atau konsep, "ya jalani saja". Toh sepanjang perjalanan kita juga akan berpikir apa yang kita butuhkan, lagipula kita juga sudah menetapkan tujuannya. Namun sebelum saya merencanakan ini saya pernah membaca beberapa artikel di internet tentang dimana Tan Malaka dimakamkan. Menurut Harry A. Poeze sejarahwan asal belanda ada beberapa versi tentang dimana Tan dikuburkan, ia sendiri telah meneliti tentang sejarah hidup Tan malaka selama tiga puluh tahun lamanya. Harry berhasil menemukan makam Tan yang berada desa Selopanggung di kaki pegunungan Wilis berdasarkan bukti yang diterimanya melalui penelitiannya. Untuk lebih lanjut bolehlah pembaca membaca sendiri tentang Harry A. Poeze. Sepanjang perjalanan kami merencanakan untuk menemui kepala desa, namanya adalah Moh. Zairi. Saya mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan dengan membaca artikel di Internet dan menonton Televisi lokal tentang tes DNA makam Tan tahun 2011 lalu.

13516204011862346594

Perjalanan sampai ke desa Selopanggung membutuhkan waktu 5 jam lebih, sepanjang perjalanan saya selalu menggoda mereka berdua dengan suguhan fiktif "sepertinya sesampai diatas kita akan disambut dengan banyak orang dan jangan lupa anak kepala desa punya 3 puteri cantik yang akan menghibur kita" mereka hanya tertawa "oh ya sepertinya penduduk bakal menawarkan fasilitas kolam air panas, Pijat VIP dan segala fasilitasnya untuk menyambut kita hahahaha…" Tak lupa kami istirahat sebentar dan makan siang. Suasana di desa cukuplah tenang, namun disini tak satupun warung yang menjual nasi akhirnya kami harus makan mie instan. Sepanjang waktu istirahat kami berbicara banyak tentang apa saja sambil ditemani teh manis hangat dan pisang goreng. "oh ya, orang Makassar punya kebiasaan aneh menurutku, mereka biasa memakan pisang goreng dengan sambal." Kucoba dan rasanya hmmm… tidak buruk juga. Tidaklah kami tahu dimana tepatnya posisi makam di desa yang lumayan luas ini, ketika kami berkunjung sebentar ke rumah kepala desa yang bernama Moh. Zairi, akhirnya kita mendapatkan petunjuk dimana lokasinya, memang agak sedikit tersembunyi dan harus menuruni lereng. Belum lama juga pernah ada relawan yang kesini cerita beliau, sepertinya itu adalah kelompok dari Harry A. Poeze ketika ingin mengambil seluruh tulang-belulang Tan Malaka untuk diteliti melalui tes DNA. Mereka mengadakan penelitian singkat dan semuanya menginap di rumahnya termaksuk beberapa mahasiswa jurusan budaya.

1351620622445532892

Sepeda kami pacu melewati jalan batu terjal yang tajam, sepeda Onthel tidaklah di rancang untuk jalanan seperti ini yang kami khawatirkan adalah ban bocor atau pelek mengalami kerusakan tapi kami bersyukur akhirnya tidak. Sempat kami tersasar terlalu jauh meniruni lereng bukit, namun akhirnya kami bertanya kepada warga setempat. Mereka tidaklah tahu siapa Tan Malaka tapi mereka tahu pernah ada peneliti yang datang untuk membongkar makam. Dari situ kami mendapatkan informasi dimana makam berada dan langsung menuju kesana, hari sudahlah terlalu sore. Sesampainya di makam kami berdoa untuk seluruh pejuang dan jasad yang dikuburkan di sekitar makam agar kelak di selanjutnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Tak lama salah seorang warga datang dan berbincang kepada kami disitulah tempat kami menginjak Tan Malaka dikuburkan. Lelah kami terbayar karena tujuan kami tercapai. "Semua yang materi yang ada di dunia tidaklah hilang, mereka tercerai berai dengan melalui proses kimiawi, contohnya manusia ketika meninggal, ia tidak sepenuhnya hilang, jiwanya terpisah menurut kepercayaan tapi jasadnya tetaplah berguna bagi alam. Ketika tubuh membusuk beberapa senyawa kimia akan diperlukan oleh tumbuhan dan serangga di dalam tanah semuanya menyatu kembali ke alam, si miskin dan si kaya, si bodoh dan si pintar, si hina dan si suci mereka semuanya menyatu kembali." (inti sebuah pesan yang ditulis dalam MADILOG). Ini adalah perkara bijaksana dan logis menurutku.

1351620680723373191

Sore itu selesai mengunjungi makam Tan Malaka kami berjanji untuk kembali berkunjung ke rumah kepala desa, disuguhkannya minuman segar selepas perjalanan. Kami banyak berbicara tentang falsafah gerakan pemuda sampai ke sistem pemerintahan desa. Beliau menganjurkan kami supaya untuk menginap di rumahnya karena hari sebentar lagi gelap. Andra dan Jamiel setuju dengan usulan beliau tapi tidaklah saya karena besok haruslah aktivitas belajar kembali berlanjut di Pare, hari ini saja kita sudah bolos masuk kelas. Pamitlah kami dan berfoto bersama. Perjalanan menanjak sudahlah kita habiskan dalam awal perjalanan menuju ke Selopanggung sekarang tinggal menurun sampai kota Kediri. Karena sudah bersusah payah menanjak dapatlah kita surga yaitu turunan. Sedikit saya menjelaskan, dalam bersepeda, jalan datar dan turunan adalah "bonus" nah tanjakan adalah trek yang sebenarnya. Sepanjang perjalanan menurun kami tertawa merdeka, angin begitu kencang dan jalanan yang begitu sepi seluruhnya milik kami dan hanya kami. Perjalanan kembali menuju pare menghabiskan waktu enam jam perjalanan, kami tiba di Pare pukul 10.00 malam. Satu hari yang berharga, semoga satu hari kedepan bisa dihabiskan dengan hal yang berguna dan bermanfaat. Perjalanan seperti ini pernah saya lakukan beberapa kali di beberapa tempat, semoga semangat untuk melakukan hal serupa tidak pernah padam. Audi Moslem

Syair untuk Ar

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

Puisi

Posted: 30 Oct 2012 11:43 AM PDT

Puisi

***Desaku  yang  Permai***

Di pagi hari….

Sang surya bersinar menerangi bumi

Udara sejuk masuk berlahan tiada henti

Seakan kicauann burung bernyayi

Tiadalah habis untuk henti….

Keindahan desaku yang  permai

Tanah subur, senyuman indah para petani

Memanjat syukur kepada sang Ilahi

Atas nikmat yang tiada henti beri

Desaku yang kucintai

Kau kan tetap selalu dihati

Walaupun raga telah jauh merantau pergi

Tetapi rasa cintaku terhadapmu sangat tinggi

Desaku,,,

Kan teringat

Dalam pikiran yang selalu melekat

Hingga datang akhir hayat

@mukhtarrija

By. Muhammad Mukhtarrija

Adsense Content. bottom of article

0 komentar:

Posting Komentar